Anda di halaman 1dari 24

I.

Konsep teori

1.1. Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira – kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan (Moore, 2013).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari
500gr (Liewollyn, 2012).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan yang disebabkan oleh seba
tertentu, pada atau sebelum kehamilan 22 minggu (Mansjoer, A. 2013)
Jadi dapat disimpulan bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan
dengan keluarnya janin (fetus) dimana usia kemilan kurang dari 20 minggu
sehingga menyebabkan kematian janin.

2.1. Etiologi

Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:

a. Etiologi dari keadaan patologis

Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan


keguguran.Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-
sebab abortus spontan yaitu :

1. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan
kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak
mungkin hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena
kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan
sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat
terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum. Beberapa sebab abortus adalah :
a. Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak
mempengaruhi terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi
X. Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester pertama
yang disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom.
Sedangkan pada monosomi X (45, X) merupakan kelainan
kromosom tersering dan memungkinkan lahirnya bayi
perempuan hidup (sindrom Turner).
b. Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu
aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi
karena adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural
kromosom atau pun komposisi kromosom. Sedangkan pada
abortus euploid, pada umumnyanya tidak diketahuai
penyebabnya. Namun faktor pendukung aborsi mungkin
disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan beberapa
faktor ayah serta kondisi lingkungan
(Williams,2006)

2. Faktort ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
a) Infeksi yang terdiri dari :
1. Infeksi akut
a. Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria.
2 Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester
kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
b) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
c) Penyakit kronis, misalnya :
- hipertensi  jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu,
- nephritis
- diabetes  angka abortus dan malformasi congenital meningkat
pada wanita dengan diabetes. Resiko ini berkaitan dengan
derajat control metabolic pada trisemester pertama.
- anemia berat
- penyakit jantung
- toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi pada plasenta
d) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan
abortus
e) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang
pendek, retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama
ini dapat menimbulkan abortus.
f) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus
g) Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)
3. Pemakainan obat dan faktor lingkungan
a.Tembakau
merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita yang
merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2 kali lipat
dobandingkan wanita yang tidak merokok.
b. Alkohol
abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol
selama 8 minggu pertama kehamilan.
c.Kafein
konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari
tampak sedikit meningkatkan abortus spontan
d. Radiasi
e.Kontrasepsi
alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan insiden
abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
f. Toxin lingkungan
pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang menunjukkan
bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun terdapat
buktibahwa arsen, timbal, formaldehida, benzena dan etilen oksida
dapat menyebabkan abortus (barlow, 2010)

4. Faktor Imunologis
a) Autoimun
b)Alloimun

5. Faktor ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan abortus.
(william,2011)
b. Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang
bersangkutan

1.3. Klasifikasi Abortus :


a. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau
terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi
bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
a) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan.
Perdarahan biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa hari.
Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa
minggu.
b) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri
dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri
tumpul di garis tengah suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan
Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar
gonadotropin korionik (HCG) serum, dan kadar progesteron serum,
yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk
memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga
digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per
vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua
jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah
abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat
didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase.
Ultrasonografi abdomen atau probe vagina dapat membantu dalam
proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus
terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan
dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
a) Istirahat baring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
b) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai
zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.
Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
c) Pemeriksaan ultrasonografi
2. Abortus Insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada


kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri
yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

Gejala-gejala abortus insipiens adalah:

a) rasa mules lebih sering dan kuat

b) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.


c) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan
pembukaan.

Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret


vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.

Penanganan Abortus Insipiens meliputi :


1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual.
Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :
a). Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b). Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a). Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
b). Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml
cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat
dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi
hasil konsepsi.
c). Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan
3. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang
lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat.
Gejala-gejala yang terpenting adalah:
a) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
b) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan
berusaha mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah
dibiarkan lama, cervix akan menutup.
Penanganan abortus inkomplit :
2. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang
16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
3. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin
0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4
jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40
tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg)
c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat
dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
b. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.

1. Missed abortion

Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang


telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi
missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.

Gejala missed abortion adalah :

a. tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang


secara spontan atau setelah pengobatan.

b. Gejala subyektif kehamilan menghilang,

c. mamma agak mengendor lagi,

d. uterus tidak membesar lagi malah mengecil,

e. tes kehamilan menjadi negatif

f. gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe


berlangsung terus.

Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin


sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu
diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh
gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga
pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan. Tindakan pengeluaran
janin, tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudah mulai turun. Hipofibrinogenemia
dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari 1 bulan tidak
dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan
karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah,
mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya
janin secepatnya dikeluarkan.
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus
dengan oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat
dipastikan

3. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi
hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
1.4. Patofisiologi

Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang


menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian /
seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan
benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi
eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut “Bligrted Ovum”.

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan


nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus


desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.

1.5. Pemeriksaan penunjang

a. Tes Kehamilan

Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus

b. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih


hidup

c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

1.6. Penatalaksanaan Abortus


Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a) Teknik bedah
1) Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai
alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong
harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus,
keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan mengerok isinya disebut
kuretase tajam sedangang mengosongkan uterus dengan vakum disebut
kuretase isap .
2) Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5
atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu
setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan
mini abortus.
3) Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila ada
penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi mungkin
merupakan terpa ideal.
b) Teknik medis
1) Oksitosin
2) Prostaglandin
3) Urea hiperosomik
4) Larutan hiperostomik intraamnion.
Factor predisposisi: Factor presipitasi:
1. Kelainan kromosom 1. Gaya hidup (peokok,
2. Factor ibu( riwayat alcohol, obat-obatan)
penyakit kronis) 2. Menikah usia muda

Factor predisposisi:

Kelainan kromosom

hubungan seksual yang


berlebihan ,trauma. Gangguan sirkulasi
Kelainan ovum kelainan pada ibu
plasenta

Kematian janin pada usia ≤ 20 minggu


kehamilan

Psikologis ibu
MK : Risti Lepasnya PD dan ABORTUS
infeksi plasenta ibu

kecemasan
Rangsangan pada uterus

perdarahan

MK: anxietas
Prostaglandin
anemia
Hipovolemik

Dilatasi serviks
kelemahan

MK : Resiko syok
nyeri
hemorrhagic
MK : Gangguan
aktivitas
MK : Gangguan rasa
nyaman : nyeri

2.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Abortus Immitens


a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit,
dan diagnosa medis. Ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun rentang terjadi aborsi pada kandungannya.
Pendidikan dan pekerjaan yang semakin berat akan meningkatkan
resiko aborsi.
b. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada
umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang
dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya
aborsi misalnya mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik), riwayat
pembedahan ( seksio sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah
dialami(misal : hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan
reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian obat(misalnya : obat
jantung), pola aktivitas sehari – hari.

Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath)
- RR= 18 x/menit
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
b. B2 (Blood)
- Tekanan darah : 60/40 mmHg
- Nadi : 50x/menit
- Suhu : 39o C
- Hb : 5 gr/Dl
- Leukosit : 15.000
- Golongan darah : A
- Akral dingin
- CRT > 2 detik
c. B3 (Brain)
- Stupor, tidak mengalami gangguan tidur
d. B4 (Bladder) : -
e. B5 (Bowel)
- Nyeri di daerah perut
- Penurunan nafsu makan
- Frekuensi BAB 1 x/hari, berbau khas, konsistensi padat
f. B6 (Bone)
- Turgor kulit baik
- Pergerakan dalam batas normal
g. Psikologis
- Ansietas
h. Sosial
Hubungan dengan suami dan keluarga

Diagnosa keperawatan

a. Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan

b. Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

c. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri

d. Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab

e. Cemas b.d kurang pengetahuan

Rencana asuhan keperawatan

Resiko syok hemorrhagic


Definisi : berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah kejaringan tubuh, yng
dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa
NOC
1. Syok prevention
2. Syok management
Kriteria hasil :
1. Nadi dalam batas normal
2. Irama jantung dalam batas yang diharapkan
3. Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Resiko syok Tidak NIC
hemorrhagic terjadi Mandiri :
b.d Perdarahan devisit 1. Cek Airway, 1. Sebagai
volume Breathing, and pertolongan
cairan, Circulation pertama pada
seimbang keadaan syok
antara 2.Penderita 2. Mencegah
intake dan dibaringkan dalam gangguan perfusi
output baik posisi trendelenburg, serebral dan untuk
jumlah yaitu posisi telentang auto transfusi
maupun biasa dengan kaki
kualitas sedikit tinggi 30
derajat
3.. Monitor kondisi 3. Pengeluaran
TTV tiap 2 jam cairan pervaginal
sebagai akibat
abortus memiliki
karekteristik
bervariasi
4. Monitor input dan 4. Jumlah cairan
output cairan ditentukan dari
jumlah kebutuhan
harian ditambah
dengan jumlah
cairan yang hilang
pervaginal

Kolaborasi :
1. Berikan sejumlah 1. Tranfusi
cairan pengganti mungkin
harian(NaCl 0.9%, diperlukan pada
RL, Dekstran), kondisi
plasma dan transfusi perdarahan massif
darah

2. Evaluasi status 2. Penilaian dapat


hemodinamika dilakukan secara
harian melalui
pemeriksaan fisik
3. Setelah kebebasan 3. untuk
jalan nafas terjamin mencegah atau
untuk meningkatkan menanggulangi
oksigenasi dapat asidosis
diberi oksigen 100%
kira- kira 5 liter pm
melalui jalan nafas
dan bila perlu
penderita diberi
cairan bikarbonat
natricus
Intolerasi aktivitas : ketidakcukupan energi psikologis atau psikologis untuk
melanjutka atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau
yang ingin dilakukan
NOC :
1. Energy conservation
2. Activity tolerance
3. Self care: ADL
Kriteria hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tanda-tanda
vitasl
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
3. Energi psikomotor
4. Mampu berpindah

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
2 Intoleransi Klien dapat NIC
Aktivitas b.d melakukan Mandiri :
kelemahan, aktivitas 1. pantau tingkat 1. Mungkin klien
penurunan tanpa kemampuan klien tidak mengalami
sirkulasi adanya untuk beraktivitas perubahan berarti,
komplikasi tetapi perdarahan
masif perlu
diwaspadai untuk
menccegah
kondisi klien lebih
2. Monitor pengaruh buruk.
aktivitas terhadap 2. Aktivitas
kondisi merangsang
uterus/kandungan peningkatan
vaskularisasi dan
pulsasi organ
3. Bantu klien untuk reproduksi
memenuhi kebutuhan 3. Mengistiratkan
aktivitas sehari-hari klilen secara
optimal

4. Bantu klien untuk 4. Mengoptimalkan


melakukan tindakan kondisi klien,
sesuai dengan pada abortus
kemampuan / kondisi imminens,
klien istirahat mutlak
sangat diperlukan
5. Evaluasi 5. Menilai kondisi
perkembangan umum klien
kemampuan klien
melakukan aktivitas

Gangguan rasa nyaman : merasa kurang senang, lega dan sempurna dalam dmensi
fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial
NOC :
1. Ansiety
2. Fear level
3. Sleep deprivation
Kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol kecemasan
2. Status lingkungan yang nyaman
3. Mampu mengontrol nyeri
4. Kualitas tidur adekuat
5. Dapat mengontrol ketakutan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
3 Gangguan rasa Klien dapat NIC
nyaman : beradaptasi Mandiri :
Nyeri b.d dengan 1. Monitor 1.Pengukuran nilai
Kerusakan nyeri yang kondisi nyeri ambang nyeri dapat
jaringan dialami yang dialami dilakukan dengan
intrauteri klien skala maupun
deskripsi

Edukasi: 1. Meningkatkan
1. Terangkan nyeri koping klien dalam
yang diderita klien melakukan guidance
dan penyebabnya mengatasi nyeri

Kolaborasi : 1. Mengurangi onset


1. Kolaborasi terjadinya nyeri dapat
pemberian dilakukan dengan
analgetika pemberian analgetika
oral maupun sistemik
dalam spectrum
luas/spesifik

Resiko infeksi : mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik


NOC :
1. Status imun
2. Pengetahuan kontrok infeksi
3. Risk Control
Kriteria Hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Jumlah leukosit dalam batas normal

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
4 Resiko Infeksi Tidak NIC
b.d terjadi Mandiri :
perdarahan, infeksi 1. Monitor kondisi 1. Perubahan yang
kondisi vulva selama keluaran/dischart terjadi pada
lembab perawatan yang keluar; dishart dimonitor
perdarahan jumlah, warna, setiap saat
dan bau dischart keluar.
Adanya warna
yang lebih gelap
disertai bau tidak
enak mungkin
2. Lakukan merupakan tanda
perawatan vulva infeksi
2. Inkubasi kuman
pada area genital
yang relatif cepat
dapat
menyebabkan
infeksi
Edukasi:
1. 1. Terangkan pada 1. Infeksi dapat
klien pentingnya timbul akibat
perawatan vulva kurangnya kebersihan
selama masa genital
perdarahan
2. 1. Berbagai manivestasi
3. 2. Terangkan pada klinik dapat menjadi
klien cara tanda nonspesifik
mengidentifikasi infeksi; demam dan
tanda infeksi peningkatan rasa
nyeri mungkin
merupakan gejala
infeksi
4. 3. Anjurkan pada 2. 3. Pengertian pada
suami untuk tidak keluarga sangat
melakukan hubungan penting artinya untuk
senggama selama kebaikan ibu;
masa perdarahan senggama dalam
kondisi perdarahan
dapat memperburuk
kondisi system
reproduksi ibu dan
sekaligus
meningkatkan resiko
infeksi pada
pasanganyang lebih
luar
Kolaborasi:
1. Lakukan 1. Berbagai kuman
pemeriksaan biakan dapat teridentifikasi
pada dischart melalui dischart

Cemas perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang sangat disertai respon
autonomy.
NOC :
1. Anxiety self control
2. Coping
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Ekpresi wajak meunjukan keberkurangnya kecemasan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
5 Cemas b.d Tidak Mandiri :
kurang terjadi 1. Monitor 1.Ketidaktahuan
pengetahuan kecemasan, tingkat pengetahuan/ dapat menjadi dasar
pengetahuan persepsi klien dan peningkatan rasa
klien dan keluarga terhadap cemas
keluarga penyakit.
terhadap 2. Monitor derajat 1. Kecemasan yang
penyakit kecemasan yang tinggi dapat
meningkat dialami klien. menyebabkan
penurunan
penialaian objektif
klien tentang
penyakit.
3. Bantu klien 2. Kelibatan klien
mengidentifikasi secara aktif dalam
penyebab tindakan
kecemasan keperawatan
merupakan
support yang
mungkin berguna
bagi klien dan
meningkatkan
kesadaran diri
klien.
4. Asistensi klien 3. Peningkatan nilai
menentukan objektif terhadap
tujuan perawatan masalah
bersama. berkontibusi
menurunkan
Edukasi : kecemasan.
1. Terangkan hal-hal 1. Konseling bagi
seputar aborsi yang klien sangat
perlu diketahui oleh diperlukan bagi klien
klien dan keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan dan
membangun support
system keluarga;
untuk mengurangi
kecemasan klien dan
keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku


Kedokteran. Jakarta : EGC
Hamilton, C. M. 2015. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC:
Jakarta.
Mansjoer, A. 2013. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius :
Jakarta.
Marylin E. D. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
UntuPerencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3,
Penerbit Buku Kedoketran. Jakarta : EGC.
Normahendi, W.A. 2017. Abortus. http://fkuii.org/tiki
download_wiki_attachment.php?attId=964&page=Wulan%20Asih
%20Normahendri di askes 12 januari 2019
Prawirohardjo, Sarwono. 2015. ILMU KEBIDANAN. Tridasa Printer : Jakarta
Smeltzer & Bare. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Volume
2. Jakarta ; EGC.

Anda mungkin juga menyukai