Stroke
Stroke
STROKE
DEFINISI
Stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Stroke merupakan manifestasi klinik dari
gangguan fungsi serebral baik fokal atau global yang berlangsung > 24 jam.
Suatu serangan stroke mungkin didahului oleh serangan iskemik transien (TIA). TIA
merupakan defisit neurologik yang mendadak dan singkat akibat iskemik otak fokal
dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.
RIND(Reversible Ischemic Neurologic Deficit) adalah TIA dengan tanda –tanda yang
berlangsung lebih dari 24 jam sampai 7 hari sedangkan prolong TIA adalah TIA yang
berlangsung lebih dari 3 minggu.
Gejala TIA
Carotid system Vertebrobasilar system
Unilateral motoric / sensory symptom Bilateral motoric / sensory symptom
Unilateral Aphasia Diplopia
Monocular vision loss
Vertigo
(amarousis fugax)
Ataxia without weakness
Dysphagia
KLASIFIKASI
Stroke terbagi atas (WHO) :
1. Stroke iskemik
2. Stroke hemoragik yang dibagi 2 : perdarahan intraserebral dan perdarahan sub-arakhnoid.
INSIDENSI
1. Iskemik 80% dengan angka kematian 40%
a) 50% : Trombotik – atherosclerosis
Atherothromboembolism pembuluh darah besar 30%
(A. carotis, A.middle cerebral)
Penyakit yang menyerang arteri kecil 20% (stroke lacunar)
b) 30% : Embolik (penyakit jantung / atherosclerosis)
Pada orang yang berusia muda
Proses penyakit berlangsung cepat.
2. Hemoragik 20% dengan angka kematian 80%
Aneurysm, hypertension/congenital.
ETIOLOGI
Penyakit jantung
Atehrosklerosis
Hipertensi
Aneurisma
Kongenital
Atherothromboembolism
PATOFISIOLOGI
Secara umum aliran darah yang terputus selama 15-20 menit akan terjadi infark atau kematian
jaringan.
Patologinya dapat berupa :
1) Keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri seperti aterosklerosis atau trombosis,
robeknya dinding pembuluh darah, peradangan.
2) Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya syok atau
hiperviskositas darah
3) Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus yang berasal dari jantung atau
pembuluh ekstrakranium
4) Ruptur vaskular di jaringan otak atau ruang sub-arakhnoid.
FAKTOR RESIKO
1. Tidak dapat dimodifikasi
Umur
Jenis kelamin
Ras
Riwayat keluarga
2. Dapat dimodifikasi
Hypertension
Smoking
Diabetes mellitus
Asymptomatic carotid stenosis
Hyperlipidaemia
Sickle cell disease
Nonvalvular atrial fibrillation
3. Berpotensi untuk dimodifikasi
Hypertensive encephalopathy
Obesity
Physical inactivity
Alcohol abuse
Hyperhomocysteinaemia
Drug abuse
Hypercoagulability
Oral contraceptives use
Inflammatory processes
DIAGNOSIS BANDING
Carrotid dissection
Temporal arteritis
Air Embolism
Multiple sclerosis
Dementia
Hemorrhage
Todd’s paralysis
Hypoglicemia
Migraine headache
Bell’s palsy
Hyponatremia
Hyperglicemia
Meningitis/Encephalitis
PEMERIKSAAN
1) 24 jam head CT (MRI) Lokasi
2) ECG / Echo
3) Toxicology / Alcohol
4) O2 saturation / BGA ( jika pasien ter-suspect hipoksia )
5) Chest Foto (jika pasien ter-suspect penyakit paru)
6) EEG (jika pasien ter-suspect kejang )
7) TCD / transcranial doppler
8) Protein C, S,
9) aPLs antibodies
10) Vasculitis screening ( ANA, Lupus anticoagulant / anticardiolipin antibodies )
11) CSF
PENATALAKSANAAN
Perawatan umum:
Stabilisasi kondisi umum: - jantung dan paru
- cairan dan metabolik
- kontrol tekanan darah
Perawatan spesifik: reperfusion / recanalisation, and pencegahan kematian saraf
(neuroprotection)
Waspadai komplikasi perawatan:
- medis : aspirasi, infeksi, ulkus dekubitus, DVT.
- neurologik : perdarahan, edema/ kejang.
Pencegahan sekunder--------↓↓ kekambuhan stroke
Rehabilitasi
Ada 5 larangan yang perlu diperhatikan pada akut onset :
No antihypertensives
Anti hipertensitekanan darah turunsuplai darah ke otak/CBF turunmemperparah iskemik.
Anti HT boleh diberikan jika:
No diuretics.
No sublingual, boleh diberikan secara dripbisa di monitor. Lebih baik dengan
furosemidpenurunan tekanan darah perlahan tidak terlalu drastis
No dexamethasone.
Kortikosteroidvasokonstriktorpeningkatan tekanan darah.
Selain itu kortikosteroid juga meningkatkan permeabilitas membrane terhadap
glukosamemperberat edema.
No glucose infusion.
Glucose mengalami metabolism yang cepatpada sel2 otak yang kekurangan O2 akan terjadi
metabolism anaerobpenimbunan laktat asidosisedema semakin berat.
No anticoagulant 4 hours onset stroke.
Pada 4 jam pertama biasanya belum bisa ditegakkan etiologi stroke hemoragik/iskemik. Pada
stroke hemoragik antikoagulan akan memperberat perdarahan yang terjadi.
Monitor :
I Obat antihipertensi
Antiplatelet :
Anticoagulants: Warfarin
Normothermia
MAP>110 mmHg1
Osmotherapy
Intubation
KOMPLIKASI
Depression (16-50%)
STROKE HEMORAGIK
A.PERDARAHAN INTRA SEREBRAL (PIS)
Ada 2 : PIS primer dan PIS sekunder
PIS primer etiologinya hipertensi kronis dan arteriopati
PIS sekunder :
Tekanan Darahnya Normal
Etiologinya : Anomali Vascular Congenital (20%)
- Koagulopati
- Tumor Otak
- Vaskulopati Non Hipertensif (C A A)
- Moya-moya
- Post Stroke Iskemia
- Obat Anti Koagulansia / Fibrinolitik
- Obat simpatomimetik
P I S → terjadi pada Sistem Ventrikel → menyebabkan hydrocephalus →PSA
Skema :
Hipertensi Degenerasi Micro - aneurisma
Berat Hyaloid
Aktivitas
- emosi Tensi pecah
- fisik naik
- Luas → bila mencapai rongga S A → sakit kepala hebat, kesadaran ↓, dan gelisah
Gejala tekanan intra kranial meningkat:
- Nyeri Kepala
- Mual – Muntah
- Penurunan Kesadaran
- Kejang
- Respon Cushing : - bradikardi
- hipertensi
- gangguan napas
- Gejala herniasi
Gejala fokal saraf → Supratentorial / Infratentorial
supratentorial : 80 % dari stroke perdarahan
Topikal : - Basal ganglia : 35 – 50 %
- Thalamus : 10 - 15 %
- Lobar : 30 %
infratentorial
- 10 – 20 % Stroke perdarahan
- Mortalitas 70 %
- Serebelum prognosa baik (bedah)
- Gejala : - mual – muntah
- vertigo
- kesadaran ↓ progresif
- ataksi
- gangguan gerak mata
- gejala serebelum
- Pons / medula oblongata : mortalitas 90 – 95 %
2.SETELAH > 6 JAM TERJADI KERUSAKAN SEKUNDER.
Faktor penyebab : - edema otak
- perdarahan ulang
- hidrosefalus
- iskemia reperfusi
- zat toksik dan reaksi immunitas
Manifestasi klinis :
- gejala akut ↑
- gangguan autonom
- tanda herniasi makin berat
EDEMA OTAK
Akibat dari : - rusak BBB sekitar perdarahan
- retensi cairan ekstraseluler
- reaksi komponen darah → plasma protein (thrombin & fibrinogen)
Awal vasogenik → lanjut sitotoksik → kerusakan bertambah dan terjadi pendesakan
Dalam 24 jam → volume edema ↑ 50 – 100 % → bertambah terus 3 – 4 hari → resolusi
PERDARAHAN ULANG
Setelah 6 jam → perberat gejala klinis, faktor yang menpengaruhi :
- Letak dan bentuk perdarahan
- Kelainan vaskuler yang mendasari
- Tekanan darah
- Gangguan faal haemostasis
Hematoma + edema → gagal sirkulasi regional → hipoperfusi → iskemia
Hematoma → tekan / sumbat aliran liquor ; akibat :
- PIS infratentorial (akut)
- Debris sel / Efek toksik Produk hematom → granulasi Arahnidalis → gangguan
penyerapan (kronis)
- Timbul blok akibat adhesive Arahnoiditis (kronis)
ZAT TOKSIK & REAKSI IMMUNITAS
fisik
trombosis
DASAR :
- Gejala Klinis :
- Radiologis :
- Skull Foto
- CT Scan
- MRI
- Angiografi
- TCD
CT SCAN
- Manfaat : - Diagnostik
- Rencana terapi
- Adanya perdarahan
MRI
ANGIOGRAFISEREBRAL
- Sirkulasi kolateral
- Adanya AVM
- Vaskular tumor
TCD
- STABILISASI
- PERAWATAN UMUM
- PERAWATAN KHUSUS
- KONSERVATIF
- OPERATIF
STABILISASI
- Ukuran
- Umur
- Tekanan Darah
- Komplikasi
PSA terdapat rebleeding dan vasospasme. Oleh karena itu sebaiknya pasien dirawat di ICU.
Perhatikan 6 B:
→ intubasi endotrachea
cegah : - asfiksia
- sistemik hipoksia
- cegah aspirasi
- O2 → saturasi 90 – 95%
2. BLOOD : - Kondisi tekanan darah
- Kondisi jantung
- Infuse :
- Nutrisi
- Pemasukan obat
- analgesik
- penenang
- anti kejang
SIRKULASI :
PIS → Hipertensi akut [awal hipertensi (-)] → Cushing refleks (utk pulihkan
perfusi arteri otak)
- menurunkan TIK
Tensi diturunkan bila : Sistolik > 180 mmHg, Diastolik > 100 mmHg
- perdarahan ulang
Post Operasi Aneurysma : Hipervolemia & Hipertensi → cegah iskemia karena vasospasme
- Ganglion Bloker
- Labetolol
- β Adrenergik Bloker
- Ca Antagonis : NICARDIPIN
- Obstipasi → Laxans
Intake oral
- Segera mobilisasi
- Adanya SIADH
PERAWATAN KHUSUS
- KONSERVATIF
- Tumor
+ Vit. K
- Diabetes insipidus
→ segera dihentikan
KENDALIKAN TIK ↑
EDEMA OTAK
awal : 1 – 2 gr / KgBB
> Dexamethasone
tiap 6 – 8 jam
Terapi : Antifibrinolitik
- Piracetam 12 gr iv
PERAWATAN KOMPLIKASI
1. INFEKSI
- catheter irrigasi
Tx : H2 bloker
3. SIADH
sekresi Na plasma ↓
osmolaritas
4. KOMPLIKASI JANTUNG
5. KEJANG
PSA → sering : pre & post op. aneurysma (meski tanpa PSA)
6. HIDROSEFALUS
PSA : Beberapa jam s/d hari dari onset
obstruksi intraventrikel - → LP
obstruksi ruang S. A - → LP
7. VASOSPASME
- Hematom tebal
OPERATIF
- Permudah perawatan
KLINIS : - TIK ↑
- Fokal Neurologis
- Fungsi Organ
RADIOLOGIS :
- > 50 cc → Operasi
- Midline Shift
PERJALANAN PENYAKIT
1. Usia
2. GCS Awal
3. Volume darah
4. Waktu Operasi
5. Tempat Hematom
6. Derajat Pendesakan
Hasil Operasi maksimal ← Perlu Perhatikan
1. GCS > 4
Indikasi Operasi :
- P I S + Efek Massa
1. USIA LANJUT
YANG BERAT
2. ASPIRASI
- Endoskopi
- Stereotaksis
3. Ventrikulostomi
PSA
Waktu : Kontroversi
Mortalitas karena :
- Edema Otak
- Gangguan Autoregulasi
- Perdarahan
Pemilihan obat untuk penderita stroke harus disesuaikan dengan penyebab stroke. Penyebab
stroke secara umum ada dua, yaitu karena sumbatan (oklusif / iskemik) dan perdarahan
(hemoragik). Salah satu penyebab terjadinya stroke iskemik adalah hambatan aliran darah ke
otak karena adanya peningkatan kadar platelet/gumpalan darah. Oleh karena itu, salah satu
strategi terapi stroke adalah pemberian antiplatelet yang bekerja dengan menghilangkan
sumbatan aliran darah karena penggumpalan darah yang berlebihan
Aspirin atau asam asetil salisilat selain berfungsi sebagai analgetik (penghilang rasa nyeri), juga
digunakan sebagai antiplatelet untuk terapi stroke. Aspirin bekerja dengan menghambat
pembentukan tromboksan. Tromboksan merupakan senyawa yang berperan dalam pembekuan
darah. Dengan dihambatnya tromboksan, maka terjadi hambatan pembekuan darah. Hambatan
dalam proses pembekuan darah diharapkan dapat melancarkan aliran darah menuju otak yang
tersumbat. Untuk terapi penyakit stroke, aspirin diberikan dalam dosis rendah. Hal ini
dikarenakan pada pemberian dosis tinggi, aspirin berisiko menyebabkan terjadinya perdarahan
yang tentunya akan memperparah kondisi pasien.
Perlu diperhatikan bahwa aspirin merupakan obat yang bekerja dengan menghambat kerja enzim
siklooksigenase secara tidak selektif, sehingga selain menghambat pembekuan darah, aspirin
juga menghambat kerja prostaglandin sebagai salah satu faktor pelindung dinding saluran cerna.
Oleh karenanya, aspirin harus diminum sesudah makan agar tidak mengiritasi lambung dan
dihindari penggunaannya pada pasien dengan tukak lambung berat.
Aspirin sebaiknya tidak digunakan untuk pasien dengan penyakit asma karena aspirin
mempunyai efek samping bronkospasme (penyempitan pada saluran pernafasan) yang dapat
memperparah asma yang diderita pasien. Jadi, pasien asma yang mengalami stroke dapat
menggunakan antiplatelet lain, misalnya klopidogrel, dipiridamol, tiklopidin, atau silostazol
dengan tetap memperhatikan peringatan, kontraindikasi dan efek samping dari masing-masing
obat.
Perlu diingat, bahwa penggunaan aspirin sebagai terapi penyakit stroke bertujuan untuk
mencegah terjadinya kekambuhan stroke akibat sumbatan aliran darah, karena itu harus diminum
secara teratur walaupun pasien sudah dinyatakan sembuh dari stroke. Kepatuhan penggunaan
obat pada penderita stroke sangat penting untuk mencegahnya terjadinya serangan stroke
berulang.