Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Mendel, pewarisan sifat mempunyai ciri atau karakteristik yang
menjadi tolak ukur dalam proses penyilangan atau perkawinan. Teori ini disebut
dengan Hukum Mendel. Hukum Mendel terbagi menjadi dua, yaitu Hukum Mendel
I atau Hukum Segregasi dan Hukum Mendel II atau Hukum Pemisahan. Pada
Hukum Mendel I atau Hukum Segregasi menyatakan bahwa pembentukan gamet
dari kedua induk merupakan pasangan alel yang akan berpisah satu sama lain
sehingga keturunannya akan mendapatkan satu gen dari tiap induknya. Sedangkan
Hukum Mendel II atau Hukum Pemisahan menyatakan bahwa jika dua individu
berbeda memiliki dua sifat atau lebih, maka akan diturunkan kepada keturunannya
secara bebas tanpa mempengaruhi sifat dari yang lainnya.
Umumnya setiap gen memiliki sifat atau karakter yang tampak dengan
sendirinya, namun ada juga gen yang terlebih dahulu harus berinteraksi dengan gen
lainnya untuk memunculkan suatu sifat. Gen-gen tersebut bisa saja berasal dari
kromosom yang sama atau kromosom yang berbeda. Interaksi yang terjadi pada gen
ini akan menimbulkan rasio fenotipe yang berbeda atau menyimpang, sehingga
teori ini disebut penyimpangan Hukum Mendel.
Hukum Mendel I menghasilkan rasio fenotipe 3:1 sedangkan Hukum
Mendel II menghasilkan rasio fenotipe 9:3:3:1. Perkawinan monohybrid dalam
genetika mengambil acuan dari Hukum Mendel I sedangkan perkawinan dihibrid
mengambil acuan dari Hukum Mendel II. Namun tidak semua perkawinan atau
penyilangan yang terjadi pada setiap organisme sesuai dengan acuan Hukum
Mendel. Kelainan ini terjadi akibat adanya perubahan rasio fenotipe. Perubahan ini
terjadi akibat adanya interaksi antara gen yang satu dengan yang lainnya serta akibat
lain dari perubahan ini karena adanya penutupan sifat gen yang dilakukan oleh gen
lainnya.
Kehidupan sehari-hari kita, tidak jarang dijumpai penyimpangan yang tidak
sesuai dengan Hukum Mendel. Hasil yang diperoleh dari persilangan yang

iii
dilakukan memiliki jumlah fenotipe yang sama namun memiliki rasio yang cukup
berbeda, sehingga perbedaan ini disebut dengan penyimpangan semu Hukum
Mendel. Pada praktikum kali ini, kami akan membuktikan penyimpangan Hukum
Mendel dengan menggunakan baling-baling genetika. Jumlah data yang digunakan
adalah 100 sampel dan akan diakumulasikan dengan uji Chi-Square.
B. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui pola-pola modifikasi persilangan dua sifat atau lebih.
2. Menjelaskan penyebab suatu fenotipe hasil persilangan berbeda dengan Hukum
Mendel.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum kali ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui pola-pola modifikasi persilangan dua sifat atau
lebih
2. Mahasiswa dapat menjelaskan penyebab suatu fenotipe hasil persilangan
berbeda dengan Hukum Mendel.

iii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Mendel
Diabad ke-20, ahli genetika meluaskan prinsip-prinsip Mendelian tidak
hanya untuk beraneka ragm organisme, melainkanjuga untuk pola-pola pewarisan
sifatyang lebih kompleks daripada yang dijelaskan oleh Mendel. Untuk penelitian
yang membimbingnya pada dua hukum pewarisan sifat, Mendel memilih karakter-
karakter tanaman ercis yang ternyata memiliki dasar genetik yang relatif sederhana.
Setiap karakter ditentukan oleh satu gen, yang masing-masing hanya terdiri atas dua
alel, yang satu sepenuhnya dominan sedangkan yang satunya lagi sepenuhnya
resesif. Akan tetapi, kondisi-kondisi ini tidak terpenuhi oleh semua karakter yang
terwariskan, dan hubungan antara genotipe dan fenotipe jarang sedemikian
sederhana. Namun Mendel menyadari bahwa ia sendiri tidak dapat menjelaskan
pola-pola yang lebih kompleks (Hartati dan Ferry, 2019).
Mendel mengembangkan suatu model untuk menjelaskan pola pewarisan
sifat 3:1 yang secara konsisten muncul pada keturunan F2 pada percobaannya
dengan ercis. Ia mendeskripsika empat konsep terkait yang menyusun model ini.
Konsep keempat adalah hukum segregasi. Pertama, versi alternatif gen
menyebabkan variasi dalam karakter yang diwarisi. Kedua, untuk setiap karakter,
organisme mewarisi dua alel, satu dari masing-masing induk. Ketiga, jika dua alel
pada suatu lokus berbeda, maka salah satunya alel dominan, menentukan
kenampakan organisme, yang satu lagi, alel resesif, tidak memiliki efek tampak
pada kenampakan organisme. Bagian keempat sekaligus terakhir dari hukum
Mendel, hukum segregasi menyatakan bahwa dua alel untuk suatu karakter
terwariskan bersegregasi (memisah) selama pembentukan gamet dan akhirnya
berada dalam gamet-gamet yang berbeda (Campbell dkk, 2008).
Studi ilmiah pertama yang mempelajari tentang sifat yang diturunkan dari
generasi ke generasi berikutnya dilakukan oleh John Gregor Mendel. Mendel
dianggap sebagai peletak dasarprinsip-prinsip hereditas yang kemudian diberi nama
Hukum Mendel. Oleh karena itu Mendel dikenal sebagai Bapak Genetika. Dalam

iii
percobaannya Mendel menggunakan tumbuhan ercis atau kapri. SetelahMendel
melakukan percobaan berulang-ulang dengan hasil yang sama, maka dibuatlah
kesimpulan sebagai berikut: Hukum Mendel 1 (Hukum Pemisahan Gen yang
Sealel/Segregasi) mengemukakan bahwa dua gen akan berpisah pada saat
pembentukan gamet (Wahyuningsih, 2019).
Mendel menyatakan bahwa pada individu heterozygot, satu alelnya
dominan sedangkan yang lainnya resesif. Dari pernyataan tersebut ciri pada induk
muncul kembali pada turunan tanaman ercis yang tumbuh dari biji heterozygote,
J.G. Mendel menyimpulkan bahwa kedua faktor untuk kedua ciri tidak bercampur
tetapi mereka tetapi faktor-faktor tersebut tetap berdiri sendiri selama hidupnya dan
memisah pada waktu pembentukan gamet. Dalam hubungan ini separuh gamet
membawahi satu faktor, sedangkan separuhnya yang lain membawahi faktor
lainnya. Kesimpulan terakhir inilah yang dikenal dengan hukum pemisahan Mendel
(Firdauzi, 2014).
Berbagai jenis organisme, dapat dibedakan dengan inspeksi langsung atau
hanya dengan metode pengukuran atau deskripsi yang lebih baik, dapat dicirikan
sebagai fenotip. Namun, selepas dari itu, tentu saja fenotip adalah hal yang nyata;
yang muncul (tidak hanya jelas) jenis organisme berulang kali objek untuk
penelitian ilmiah. Semua fenomena khas di dunia organik adalah fenotipikal dan
deskripsi dari berjuta fenotipe untuk bentuk, struktur, ukuran, warna dan karakter
lain dari kehidupan organisme telah menjadi tujuan utama sejarah alam, yang
pernah menjadi ilmu yang pada dasarnya morfologis-deskriptif karakter
(Johannsen, 2014).
Perkembangan zaman saat ini semakin meningkat, baru-baru ini salah satu
kemajuan ilmiah dan teknologi paling populer terkait dengan genetika seperti
manusia proyek genom, organisme hasil rekayasa genetika, kloning organisme,
terapi gen dan latar belakang genetik berbagai penyakit dll. Kemajuan ini
disebabkan oleh rasa ingin tahu dan kepedulian masyarakat. Seperti yang dialami
dalam semua perkembangan ilmiah dan teknologi, sedikit fragmen informasi dari
diskusi para ilmuwan dan spesialis tercermin oleh media massa. Misalnya
organisme yang dimodifikasi secara genetik memiliki risiko yang terkait dengan

iii
masalah kesehatan dan masalah lingkungan tetapi organisme semacam itu dapat
memberikan manfaat; pendapat kontroversial ini diungkapkan oleh para ahli
(Altunoglu dan Metin, 2015).
B. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
1. Komplementer
Menurut (Faisal, 2018), mengatakan bahwa komplementer terjadi apabila
suatu sifat saling mempengaruhi atau mengekspresikan satu sama lain. Jadi
komplementer merupakan suatu sifat yang dapat memunculkan sifat yang
lainnya. Komplementer adalah interaksi yang terjadi antara dua gen dominan,
yang jika mereka bersama-sama maka dapat memunculkan sifat suatu alel.
Menurut Suryo (2017), rasio fenotip untuk komplementer adalah 9 : 7.
2. Atavisme
Menurut (Suryo, 2017), mengatakan bahwa interaksi gen yang terjadi
dapat mengakibatkan suatu sifat keturunan tersembunyi dalam beberapa
generasi. Atavisme sering dijumpai pada burung dara (Columba livia). Burung
dara India yang mempunyai ekor terbuka seperti kipas apabila dikawinkan
sesamanya dalam beberapa generasi., biasanya menghasilkan anak berekor
lurus menyerupai burung dara liar. Berhubungan dari itu, atavisme merupakan
salah satu argument dari Darwin untuk menerangkan evolusi.
3. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan peristiwa tertutupnya ekspresi gen dominan apabila
berdiri sendiri. Ekspresi gen ini akan terlihat jika terdapat secara bersamaan
dengan gen dominan lain. Hasil perbandingan fenotif
pada F2-nya adalah 9:3:4 (Astarini, 2018).
4. Epistasis dan Hipostasis
Menurut (Elrod dan William, 2002), mengatakan bahwa epistasis adalah
interaksi genetik jika ebuah gen atau lokus yang mensupresi atau menyamarkan
kerja gen di lokus lain. Sedangkan gen yang tersupresi disebut sebagai
hipostatis. Sedangkan menurut (Suryo, 2019) mengatakan bahwa sebuah atau
sepasang gen lain yang bukan alelnya dinamakan gen yang epistasis.
Sedangkan gen yan dikalahkan ini tadi dinamakan gen yang hipostasis.

iii
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari / tanggal : Rabu/ 30 September 2019
Waktu : 09.10 – 10.50 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai 2 FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Baling-baling Persilangan 1 buah
b. Pulpen 1 buah
2. Bahan
a. Kertas 1 lembar
C. Prosedur Kerja

Melakukan pemutaran baling Mencatat setiap hasil dari


baling persilangan selama 100 putaran baling baling dan
kali tanpa ada kegagalan. lakukan uji Chi-Square.

iii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Persilangan Komplementer.

Fenotipe Genotipe Observed Expected (O-E)2 (O-E)2 /E.

Berwarna C_R_ 28 56 798 14

Tidak
C_rr 41 19 495 26
Berwarna

Tidak
ccR_ 21 19 5 0
Berwarna

Tidak
Ccrr 10 6 14 2
berwarna

Total 100 100 1312 43


Tabel 1.2 Persilangan Atavisme (Kriptomeri)
Fenotipe Genotipe Observed Expected (O-E)2 (O-E)2 /E.

Walnut R_P_ 49 56 49 1
Rose R_pp 22 19 9 0
Pea rrP_ 18 19 1 0
Single Rrpp 11 6 25 4
Total 100 100 84 5
Tabel 1.3 Persilangan Epistasis-Hipostasis
Fenotipe Genotipe Observed Expected (O-E)2 (O-E)2 /E.

Hitam H_K_ 50 37,5 9 0


Hitam H_kk 28 37,5 9 0
Kuning hhK_ 14 19 25 1
Putih hhkk 8 6 4 0

iii
Total 100 100 38 2

B. Pembahasan
Praktikum kali ini, kami melakukan percobaan mengenai penyimpangan
semu hukum Mendel. Penyimpangan yang kami analisa adalah persilangan
komplementer, persilangan atavisme, dan persilangan epistasis-hipostasis.
Praktikum kali ini, kami menggunakan baling-baling genetika. Kami mengambil
100 sampel dari parental penyimpangan hukum Mendel.
1. Persilangan komplementer
Persilangan komplemneter parentalnya adalah CCRR dan ccrr. Data yang
diperoleh akan digunakan untuk mendapatkan hasil Chi-Square (X2) dengan rumus
X2h < X2t dan X2h > X2t. Persilangan komplementer menghasilkan F1 atau
keturunan pertama CcRr, kemudian hasil F1 disilangkan lagi dengan sesamanya
dan membentuk gamet CR, Cr, cR, cr dengan rasio fenotip 9:7. Data yang diperoleh
dari 100 kali perputaran yaitu C_R_ sebanyak 28 kali, C_rr sebanyak 41 kali, ccR_
sebanyak 21 kali, dan ccrr sebanyak 10 dengan total sebanyak 100 kali. Hasil X2h
diperoleh dari total pemjumlahan (O-E)2/E yaitu 43. Pada persilangan
komplementer didapatkan 4 jenis genotip. Untuk mendapatkan hasil X2t, maka
digunakan rumus n-1 yaitu 4-1=3. Berdasarkan dari tabel derajat frekuensi (df),
dengan ketelitian 0,05 maka diperoleh X2t sebesar 7,815. Berdasarkan data diatas,
X2h > X2t = 43>7,815 dengan artian bahwa hipotesis tidak diterima. Dapat
dikatakan bahwa persilangan komplementer menyimpang dari Hukum Mendel.
2. Persilangan atavisme
Persilangan atavisme parentalnya RRPP dan rrpp, menghasilkan F1 atau
keturunan pertama RrPp, kemudian hasil F1 disilangkan lagi dengan sesamanya
dan membentuk gamet RP, Rp, rP, rp dengan rasio fenotip 9:3:3:1. Data yang
diperoleh dari 100 kali perputaran yaitu R_P_ sebanyak 49 kali, R_pp sebanyak 22
kali, rrP_ sebanyak 18 kali, dan rrpp sebanyak 11 dengan total sebanyak 100 kali.
Hasil X2h diperoleh dari total pemjumlahan (O-E)2/E yaitu 5. Pada persilangan
komplementer didapatkan 4 jenis genotip. Untuk mendapatkan hasil X2t, maka
digunakan rumus n-1 yaitu 4-1=3. Berdasarkan dari tabel derajat frekuensi (df),

iii
dengan ketelitian 0,05 maka diperoleh X2t sebesar 7,815. Berdasarkan data diatas,
X2h > X2t = 5<7,815 dengan artian bahwa hipotesis diterima. Dapat dikatakan
bahwa persilangan atavisme tidak menyimpang dari Hukum Mendel.
3. Persilangan epistasis-hipostasis
Persilangan epistasis-hipostasis parentalnya adalah HHKK dan hhkk,
menghasilkan F1 atau keturunan pertama HhKk, kemudian hasil F1 disilangkan lagi
dengan sesamanya dan membentuk gamet HK, Hk, hK, hk dengan rasio fenotip
12:3:1. Data yang diperoleh dari 100 kali perputaran yaitu H_K_ sebanyak 50 kali,
H_kk sebanyak 28 kali, hhK_ sebanyak 14 kali, dan hhkk sebanyak 8 dengan total
sebanyak 100 kali. Hasil X2h diperoleh dari total pemjumlahan (O-E)2/E yaitu 2.
Pada persilangan komplementer didapatkan 4 jenis genotip. Untuk mendapatkan
hasil X2t, maka digunakan rumus n-1 yaitu 4-1=3. Berdasarkan dari tabel derajat
frekuensi (df), dengan ketelitian 0,05 maka diperoleh X2t sebesar 7,815.
Berdasarkan data diatas, X2h > X2t = 2>7,815 dengan artian bahwa hipotesis
diterima. Dapat dikatakan bahwa persilangan epistasis-hipostasis tidak
menyimpang dari Hukum Mendel.

iii
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Pola-pola modifikasi persilangan dua sifat atau lebih diantaranya adalah
persilangan komplementer, persilangan atavisme, dan persilangan epistasis-
hipostasis.
2. Penyebab terjadinya suatu fenotipe hasil persilangan berbda dengan Hukum
Mendel karena adanya interaksi yang terjadi antara gen yang mana gen yang satu
menutupi sifat dari gen lainnya.
B. Saran
1. Praktikan
Praktikan sebaiknya lebih membaca langkah-langkah praktikum terlebih dahulu
agar tidak ada yang terlewat atau tidak ada yang salah dalam melakukan praktikum.
2. Asisten
Asisten sebaiknya mendampingi praktikan hingga selesainya praktikum agar tidak
terjadi kesalahan.
3. Laboran
Laboran sebaiknya sudah menyiapkan alat dan bahan kimia yang akan digunakan
dalam praktikum.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Praktikum ............................................................................ 2
C. Manfaat Praktikum .......................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
A. Alel Ganda........................................................................................ 3
B. Golongan Darah Sistem ABO .......................................................... 4
C. Golongan Darah Sistem MN ............................................................ 5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM ..................................................................... 7
A. Waktu dan Tempat ........................................................................... 7
B. Alat dan Bahan ................................................................................. 7
C. Prosedur Kerja .................................................................................. 7
BAB 4. HASIL DAN PENGAMATAN ............................................................. 9
A. Hasil Pengamatan .............................................................................. 9
B. Analisis Data .................................................................................... 10
C. Pembahasan ....................................................................................... 11
BAB 5. PENUTUP............................................................................................... 14
A. Kesimpulan ...................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15
LAMPIRAN ......................................................................................................... iv

iii
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Rinaldi, T. Soewarto ,H. Aries ,M. 2015. Implementasi Sistem Hereditas
Menggunakan Metode Persilangan Hukum Mendel untuk Identifikasi
Pewarisan Warna Kulit Manusia. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang
Ilmu Komputer Informatika. 1(1). Hal 1-13.

Arsal, AF. 2018. Genetika Arif Memahami Kehidupan. Makassar : Badan Penerbit
UNM.

Altunoglu, BD. Metin, S. 2015. The Understanding of Genetics Concepts and


Learning Approach of Pre-Service Teachers. Journal of Education and
Social Research. 5 (1). Hal 61.

Astarini, D. 2018. Peningkatan Pemahaman Materi Penyimpangan Semu Hukum


Mendel Melalui Alat Bantu Baling-Baling Genetika Pada Siswa Kelas XII
IPS 2 SMAN 1 Baturento Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Jarlitbang
Pendidikan. 3 (2). Hal 441-442.

Campbell, NA. Jane, BR. Lisa, AU. Michael, L. Cain, SA. Waserman. Peter, V.
Minorsky, RB. Jackson. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid I. Jakarta :
Erlangga.

Firdauzi, NF. 2014. Rasio Perbandingan F1 dan F2 pada Persilangan Starin N x b,


dan Starin N x tx serta Resiproknya. Jurnal Biology Science and Education.
3 (2). Hal 197-198.

Hartati. Ferry, I. 2017. Modul Genetika Berbasis Pendekatan Saintifik. Makassar :


Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Johannsen, W. 2014. The Genotype Conception of Heredity. International Journal


of Epidemiology. 43 (3). Hal 991.

Suryo. 2013. Genetika. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Wahyuningsih, T. 2019. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Proses Persilangan


dengan Metode Tutor Sebaya di SMP Negeri 3 Trengalek. Education Journal
: Education Journal Research and Development. 3 (1). Hal 3.

iii

Anda mungkin juga menyukai