Disusun Oleh:
Universitas Pamulang
Program Studi Akuntansi S1
Tahun Ajaran 2017/2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 3
BAB I .................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................ 4
C. TUJUAN PENELITIAN ......................................................................................................... 4
BAB II................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 5
A. PERMINTAAN AGREGAT……………………………………………………………………………………………………5
C. INVESTASI……………………………………………………………………………………………………………………….19
BAB III…………………………………………………………………………………………………………………………………………..25
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………………..….25
BAB IV…………………………………………………………………………………………………………………………..………………25
PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………….25
BAB V
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………..………..26
2
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
“Permintaan Agregat “.
Di dalam pembuatan makalah ini, kami berusaha menguraikan dan menjelaskan tentang
model permintaan agregat. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dilla Anggraini selaku dosen Ekonomi Makro. Yang
telah memberikan waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
dan banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik dan petunjuk dari
berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.
Semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan
informasi pada masa yang akan datang, khususnya bagi Mahasiswa/I Universitas Pamulang.
Terima kasih.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada 1936, John Maynard Keynes menulis The General Theory of Employment,
Interest and Money. Di dalamnya, ia mengusulkan cara baru untuk menganalisis
perekonomian, yang ia hadirkan sebagai alternatif dari teori klasik.
Model Keynes” diartikan berbeda-beda oleh banyak orang. Hal yang berguna untuk
memikirkan modelKeynes buku teks dasar sebagai perincian dan perluasan dari “teori
klasik”. Perputaran uang variabel dan harga “kaku”-nya mencerminkan kepercayaan Keynes
bahwa kelemahan model klasik berasal dari asumsi terlalu-ketat nya tentang perputaran
konstan serta upah dan harga yang sangat fleksibel.
B. RUMUSAN MASALAH
Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka situasi
kelebihan produksi terjadi. Pada periode berikutnya output akan turun atau harga akan turun,
atau keduanya terjadi bersama-sama. Pertanyaannya adalah bagaimana mekanisme permintaan
agregat dalam menentukan output atau income tersebut?
C. TUJUAN PENELITIAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Permintaan Agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli
oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga.Permintaan agregat dapat
ditampilkan dengan menggunakan Kurva atau tabel yang menunjukkan berbagai jenis barang
& jasa yang dibeli secara kolektif pada tingkat harga tertentu. Kurve permintaan agregat
mempunyai slope negatif. .Faktor-faktor yang menyebabkan Kurva permintaan agregat ber-
slope negatif adalah:
Efek Kekayaan
Biaya yang digunakan oleh produsen tergantung pada kekayaan yang dimiliki.
Keduanya memiliki satu hubungan yang positif. (Kekayaan mengacu pada pemegangan uang,
saham, obligasi, rumah serta asset fisik yang lain. Kekayaan yang dimiliki dipengaruhi oleh
tingkat harga)
Dampak Harga Bunga
Efek harga bunga ditujukan karena perubahan tingkat haraga mempengaruhi
harga bunga. Efek ini mempengaruhi produksi & investasi
Efek Pembelian Asing (Ekspor & Impor)
Jumlah ekspor & impor dalam suatu ekonomi tergantung pada harga Domestic
& asing
Kurva Permintaan agregat (aggregate demand curve ) adalah kurva yang menjelaskan
hubungan antara jumlah output agregat yang diminta dengan tingkat harga ketika semua
variabel lain dianggap konstan. ada dua cara yang digunakan untuk menurunkan kurva
permintaaan agregat. Pendekatan yang pertama dan yang paling sederhana adalah penekatan
teori jumlah uang dimena permintaan agregat ditentukan semata-mata oleh jumlah uang.
Sementara pedekatan yang kedua didasarkan pada pengujian perilaku bagian-bagian
komponen permintaan agregat seperti konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan
ekspor bersih. Pendekatan ini juga mempertimbangkan peran jumlah uang dalam menentukan
permintaan agregat, tetapi tidak secara langsung, meleinkan dengan cara mempertimbangkn
bagaimana perubahan jumlah uang mempengaruhi komponen-komponen permintaan agregat.
5
Pendekatan Teori Jumlah Uang terhadap Permintaan
Agregat
Teori jumlah uang menghubungkan jumlah uang M dengan jumlah pengeluaran nominal atas
barang dan jasa P X Y dimana P adalah tingkat harga dan Y adalah output riil agregat atau
secara ekuivalen adalah pendapatan riil agregat. Keterkaitan antara jumlah uang dan total
pengeluaran dari barang dan jasa akhir dikemukakan oleh Irving Fisher. Untuk memperoleh
hubungan ini, teori jumlah uang menggunakan konsep percepatan uang (velocity of money )
yaitu rata-rata jumlah berapa kali per tahun (perputaran) dari satu unit mata uang (misalya
rupiah ) yang digunakan untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian.
Percepatan (velocity-V ) dinyatakan secara lebih jelas sebagai total pengeluaran P xY dibagi
dengan jumlah uang M :
V=PxY
M
Misalkan PDB nominal (P xY ) dalam setahun adalah Rp.5 triiun, jumlah uang sebesar Rp, 1
triliun, barang dan jasa akhir dalam perekonomian adalah sebanyak 5 kali.
Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan M, akan didapatkan persamaan pertukaran
(equation of change) yang menghubungkan pendapatan nominal dengan jumlah uang dan
percepatan.
MxV=PxY
Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah uang dikalikan dengan berapa kali uang ini
digunakan dalam satu tahun tertentu harus sama dengan pendapatan nominal, yaitu total
jumlah nominal yang dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa pada tahun tersebut.
Persamaan pertukaran ini tidak lebih dari satu identitas suatu hubungan yang benar menurut
definisi, dimana persamaan tersebut menyatakan bahwa ketika uang beredar M berubah,
pendapatan nominal ( P x Y) berubah dengan arah yang sama ; kenaikan M misalnya dapat
diimbangi dengan penurunan V yang membiarkan M x V (dan karenanya P x Y) tidak
berubah.
Teori jumlah permintaan uang yang dikembangkan oleh Milton Friedman menyatakan bahwa
percepatan berubas sepanjang waktu dalam cara yang dapat diprediksi yang tidak
dihubungkan denagn perubahan uang beredar. Dengan analisis ini, prsamaan pertukaran
dibah menjadi suatu teori mengenai bagaimana pengeluaran agregat ditentukan dan disebut
sebagai teori jumlah uang ( quantity theory of money ). Dengam demikian, teori jumlah uang
menyimpulkan bahwa perubahan pengeluaran agregat terutama ditentun oleh perubahan
uang beredar.
6
Menurunkan Kurva Permintaan Agregat
Untuk menentukan permintaan agregat, selain dengan melihat bagaimana uang memengaruhi
jumlah permintaan agregat, kita juga dapat menurunkan kurva permintaan agregat dengan
melihat 4 komponen, yaitu :
Dimana :
C = pengeluaran konsumen,
I = pengeluaran investasi
G = pengeluaran pemerintah
NX = ekspor bersih
Pendekatan komponen, seperti pendekatan teori jumlah menjelaskan bahwa kurva permintaan
agregat mempunyai kemiringan menurun, karena semakin rendah tingkat harga (P ↓), dengan
juml uang nominal yang konstan, menyebabkan jumlah uang riil ( dalam arti barang dan jasa
yang dapat dibeli, (M/P ↑ ) yang semakin besar. Semakin besar jumlah uang dalam arti riil
(M/P ↑ ) yang dihasilkan dan tingkat harga yang semain rendah menyebabkan suku bunga
menurun (i ↓ ). Biaya investasi yang murah untuk membeli modal fisik baru membuat investasi
menjadi lebih menguntungkan dan menstimulasi pengeluaran investasi yang direncanakan.
Karena kenaikan pengeluaran investasi yang direncanakan secara langsung menambah
permintaan agregat (Yαd ), tingkat harga yang lebih rendah mengakibatkan tingkat jumlah
output agregat yang diminta lebih tinggi (P↓ →Yαd↑ ), secara sistematis, persamaan itu dapat
dituliskan sebagai berikut :
P ↑→M/P ↑→ i ↓ Yαd↑
Mekanisme lain yang menghasilkan kurva permintaan agregat mempunyai kemiringan yang
menurun beroperasi melalui perdagangan luar negeri. Karena tingkat harga yang lebih rendah,
mengakibatkan jumlah uang dalam arti riil yang lebih besar dan menurunkan suku bunga. Hal
ini menyebabkan penurunan nilai aset dollar relatif terhadap nilai mata uang lain. Nilai dollar
yang semakin rendah membuat barang-barang domestik relatif menjadi lebih murah terhadap
7
barang-barang luar negeri, hal ini menyebakan ekspor bersih meningkat an meningkatkan
permintaan agregat.
Dua faktor yang menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja
dan fungsi produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga
kerja yang digunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari
tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi yang
menerangkan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain untuk
mewujudkan produksi nasional.
8
FIGUR 2.Kurva Penawaran Jangka Panjang
Keterangan Figur 2 : jumlah output yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu merupakan
tingkat ouput alamiah (natural ratelevel of output) dalam jangka panjang, sehingga kurva
penawaran agregat jangka panjang LRAS meupakan garis vertikal pada Yn.
Keuntungan atas suatu unit output sama dengan harga untuk unit tersebut dikurangi dengan
biaya produksinya. Dalam jangka pendek, biaya dari banyak faktor yang masuk ke dalam
produksi barang dan jasa adalah tetap. Karena biaya-biaya ini bersifat tetap dalam jangka
pendek, ketika tingkat harga keseluruhan naik, harga untuk suatu unit output akan meningkat
relatif terhadap biaya produksi dan keuntungan per unti akan meningkat. Karena tingkat harga
yang lebih tinggi menghasilkan tngkat keuntungan yang lebih besar dalam jangka pendek,
perushaan menaikkan produksi dan jumlah output agregat yang ditawarkan meningkat, yang
menghasilkan kurva penawaran agregat jangka pendek yang memiliki kemiringan ke
atas.Faktor-faktor yang mendorong pergeseran kurva permintaan agregat adalah :
9
Pergeseran Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek
Jika biaya produksi suatu outpu meningkat, keuntungan atas suatu unit output menurun, dan
umlah output yang ditawarkan pada setiap tingkat harga menurun.
Kesimpulan : Kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri ketika biaya produksi
meningkat dan ke kanan ketika biaya menurun.
Tiga faktor pertama menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek dengan
mempengaruhi biaya upah, faktor keempat mempengaruhi biaya-biaya produksi lain.
Sebaliknya, jika perekonomian mengalami penurunan dan pasar tenaga kerja longgar (Y< Yn),
maka dalam pasar tenaga kerja yang longgar dimana jumlah tenaga kerja yang diminta lebih
kecil daripada jumlah yang ditawarkan , maka upah dan biaya produksi akan menurun, jadi
keuntungan per unit output akan meningkat dan kurva penawaran agregat jangka pendek akan
bergeser ke kanan.
10
2. Perkiraan Tingkat Harga
Kenaikan perkiraan tingkat harga mengakibatkan upah lebih tinggi, yang selanjutnya
menaikkan biaya produksi, menurunkan keuntungan per unit output pada setiap tingkat harga,
dan menggeser kurva penawaran ke kiri.
Maka, kenaikan perkiraan tingkat harga menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kiri,
semakin besar perkiraan kenaikan tingkat harga (yaitu, semakin tinggi perkiraan inflasi), maka
semakin besar pergeserannya.
3. Dorongan Upah
Misalkan bahwa para pekerja memutuskan untuk mogok kerja untuk mendapatkan upah riil
yang lebih tinngi dan mereka berhasil mendapatkan upah riil yng lebih tinggi. Maka dorongan
upah oleh para pekerja akan menyebabkan kurva penawaran agregat bergeser ke kiri.
11
ouput yang ditawarkan akan lebih besar daripada jumlah output yang diminta (kelebihan
penawaran). Sebaliknya ketika tingkat harga (katakanlah P’) berada dibawah tingkat
harga keseimbangan P*, maka jumlah output yang diminta lebih besar daripada jumlah
output yang ditawarkan (kelebihan permintaan).
Keseimbangan terjadi pada titik E pada perpotongan kurva permintaan agregat AD dan kurva
penawaran agregat jangka pendek AS.
Kekakuan ini mendorong tingkat upah untuk meningkat, menaikkan biaya produksi, dan
menggeser kurva penawaran agregat AS2. Keseimbangan sekarang berada pada titik 2, dan
output menurun ke Y2. Karena output agregat Y2 masih berada di tingkat alamiah Yn, upah
terus didorong naik dan secara perlahan-lahan menggeser kurva penawaran agregat ke AS3.
Keseimbangan yang dicapai pada titik 3 berada pada kurva penawaran agregat jangka
panjang yang vertical (LRAS) pada Yn dan merupakan keseimbangan jangka panjang.
Karena output tidak ada kecenderungan lebih lanjut bagi kurva penawaran agregat untuk
bergeser.
Pergerakan pada panel (a) menunjukkan bahwa perekonomian tidak akan tetap pada tingkat
output yang lebih besar daripada tingkat alamiah karena kurva penawaran agregat jangka
pendek akan bergeser kekiri, meningkatkan tingkat harga dan menyebabkan perekonomian
(kekseimbangan) meluncur naik sepanjang kurva permintaan agregat hingga mencapai titik di
sepanjang kurva penawaran jangka panjang pada tingkat output natural Yn.
Pada panel (b) keseimbangan awal pada titik 1 adalah salah satu dimana output Y1 berada
dibawah tingkat alamiah. Karena pengangguran lebih tinggi daripada tingkat alamiahnya, upah
menurun, yang menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek ke kanan hingga berada
pada AS3.
12
mencapai keseimbangan jangka panjang titik 3, yaitu perpotongan kurva permintaan agregat
(AD) dan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS) pada Yn. Disini sebagaimana pada
panel (a), perekonomian tidak lagi bergerak ketika output telah kembali lagi ke tingkat
alamiah.
Hal yang menonjol dari kedua panel Figur 5 bahwa terlepas dimana output awalnya berbeda,
secara perlahan-lahan output kembali ke tingkat alamiahnya. Sifat ini dijelaskan dengan
mengatakan bahwa perekonomian mempunyai mekanisme koreksi diri ( self-correcting
mechanism).
Pada kedua panel, keseimbangan jangka pendek awal adalah pada titik 1 pada perpotongan AD
dan AS1. Pada panel (a), Y1>Yn sehingga kurva penawaran agregt jangka pendek terus
bergeser ke kiri hingga mencapai AS2, dimana output telah kembali ke Yn. Pada panel (b),
Y1<Yn sehingga kurva penawaran agregat jangka pendek terus bergeser ke kanan hingga
output kembali ke Yn lagi. Dengan demikian dalam kedua kasus, perekonomian menampilkan
suatu mekanisme koreksi diri yang mengembalikannya lagi ke tingkat output alamiah.
Figur tersebut menunjukkan perekonomian pada awalnya berada pada keseimbangan jangka
panjang di titik 1, dimana kurva permintaan agregat awal AD1 berpotongan degan kurva
penawaran jangka pendek AS1, perekonomian bergerak ke titik 1 dan output maupun harga
meningkat. Tetapi perekonomian tidak akan tetap berada pada titik 1 dala jangka panjang,
karena output pada Y1 berada ada tingkat alamiah. Upah akan meningkat, menaikkan biaya
produksi pada semula tingkat harga, dan kurva penaaran agregat jangka pendek akan bergeser
ke kiri ke AS2, dimana perekonomia akan tetap berada. Dengan demikian, perekonomian
(keseimbangan) menggeser kurva permintaan jangka panjang (LRAS) pada Yn.
13
Meskipun dampak awal jangka pendek dari pergeseran ke kanan kurva permintaan agregat
adalah kenaikan tingkat harga da utput, dampak akhir jangka panjang hanya berupa kenaikan
tingkat harga.
FIGUR 6 Respons Output dan Tingkat Harga terhadap Pergesern Kurva Permintaan Agrgat
Pergeseran kurva permintaan agregat dari ke , menggerakkan perekonomian dari titik 1 ke
titik 1'. Karena > Yn, kurva penawaran agregat jangka pendek mulai bergeser ke kiri, secara
perlhan mencapai , dimana output kembali ke Yn dan tingkat harga meningkat menjadi .
FIGUR . Respons Output dan Tingkat Harga terhadap Kurva Penawaran Agregat Jangka
Pendek
14
selera ( kenginan para pekerja untuk bekerja, misalnya ; teknologi ( produktivitas ) sebagai
dorongan – dorongan utama di belakang fluktuasi jangka pendek dalam siklus usaha, karena
guncangan – guncangan ini mengakibatkan fluktuasi jangka pendek yang substansial dalm
Yn.
Teori histeresis ( hysteresis ), yaitu pergerakan dari tingkat pengerjaan penuh akibat
pengangguran yang tinggi di masa lalu. Ketika pengangguran meningkat karena penurunan
permintaan agregat yang menggeser kurva AD ke dalam, tingkat pengangguran alamiah
dipandang meningkat di atas tingkat pengerjaan penuh.
Hal ini dapat terjadi karena penganggur menjadi kurang semangat dan gagal untuk mencari
pekerjaan atau karena pengangguran menjadi kurang semangat dan gagal untuk mencari
pekerjaan atau karena pemberi kerja enggan untuk mempekerjakan pekerja yang telah
menganggur cukup lama, melihatnya sebagai sinyal bahwa pekerja tidak diinginkan. Hasilnya
adalah bahwa tingkat pengangguran alamiah bergeser ke atas setelah pengangguran menjadi
tinggi dan Yn turun di bawah tingkat pengerjaan penuh.
Dalam situasi ini, mekanisme koreksi diri dalam dapat mengembalikan perekonomian hanya
kepada tingkat pengerjaan penuh. Hanya dengan kebijakan ekspansioner untuk menggeser
kurva permintaan agregat ke kanan dan meningkatkan output agregat tingkat pengangguran
alamiah dapat diturunkan
( Yn dinaikkan ) ke tingkat pengerjaan penuh. Pendukung histeresis kemungkinan besar
mendukung para aktivis, kebijakan ekspansioner untuk mengembalikan perekonomian
kepada pengerjaan penu
Menurut Keynes, apabila terjadi perubahan harga, maka jumlah yang beredar riil
(Ms/P) akan berubah, akibatnya terjadi perubahan pada tingkat bunga (i). Selanjutnya
perubahan tingkat bunga tersebut akan mempengaruhi investasi (I) yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pendapat nasional.
Jadi pada intinya, perbedaan pendapat kedua ekonom tersebut terletak pada perubahan
variabel-variabel ekonomi akibat adanya perubahan harga. Keynes menitik beratkan pada
perubahan tingkat bunga, sedangkan Pigou menitik beratkan perubahan konsumsi ketika
terjadi perubahan harga.
15
B. MODEL PERMINTAAN AGREGAT
Pasar barang dan kurva IS (singkatan dari investasi dan saving/tabungan) memplot hubungan
antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar dan jasa.
Pasar uang dan Kurva LM (singkatan dari likuiditas dan money/uang) memplot
hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar uang.
Karena tingkat bunga mempengaruhi baik investasi dan permintaan uang, ia adalah
variabel yang menghubungkan dua bagian model IS-LM. Model menunjukan bagaimana
interaksi antara pasar-pasar ini menentukan posisi dan kemiringan kurva permintaan agregat,
dan karenanya, tingkat pendapatan nasional dalam jangka pendek. Dalam General Theory of
Money, Interest and Employment (1936), Keynes menyatakan pendapatan total
perekonomian, dalam jangka pendek, ditentukan sebagaian besar oleh keinginan belanja
rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Semakin orang ingin belanja, semakin banyak
barang dan jasa yang perusahaan dapat jual. Semakin banyak yang perusahaan jual, semakin
banyak output yang mereka akan pilih untuk diproduksi dan semakin banyak yang mereka
akan pilih untuk dipekerjakan. Jadi, masalah selama resesi dan depresi,menurut Keynes,
adalah belanja yang tidak cukup. Perpotongan Keynes adalah usaha untuk memodelkan
wawasan ini.
16
pemerintah ingin belanjakan untuk barang dan jasa. Perekonomian ada di ekuilibrium bila :
Pengeluaran aktual = Penge-luaran yang direncanakan atau Y = E
17
dan jasa menggeser kurva IS ke kanan. Perubahan-perubahan dalam kebijakan fiskal yang
mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa menggeser kurva IS ke kiri.
18
C. INVESTASI
Investasi adalah pengeluaran oleh swasta untuk pembelian barang-barang dan jasa yang
akan dipakai dalam proses produksi atau dengan kata lain sama dengan permintaan oleh
swasta terhadap barang dan jasa (input) yang diperlukan untuk investasi produktif. Faktor
yang menentukan pengeluaran investasi berbeda dengan konsumsi.Perbedaanya terletak
dalam hal tujuan membeli barang, yaitu untuk investasi dengan harapan untuk mendapatkan
keuntungan sedangkan konsumsi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Perbedaan lain adalah sumber pembiayaan untuk investasi dapat berasal dari berbagai sumber
pembiayaan dan keuangan dimana jumlahnya tidak tergantung dari kondisi keuangan
sekarang tetapi pada harapan kondisi keuangan dimasa mendatang. Pembiayaan konsumsi
rumah tangga berasal berasal dari pendapatan sekarang.Jadi pengeluaran investasi jumlahnya
bisa jauh melebihi jumlah pendapatan sekarang, jadi tidak tergantung dengan income.Apa
yang menentukan besarnya investasi dalam masyarakat?
Faktor yang menentukan pengeluaran investasi ada dua yaitu harapan keuntungan
(expectation of future profit) yang akan diperoleh dimasa mendatang dan biaya dari uang
yang harus ditanggung akibat pengeluaran uang tersebut. Harapan keuntungan tersebut
biasanya dinyatakan dalam persentase keuntungan per satuan waktu dan biaya penggunaan
dana dinyatakan dalam persentase atau disebut tingkat bunga. Sebuah investasi akan
dilakukan apabila harapan keuntungan lebih besar dari biaya penggunaan dana atau tingkat
bunga (interest rate). Semakin besar selisih kedua faktor ini maka semakin besar pula
investasi yang akan dilakukan. Tingkat keuntungan yang diharapkan tersebut disebut dengan
Marginal Efficiency of Capital (MEC). Semakin besar selisih antara MEC dengan tingakat
bunga yang berlaku maka akan semakin besar pula volume investasi yang akan dilakukan.
Secara grafik dapat dilihat seperti pada Gambar 5.2.Grafik MEC adalah negatif, berbanding
terbalik dengan tingkat bunga yang berlaku.Semakin rendah bunga yang berlaku maka
semakin besar pula harapan keuntungan sehingga investasi juga semakin besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi tersebut dapat juga dinyatakan secara matematis
sebagai berikut:
I = K – bi b > 0 (5.8)
Gambar 5.2
Gambar 5.2.Marginal Efficiensy of Capital atau harapan keuntungan dari investasi yang
dikeluarkan, dapat dinyatakan dengan hubungan investasi kumulatif dengan tingkat bunga
19
yang berlaku.Semakin rendah bunga yang berlaku berarti semakin tinggi harapan untuk
meraih keuntungan dimasa mendatang sehingga investasi semakin naik.
K adalah investasi yang otonom atau exogenous, i adalah tingkat bunga dan b adalah
koefisien yang menunjukkan seberapa sensitive investasi tersebut terhadap perubahan tingkat
bunga.Sesuai dengan grafik 5.2 diatas maka koefisien b adalah bertanda negatif yang berarti
semakin rendah tingkat bunga maka semakin tinggi pengeluaran investasi karena semakin
banyak proyek investasi yang layak untuk dilaksanakan.
Selain dari faktor bunga, dalam kenyataan sehari-hari investasi bukan hanya
ditentukan oleh bunga tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor ekonomi yang lain dan bahkan
juga dipengaruhi oleh faktor sosial dan politik. Misalnya keamanan, kestabilan politik,
kepastian hukum di suatu Negara berpengaruh sangat besar terhadap masuknya investor dari
luar negeri.
Kedua, pengeluaran investasi juga diasumsikan exogenous, hal ini semat-mata untuk
memudahkan dalam analisis.Sebetulnya investasi, seperti diuraikan diatas, ditentukan oleh
tingkat bunga (i), tetapi dalam uraian berikut ini sementara dainggap exogenous.
Ketiga, analisis dilakukan dalam ekonomi tertutup, artinya tidak ada export dan
import dalam pengeluaran agregat (AD).Ketiga asumsi ini tidak mengurangi atau merubah
validitas analisis yang dilakukan. Bila ketiga asumsi ini dimasukkan dalam analisis maka
hasilnya akan tetap sama.
Sekarang kita mulai analisis dengan sebuah contoh berikut.Misalnya, bila pengeluaran
aggregate dinaikan sebesar D maka berapa besar dampaknya terhadap output? Bila ada
tambahan pengeluaran aggregate atau permintaan agregat sebesar D maka akan terjadi
tambahan produksi sebesar D dan kenaikan output atau income sebesar D juga. Selanjutnya
pengeluaran sebesar D tadi akan menjadi pendapatan bagi penjual yang menerima
pengeluaran D. Oleh penjual ini uang sebesar D akan dibelanjakan lagi untuk memenuhi
kebutuhannya tetapi tidak sebesar D. Besarnya pengeluaran pada putaran kedua ini adalah z∆
D yaitu sesuai dengan kecenderungan berbelanja mereka atau Marginal Propencity to
Consume (MPC). Tambahan income yang tercipta adalah sebesar ∆D + z∆D atau (1+z) ∆D.
20
Demikianlah seterusnya akan terjadi pelipatan dampak secara berantai melalui putaran
pengeluaran antara konsumen dan penjual atau produsen. Dampak akhir dari tambahan
pengeluaran sebesar ∆D adalah sebesar 1/(1-z) kali ∆D yang merupakan penjumlahan dari
semua tambahan income pada setiap putaran (Tabel 5.1).
Dari uraian diatas dapat ditulis bahwa total tambahan income adalah sebagai berikut:
∆ AD = = ∆ Y0 (5.8)
Bila pengeluaran naik sebesar 100 juta dan MPC adalah 0.8, berapa tambahan
pendapatan akibat tambahan pengeluaran tersebut? Dengan memasukkan angka diatas maka
didapat tambahan pendapatan ∆Y = 1/(1-0,8) kali 100 = 500 juta. Berarti multipliernya
adalah sebesar 5 kali lipat. Multiplier didefinisikan sebagai besarnya kelipatan perubahan
output akibat perubahan satu unit pengeluaran (C, I, G).
Formula multiplier ini dapat diturunkan dengan cara lain. Besarnya setiap perubahan
output yang terjadi harus sama dengan besarnya perubahan aggregate demand sehingga,
∆ Y0 = ∆ AD. (5.9)
∆ AD = ∆ D + c∆Y0 (5.10)
21
Gabungan persamaan (5.9) dengan (5.10) didapatkan persamaan,
∆ Y0 = ∆ D + c∆Y0
c∆ Y0 = (5.11)
Atau multiplier dapat juga diturunkan dari persamaan konsumsi dan agregat demand seperti
dibawah ini.
Y = AD = C + I + G
Y = a + I + G + cY (5.12)
Y – cY = D
Y=D
Proses dari pelipatan income atau multiplier ini dapat digambarkan secara grafis pada
Gambar 5.3.
Pada awalnya titik keseimbangan adalah pada titik E0 dengan pendapatan OY0 dan
pengeluaran agregat OAD0. Kemudian sektor bisnis melihat ada prospek untuk meraih
keuntungan dimasa yang akan datang sehingga mereka menambah investasi sebesar ∆D
(dapat berupa ∆I). Misalkan tambahan investasi ini meningkatkan AD pada putaran pertama
sebesar AE0. Penambahan AD ini langsung menjadi tambahan pendapatan bagi penjual
barang input yang dibeli oleh investor, yaitu sebesar AB dan selanjutnya direspon oleh
produsen dengan manaikan output dengan jumlah yang sama. Pada putaran kedua tambahan
output atau pendapatan kembali dibelanjakan sesuai dengan MPC yaitu sebesar cAB = BC.
Pengeluaran tambahan AD ini kembali menaikan pendapatan dan direspon oleh produsen
dengan menaikan output sehingga akhirnya proses ini berhenti pada titik E1 dengan tingkat
pengeluaran yang lebih tinggi dari semula yaitu, yaitu AD0 AD1.dan pendapatan juga lebih
tinggi yaitu sebesar 1/(1-c) kali lipat dari ∆D atau Y0Y1.
Secara geometric MPC adalah slope atau kemiringan dari kurva kosumsi. Karena kurva
Consumsi menurut persamaan (5.4) adalah C = a + cY, maka MPC adalah koefisien c, yaitu
sama dengan = .
22
Gambar 5.4.Penurunan Multiplier secara garfik. Pada titik keseimbangan E0, Y0 = AD0 = cY
+ D. Ketika terjadi penambahan pengeluaran ∆D (dapat berupa I atau G) maka titik
keseimbangan berubah. Mula-mula tambahan permintaan menjadi E0A, tambahan
permintaan ini merupakan tambahan income sebesar AB bagi penjual (E0A=AB). Melalui
proses multiplier tambahan income ini mendorong permintaan lanjutan (BC) yang kemudian
kembali direspon oleh produsen dengan menaikan output. Demikian seterusnya sampai
proses ini berhenti pada titik keseimbangan baru E1 sehingga tambahan AD atau output
menjadi 1/(1-c) kali ∆D yang tidak lain adalah sama dengan Y0Y1= AD0 AD1.
Dari uraian diatasa ternyata besaran multiplier tergantung dengan besaran MPC atau
koefisien c, yaitu proporsi dari income yang dibelanjakan oleh konsumen untuk keperluan
konsumsi.Semakin besar proporsi income yang dibelanjakan maka semakin besar pula
multiplier dan semakin besar pula dampaknya terhadap kenaikan income atau output. Tetapi
harus diingat bahwa proses ini hanya bisa berlangsung dalam waktu pendek. Dalam jangka
panjang hal ini tidak bisa berlanjut karena income tidak bisa ditopang oleh konsumsi yang
tinggi saja karena konsumsi juga teragantung dari income, sedangkan income / output juga
ditentukan oleh faktor ril seperti investasi disamping konsumsi, pengeluaran pemerintah dan
net export.
Secara empiris hal tersebut diatas adalah benar bahwa konsumsi dalam jangka pendek
bisa mendorong pertumbuhan ekonomi karena ekonomi belum mencapai full
employement.Misalnya masih banyak pabrik yang belum bekerja penuh, tenaga kerja banyak
yang menganggur, dan seterusnya sehingga output masih bisa didorong tumbuh tanpa
investasi baru.Tetapi untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang, artinya setelah ekonomi
mencapai full employement, maka diperlukan investasi baru untuk berlanjutnya pertumbuhan
ekonomi.
23
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan dalam sistem standar kertas, tidak ada
proses otomatis yang menstabilkan tingkat harga. Disini kaum klasik melihat satu-satunya
peranan makro pemerintah, yaitu mengendalikan jumlah uang beredar sesuai dengan
kebutuhan transaksi masyarakat.
Di dalam sistem standar emas, ada mekanisme otomatis yang menjamin kestabilan
harga. Disini peranan pemerintah tidak dianggap perlu, sebab jumlah uang (emas) yang
beredar akan otomatis menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat.
Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi
dengan permintaan agregat masyarakat apabila permintaan agregat melebihi penawaran
agregat (atau output yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan terjadi situasi
“kekurangan produksi”. Pada periode berikutnya output akan naik atau harga akan naik, atau
keduanya terjadi bersama-sama.
Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka situasi
“kelebihan produksi” terjadi. Pada periode berikutnya output akan turun atau harga akan
turun, atau keduanya terjadi bersama-sama.
24
BAB IV
PENUTUP
Demikianlah makalah yang telah kami susun, semoga dapat bermanfaat dan bisa
dijadikan salah satu rujukan bagi teman-teman yang sedang bergelut dalam membahas
tentang ekonomi makro.
25
BAB V
REFERENSI
Karim, Andriawan. Ekonomi Makro Islam. Jakarta, 2007, edisi ketiga
Khan, Fahim. Essays in islamic economics, Leicester : Islamic Fundation, 1995
http://id.wikipedia.org
http://pustakauntuksemua.blogspot.co.id/2013/06/analisis-permintaan-dan-
penawaran.html
26