Anda di halaman 1dari 9

Tugas Resume

“MANAJEMEN PAJAK”

SANWIN

B1C1 16 083

KELAS B

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB I

SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA DAN BEBAN PAJAK


PERUSAHAAN

A. SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA

 Definisi Pajak

Dewasa ini pajak merupakan suatu sendi perekonomian untuk menopang


jalannya pembangunan, walau dapat dipastikan bahwa hukum merupakan
suatu unsur yang penting dalam perpajakan, akan tetapi apabila kita telusuri
lebih lanjut bahwa mempelajari perpajakan maka kita mempelajari hukum
terutama menyangkut masalah fiskal. Oleh karena itu mempelajari perpajakan
dapat dibicarakan dari berbagai aspek yaitu aspek hukum, aspek sosiologi,
aspek ekonomi, aspek akuntansi dan sebagainya. Tetapi, dalam mempelajari
perpajakan pada umumnya dilakukan dengan dua pendekatan yang lazim
digunakan yaitu dari segi hukum atau perundang – undangan dan pendekatan
dari segi ekonomi.

Pengertian pajak menurut Pof. Dr. Rochmat Soemitro, SH: pajak


adalah iuran kas kepada kas Negara berdasarkan undang – undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Sementara definisi Pajak yang di kemukakan oleh S.I. Djadiningrat, Pajak
adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara
yang disebabkan oleh keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut timbal balik dari
Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. Sedangkan
definisi pajak yang dikemukan oleh Dr. Soeparman Soemahamidjaja,
Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh
pengusaha berdasarkan norma – norma hukum, guna menutup biaya produksi
barang – barang dan jasa – jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah pungutan wajib
yang dibayar untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah
dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasakan
manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk
kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah
satu sumber dana pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan pajak dapat
dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.

 Fungsi Pajak

Secara teoritis, pajak mempunyai dua fungsi pokok, yaitu sebagai sumber
penerimaan Negara (budgetary function) dan sebagai alat untuk mengatur atau
mengontrol kegiatan sector swasta suatu perekonomian (regulatory function).
Adapun dua fungsi pajak adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Penerimaan. Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk


membiayai pengeluaran – pengeluaran pemerintah, sebagai contoh
dimasukkannya pajak sebagai penerimaan APBN dalam negeri.
2. Fungsi Mengatur. Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh di
kenakan pajak yang tinggi pada minuman keras, untuk mengurangi
konsumsi minuman keras dan pengenaan Bea Masuk dan pajak penjualan
atas barang mewah untuk produk – produk impor tertentu dalam rangka
melindungi produk – produk dalam negeri.
 Hukum Pajak

Hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan – peraturan yang mengatur


hubungan pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar
pajak. Hukum pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Hukum pajak material, merupakan aturan – aturan yang
menjelaskan keadaan, perbuatan yang timbul karena undang –
undang pada saat di penuhi tatbestand (kejadian, keaadaan
peristiwa). Dengan demikian, hukum pajak material mengatur
tentang timbulnya utang, besarnya utang pajak, dan hapusnya
utang pajak baik berupa sangsi administrasi sehingga hubungan
hukum antara fiskus dan wajib pajak selesai.
2. Hukum pajak formil, merupakan aturan – aturan mengenai
berbagai cara untuk mewujudkan hukum material menjadi suatu
kenyataan. Dengan demikian bahwa utang pajak baru timbul pada
saat dikelurkan surat ketetapan pajak.

 Asas Pemungutan Pajak

Dalam memungut pajak, institusi pemungut pajak hendaknya


memerhatikan berbagai faktor yang selanjutnya dikenal sebagai asas
pemungutan pajak. Pada uraian di bawah ini disajikan berbagai asas
pemungutan pajak menurut Adam Smith yaitu:

1. Asas Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus


sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak
boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.
2. Asas Certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan Undang –
Undang, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi
hukum.
3. Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut pada saat yang
tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib
pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima
hadiah.
4. Asas Efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat
mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar
dari hasil pemungutan pajak.

 Asas Pengenaan Pajak

Dalam mengenakan pajak terhadap wajib pajak, institusi pemungut pajak


harus memerhatikan berbagai faktor terkait sumber penghasilan atau manfaat
(objek pajak) dan penerima penghasilan atau manfaat (subjek pajak) yang
selanjutnya dikenal sebagai asas pengenaan pajak. Pada uraian di bawah ini
disajikan berbagai asas pengenaan pajak.

1. Asas Domisili (Domicile, Residence Principle). Berdasarkan asas ini,


negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima
atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan
perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk atau
berdomisili di negara itu atau badan yang berkedudukan di negara itu.
2. Asas Sumber (Source Principle). Negara yang menganut asas sumber
akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau
diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila penghasilan yang
akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh orang pribadi
atau badan yang bersangkutan dari suatu negara.
3. Asas Kebangsaan, Nasionalitas, Kewarganegaraan (Nationality,
Citizenship Principle). Dalam asas ini, yang menjadi landasan
pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari orang atau badan
yang memperoleh penghasilan. Berdasarkan asas ini, tidaklah menjadi
persoalan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal.
 Dasar Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak juga diperlukan tata cara dalam


pemungutannya, sebagai berikut:

 Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :

a. Stelsel Nyata. Pengenaan Pajak didasarkan pada objek


(penghasilan yang nyata), pemungutan dilakukan pada akhir tahun
pajak setelah penghasilan sesungguhnya diketahui. Pajak lebih
realistis tapi baru dapat dikenakan di akhir periode.
b. Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel). Pengenaan pajak didasarkan
pada suatu anggapan yang diatur Undang-Undang. Tanpa
menunggu akhir tahun dan tidak berdasarkan keadaan
sesungguhnya.
c. Stelsel Campuran. Merupakan kombinasi antara stelsel Nyata dan
stelsel anggapan. Pada awal tahun dihitung berdasarkan anggapan
dan akhir tahun disesuaikan dengan keadaan yang sebebnarnya.

 Sistem Pemungutan Pajak

Di Indonesia, berlaku 3 jenis sistem pemungutan pajak, yakni:

1. Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak


yang membebankan penentuan besaran pajak yang perlu
dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan.
2. Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak
yang membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak
terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut
pajak.
3. Withholding System. Pada Withholding System, besarnya pajak
dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak dan bukan
juga aparat pajak/fiskus.

B. PAJAK PERUSAHAAN

 PPh Perusahaan
Pajak Penghasilan adalah pajak negara yang dikenakan pada setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh wajib pajak, baik
berasal dari dalam maupun dari luar negeri, yang dapat menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan. PPh tersebut dikenakan terhadap
pengahasilan orang pribadi dan badan yang diterima selama satu tahun
pajak.
Selain perseorangan PPh juga diberlakukan kepada perusahaan atas
pengelolaan barang dan jasa. Seluruh badan usaha di Indonesia baik yang
berbentuk Perusahaan Terbatas (PT), Perusahaan Firma (Fa), dan
Perusahaan Komanditer (CV) yang memiliki NPWP diwajibkan untuk
membayar pajak. Dalam memenuhi kewajiban pajaknya, terdapat beberapa
jenis pajak penghasilan yang dikenakan kepada Wajib Pajak Badan.
Berikut pembahasan mengenai jenis pajak penghasilan yang berlaku bagi
badan usaha:
1. PPh Pasal 15 merupakan laporan pajak yang berhubungan dengan
norma perhitungan khusus untuk golongan wajib tertentu.
2. PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.
3. PPh Pasal 21 merupakan pemungutan pajak dari wajib pajak yang
melakukan kegiatan impor atau dari pembeli atas penjualan barang
mewah.
4. PPh Pasal 23 merupakan pajak yang dipotong oleh pemungut pajak
dari Wajib Pajak saat transaksi yang meliputi transaksi dividen,
royalti, bunga, hadiah dan penghargaan, sewa dan penghasilan lain
yang terkait dengan penggunaan aset selain tanah atau bangunan.
5. Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan angsuran pajak yang berasal
dari jumlah Pajak Penghasilan terutang menurut SPT Tahunan PPh
dikurangi PPh yang dipotong serta PPh terutang di Luar Negeri yang
boleh dikreditkan.
6. Pajak Penghasilan Pasal 26 merupakan pajak yang dikenakan atas
penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima Wajib Pajak
(WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. Tarif
umum PPh Pasal 26 adalah 20%.
7. Pajak Penghasilan Pasal 29 dihasilkan dari nilai lebih pajak terutang
(pajak terutang dikurangi kredit pajak) yaitu saat jumlah pajak
terutang suatu perusahaan dalam satu tahun pajak lebih besar dari
jumlah kredit pajak yang telah dipotong oleh pihak lain dan telah
disetor sendiri. PPh Pasal 29 harus dibayarkan sebelum SPT Tahunan
PPh Badan dilaporkan.
8. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) merupakan pajak dari penghasilan
yang dipotong dari bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, bunga simpanan yang dibayarkan
koperasi, hadiah undian, transaksi saham dan sekuritas lainnya, serta
transaksi lain sebagaimana diatur dalam peraturan.

 PPN dan PPnBM


Undang – undang yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak atas barang Mewah (PPnBm) adalah undang –
undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Undang – undang PPN
nomor. 11 Tahun 1994 dan nomor 18 Tahun 2000, sebagaimana telah
beberapa kali di ubah terakhir dengan undang – undang nomor. 42 Tahun
2009.

 Pajak Pihak Ke Tiga

Dalam Pasal 35 UU KUP yang berbunyi, “Apabila dalam


menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
diperlukan keterangan atau bukti dari bank, akuntan publik, notaris,
konsultan pajak, kantor administrasi dan/atau pihak ketiga lainnya, yang
mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang dilakukan pemeriksaan
pajak, penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana dibidang
perpajakan, atas permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, pihak-
pihak tersebut wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta.”

 Pajak Lain – Lain

Jenis-jenis pajak di Indonesia dikelompokkan berdasarkan cara


pemungutan, sifat dan lembaga pemungutnya. Apa saja jenis-jenis pajak
yang dimaksud. Jenis-jenis pajak berdasarkan cara pemungutannya terdiri
dari pajak langsung dan pajak tidak langsung.Jenis-jenis pajak berdasarkan
sifatnya terdiri dari pajak subjektif dan pajak objektif. Sementara jenis-
jenis pajak berdasarkan lembaga pemungutannya terdiri dari pajak pusat
dan pajak daerah.

Anda mungkin juga menyukai