Anda di halaman 1dari 10

Tugas Resume

“MANAJEMEN PAJAK”

SANWIN

B1C1 16 083

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
STRATEGI PERENCANAAN STABILISASI PENGHASILAN

A. TARIF PAJAK DAN EFEKTIVITAS STABILISASI


PENGHASILAN

 Tarif Pajak Progresif


Pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang
naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar
pengenaan pajak, dan kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu
setiap kali naik.
Di Indonesia, pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk
wajib pajak orang pribadi, yakni:
 Untuk lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai dengan Rp 50
juta, tarif pajaknya 5%
 Untuk lapisan PKP diatas Rp 50 juta hingga Rp 250 juta, tarif
pajaknya 15%
 Untuk lapisan PKP diatas Rp 500 juta, tarif pajaknya 30%

 Tarif Pajak Proporsional


Tarif pajak proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski
terjadi perubahan terhadap dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun
jumlah objek pajak, persentasenya akan tetap. Contohnya adalah pajak
pertambahan nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari beberapa pun objek
pajaknya.
B. KEBIJAKAN AKUNTANSI

 Kebijakan Akuntansi Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan


yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah,
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.

 Klasifikasi
Persediaan merupakan aset yang berupa:
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka
kegiatan operasional pemerintah daerah, misalnya barang pakai habis
seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen
peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.

b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses


produksi, misalnya bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, bahan
baku pembuatan benih.

c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau


diserahkan kepada masyarakat, misalnya adalah alat-alat pertanian
setengah jadi, benih yang belum cukup umur.

d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat


dalam rangka kegiatan pemerintahan, misalnya adalah hewan dan bibit
tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.

Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam


neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
 Pengakuan

1. Pengakuan Persediaan
Persediaan diakui (a) pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal, (b) pada saat diterima atau hak kepemilikannya
dan/atau kepenguasaannya berpindah.
2. Pengakuan Beban Persediaan
Terdapat dua pendekatan pengakuan beban persediaan, yaitu pendekatan
aset dan pendekatan beban. Dalam pendekatan aset, pengakuan beban
persediaan diakui ketika persediaan telah dipakai atau dikonsumsi.
Pendekatan aset digunakan untuk persediaan-persediaan yang maksud
penggunaannya untuk selama satu periode akuntansi, atau untuk maksud
berjaga-jaga. Contohnya antara lain adalah persediaan obat di rumah sakit,
persediaan di sekretariat SKPD. Dalam pendekatan beban, setiap
pembelian persediaan akan langsung dicatat sebagai beban persediaan.
Pendekatan beban digunakan untuk persediaan-persediaan yang maksud
penggunaannya untuk waktu yang segera/tidak dimaksudkan untuk
sepanjang satu periode. Contohnya adalah persediaan untuk suatu
kegiatan.
3. Selisih Persediaan
Sering kali terjadi selisih persediaan antara catatan persediaan menurut
bendahara barang/pengurus barang atau catatan persediaan menurut fungsi
akuntansi dengan hasil stock opname. Selisih persediaan dapat disebabkan
karena persediaan hilang, usang, kadaluarsa, atau rusak. Jika selisih
persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang normal, maka
selisih persediaan ini diperlakukan sebagai beban. Jika selisih persediaan
dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang abnormal, maka selisih
persediaan ini diperlakukan sebagai kerugian daerah.
 Efek Metode Penilaian Persediaan Terhadap Arus Kas

Persediaan dicatat dengan metode perpetual/periodik.


1. Metode Perpetual
Dalam metode perpetual, fungsi akuntansi selalu mengkinikan nilai
persediaan setiap ada persediaan yang masuk maupun keluar. Metode
ini digunakan untuk jenis persediaan yang berkaitan dengan
operasional utama di SKPD dan membutuhkan pengendalian yang
kuat. Contohnya adalah persediaan obat-obatan di RSUD, persediaan
pupuk di dinas pertanian, dan lain sebagainya. Dalam metode
perpetual, pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan
catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan dengan nilai per unit sesuai
metode penilaian yang digunakan.
2. Metode Periodik
Dalam metode periodik, fungsi akuntansi tidak langsung mengkinikan
nilai persediaan ketika terjadi pemakaian. Jumlah persediaan akhir
diketahui dengan melakukan perhitungan fisik (stock opname) pada
akhir periode. Pada akhir periode inilah dibuat jurnal penyesuaian
untuk mengkinikan nilai persediaan. Metode ini dapat digunakan untuk
persediaan yang sifatnya sebagai pendukung kegiatan SKPD,
contohnya adalah persediaan ATK di sekretariat SKPD. Dalam metode
ini, pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan
inventarisasi fisik, yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah
pembelian atau perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir
persediaan dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode penilaian
yang digunakan.
 Penilaian Persediaan dengan Sistem Periodik (Fisik)
Untuk menentukan nilai persediaan barang pada akhir periode menurut
system pisik adalah sebagai berikut :
1. Metode Tanda Pengenal Khusus
Dalam metode tanda pengenal khusus ( specific identification ) setiap
barang yang dibeli atau yang masuk diberi kode / tanda pengenal yang
menunjukkan harga per satuan sesuai faktur yang diterima. Pada
metode ini sudah jelas harga per satuannya Dengan demikian untuk
mengetahui jumlah atau nilai persediaan pada akhir periode tinggal
mengalikan jumlah barang yang masih ada dengan harga yang
tercantum dalam etiket barang tersebut.
2. Metode Rata – Rata
 Metode RataRata Sederhana. Dalam metode ini harga barang
ditentukan dengan cara membagi jumlah harga beli per satuan
setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan frekwensi
pembelian dan persediaan awal periode.
 Metode Rata-Rata Tertimbang. Dalam metode ini harga barang
ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang
tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah
jumlah pembelian dengan kuantitas barang tersebut.
3. Metode MPKP ( FIFO )
Dalam metode ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu
keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas
persediaan barang yang dibeli atau yang masuk belakangan. Jadi harga
pokok barang yang keluar (dijual) dihitung berdasarkan harga barang
yang dibeli lebih dahulu, sesuai dengan jumlah pembeliannya. Atau
dengan kata lain nilai persediaan akhir barang didasarkan pada harga
barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.
4. Metode MPKP ( LIFO )
Dalam metode ini, barang yang terakhir masuk diaggap lebih dulu
keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas
persediaan barang yang dibeli atau yang masuk lebih awal. Sehingga
harga pokok barang yang terjual dihitung berdasarkan pada harga
barang yang dibeli terakhir sesuai dengan jumlah unitnya, atau nilai
persediaan barnag didasarkan pada harga barang yang dibeli pada
awal, sesuai dengan jumlah unitnya.
5. Metode Persediaan Dasar ( Basic Stock )
Disebut juga sebagai persediaan besi yakni persediaan minimum yang
harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga likuiditas
perusahaannya. Dalam metode Ini keterlambatan masuknya barang
yang disebabkan adanya kemacetan atau sebabsebab lain tidak
mengganggu persediaan sehingga perusahaan masih dapat melayani
pelanggan atau pembeli. Dalam metode ini persediaan akhir dihitung
berdasarkan harga pokok yang ditetapkan. Adapun selisih antara
persediaan barang yang ada dengan persediaan dasar dinilai dengan
harga menurut metode yang dikehendaki ( Metode ratarata, MPKP,
MTKP, harga pasar dll ).
 Penilaian Persediaan dengan Sistem Perpetual
Dalam sistem perpetual setiap terjadi mutasi persediaan dicatat dalam
akun persediaan. Metode penilaian persediaan digunakan pada saat terjadi
transaksi penjualan, dengan membuat Kartu Persediaan Barang secara
lengkap yang memuat kuantitas, harga satuan, jumlah harga baik untuk
lajur masuk, keluar, maupun sisa. Kartu persediaan tersebut sebagai buku
pembantu untuk tiap macam barang digunakan atau yang dijual. Sehingga
apabila perusahaan memiliki 15 jenis barang, maka harus membuat Kartu
Persediaan barang sebanyak 15.
Metode penilaian persediaan dalam pencatatan secara perpetual sebagai
berikut :
1. Metode RataRata bergerak ( Moving Average )
Dalam metode ini, harga beli ratarata dihitung setiap terjadi transaksi
pembelian. Harga pokok penjualan per satuan didasarkan pada harga
ratarata pada saat terjadi transaksi penjualan.
2. Metode FIFO
Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual
paling awal juga. Perbedaanya adalah dalam metode perpetual
perhitungan harga pokok dilakukan pada saat terjadi penjualan.
3. Metode LIFO
Pada metode ini barang yang terakhir dibeli dianggap dijual lebih
dahulu. Harga pokok dihitung pada saat terjadi penjualan.

C. EFEK METODE PENYUSUTAN TERHADAP PENGHASILAN


KENA PAJAK

Harta dan aset yang dimiliki perusahaan akan mengalami penurunan nilai
karena penggunaanya. Berkurangnya value berarti berkurangnya kapasitas aset
tetap yang bersangkutan.
Pajak sebagai beban atau biaya yang harus dibayar oleh perusahaan
membuat suatu manajemen berpikir untuk menekan beban dari pajak.
Perencanaan Pajak penting bagi semua bisnis karena berpengaruh pada posisi
keuangan perusahaan dan pengambilan keputusan ekonomi demi kemajuan suatu
perusahaan. Perencanaan pajak dilakukan dengan berbagai cara berdasarkan
peraturan undang-undangan perpajakan yang selalu mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Peraturan-peraturan tersebut diantaranya metode perhitungan
penyusutan.
Secara konsep, penyusutan adalah alokasi biaya perolehan suatu aktiva
tetap (kecuali tanah) selama masa manfaat tertentu sesuai dengan kelompok harta.
Sedangkan amortisasi adalah alokasi perolehan harta tidak berwujud selama masa
manfaat tertentu. Besarnya biaya penyusutan dapat dikurangkan dari revenue atau
pendapatan dan sangat berpengaruh pada besarnya Penghasilan Kena Pajak. Hal
ini akan menjadi dasar penghitungan pajak terutang bagi wajib pajak badan
maupun orang pribadi.
Penyusutan terhadap harta atau aset berpengaruh untuk mengurangi
nominal pajak dalam Pelaporan Pajak Harta Perusahaan dimana nilai dari aset
atau harta yang dikenai pajak. Tentunya penyusutan ini harus mengikuti peraturan
perpajakan yang berlaku yaitu bedasar Pasal 11 UU PPh tentang Masa manfaat
dan tariff penyusutan harta berwujud.
Berdasarkan Pasal 11 UU Pajak Penghasilan terdapat dua metode
penyusutan yang dapat digunakan untuk melakukan penyusutan terhadap aktiva
tetap bukan bangunan, yaitu metode garis lurus dan metode saldo menurun. Tarif
penyusutan untuk kedua metode tersebut diatur dalam Pasal 11 ayat (6) sebagai
berikut :

D. PEMILIHAN TAHUN PAJAK


1. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Wajib Pajak Orang
Pribadi (OP)
a. Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 3 bulan setelah
akhir Tahun Pajak
 Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali
bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama
dengan tahun kalender.
 Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan adalah
WP OP yang dalam satu tahun Pajak menerima atau memperoleh
penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)
b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT
Tahunan PPh harus dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.
2. Untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan
a. Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 4 bulan setelah
akhir Tahun Pajak. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun
kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang
tidak sama dengan tahun kalender.
b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT
Tahunan PPh harus dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.
3. Untuk SPT Masa
a. Batas waktu penyampaian SPT nya adalah paling lama 20 hari setelah
akhir Tahun Pajak.
b. Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan
penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi
masing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.
c. Tanggal jatuh tempo pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporan
pajak untuk SPT Masa, yaitu :

 Jika tanggal jatuh tempo pembayaran pajak bertepatan dengan


hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, maka
pembayaran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
 Jika tanggal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur
termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
 Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk
penyelenggaraan Pemilihan umum yang ditetapkan oleh
Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan
oleh Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai