Anda di halaman 1dari 3

1.

1 Konsep Struktur Beton Bertulang

1.1.1 Material Beton Bertulang

Pada awalnya manusia membuat konstruksi rumah, jernbatrn dan lainnva


dengan menggunakan material tanah, kayu dan batu. Jenis material
konstruksi yang digunakan kemudian berkembang pada bahan belon dan
baja yang masih digunakan sampai saat ini.
Material beton bertulang merupakan gabungan material beton dan baja
tulangan. Penggabungan ini bertujuan untuk mengatasi kelemahan material
beton dalam manahan tarik. Penggabungan ini hanya akan berhasil bila baja
tulangan yang digunakan memiliki karakteristik letakan yang baik pada
material beton dan diberi panjang pengangkuran yang memadai didalam
beton.
Material beton bertulang banyak digunakan pada konstruksi bangunan di
Indonesia. Karena material ini memiliki kelebihan dibanding material
bangunan lain, diantaranya :
1. Lebih murah
2. Mudah dibentuk (terkait dengan fungsi arsitektur)
3. Ketahanan terhadap api yang tinggi
4. Mempunyai kekakuan yang tinggi
5. Biaya perawatan yang rendah
6. Material pembentuknya mudah
Namun material tersebut juga memiliki kekurangan, antara lain :
1. Kekuatan tariknya rendah
2. Membutuhkan bekisting atau cetakan serta penumpy sementara selama
konstruksi
3. Rasio kekuatan terhadap berat yang rendah
4. Stabilitas volumenya relatif rendah

1.1.2 PRINSIP DASAR STRUKTUR BETON BERTULANG


Benton merupakan material yang kuat dalam menahan tekan, namun lemah
dalammenahan tarik. Oleh karena itu, beton dapat mengalami retak jika
beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat tarik
materialnya.
Pada struktur balok beton tanpa tulangan momen akibat beban luar ditahan
oleh kopel gaya-gaya dalam tarik dan tekan. Balok tersebut dapat runtuh
secara tiba-tiba dan totak jika retak terbentuk pada zona tarik penampang.
Pada balok beton bertulang, tulangan baja ditanam didalam beton sehingga
gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen pada penampang retak
dapat dikembangkan pada tulangan baja. Jadi untuk mengatasi kelemahan
beton dalam menahan tarik tulangan baja ditambahkan pada bagian
penampang balok beton yang berpotensi mengalami tarik saat balok
menahan beban.
1.1.3 KONSEP PERANCANGAN
Struktur yang didesain harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
a. Kuat dalam menahan beban yang direncanakan
b. Memenuhi persyaratan kemampuan layanan
c. Memiliki durabilitas yang tinggi
d. Kesesuain dengan lingkungan sekitar
e. Ekonomis
f. Mudah perawatannya
Langkah-langkah dalam perancangan struktur :
Yaitu :
1. Metode tegangan kerja
Unsur struktur didesain terhadap beban kerja sehingga tegangan yang
terjadi lebih kecil dari pada tegangan yang diizinkan
RUMUS DIHALAMAN 3
Metode ini sudah tidak diakomodasi didalam SNI Beton yang berlaku saat ini.
2. Metode kuat ultimit
Dengan metode ini, unsur struktur didesain terfaktor sehingga unsur
tersebut mempunyai kuat rencana LIHAT HAL 4 yang lebih besar daripada
kuat perlu (Su) akibat beban terfaktor, yaitu :
LIHAT HAL 4 gambar 1.4
1.1.3.1 perencanaan batas
Dalam desain elemen beton bertulang, ada beberapa kondisi batas yang
dapat dijadikan pembatas desain, yaitu:
1. Kondisi batas ultimit, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor
dibawah ini, yaitu:
a. Hilangnya keseimbangan lokal atau global
b. Rupture, yaitu hilangnya ketahanan lentur dan geser elemen-elemen
struktur.
c. Keruntuhan progressive akibat adanya keruntuhan lokal pada daerah
sekitarnya.
d. Pembentukan sendi plastis
e. Ketidakstabilan struktur
f. Fatigue
2. Kondisi batas kemampuan layanan, yang menyangkut berkurangnya
fungsi struktur seperti:
a. Defleksi yang berlebihan
b. Lebar retak yang berlebihan.
c. Vibrasi yang mengganggu
3. Kondisi batas khusus, yang menyangkut kerusakan/keruntuhan akibat
beban abnormal, dapat berupa:
a. Keruntuhan pada kondisi gempa kuat
b. Kebakaran, ledakan atau tabrakan kendaraan
c. Korosi atau jenis kerusakan lainnya akibat lingkungan.
Perencanaan yang memperhitungkan kondisi batas diatas disebut
perencanaan batas. Konsep perencanaan batas ini sudah digunakan sebagai
prinsip dasar pada peraturan beton Indonesia (SNI Beton)
1.1.4 Prosedur desain berdasarkan SNI Beton
Elemen struktur dan struktur harus didesain untuk dapat memikul beban
berlebih dengan besaran tertentu, diluar beban yang diharapkan terjadi
dalam kondisi normal. Kapasitas cadangan tersebut diperlukan untuk
mengantisipasi kemungkinan adanya faktor-faktor overload (beban berlebih)
dan faktor undercapacity
Overload dapat terjadi akibat:
1. Perubahan fungsi struktur
2. Underistimate pengaruh beban karena penyederhanaan perhitungan
3. Urutan dan metode konstruksi
Undercapacity dapat terjadi akibat:
1. Variasi kekuatan material
2. Workmanship yang kurang baik
3. Tingkat pengawasan yang lemah
Berdasarkan prosedur desain yang baku, kekuatan (resistance) elemen
struktur harus lebih besar daripada pengaruh beban, sehingga:
Resistance > Pengaruh beban
Untuk mengantisipasi kemungkinan lebih rendahnya resistance (kekuatan)
dari pada yang diperhitungkan/direncanakan dan kemungkinan lebih
besarnya pengaruh beban daripada yang direncanakan maka diperkenalkan
faktor-faktor reduksi kekuatan, yang nilainya < 1, dan faktor beban yang
nilainya > 1,sehingga
LIHAT HAL 6
Prosedur desain yang memperhitungkan adanya faktor-faktor beban dan
resistance disebut sebagai metode desain kuat ultimit (batas).
Filosofi dasar desain ini terdapat pada SNI Beton Pasal 9.1.1 dan 9.1.2, yang
berbunyi
9.1.1 struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua
penampang mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu,
yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai
dengan ketentuan tata cara ini.
9.1.2 komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang
tercantum dalam tata cara ini untuk menjamin tercapainya prilaku struktur
yang cukup baik pada tingkat beban layan.
1.1 4.1 BEBAN TERFAKTOR DAN KUAT PERLU

Anda mungkin juga menyukai