PENDAHULUAN
Namun, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hukum, dalam hal ini hukum
perdata menyebabkan mereka kesulitan menyelesaikan perkara perdata yang dihadapi. Belum
lagi rumitnya bahasa hukum yang sulit dicerna oleh masyarakat awam, minimnya sosialisasi
pemerintah perihal peraturan perundang-undangan, adanya makelar kasus, dan penyimpangan
yang mungkin dilakukan oleh aparat penegak hukum menjadi kendala.
Diperlukan pengetahuan mengenai hukum acara perdata, baik secara teori maupun
pengalaman dalam praktik di pengadilan. Penulis mencoba memberikan suatu pemahaman
bagi pembaca untuk lebih mematangkan wawasan dalam menganalisa serta memahami secara
matang permasalahan hukum yang akan dihadapinya.
PEMBAHASAN
Soepomo seorang ahli hukum adat mengatakan bahwa dalam peradilan tugas hakim
ialah mempertahankan tata hukum perdata, menetapkan apa yang ditentukan oleh hukum
dalam suatu perkara.
1
Moh. Taufik, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm: 05.
Asas asas hukum acara perdata ini dikaitkan dengan dasar serta asas-asas peradilan
serta pedoman bagi lingkungan peradilan umum, peradilan militer, peradilan agama dan
peradilan tata usaha negara, dimana ketentuan ini diatur di dalam UU No. 14 Tahun 1970
mengenai Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Selain itu juga asas-asas hukum acara
perdata ini didasarkan pada HIR atau Rbg.2
Asas asas hukum acara perdata salah satunya ialah asas objektivitas. Di dalam
memeriksa perkara dan menjatuhkan putusan, maka hakim harus bersifat objektif dan
tidak boleh memihak kepada pihak manapun dalam persidangan. Semua putusan
pengadilan harus memuat alasan-alasan atas putusan yang dijadikan dasar untuk
mengadili.
Asas sederhana, cepat dan biaya ringan merupakan salah satu dari asas asas hukum
acara perdata. Yang dimaksud dengan sederhana adalah acara peradilan dilaksanakan
dengan jelas, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Kata cepat menunjuk kepada
jalannya peradilan yang dilaksanakan. Terlalu banyak formalitas merupakan
hambatan bagi jalannya pengadilan, yang seharusnya pengadilan berjalan dengan
cepat tanpa adanya penundaan karena pihak-pihak yang tidak menghadiri persidangan
2
Moh. Taufik, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm: 06-11.
Asas asas hukum acara perdata salah satunya adalah gugatan diajukan dengan surat
atau lisan. Dalam menyampaikan gugatan perdata harus diajukan ddengan surat yang
ditandatangani oleh penggungat atau oleh orang yang dikuasakan. Namun jika
penggugat tidak dapat menulis, maka diberikan keringanan untuk menyampaikan
gugatan secara lisan kepada ketua pengadilan negeri.
Asas asas hukum acara perdata salah satunya ialah inisiatif dari pihak yang
berkepentingan. Dalam hukum acara perdata, inisiatif yaitu tidak adanya suatu
perkara harus diambil oleh seseorang atau beberapa orang yang merasa, bahwa
haknya atau hak mereka telah dilanggar. Jadi tanpa adanya inisiatif dari pihak yang
dirugikan untuk menggugat, maka pengadilan tidak akan berlangsung.
Asas asas hukum acara perdata salah satunya yaitu keaktifan hakim dalam
pemeriksaan. Dalam Hukum Acara Perdata hakim harus aktif memimpin pemeriksaan
perkara dan tidak merupakan pegawai atau sekedar alat dari pada para pihak, hakim
juga harus berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk
dapat tercapainya keadilan.
Asas asas hukum acara perdata salah satunya adalah beracara dikenakan biaya. Pihak
penggugat membayar terlebih dahulu kepada panitera dengan sejumlah uang yang
besarnya ditentukan dengan pertimbangan keadaan perkara. Jika penggugat tidak
mampu membayar biaya berperkara, maka penggugat dapat mengajukan perkara
secara cuma-cuma (prodeo) untuk dibebaskan dari pembayaran biaya, dengan
mengajukan surat keterangan tidak mampu. Surat keterangan tersebut dapat dibuat
oleh camat yang membawahkan daerah tempat yang berkepentingan tinggal.
Asas asas hukum acara perdata salah satunya ialah para pihak dapat diwakilkan oleh
kuasanya. Orang yang belum pernah berhubungan dengan pengadilan dan harus
berperkara, biasanya gugup menghadapi hakim, maka seorang kuasa sangat berguna.
Sifat terbukanya persidangan merupakan salah satu dari asas asas hukum acara
perdata. Sidang pemeriksaan pengadilan pada asasnya adalah terbuka untuk umum,
terbuka untuk umum maksudnya bahwa setiap orang diperbolehkan untuk hadir dan
menyaksikan pemeriksaan di persidangan. Tujuan dari asas ini tidak lain untuk
memberi perlindungan HAM dalam bidang peradilan.
Asas asas hukum acara perdata salah satunya adalah mendengar kedua belah pihak.
Di dalam hukum, kedua belah pihak haruslah diperlakukan sama. Menurut hukum,
pengadilan mengadili dengan tidak membedakan orang, ini berarti bahwa pihak yang
berperkara harus sama-sama diperhatikan, berhak memperoleh perlakuan yang sama
dan adil serta masing-masing harus diberi kesempatan untuk memberi pendapatnya.
a. Fungsi Peradilan
1. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan
kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui
putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan undang-
undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
2. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang
memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
b. Fungsi Pengawasan
1. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di
semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan
Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan
berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4
dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
2. Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan :
- Terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan Pejabat
Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili,
dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan
tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan,
teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
- Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut peradilan
(Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985)
c. Fungsi mengatur
1. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup
diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79
Undang-undang No.14 Tahun 1985).
2. Peradilan Umum
a. Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan
Umum yang berkedudukan di ibu kota Provinsi sebagai Pengadilan Tingkat Banding
terhadap perkara-perkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri. Pengadilan Tinggi
selaku salah satu kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum mempunyai
tugas dan kewenangan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang
Peradilam Umum, dalam pasal 51 menyatakan :
3. Peradilan Agama
1. Pengadilan Tinggi Agama
Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan
Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota Provinsi. Sebagai Pengadilan
Tingkat Banding, Pengadilan Tinggi Agama memiliki tugas dan wewenang untuk
mengadili perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam tingkat
banding.
2. Pengadilan Agama
Pengadilan Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan
Agama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan
Tingkat Pertama, Pengadilan Agama memiliki tugas dan wewenang untuk
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang:perkawinan, warisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan
berdasarkan hukum Islam, wakaf dan shadaqah serta ekonomi syari'ah.
4. Peradilan Militer
1. Pengadilan Militer Tinggi
Pengadilan Militer Tinggi merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di
bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan
memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit
yang berpangkat Mayor ke atas. Selain itu, Pengadilan Militer Tinggi juga
memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana yang telah diputus
3
Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 2
Tahun 1986 tentang Peradilan umum.
4
Abdulkadir Muhammad.Hukum acara perdata Indonesia.citra Aditya bakti.Bandung.2005.hlm24.
5
Kusna Goesniadhie, Tata Hukum Indonesia.2010 (Surabaya : Nasa Media), hlm 180.
Pasal 118 ayat (2) HIR menyatakan bahwa "Jika yang digugat lebih dari
seorang, sedang mereka tidak tinggal di daerah hukum pengadilan negeri yang sama,
maka tuntutan itu diajukan kepada ketua pengadilan negeri ditempat salah seorang
tergugat yang dipilih oleh penggugat. Jika yang digugat itu adalah seorang debitur
utama dan seorang penanggungnya maka tanpa mengurangi ketentuan pasal 6 ayat (2)
"Reglemen Susunan Kehakiman dan Kebijaksanaan mengadili di Indonesia", tuntutan
itu diajukan kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal debitur utama atau
salah Seorang debitur utama".
Pasal 118 ayat (3) HIR menyatakan bahwa "Jika tidak diketahui tempat diam
si tergugat dan tempat tinggalnya yang sebenarnya, atau jika tidak dikenal orangnya,
maka tuntutan itu diajukan kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal
penggugat atau salah seorang penggugat, atau kalau tuntutan itu tentang barang tetap,
diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya terletak
barang tersebut".
Pasal 118 ayat (4) HIR menyatakan bahwa "Jika ada suatu tempat tinggal yang
dipilih dengan surat akta, maka penggugat, kalau mau, boleh mengajukan tuntutannya
kepada ketua pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya terletak tempat tinggal
yang dipilih itu".
6
Abdulkadir Muhammad.Hukum acara perdata Indonesia.citra Aditya bakti.Bandung.2005.hlm23.
7
Yan Apul. Kuliah Hukum Acara Perdata.1976 (Jakarta: Unika Atma Jaya) hlm 144.
8
Sarwono, HUKUM ACARA PERDATA Teori dan Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm: 10-13
PENUTUP
Kesimpulan
Hukum Acara Perdata adalah hukum yang mengatur bagaimana ditegakkannya hukum
perdata materiil, bagaimana orang berhadapan dimuka pengadilan dan bagaimana
pelaksanaan dari putusannya.
Saran
Dari penjelasan di atas mengenai Pengertian Hukum acara perdata dan ruang lingkupnya,
kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, untuk
mengetahuai secara komfrehensif, maka sangat dibutuhkan beberapa rujukan-rujukan yang
yang dapat memberikan pengetahuan secara mendalam.
Apul, Yan. Kuliah Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Unika Atma Jaya), 1976.
Sarwono, HUKUM ACARA PERDATA Teori dan Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 2011