TIM PENELITI :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
NOPEMBER, 2015
i
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI Iii
DAFTAR GAMBAR Iv
DAFTAR TABEL v
RINGKASAN iv
iii
4.2.2 Bangunan Perkantoran Graha Pena.............................................................. 27
4.2.3 Bangunan Perkantoran Wisma Kalla ........................................................... 28
BAB V. KESIMPULAN .................................................................................................... 40
BAB VI. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ........................................................... 41
6.1 Anggaran Biaya ................................................................................................... 41
6.2 Jadwal Penelitian ................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................................. 44
LAMPIRAN 1A. Justifikasi Anggaran Penelitian Tahap I................................................ 44
LAMPIRAN 2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana penelitian ....................................... 46
LAMPIRAN 3. Biodata Tim Peneliti .............................................................................. 46
Biodata AnggotaPeneliti ................................................................................................... 50
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 4.20 Tampak Gedung Wisma Kalla ..................................................................... 32
Gambar 4.21. Tampak Potongan Gedung Wisma Kalla ................................................... 33
Gambar 4.22 Desain Pencahayaan program Ecotech (Model 1) ...................................... 34
Gambar 4.23. Rencana perletakan titik lampu pada lantai tipikal (Model 1) .................... 34
Gambar 4.24 . Hasil simulasi pada lantai tipikal (Model 1) ............................................. 35
Gambar 4.25. Desain Pencahayaan pada Lantai Tipikal ................................................... 37
Gambar 4.26 Rencana perletakan titik lampu pada lantai tipikal (Model 2) .................... 37
Gambar 4.27 Hasil simulasi pada lantai tipikal (Model 2) ............................................... 38
vi
DAFTAR TABEL
vii
RINGKASAN
viii
1 BAB I. PENDAHULUAN
1
perencanaan sistem tata cahaya harus menjadi perhatian khusus pada tahap awal
perencanaan disain untuk menciptakan bangunan hemat energi.
Pada dasarnya dunia arsitektur Indonesia telah lama membicarakan hal ini dengan
istilah disain bangunan tropis yang secara tidak sadar disain ini termasuk dalam kriteria disain
bangunan hemat energi. Beberapa hal dapat dilakukan dalam perencanaan bangunan hemat
energi misalnya setiap gedung perkantoran ataupun perumahan diwajibkan menerapkan
konsep rumah hijau sehingga aliran udara dalam ruangan akan memberikan kenyamanan
udara yang baik dan kebutuhan energi sebagai pendinginan udara seperti AC atau kipas angin
dapat dikurangi. Dalam hal penerangan diupayakan disain bangunan gedung menerapkan
konsep penyinaran alami dengan menggunakan cahaya matahari sebagai sumber penerangan
sehingga pemakaian listrik dapat diminimalkan pada siang hari. Namun pemanfaatan
pencahayaan alami secara berlebihan akan menimbulkan efek negative seperti kesilauan
(glare) dan tingkat kecermelangan (brightnes) sehingga perlu menganalisis tentang distribusi
pencahayaan buatan pada bangunan gedung.
Desain pencahayaan merupakan salah satu faktor dalam perencanaan pembangunan
gedung dan rekomendasiStandar iluminasi merupakan panduan dalam mendesain
pencahayaan ruang.Dalam hal ini, rekomendasi standar iluminasi untuk ruang kerja
kantormengacu pada nilai-nilai yang direkomendasikan oleh CIE (Commision International de
I’Eclaire) dan IES (Illuminating Enginers Society) yang merupakan standar Nasional dan
International untuk perancangan pencahayaan (UNEP, 2006).Menurut Kaufman (2004)
penetapan rekomendasi standar tingkat iluminasi oleh IES ditentukan berdasarkan penelitian
yang berkaitan dengan visual performance. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian visual
performance erat kaitannya dengan penentuan rekomendasi standar iluminasi, sehingga
penelitian ini akan menganalisis penelitian visual performance yang merupakan panduan
dalam merekomendasikan standar iluminasi ruang kerja kantor.
Umumnya perancang dalam mendesain setting pencahayaan ruang, berdasarkan
standar iluminasi yang direkomendasikan SNI tahun 2001, namun berdasarkan beberapa
penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa desain pencahayaan dibawah rekomendasi standar
iluminasi yang ditetapkan, masih dapat beraktifitas dengan baik. Berdasarkan hal tersebut
2
maka hal ini masih perlu dianalalisis dalam rangka penghematan energi sehingga hasil
penelitian ini merupakan panduan dalam mendesain pencahayaan bangunan hemat energi,
khususnya pada bangunan perkantoran di Makasssar.( lanjutkan tentang analisis wisma kalla).
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan rekomendasi standar iluminasi di beberapa Negara berbeda, sehingga
perlu menganalisis rekomendasi standar iluminasi ruang kerja kantor di Indonesia.
2. Perancangan sistim pencahayaan berdasarkan rekomendasi SNI tahun 2001, namun
perencanan distribusi cahaya dibawah standar yang telah ditetapkan, pengguna ruang
masih dapat beraktifitas dengan baik, sehingga perlu menganalisis standar yang telah
direkomendasikan.
3. Standar iluminasi berdasarkan penelitian tentang visual performance,sehingga perlu
menganalisis penelitian visual performance sebagai panduan dalam merumuskan
rekomendasi standar illuminasi pada ruang kerja kantor.
4. Apabila standar iluminasi dapat diturunkan, maka penggunaan energi sebagai sumber
cahaya dapat menurun, sehingga dapat mendesain bangunan hemat energi.
Merumuskan standar iluminasi pada ruang kerja kantor berdasarkan penelitian visual
performance yang dilakukan pada ruang eksperimen dan menganalisis beberapa bangunan
perkantoran yang ada, sehingga dapat mendesain pencahayaan ruang kerja kantor dalam
bentuk bangunan hemat energi.
Desain pencahayaan erat hubungannya dalam mendesain bangunan hemat energi, oleh karena
itu penelitian ini menganalisis standar iluminasi pada bangunan perkantoran yang dilakukan
pada ruang eksperimen dan mengaplikasikan hasil penelitian ini pada suatu bangunan
3
perkantoran. Hal ini menjadi panduan bagi seorang Arsitek dalam merancang bangunan hemat
energi, khususnya bagi bangunan perkantoran.
Target temuan dalam jangka waktu panjang adalah dapat merumuskan rekomendasi standar
iluminasi pada ruang kerja kantor dengan melakukan penelitian tentang visual performance
dan berdasarkan analisis pada beberapa bangunan perkantoran, maka perancang dapat
menciptakan desain bangunan hemat energi pada bangunan perkantoran.
Aktivitas yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut ini.
4
2 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA
Standar pencahayaan yang dikeluarkan oleh beberapa Negara tersebut mengacu pada
nilai-nilai yang direkomendasikan oleh CIE ( Commision International de I’Eclaire) dan IES
(Illuminating Enginers Society) yang merupakan standar nasional dan international bagi
perancangan pencahayaan (UNEP, 2006). Sejak 1958 IES telah menerbitkan rekomendasi nilai
luminance berdasarkan pada metode penetapan pada waktu itu (IES, 1958) selanjutnya pada
tahun 1979 menetapkan prosedur baru dalam penetapan standar pencahayaan dengan
menerapkan langkah baru (IES, 1980), dimana dalam penerapan standar baru ini mereka
mempersiapkan rekomendasi illuminasi interior dengan pertimbangan visual, umur pengamat,
kecepatan/ketelitian dari visual performance dan reflektansi. Pada penetapan rekomendasi
standar yang dibuat oleh IES ditentukan berdasarkan nilai visual performance berdasarkan
penelitian yang berkaitan dengan visual performance (Kaufman, 1981), hal ini menunjukkan
masalah visual performance erat kaitannya dalam penentuan nilai standar pencahayaan.
Rekomendasi yang dikeluarkan oleh beberapa Negara diatas menunjukkan nilai
illuminasi yang berbeda pada ruang kerja kantor seperti standar SNI (2001) 6 sebesar 350 lux,
rekomendasi UK (IES code. 1977) sebesar 500 lux, standar West germany (DIN 5035,1978)
sebesar 500 lux dan Amerika (1972) sebesar 750-1600, dapat disimpulkan bahwa standar
yang dikeluarkan SNI 03 tahun 2001 adalah lebih kecil dari standar di beberapa Negara lain,
begitupun standar yang dikeluarkan oleh beberapa Negara memperlihatkan nilai standar yang
berbeda sehingga menunjukkan nilai standar bukan merupakan nilai yang mutlak walaupun
faktor penentu visual seperti ukuran pupil mata, jarak pandang, sudut pandang atau lainnya
relatif sama pada beberapa Negara.
Dalam merencanakan ruang kerja kantor, desain pencahayaan perlu diperhatikan
untuk meningkatkan kepuasan, kualitas dan produktivitas kerja pengguna ruang. Selain itu,
cahaya juga memainkan peranan penting dalam menciptakan suasana ruang dimana cahaya
memberikan dampak terhadap mood dan kepuasan pengguna ruang. Dalam ruang kerja
kantor, desain pencahayaan perlu perhatian khusus sehingga efektivitas dan efisiensi
pengguna ruang dapat tercapai dan produktivitas kerja semakin meningkat.
5
Standar iluminasi sangat terkait dengan penelitian visual performance. Beberapa
peneliti terdahulu meneliti tentang visual performance sebagai acuan untuk menentukan
rekomendasi standar iluminasi. Penurunan nilai standar yang ditentukan kemungkinan masih
dapat diturunkan lebih rendah dari yang ditentukan, hal ini dapat dilihat pada penelitian awal
dengan melakukan pengukuran langsung dibeberapa ruang kelas dan ruang studio gambar
pada Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada
(Nurul,2009)yangmenunjukkan bahwa sebagian besar ruang belum memenuhi persyaratan
kenyamanan visual sesuai yang direkomendasikan. Pada ruang kuliah hanya sebagian kecil
ruang dengan tingkat iluminasi 250 lux yaitu hanya area yang berhubungan langsung dengan
selubung bangunan, begitupun halnya pada ruang studio gambar.
Secara umum ruang ruang pada Jutap UGM belum memenuhi persyaratan
kenyamanan visual apabila mengacu pada rekomendasi SNI No.3 tahun 2001, namun dari
hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa yang menggunakan ruang tersebut tidak
mengalami kesulitan dalam melaksanakan aktifitas mereka begitu pula pada ruang kerja dosen
dimana hasil wawancara dengan beberapa dosen, mereka tidak mengalami kesulitan dalam
melakukan aktifitas dalam ruang kerja. Berikut ini adalah gambaran tingkat iluminasi ruang
kuliah dan studio pada Jutap UGM.
Pendekatan penelitian yang telah dilakukan oleh Nurul (2001) menunjukkan bahwa
desain pencahayaan ruang baca Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin tidak
sesuai dengan standar iluminasi yang direkomendasikan SNI 03-6575-2001 yaitu 250 lux,
namun pengunjung masih dapat beraktivitas dengan baik. Penelitian lain yang telah dilakukan
adalah tinjauan gedung Graha Pena (Esti, 2007) menyimpulkan bahwa pada ruang kantor
6
terbuka yang mempunyai nilai iluminasi rendah dan tidak bersifat merata, namun pengguna
ruang merasa cukup puas melakukan aktifitas di dalam ruang kerjanya. Penelitian visual
performance (Nurul,2013) menganalisis tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor dengan
mendesain beberapa setting pencahayaan pada ruang eksperimen. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat iluminasi terhadap kinerja dan pengguna
ruang dapat beraktifitas dengan baik pada tingkat iluminasi 150 lux.
Berdasarkan beberapa penelitian awal yang telah dilakukan sehingga diperlukan
penelitian lanjutan yang lebih mendasar dalam penentuan sistim tata cahaya yang merupakan
panduan dalam merumuskan rekomendasi satandar iluminasi pada ruang kerja kantor.
7
Penelitian visual performance dilakukan dengan beberapa macam aktivitas, antara lain:
1) Aktivitas membaca, dilakukan oleh Triyogo Atmodipoero dan Leny Pardede
(2004),Tommy Goven dan Lotta Bangens (2002),Smith dan Rea (1978), Yonemura dan
Kohayakawa (1976,) Weston, H. C. (1961),Soo-Young Kimdan Jong-Jin Kim(2006);
2) Aktivitas menulis, dilakukan oleh Yonemura dan Kohayakawa (1976) Weston, H. C.
(1961);
3) Aktivitas menyalin gambar,dilakukan oleh Tommy Goven danLotta Bangens (2002) dan
4) Aktivitas landoft ring, dilakukan oleh Boyce (1979).
Penelitian ini melakukan uji coba dengan berbagai aktivitas yaitu membaca buku dan
menyalin jawaban pertanyaan, landoft ring dengan berbagai ukuran dan mengoreksi naskah
serta menjawab pertanyaan naskah. Beberapa aktivitas pada faktor visual performance yang
telah dilakukan ini, mempunyai beberapa kekurangan sehingga aktivitas yang dilakukan pada
penelitian visual performanceini adalah koreksi naskah (kesalahan, kekurangan, dan kelebihan
huruf) dengan pertimbangan bahwa secara garis besar aktivitas yang dilakukan pada waktu
bekerja di ruang kerja kantor bersifat administratif yaitu membaca dan menulis. Selanjutnya
aktivitas dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan naskah yang
dibaca, dengan pertimbangan naskah tersebut dapat dimengerti dan dipahami sehingga
produktifitas kerja semakin meningkat.
Beberapa penelitian visual performance, mendesain nilai pengukuran secara logaritmic
antara lain: Johnston (1976), Blackwell (1971), Smith (1978), dan Weston (1962). Pengukuran
secara logaritmic seperti yang telah dilakukan beberapa peneliti tersebut diatas, mempunyai
jarak pengukuran yang berbeda , sehingga dapat disimpulkan bahwa jarak pengukuran tidak
harus sama.
Sub bab ini menguraikan tentang visual performance yang sangat erat kaitannya dengan
tingkat iluminasi (illuminance), nilaiiluminasi bidang kerja (task luminance), nilai latar
belakang (background luminance), nilai kontras (contrast), kesilauan (glare), tingkat
kecerahan (brightness), dan sudut penglihatan (visual angle). Variabel yang terkait adalah
beragam, namun kerangka teoritis hanya membahas variabel yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan ini yaitu tingkat iluminasi (level illuminance), tingkat kecerahan
8
(brightness), reflektansi dan umur pengamat, sedangkan nilai latar belakang (background
luminance), nilai kontras (contrast), kesilauan (glare)dan sudut penglihatan (visual angle)
tidak dibahas, karena tidak terkait pada penelitian yang dilakukan ini.
IESNA Lighting Handbook (1993) menggambarkan proses peningkatan terang yang
pertama-tama menghasilkan perubahan signifikan pada performa visual, tetapi peningkatan
tersebut berubah menjadi sangat kecil, yang digambarkan sebagai hubungan nonlinier antara
tingkat iluminasi dan performa visual. Gambar 2.2 menunjukkan grafik hubungan antara
tingkat iluminasi dan Visual Performance.
ILuminasi(LUX)
0 500 1000 2000 3000 40005000 6000
0.5
0.4
performa
0.3
0.2
0.1
0
0 50 100 200 300 400 500 600
Illuminasi (fC)
9
menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan penilaian visual performance yang sangat tinggi,
yaitu 1—300 cd/m2 dan terjadi peningkatan nilai performance yang relatif sangat kecil pada
nilai luminasi 300—3000 cd/m2 (gambar 2.3).
62
60
58
Performance Score
56
54
52
50
48
46
1 3 10 30 100 300 1000 3000
0.3 0.9 2.9 8.8 29.2 87.6 292 876
Luminance ( cd/m2)
luminance (FL)
0.6
visual performance
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
5 50 500 5000
illumination (lux)
10
yang berasal dari sumber cahaya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat
iluminasi mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kewaspadaan atau ketelitian kerja dan
sangat berpengaruh terhadap kecepatan kerja. Selain itu, hasil penelitian ini juga
menunjukkan adanya pengaruh tingkat kelelahan terhadap perubahan pada psikologi
karyawan akibat tingkat kecerahan (brightness).
Boyce (1979) melakukan pengujian kemampuan karyawan kantor dengan menggunakan
empat macam kondisi pencahayaan setempat (local Lighting). Aktivitas tersebut dilakukan
dengan cara landolt ring task, membaca, membandingkan informasi, dan memeriksa dokumen
referensi. Hasil penelitian visual performance tergantung pada aktivitas yang dilaksanakan,
yaitu:
(1) Aktivitas landolt ring menghasilkan nilai rerata sebesar 1200 lux, minimum 850 lux,
maksimum 1450 lux;
(2) Aktivitas membaca menghasilkan nilai rerata sebesar 800 lux, minimum 500 lux, dan
maksimum 1200 lux dan;
(3) Aktivitas membandingkan informasi dan aktivitas pemeriksaan dokumen
menghasilkan nilai rerata yang relatif sama, yaitu 800 lux—880 lux.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jenis aktivitas dalam melakukan penilaian visual
performance sangat berpengaruh terhadap tingkat iluminasi. Pada penelitian ini juga
diungkapkan bahwa visual perception dilakukan setelah penilaian visual performance pada
tingkat iluminasi 1200 lux, yang respondennya akan menjawab beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan pencahayaan ruang. Skala pengukuran pada penelitian menggunakan metode
semantic deferensial, dengan tujuhrating scale. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
responden merasa puas dengan pencahayaan meja bersifat uniform, tidak terjadi gangguan
kesilauan, tetapi terjadi banyak kedipan (flicker).
Boyce (1973)mengemukakan aktivitas visual performance berbeda pada setiap orang
dan umumnya penelitian ilmiah dapat dikelompokan menjadi dua hal, yaitu penilaian visual
performance secara objektif dan subjektif dalam melaksanakan beberapa macam tugas visual
(visual task). Sangat sulit dalam mendefinisikan visual performance dengan ukuran objektif
pada beberapa bagian dari aktivitas responden yang berhubungan dengan task visual dan
11
visual performance yang mempunyai arti luas. Contohnya, ukuran kecepatan (speed),
ketelitian (accuracy), usaha (effort) dan kelelahan (fatigue).
Boyce (1973) menguraikan perbandingan beberapa hasil penelitian tentang hubungan
antara visual performance danvisibility level. Penelitian ini dilakukan oleh Weston (1945),
Bodmann (1662), Boyton Boss (1970) dan Scott Blackwell (1970). Boyce (1973) menjelaskan
bahwa hasil penelitian mereka mempunyai nilai yang relatif sama, hal ini ditunjukkan pada
gambar 2.5 dibawah ini.
80
weston (1945)
60 bodmann (1662)
40 boynton-Boss
(1970)
20 scott-blackwell
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 20 30 40(1970)
50
0
Visibility Level
12
Norbert Lechner, (2007), Weston dalam Gleen A.Fry (1962), Van Lender (1967), Kraemer
dkk (1957) dalam Boyce (1981).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, standar tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor
pada beberapa negara merekomendasikan +500 lux dan Indonesia merekomendasikan sebesar
350 lux. Penelitian awal yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa tingkat iluminasi pada
ruang kerja masih dapat diturunkan, yaitu dengan melakukan penelitian visual performance
yang lebih mendetail.
13
dengan ukuran ruangan (4,3 x 2,75x 2,25) m. Desain lampu terletak pada dinding di belakang
kursi responden sebanyak 4 floodlight sedangkan pada plafon menggunakan 4 Fluorescent
dan 17 reflector floodlight. Penilaian responden secara subjektif menyimpulkan bahwa
semakin tinggi nilai iluminasi, maka semakin tinggi pula nilai brightness.
Tommy Goven dan Lotta Bangens (2002) mengutarakan tujuan penelitiannya bahwa
untuk menentukan distribusi luminasi cahaya yang tepat pada open plan office sebaiknya
menggunakan general lighting dan kesesuaian distribusi luminasi cahaya dalam bidang
pandangan. Desain ruang eksperimen membentuk perbedaan posisi pengamat terhadap
luminair, yaitu membentuk sudut 65o dan 45o. Metodologi penelitian yang digunakan adalah
sebagai berikut:
(1) Melakukan adaptasi pencahayaan pada ruang percobaan (setting ruang sebesar 500 lux)
dan selanjutnya responden pun beraktivitas, seperti membaca buku dan menjumlahkan
nomor pada papan yang ditempatkan di dinding;
(2) Memilih gambar pada buku dan mengopi gambar pada kertas kalkir;
(3) Melakukan adaptasi cahaya ruang dan menjawab skala tes ruangan.
Kepadatan cahaya atau Luminasi (L) adalah ukuran kepadatan radiasi cahaya yang
jatuh pada suatu bidang dan dipancarkan kearah mata sehingga mata mendapatkan kesan
terang (brightnesss). Dengan kata lain, kepadatan cahaya adalah kuat cahaya atau ukuran
pancaran cahaya dari bidang tertentu melaluisatuan candela (Cd) dibagi dengan bidang
penglihatan dalam satuan m2 sehinga satuan kepadatan cahaya (L) dinyatakan dalam cd/
m2.Semakin tinggi kepadatan cahaya suatu permukaan, maka semakin terang pula permukaan
itu tampak oleh mata.Distribusi kuat cahaya yang tidak merata menimbulkan kontras yang
terlalu besar.Hal ini karena mata tidak melihat cahaya yang sampai pada suatu objek langsung
dari sumber cahaya, tetapi mata melihat cahaya yang dipantulkan/direfleksikan oleh objek
tersebut ke mata.Dengan kata lain, mata tidak melihat tingkat kuat penerangan (iluminasi)
melainkan melihat kepadatan cahaya (brightness).
14
Pritchard (1986) menyatakan bahwa perencanaan pencahayaan pada umumnya
bertujuan untuk tercapainya kuat penerangan yang merata pada seluruh bidang kerja.
Pencahayaan yang sepenuhnya merata memang tidak mungkin dalam praktik, tetapi standar
yang dapat diterima adalah kuat penerangan minimum serendah-rendahnya 80% dari rata-rata
kuat penerangan rata-rata ruang. Artinya, misalnya kuat penerangan rata-ratanya 100 lux,
maka kuat penerangan dari semua titik ukur harus ≥ 80 lux. Persyaratan tersebut harus
dipenuhi karena apabila tingkat iluminasi yang disyaratkan tidak terpenuhi, hal tersebut akan
mengganggu tugas visual yang berakibat menurunnya produktivitas kerja.
Tingkat terang berbanding langsung dengan iluminasi ketika tingkat cahaya meningkat
sampai 500 lux. Dengan demikian, akan terdapat perubahan signifikan dalam visual
performancedan peningkatan iluminasi selanjutnya hanya mengakibatkan perubahan kecil
dalam visual performancedengan alasan bahwa pupil mata akan mengecil ketika tingkat
iluminasi meningkat. Oleh karena itu, area iluminasi dibawah 300 lux perlu dijaga. Selain itu,
perlu pula disediakan tingkat cahaya yang lebih tinggi jika ada keperluan spesifik yang
diinginkan untuk ditempatkan pada objek yang memerlukan (pencahayaan setempat) (Norbert
Lechner, 2007).
15
3 BAB III . METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen di dalam sebuah full
scale mock up ruang kerja kantor dengan berbagai setting pencahayaan ruang. Hasil
penelitian dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan program excel, SPSS versi 18
dan ecotech program. Program SPSS digunakan untuk menganalisis frekuensi, standar deviasi,
rerata, maksimumdan minimum. Selanjutnya penelitian yang dilakukan adalah menganalisis
pencahayaan pada beberapa bangunan perkantoran berlantai banyak, sebagai dasar
pertimbangan dalam mendesain bangunan hemat energi. Pada penelitian ini menggunakan
Program ecotech untuk menganalisis tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor dengan
mendesain beberapa model sebagai bahan pembanding dalam menciptakan bangunan hemat
energi.
Pada penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah lux meter sebagai pengukur nilai
iluminasi (lux). Terdapat tiga lux meter yang digunakan, yaitu merk Konika Minolta T-10 dan
merk Hioki Lux Hi tester 3241. Alat lain yang digunakan adalah potensio meter dan beberapa
unit lampu Armatur dengan dua model armatur yaitu tipe melengkung dan mendatar, seperti
gambar 3.1 dibawah ini.
Penelitian dilakukan pada ruang eksperimen berupa mock up ruang kerja kantor dengan
mendesain berbagai bentuk setting pencahayaan ruang seperti gambar yang diperlihatkan
16
dibawah ini (gambar 3.2). Desain setting pencahayaan ruang di rancang dengan menggunakan
potensio sebagai alat untuk mengatur distribusi cahaya.
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh
data-data yang relevan dengan masalah yang dibahas. Dengan demikian, digunakan metode-
metode ilmiah untuk mendapatkan data secara objektif, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.Langkah awal pada teknik pengumpulan data
dilakukan dengan mendesain setting pencahayaan task Illuminance pada ruang eksperimen.
17
menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi terdapat persyaratan yang harus
dipenuhi di dalamnya (Kasyono dan Yasril, 2009), di antaranya:
1) Pengambilan sampel harus berdasarkan atas ciri-ciri, sifat, dan karakteristik tertentu, yang
merupakan ciri-ciri pokok populasi.
2) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak
mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjects).
3) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat dalam studi pendahuluan.
Jumlah sampel sangat mempengaruhi hasil suatu penelitian, terutama yang
menggunakan uji statistik. Jika sampel yang digunakan kurang dari jumlah yang disyaratkan,
hasil penelitian akan menyebabkan under estimate. Sebaliknya, jika jumlah sampel yang
digunakan jauh lebih besar,hasil penelitian akan menyebabkan over estimate.
18
4 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Eksperimen pada penelitian ini dilakukan di laboratorium, yaitu Lab. Lighting fakultas
teknik jurusan arsitektur di kampus Gowa Universitas Hasanuddin. Ruang eksperimen ini
berukuran 9x4,5 meter dengan ketinggian ruang 3 meter. Pada penelitian ini, pencahayaan
buatan (artificial light) merupakan fokus penelitian mengenai pencahayaan ruang kerja kantor.
Sebelum menentukan jumlah lampu, jenis lampu, model fixture dan perletakan titik lampu,
dilakukan percobaan dengan menggunakan program Dialux dan Europic. Program ini
menganalisis berapa jumlah lampu dan model fixture yang dibutuhkan pada ruang eksperimen
ini. sebelum menagnalisis desain jumah titik lampu pada ruang eksperiemn, dilakukan uji
coba penggunaan lampu Fluorescent dengan menggunakan ballast dimmerable merk Philips
seperti gambar 4.1 dibawah ini.
Hasil percobaan yang telah dilakukan ini, mengalami kesalahan dan kekurangan dalam
hal pengaturan setting lampu sehingga perlu mengganti spesifikasi dan jenis lampu yang
digunakan pada ruang eksperimen. Rencana desain pencahayaan laboratorium adalah
melakukan uji coba dengan menggunakan lampu fluorescent yang dapat disetting tinggi
rendah pencahayaan ruang dengan menggunakan potensio. Hasil uji coba ini menyimpulkan
19
bahwa setting pencahayaan tidak dapat digunakan oleh karena ballast tidak dapat melakukan
dimmerable tingkat cahaya
Selanjutnya menganalisis penggunaaan alat dengan mempelajari beberapa jenis alat
melalui internet dan dapat disimpulkan bahwa eksperimen ini lebih layak dengan
menggunakan lampu LED yang dapat dinaik turunkan tingkat iluminasinya dengan
menggunakan potensio meter dan penggunaan material ini sangat menunjang dalam
mendesain bangunan hemat energi.
Dalam hal ini, terdapat dua bentuk fixtures, yaitu : Bentuk tegak lurus, yang diletakkkan
mengarah keatas/plafon dan ke bawah/bidang kerja yaitu RAD 260 lampu RM/ cover acrylic
4 x LED Line 2ft @14W 860 + driver dimmerabledan Bentuk setengah melingkar, yang
diletakkan mengarah kesamping/dinding yaitu lampu Asymetric wall washer 2x LED Line
2ft @14W 860 + driver dimmerable. Pengaturan distribusi cahaya menggunakan tiga buah
potensio, dimana setiap potensio mengatur tinggi rendahnya tingkat iluminasi pada bidang
kerja, plafon dan dinding. Armature lampu berbentuk melingkar dan tegak lurus dan
menggunakan potensio sebagai alat ukur yang digunakan untuk menaik turunkan tingkat
pencahayaan pada setiap armature seperti gambar 4.2 dibawah ini.
Sebelum menentukan jumlah titik lampu yang digunakan pada ruang eksperimen,
dilakukan percobaan desain perletakan titik lampu dengan menggunakan program Dialux
sebagai bahan analisis untuk mengetahui jumlah titik lampu dan jarak antara titik lampu satu
dan lainnya sehingga desain pencahayaan pada ruang laboratorium memiliki tingkat iluminasi
secara merata yaitu bersifat uniformity, baik pada bidang kerja (desktop illuminance) maupun
pada dinding (surround illuminance) seperti pada gambar 4.3 dibawah ini.
20
7.00 m 7.00 m
6.50 6.50
720 579 602 671 659 607 643 717 714 601
630
630
703 659 690 672 610 634 685 674 566
720
720 720
540
772 719 743 721 631 628 656 636 542
630 782 741 743 720 630 624 653 632 538
630
720
720 726 701 706 685 599 588 608 589 501
720
630
620 682 764 740 620 601 626 612 521
630
540
0.50 0.50
0.00 0.00
0.00 0.50 6.50 7.00 m 0.00 0.50 6.50 7.00 m
Hasil simulasi program Dialux menunjukkan tingkat iluminasi workplane bersifat non
uniformity. Hasil analisis menunjukkan nilai rerata iluminasi pada bidang kerja yaitu sebesar
660 lux , minimum 424 lux dan maksimum 828 lux. Nilai iluminasi pada permukaan dinding
dapat dilihat dan gambar 4.4 dibawah ini.
3.00 m
90 80 84 90 83 81 70 85 84 85 85 72 79 85 104 85 88 89
100 90 100 90 100 3.00 m
80 90 80 70 90
70 70 70 90 82 / / / / 70 / / / / 74 / / / / 90 91
70
92 84 / / / / 75 / / / / 78 / / / / 90 91
97 88 / / / / 80 / / / / 82 / / / / 89 97
70
95 90 / / / / 87 / / / / 85 / / / / 87 96
90
70 90 92 86 / / / / 86 / / / / 85 / / / / 85 97
70 90 83 84 84 84 84 84 86 89 89 86 82 81 80 78 77 82 91
70 70 70
80 80
85 78 81 83 82 83 82 82 83 83 82 80 79 77 78 76 78 86
0.00 0.00
Gambar 4.4 menunjukkan nilai iluminasi pada reflektansi 30% yaitu Lav sebesar 85 cd/m2,
Lmin sebesar 69 cd/m2, dan Lmax sebesar 110 cd/m2. Berdasarkan hasil simulasi ini, sehingga
dapat ditentukan desain perletakan titik lampu pada ruang Laboratorium sebagai ruang
eksperimen yang akan dilakukan pada penelitian ini.
Sebelum memasang armatur pada ruang ekperimen dilakukan pengukuran untuk perletakan
titik lampu yang mengarah ke bawah berjumlah 4 armatur dan mengrah kesamping ( wall)
berjumlah 6 armatur dilakukan pengukuran pada rung eksperiemen berdasarkan hasil analisis
Dialux seperti gambar 4.5 dibawah ini.
21
Gambar 4.5 Kegiatan setting lampu Fluorescent dimmerable
Penentuan jumlah lampu dianalisis sesuai luasan ruang dan nilai iluminasi yang
dibutuhkan sesuai standar iluminasi yang direkomendasikan pada ruang kerja kantor.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dirancang desain perletakan titik lampu (TL surface
mounted/ pendant) yang diatur sesuai dengan distribusi cahaya yang diarahkan pada 2 posisi,
yaitu ke arah bawah (desktop) sebanyak 4 fixtures dan ke arah samping (wall) sebanyak
6fixtures seperti gambar 4.6 dibawah ini.
Desain perletakan titik lampu terdiri dari 2 jenis, sehingga rencana instalasi listrik
sesuai dengan banyaknya jenis lampu sehingga saklar lampu direncanakan sebanyak 2 unit,
demikian pula perletakan potensio meter direncanakan terletak berdekatan dengan saklar
berjumlah dua buah dimana satu potensio untuk setting lampu yang mengarah kebawah dan
potensio lainnya untuk setting lampu mengarah kesamping, seperti gambar 4.8 dibawah ini.
22
Asymetric wall washer
2x LED Line 2ft @14W
860 + driver
dimmerable
Potensio Philips
Dimmer Controll UID
8600/00 1-10V
23
Pada penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah lux meter sebagai pengukur nilai
iluminasi (lux). Terdapat tiga lux meter yang digunakan, yaitu merk Konika Minolta T-10 dan
merk Hioki Lux Hi tester 3241 (gambar 4.9)
24
Gambar 4.10 Aktifitas responden
25
Berdasarkan penelitian ynag dilakukan in, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh tingkat iluminasi pada bidang kerja terhadap aktifitas kerja yaitu koreksi naskah,
seperti yang telah disimpulkan oleh beberapa pneliti terdahulu yang menyimpulkan bahwa
tidak ada pengaruh dari task illuminance terhadap visual performance, yaitu Nelson dkk
(1983), Smith dan Rea (1982), Nilson dan Johnson (1984), Horst dkk (1988), Kaye (1988),
dan Veitch (1990).
Kantor DPRD Prop Sul-Sel bertempat di jalan Urip Sumiharjo Makassar yang terdiri dari 11
lantai seluas 4000 m2. Bangunan ini merupakan pengembangan gedung kantor DPR Tk.I
Propinsi Sulawesi Selatan. Bentuk bangunan ini adalah ciri arsitektur tradisional dengan
bentuk bangunan tropis yaitu dengan menggunakan sunscreen sebagai pelindung cahaya
matahari pada seluruh sebagian selubung bangunan yaitu pada lantai 3 sampai 10 sedangkan
pada lantai 1 dan 2 menggunakan kaca masif tanpa penghalang cahaya (gambar 4.12).
26
Gambar 4.12 Gedung DPRD Tk.I Prop. Sul-Sel
Hasil Analisis dengan Menggunakan Program Ecotect yaitu dengan menganalisis tiap lantai
pada bangunan merumuskan bahwa total luas gedung DPRD adalah 3.010 m2 dengan
penambahan jumlah lampu keseluruha bangunan sebanyak 584 armatur yang terdiri dari
lampu TL 4x 40 watt sehinggga total jumlah watt lampu yang dibutuhkan adalah 93.440
watt. Dari hasil perhitungan jumlah watt per meter bujursangkar adalah sebesar 31,04
watt/m2.
Gedung Graha Pena yang berlokasi di Jalan Urip Sumihardjo No. 20 Makassar, merupakan
salah satu proyek pembangunan FAJAR Group yang diperuntukkan untuk pengembangan
usaha dan bisnis. Fajar Graha Pena terletak bersebelahan dengan kemegahan flyover (jalan
layang). Gedung Graha Pena akan menjadi salah satu ikon gedung termegah dan termewah
di Makassar, dimana terdapat dua bagian utama gedung Fajar Graha Pena, masing-masing
gedung utama dan tower.
27
Gambar 4.14 Bangunan perkantoran Graha Pena
Dari hasil Daylight Analysis gedung Graha Pena diketahui bahwa pemakaian rata-rata
energi listrik permeter persegi (watt/m 2) pada bangunan ini adalah sebagai berikut: Luas
lantai Gedung Gaha penah 19.136 m2 dan penambahan lampu keseluruhan bangunan
sebanyak 980 armatur dimana masing-masing armatur terdiri dari lampu TL 4 x 40 watt,
sehingga total watt yang dibutuhkan dalam bangunan adalah 156.800 watt yang berarti
penambahan watt pemeter persegi adalah 8,1 watt/m2.
Gambar 4.15 Hasil Echotech Program Gedung Graha Pena Lantai 1 dan 2
Gedung Wisma Kalla terletak di jalan utama yaitu Jendral Sudirman.gedung tersebut terdiri
dari berbagai jenis kantor antara lain: Bank Bukopin, Konjen Jepang dan Amanah Finance
28
Gambar 4.16 Desain Perkantoran Wisma Kalla
Gedung Wisma Kalla terdiri dari 12 lantai dengan total luas bangunan sebesar 21273
2
m . Rentable space terdiri dari rentable retail space, rentable office space dan rentable
comercial space. Rentable retail space terletak pada lantai 5-9 dan rentable retail space
terletak pada lantai 1,2 dan 3. Sedangkan rentable comercial space terletak pada lantai 3 dan 4.
Luasan Lantai 1 sebesar 327,59 m2, lantai 2 sebesar 214,2 m2 dan lantai 3 sebesar 75,6 m2.
Rentable office space yang terletak pada lantai 3 seluas 176,4 m 2 serta lantai typikal yaitu
lantai 5-9 dan luasan tiap lantai sebesar 976,9 m2.
Existing condition banguna perkantoran ini seperti pada gambar 4.17 dibawah ini:
29
Gambar 4.17 Denah lantai 1 dan lantai tipikal (lantai 5-9)
Wisma Kalla adalah bangunan perkantoran berlantai 12 dengan luas lahan sebesar 5363 m2
dan luas bangunan sebesar 21272.65 m2. Bangunan ini terdiri dari beberapa jenis fungsi ruang
yaitu sebagai berikut :
Lantai 1 (3642.48 m2) : Exhibition hall, Lobby & Sitting Lounge, Rentable Retail Space
2
Lantai 2 (2307.71 m , : Fuction Room, Lobby, Pre Fuction, Rentable Retail Space
2
Lantai 3 (2056.16 m ) : Fitness Centre, Rentable Office Space, Rentable Retail Space
2
Lantai 4 (767.54 m ) : Restaurant
2
Lantai 5-9 (1184.45 m ) : Rentable Office Space
2
Lantai 10 (1184.45 m ) : Excecutive lounge
2
Lantai 11 (653.51 m ) : Excecutive floor, office
2
Lantai 12 (856.61 m ) : Excecutive meeting room
30
Denah Lt.Basement Denah Lt. Ground floor Denah lantai 1
Gambar 4.18. Denah Gedung Wisma Kalla
Gambar 4.18 menunjukkan gambar denah lantai 1 befungsi sebagai ruang lobby/
sitting lounge, exhibition hall dan rentable retail space. Gambar ini juga menunjukkan denah
lantai tipikal yaitu lantai 5 hingga lantai 9 dan lantai tipikal ini difungsikan sebagai ruang
kerja kantor secara keseluruhan.
31
Gambar 4.19 Perspektif Gedung Wisma Kala
32
\
Gambar 4.21. Tampak Potongan Gedung Wisma Kalla
33
Gambar 4.22 Desain Pencahayaan program Ecotech (Model 1)
Gambar 4.23. Rencana perletakan titik lampu pada lantai tipikal (Model 1)
34
Penelitian ini, menganalisis hasil simulasi dengan mengatur model grid untuk mengetahui
nilai tingkat iluminasi pada ruang kerja bangunan ini. Hasil simulasi menunjukkan nilai
tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor yaitu overall light level , electrical light level dan
daylight level seperti terlihat pada gambar 4.25.
Hasil simulasi menunjukan nilai tingkat iluminasi pada lantai tipikal adalah sebagai berikut:
(A) electric light level yaitu nilai iluminasi antara 0-600 lux, nilai rerata 131,52; (B)
Daylighting levels yaitu nilai iluminasi antara 0-800 lux, nilai rerata 591,22 lux dan (C)
Overall light levels yaitu nilai iluminasi antara 0-8100 lux dan nilai rerata 722,74 lux.
Hasil simulasi menunjukkan nilai tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor sebagai
berikut : (A) Daylighthing level antara 266,70 lux hingga 656,57 lux dengan nilai rerata
sebesar 363,54 lux; (B) Overall light level antara 426,62-805,40 dengan nilai rerata sebesar
35
512,02 lux; dan (C) Electrical level antara 64,83 hingga 250,83 lux dan nilai rerata sebesar
148,48 lux.
Table 1 menunjukkan hasil simulasi program echotec yaitu penggunaan energi perbulan
pada lantai tipikal Jumlah armature pada tiap lantai tipikal berjumlah 108 buah dengan
menggunakan lampu TL (2 x36 watt). Bangunan perkantoran Wisma Kalla mempunyai
beberapa fungsi ruang dan pada penelitian ini hanya menganalisis ruang kerja kantor yang
terletak pada lantai tipikal. Penggunaan energi listrik sebagai sumber pencahayaan buatan
untuk perbulan adalah berbeda dan Total energi yang digunakan pertahun pada tiap lantai
tipikal sebanyak 79.575.840 watt seperti pada table 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.2.1 Pemakaian energi listrik pada lantai tipikal (109 Armatur : 2 x 36 watt)
(Resource usage - daily energy use, Model 1)
36
mendesain armature berjumlah 109 armatur yang terdiri dari 2 x 36 watt seperti yang telah
dipaparkan. Selanjutnya menganalisis hasil simulasi model 2 yaitu desain pencahayaan
dengan mengurangi jumlah armatur dan mengganti spesifikasi armature.
Gambar 4.26 menunjukkan model desain pencahayaan dengan menggunakan type
Fluorescent lamp strip unit , tiap armature berupa1x36 watt dan jumlah armatur yang
digunakan pada lantai tipikal sebanyak 80 unit.
Gambar 4.26 Rencana perletakan titik lampu pada lantai tipikal (Model 2)
37
Gambar 4.27 menunjukkan hasil simulasi ruang kerja kantor pada lantai tipikal yaitu
kalkulasi overall (daylighthing dan electrical light) dan electrical light. Hasil analisis overall
menghasilkan nilai iluminasi maksimum sebesar 693,6 lux Minimum sebesar 267,4 lux dan
rerata sebesar 574,6 lux. Hasil analisis electrical light menunjukkan tingkat iluminasi
maksimum sebesar 125,6 lux, minimum sebesar 250,5 lux dan rerata sebesar 160 lux.
38
Tabel 4.2.2 Pemakaian energi listrik pada lantai tipikal (80 Armatur : 36 watt)
Resource usage – daily energy use (Model 2)
39
5 BAB V. KESIMPULAN
40
6 BAB VI. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
Rencana penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dan akan dimulai dari bulan Maret
hingga bulan September2015.Jadwal waktu pelaksanaan kegiatan yang akan direncanakan
dimulai sejak ditandatanganinya kontrak pelaksanaan kegiatan secara rinci adalah sbb:
41
DAFTAR PUSTAKA
Boyce, P. R., 1970, The Influence of Illuminance Ievel on Prolonged Work Performance,
Lighting Research and Technologyvol 2: 74-94.
Boyce, P. R., 1979,Users Attitudes to Some Types of Local Lighting.
Boyce, P. R.,1973, Age, Illuminance, Visual Performance and Preferences, Lighting
Research and Technology vol 5: 115-124.
CIE , 1981, An Analytical Model for Describing the Influence of Lighting Parameters upon
Visual Performance.
Esti Asih Nurdiah, Asri Dinapradipta, I Gusti Ngurah Antaryama, 2007, prosiding seminar
nasional Pascasarjana VII.
Ghozali. I., Dr., M,Com, Akt, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS:
Penerbit Universitas Diponegoro, cetakan IV, Semarang
Ghozali. I., Dr., M,Com, Akt, 2008, Desain Penelitian Eksperimental, Teori, Konsep dan
Analisis Data dengan SPSS 16, Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang.
Idrus, 2002, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta
IESNA, 1980, 'Design criteria for lighting interior living spaces. Part One'. Lighting Design
and Application, 31-61.
Illuminating Engineering Society of North America, 1993, American national standard
practice for office lighting. New York: Illuminating Engineering Society of North
America.
Jamala, N., 2001, Studi Pencahayaan Alami pada Bangunan Perpustakaan Pusat Unhas,
Jurnal Enjiniring.
Jamala, N., 2010, Studi Pencahayaaan Ruang Kelas JUTAP UGM, Proceeding SERAP I,
Yogyakarta.
Jamala, N., 2012, Kenyamanan Visual Ruang Studio Gambar dengan Menggunakan
Program Echotect: Jurnal Ilmiah Teknik Gelagar, v. 26, p. 40-46.
Jennifer A. Veitch, Ph.D., and Guy R. Newsham, Ph.D, 1996, Determinant of Lighting
Quality II: Research and Rekomendation
Kaufman, PE,FIES, 1981, IES Lighting Hand Book, Illuminating Engginering Society of
nort America, New York, p:2-20.
Lechner, N. 2007, Heating, Cooling, Lighting "Metode Desain untuk Arsitektur", edisi
kedua, Jakarta
Lembaga Pendidikan Masalah Bangunan (LPMB), 2001, Tata Cara Perancangan
Penerangan Alami Siang Hari Untuk Rumah dan Gedung, SNI 03-6575-2001,
Jakarta.
Rea, M. S.,1981,Visual Performance With Realistic Methods of Changing Contrast, Journal
of Illuminating Engineering Society(Summer), vol 1:41-57.
Smith, S.W. and Rea, M.S., 1982, 'Reading test performance under different levels of
illumination', Journal of the Illuminating Engineering Society.
Soegijanto, 1993, Standar Tata Cara Perancangan Konversi Energi pada Bangunan Gedung,
Seminar Hemat Energi dalam Bangunan,.
United Nations Environment Programme (UNEP), 2006, Pedoman Efisiensi Energi untuk
42
Industri di Asia,www.energyefficiensiasia.org, p. 1-43 , India.
Veitch, J.A., 1990, 'Office noise and illuminance effect on reading comprehension'. Journal
of Environmental Psychology, 10:209-207.
Weston, H. C., 1961, Rationally recommended illuminance levels, Transaction of the
Illuminating Engineering Society vol 26: 1-16.
Yonemura, G. T. and Kohayakawa, Y., 1976, A New Look at The Research Basis for
Lighting Level Recommendations, NBS Building ScienceSeries 82.
Yorks, P., & Ginthner, D. (1987, July). Wall lighting placement: Effect on behavior
in the work environment. Lighting Design + Application, 17(7), pp. 30-37.
43
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1A. Justifikasi Anggaran Penelitian Tahap I
N0. Komponen biaya Volume Satuan Biaya (Rp) Total (Rp) %
A. Honorarium Tim Peneliti
1 Peneliti utama 1 4,752,000 4,752,000
2 Peneliti anggota (Dosen) 3 3,240,000 9,720,000
3 Peneliti anggota (Mahasiswa) 4 1,440,000 5,760,000
Jumlah 20,232,000 24
44
A. Tim Peneliti
Alokasi honorarium dimaksudkan untuk menunjang kelancaran kegiatan peneliti selama
persiapan maupun pelaksanaan penelitian.Honorarium diharapkan memenuhi kebutuhan
pengeluaran biaya untuk transportasi dan konsumsi selama penelitian berlangsung.
Tahap I dan II
a) Peneliti Utama bekerja 18 jam/minggu, total jam 18 x 48 minggu = 864 jam, dengan honor
sebesar Rp. 5.500,- per jam, sehingga total honor 864 x 5500 = Rp. 4.752.000,-
b) Peneliti Anggota bekerja 15 jam/minggu, total jam 15 x 48 minggu = 720 jam, dengan
honor sebesar Rp. 4.500,- per jam, sehingga total honor 720 x 4500 = Rp. 3.240.000,-
c) Peneliti Mahasiswa bekerja 10 jam/minggu, total jam 10 x 48 minggu = 480 jam, dengan
honor sebesar Rp.3.000,- per jam, sehingga total honor 480 x 3000 = Rp. 1.440.000,-
B. Bahan Habis Pakai & ATK
Alokasi dana untuk bahan habis pakai dan alat tulis kantor disediakan untuk pelaksanaan
kegiatan mulai tahap persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, hingga perampungan dan
pelaporan akhir.
C. Pengadaan Alat
Penelitian ini dilakukan pada ruang eksperimen berupa mock up runag kerja kantor.
Desain pencahayaan pada ruang eksperimen menggunanakan lampu Armatur TL 2x 40 watt
yang dapat mengatur distribusi cahaya dengan menggunakan potensio. Alat ukur yang
digunakan lux meter dan luminance meter sebagai alat pengukuran nilai iluminasi dan
luminasi cahaya.
D. Penyusunan Laporan dan Seminar
Penyusunan dan penggandaan Laporan Awal dan Interim sebanyak masing-masing 30
eksemplar untuk keperluan pembagian kepada peserta Seminar I dan II.Laporan Akhir sebagai
hardcopy memerlukan penjilidan khusus, dengan disertai pemuatan softcopy berupa keping
CD.Seminar diselenggarakan untuk setidaknya tiga maksud, yaitu sebagai: a) pelaporan hasil
penelitian, b) salah satu cara efektif untuk validasi hasil penelitian, sekaligus kesempatan
penyempurnaan dan/atau perbaikan hasil penelitian, dan c) wadah publikasi dan diseminasi
hasil penelitian secara lebih luas.
45
LAMPIRAN 2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana penelitian
Sarana penunjang penelitian yang tersedia sebagai berikut:
a. Laboratorium Sains Bangunan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin
b. Ruang eksperimen sebagai mock up ruang kerja kantor yang telah dilengkapi dengan
berbagai bentuk setting pencahayaan ruang.
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Ir Nurul Jamala B, MT
3 Jabatan Struktural -
5 NIDN 0004096407
12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= orang; S-2= orang S-3= orang
1. Fisika Bangunan
2. Pengetahuan Lingkungan
3. Teknik Penulisan Ilmiah
4. Desain Simulasi Visual dan Lighting
13 Mata Kuliah yang Diampu 5. Teori dan Studio Perancangan Arsitektur 3
6. Workshop Desain/ Perancangan Arsitektur
Komprehensif (LBE)
7. Iklim Arsitektur dan Lingkungan
8. Sains Bangunan Tropis
46
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Universitas
Universitas Gadjah Mada
Tinggi Hasanuddin Hasanuddin
Bidang Ilmu Arsitektur Arsitektur Arsitektur dan Perencanaan
Tahun Masuk
1988 – 2002 1997 –2001 2008 – 2014
– Lulus
Studi Pencahayaaan
Judul Pemodelan Kenyamanan
Perencanaan Kantor Alami pada Bangunan
Skripsi/Thesis/ Visual Ruang Kerja Kantor
BP-7 Perpusatakaan Pusat
Disertasi di Indonesia
Unhas
- Prof. Ir. Nindyo Soewarno,
- Prof.Dr.Ir.Shirly
Nama Prof.Dr.Ir.H.M.Ramli M.Phil.,Ph.D.
Wunas DEA
Pembimbing/ Rahim, M.Eng - Ir. Jatmika Adi Suryabrata,
- Ir. Suriana
Promotor M.Eng., Ph.D
Latanrang, Msi
- Dr. Ir. Arif Kusumawanto, MT.
C. Pelatihan Profesional
Tahun Pelatihan Penyelenggara Jangka waktu
47
G. Pengalaman Menyampaikan Makalah Secara Oral pada Pertemuan/Seminar Ilmiah
Dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Ilmiah/ Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu & Tempat
th
The 11 Internationl Conference on
14-16 Oktober2010,
Sustainable environmental Architecture An Analysis on
Institut Teknologi
1 (Senvar) Innovation, Technology and Daylighting in Offices
Surabaya
Desing of Architecture in Changing Buildings in Makassar
Environment
The 1st International Conference on 7-8 Oktober 2010,
An Analysis on
Sustainable Technology Development: UniversitasUdayana,
2 Daylighting in Offices
Sustainable Technology Based on Denpasar
Buildings in Makassar
Environmental & Cultural Awareness
16 Januari 2010,
Studi Kenyamanan
Seminar Nasional Arsitektur dan Universitas Gadjah
3 Visual (Studi Kasus
Perencanaan (SERAP 1) Mada, Yogyakarta
Ruang Kelas Jutap UGM
The 12th international conference on The Analyzis of Visual
10-11 Nopember
sustainable environment and Comfort in The Lecture
2011, Universitas
4 architecture (senvar)‖ Nusantara (lokal) Room (A Case Study in A
Brawijaya, Malang
wisdom for the better future of Lecture Room of Jutap
sustainable architecture, UGM),
9-11 Juli
―1st Bienalle International Conference The Analysis of Visual 2012,Universitas
5
on Indonesia Architecture and Planning Comfort in Workspace Gadjah Mada,
Yogyakarta
6-7 September 2013,
International Seminar on Architecture
Universitas
in Urbanized Matirime Culture: The Analysis of Visual
6 Hasanuddin
Chances and Challenges in Planning Comfort in Office Room
Makassar
&Design for Sustainable Future
Pemodelan Kenymanan 22-23 Agustus 2014,
Seminar Nasional Arsitektur dan
7 Visual Ruang Kerja Universitas Gadjah
Perencanaan Universitas Gadjah Mada.
Kantor Mada, Yogyakarta.
48
J. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial lainnya Dalam 5
Tahun Terakhir
Respons
Judul/Tema/Jenis Rekayasa Lainnya yang Tempat
No Tahun Masyara
telah diterapkan Penerapan
kat
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan usulan skim Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun 2014.
.
Makassar, Nopember 2015
Pengusul,
49
Biodata AnggotaPeneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Ir. Idawarni., MT
2 Jenis Kelamin P
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 196507011994032001
5 NIDN 0001076502
6 Tempat dan Tanggal Lahir Makassar /01-07-1965
7 E-mail Idawarniasmal@yahoo.com
9 Nomor Telepon/HP 081357922950
10 Alamat Kantor Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10. Makassar
11 Nomor Telepon/Faks (0411) 494061
12 Lulusan yang Telah Dihasilkan ± 20 orang
13 Mata Kuliah yg Diampu 1. Teori Kota dan Permukiman
1. Perancangan Kota dan Permukiman
2. Permukiman Pesisir
3. Vertical Housing
4. Pengetahuan Lingkungan
5. Studio Perancangan Arst. 1.
6. Studio Perancangan Arst. 3.
7. Studio Perancanga Arst 5.
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi UNHAS ITS ITS
Bidang Ilmu Arsitektur Permukiman Perumahan dan
dan lingkungan Permukiman
Tahun Masuk-Lulus 1987-1993 1997-1999 2008-2013
Judul Children Plaza Wujud Rumah Permukiman
Skripsi/Tesis/Disertasi Sebagai Simbol Tradisional Suku
Identitas Diri
Makassar Berbasis
Penghuni danBudaya dan Gaya
Lingkungan Hidup Sebagai Dasar
Konsep Permukiman
Resettlement Di
Wilayah Pesisir
Nama Ir. Andi Mauraga, Prof. Ir. Johan Prof. Ir. Happy Ratna.
Pembimbing/Promotor MS. Silas S. M.Sc., Ph.D.
Prof. Ir. Happy Ir. Purwanita
Ir. Thamrin Baso. Ratna S. MSc. Setijanti, M.Sc.,Ph.D.
MS Ph.D.
50
Pengalaman Pelatihan/Pendidikan Tidak Berjenjang
51
4 Penentuan Arah dan Letak Journal local Volume III, halaman 9-18,
Permukiman dan Rumah widom , Februari 2011. ISSN.
Tinggal Kaitannya Dengan Universitas 20863764
Kosmologi Merdeka Malang.
5 Effects of Lifestyle Changes Journal Basic Res 2(12)13085-13090,
on House in Untia Fishermen Applied Science December,2012 part v.
Village Resettlement. TextRoad Publicaton ISSN
2090-4304
52
Congress on Housing Harmonious Concept October 2010.
Science. Between Sustainable ISBN. 978-84-693-6655-
Enviroment, Affordable 4
Housing and Needs.
6 International Life Style and Its Impact to 14-16 October. Surabaya.
Conference 11th House Style in Coastal ISBN 978-979-3334-15-
SENVAR 2010, Rural Areas of Makassar. 8.
Sustainable
Enviromental
Architecture.
International Optimization and Desember 12 , 2012, ITS,
conference Inovative Utilization of Natural and Surabaya, ISBN: 978-
and Smart Setlement Human Resources in 979-3334-17-2
Enabling local Income Improve and
economy Quality Bahari Beach
Settlement
Jumlah Penerbit
No Judul Buku Tahun
Halaman
Permukijman Tradisional Suku
Makassar yang berbasis Budaya dan
ITS
1 Gaya Hidup Sebagai Dasara KOnsep 2013 106
Unpublish
Permukiman Resettlement di Wilayah
Pesisir
Nomor
No Judul/ Tema HKI Tahun Jenis
P/ID
Respons
Judul/Tema/Jenis Rekayasa Lainnya yang Tempat
No Tahun Masyara
telah diterapkan Penerapan
kat
53
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan usulan skim Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun 2014.
.
Makassar, Nopember 2015
Pengusul,
54
Biodata AnggotaPeneliti
A. IDENTITAS DIRI
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 S2 S3
Perguruan Tinggi Unhas Unhas
Bidang Ilmu/Keahlian Arsitektur Manajeman Perkotaan
Tahun masuk-lulus 1978 - 1985 1992 – 1997
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Pasar Pusat di Ujung Pelaku Sektor Informal dan ---
Pandang Pola Permukimannya di
Daerah Perkotaan
Nama Pembimbing/Promotor 1. Ir. Riekje Pangkarego 1. Dr. Ir. Ananto Yudono, ---
2. Ir. Zainal Abidin M.Eng
2. Dr. H. M.Tahir
Kasnawi,SU
55
C. PENGALAMAN PENELITIAN SELAMA 5 TAHUN TERAKHIR
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian
Sumber Jumlah (Rp)
Studi Keterkaitan Sektor Informal dan
1. 1997 Sendiri
Tumbuhnya Permukiman Kumuh di Perkotaan
Pengaruh Pemanfaatan Landasan Pacu Baru
2. 2011 Bandar Udara Sultan Hasanuddin Terhadap DIPA FTUH 6.000.000,00
Permukiman Disekitarnya
56
E. PENGALAMAN PENULISAN ILMIAH DALAM JURNAL SELAMA 5 TAHUN
TERAKHIR
No. Tahun Judul Artikel Ilmiah Vol/No Nama Jurnal
Pengaruh Pemanfaatan Landasan Pacu Baru 978-979-127255-
Jurnal Hasil
1. 2011 Bandar Udara Sultan Hasanuddin Terhadap 0-6
Penelitian FTUH
Permukiman di Sekitarnya h. TA9. 1/6
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan usulan skim Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun 2014.
57
Biodata AnggotaPeneliti
A. Identitas Diri
58
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
Pendanaan
Jml
No Tahun Judul Penelitian
Sumber * (Juta
Rp)
Karakteristik Ruang Personal dan
Teritorialitas pada Ruang Bersama
1 2013 Studi Kasus Ruang Bersama Balebale di LP2M Universitas Makassar
Pulau Laelae dan Pulau Barranglompo
Makassar
Penelitian; Kajian Perumahan Tradisional Kepala Satuan Kerja BPTPT
2 2013 di Pesisir Samudera Pasifik Makassar. No:15/KPTS-
Lp.11/2013
Konservasi Kawasan Tua terhadap Penelitian Dosen Muda didukung
3 2012 Perkembangan Sarana Pelayanan Dana SPP/DPP 2012 Fak. Teknik
Pariwisata di Kota Makassar Universitas Hasanuddin.
Spacial Structure Of Urban
4 2010 Waterfronts Comperative Between JICA
Riverfront, seafront, and Gulfront
Penelitian Mandiri: Identifikasi Potensi Penelitian Dosen Muda didukung
5 2010 Wisata Kota Makassar Dana SPP/DPP 2010 Fak. Teknik
Universitas Hasanuddin.
Pengaruh Sosial Ekonomi Masyarakat Penelitian Dosen Muda didukung
6 di Pinggir Kanal Kota Makassar Dana SPP/DPP 2009 Fak. Teknik
2009 terhadap Kebersihan Lingkungan Universitas Hasanuddin.
Kanal
Karakteristik Pergerakan Pejalan Kaki Penelitian Dosen Muda didukung
7 2008 di Trotoar Sekeliling Lapangan Dana SPP/DPP 2008 Fak. Teknik
Karebosi Makassar Universitas Hasanuddin.
Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Penelitian Dosen Muda didukung
8 Pengembangan Pola Perumahan dan Dana SPP/DPP 2008 Fak. Teknik
2008 Permukiman di Kawasan Pantai; Universitas Hasanuddin.
Tanjung Bayam Makassar
Pemanfaatan Ruang Terbuka Taman Penelitian Dosen Muda didukung
9 2008 Macan ditinjau dari teori Perilaku da Dana SPP/DPP 2008 Fak. Teknik
Lingkungan di Makassar Universitas Hasanuddin.
Efektifitas Pemanfaatan Ruang Rumah Penelitian Dosen Muda didukung
10 2007 Pada Permukiman Padat di Pusat Dana SPP/DPP 2007 Fak. Teknik
Kota Makassar Universitas Hasanuddin.
59
2 Renovasi Tempat Wisata Pallette Indosat-PEMDA
2012
Pool & Villa Bone
Reviewer Inventarisasi dan Identifikasi Dep.PU.Puslitbang
3 2009 Keragaman Bentuk Arsitektur Permukiman Permukiman
Suku Bajo
Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paccing
4 2008 Tradisional Masyarakat (Jalan Watampone
Lingkungan)
Klinik Arsitekur dan Penanaman Kel. Bonto
5 2008 Pohon di Kel. Bonto Makkio Kec. Makkio Kec.
Rappocini, Makassar Rappocini
Penyuluhan untuk masyarakat Suku Desa Bajoe
6 2007 Bajo, tentang pembuatan kamar Kab.Bone
mandi & WC umum.
60
of Southern mola Village
Wakatoi Region
Perencanaan Fasilitas
Permukiman di Kawasan
12 November 2013
Periphery (Studi Kasus
2 TemuI lmiah IPLBI UniversitasHasanuddin,
Kelurahan Sudiang Raya Makassar, Indonesia
Keacamatan Biringkanaya
Makassar
Jumlah Penerbit
No Judul Buku Tahun
Halaman
Arsitektur & Lingkungan Tropis
2013
Kepulauan
160
2014
Ilmu Pengetahuan Lingkungan
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
61
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan usul skim Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun 2014.
Pengusul,
62
63