Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Shevrina Faradiba
NIM : 1111103000046
v
Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT berkenan
memasukkannya sebagai amal jariyah untuk tabungan di akhirat nanti. Aamiin
Penulis
vi
ABSTRAK
Bawang putih (Allium sativum) merupakan salah satu tanaman obat yang sudah
dikenal sejak lama oleh masyarakat. Bawang putih diketahui dapat digunakan
sebagai obat antibakteri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
antibakteri bawang putih terhadap Staphylococcus epidermidis secara invitro.
Sampel pada penelitian eksperimental ini adalah ekstrak bawang putih (Allium
sativum) yang dibuat dengan metode tumbukan. Metode yang digunakan adalah
uji aktivitas antibakteri dengan metode disc difusi, dibagi menjadi 4 kelompok
perlakuan dengan konsentrasi 20%, 40%, 60% dan kelompok kontrol yaitu
kontrol positif dengan amoksisilin 25ug dan kontrol negatif dengan etanol 96%.
Analisis statistik menggunakan One-Way Annova. Hasil untuk uji aktivitas
antibakteri untuk Kadar Hambat Minimum (KHM) bawang putih terhadap
Staphylococcus epidermidis didapatkan perbedaan bermakna mulai dari
konsentrasi 20% hingga 60%. Hasil dari uji aktivitas antibakteri ini adalah bersifat
bakterisid terhadap Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan klasifikasi respon
hambatan pertumbuhan bakteri, tumbukan bawang putih tergolong memiliki
efektivitas kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
epidermidis.
ABSTRACT
Allium sativum is one of medicine plants known by people
for a long time. It has
been known for its antibacterial effect. The purpose of this research was to
measure the antibacterial effect of Allium sativum againts Staphylococcus
epidermidis. This research was an experimental study with post test control group
only design. The sample of this experimental study of Allium sativum used garlic
collision method. The antibacterial activity test uses disc diffusion method, these
were divided 4 test group with concentration 20%, 40%, 60% and control groups
were positive control with amoksisilin 25ug and negative control with etanol
96%. Statistic analysis was done by using One-Way Annova. The result of
antibacterial activity, Minimum Inhibitory Concentration (MIC) significant from
the concentration 20% until 60%. The result of antibacterial activity test were
bacteriostatic for Staphylococcus epidermidis. Based on classification of bacterial
growth inhibition response, garlic collision is classified as a strong substance in
inhibiting the growth of Staphylococcus epidermidis.
vii
DAFTAR ISI
viii
2.9 Kerangka Konsep..............................................................................................23
2.10 Definisi Operasional .......................................................................................24
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................25
3.1 Desain Penelitian ..............................................................................................25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................25
3.3 Sampel Penelitian ..............................................................................................25
3.4 Identifikasi Variabel ..........................................................................................26
3.4.1 Variabel Bebas .............................................................................................26
3.4.2 Variabel Terikat ...........................................................................................26
3.5 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................................26
3.5.1 Alat Penelitian .............................................................................................26
3.5.2 Bahan Penelitian ..........................................................................................27
3.6 Cara Kerja Penelitian .........................................................................................27
3.6.1 Sterilisasi Alat ..............................................................................................27
3.6.2 Pembuatan Media Agar ...............................................................................27
3.6.3 Pembuatan Biakan Bakteri ..........................................................................28
3.6.4 Perwarnaan Gram ........................................................................................28
3.6.5 Prosedur Tumbukan Bawang Putih .............................................................29
3.6.6 Pembuatan Variabel Konsentrasi .................................................................29
3.6.7 Metode disc diffusion...................................................................................30
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ...........................................................................30
3.8 Alur Penelitian ...................................................................................................31
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................32
4.1 Hasil dan Pembahasan .......................................................................................36
4.2 Keterbatasan Penelitian .....................................................................................37
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................38
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................38
5.2 Saran ..................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................39
LAMPIRAN ...........................................................................................................42
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acne vulgaris disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi bakteri
patogen yakni Propionibacterium acne atau infeksi bakteri non patogen yakni
Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus.1
Menurut data World Health Organization tahun 2008 kejadian acne
vulgaris pada wanita usia 14–17 tahun berkisar 83-85% dan pada laki-laki di usia
16-19 tahun berkisar 95-100% dengan lesi predominan berupa komedo dan papul.
Sebuah survey di kawasan Asia Tenggara diketahui terdapat 40%-80% kasus acne
vulgaris. Sementara menurut catatan kelompok studi dermatologi kosmetika
Indonesia, menunjukkan terdapat 23,8% penderita acne di tahun 2003 dan 60% di
tahun 2006.2
Bakteri Staphylococcus epidermidis yang bersifat flora normal pada kulit
dapat berubah menjadi patogen sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan
pada kulit salah satunya dapat mengakibatkan timbulnya acne vulgaris. Namun,
penyakit lain juga dapat disebabkan oleh bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu
Endokarditis dan Septicaemia.2
Telah banyak pengobatan farmakologis untuk mengatasi acne vulgaris
akibat infeksi mikroorganisme terutama Staphylococcus epidermidis. Namun
berkembang pengobatan alternatif, salah satunya dengan bawang putih. Tanaman
ini diduga mempunyai efek antibakteri, antiviral, antifungi, antiprotozoa dan
antiparasit yang membantu penyembuhan peradangan pada kulit akibat infeksi
mikroorganisme. Efektivitas bawang putih yang dianggap memiliki kemampuan
sebagai antibakteri sudah banyak dibuktikan oleh peneliti-peneliti terdahulu.3
Hal ini juga sesuai dengan Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 61 :
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan)
dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada
Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi,
yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan
bawang merahnya.”
1
2
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meninjau lebih dalam lagi tentang
efektivitas bawang putih dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
epidermidis sehingga nantinya dapat dipergunakan sebagai salah satu alternatif
dalam pemilihan tatalaksana acne vulgaris akibat Staphylococcus epidermidis.4
1.2 Hipotesis
Bawang Putih (Allium sativum) dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis.
Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, di antaranya Cina dan
Jepang yang beriklim subtropik. Di Indonesia ada tiga jenis bawang putih import
kering dari China yang cukup terkenal dan mudah didapat yaitu Kating, Sin chung
dan Hunan.5
3
4
Akar serabut pada tanaman bawang hanya berfungsi untuk menyerap atau
mengisi air dan nutrisi yang ada di sekelilingnya saja. Akar tidak memiliki
kemampuan menyimpan cadangan air dan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan
bawang putih.5
A. Batang
Bagian yang berfungsi sebagai batang pada tanaman bawang putih adalah
cakram. Cakram merupakan lingkaran pipih yang terdapat di dasar umbi bawang
serta bertekstur kasar dan padat. Cakram ini berfungsi sebagai batang pokok tidak
sempurna bagi tanaman bawang dan terletak di dalam tanah. Pada permukaan
bawah cakram inilah nantinya tumbuh akar-akar serabut tanaman bawang putih.
Sementara yang tampak sebagai batang di atas permukaan tanah adalah kelopak
daun yang saling membungkus kelopak daun di bawahnya sehingga terlihat
seperti batang. Bagian ini biasanya disebut dengan batang semu.5
B. Umbi
Satu bongkahan umbi bawang putih tersusun atas beberapa siung yang
mengelompok dan duduk pada satu cakram. Setiap siung dibungkus oleh selaput
tipis yang merupakan pangkal pelepah daun. Ukuran umbi bawang putih sangat
bervariasi, bergantung pada varietasnya masing-masing.5
Siung bawang putih berbentuk lonjong dan muncul dari setiap ketiak daun.
Hampir pada setiap ketiak daun muncul siung-siung bawang putih ini, kecuali
daun paling luar. Jumlah siung yang dihasilkan tiap bongkahan umbinya berbeda-
beda, bergantung pada varietas dan kondisi lingkungan penanamannya. Namun,
rata-rata umbi varietas lokal menghasilkan 15-20 siung setiap umbinya. Para
petani di daerah jawa menyebut umbi tunggal ini dengan sebutan “bawang
lanang”.5
Bawang lanang terbentuk akibat pengaruh lingkungan. Lingkungan
penanaman yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman bawang menyebabkan
tanaman bawang putih hanya berkembang dalam satu tunas saja, yaitu tunas
utama. Tunas utama ini tumbuh dominan merajai pertumbuhan tanaman. Ia
menekan pertumbuhan tunas-tunas lain yang merupakan bakal siung-siung
lainnya sehingga terbentuk siung tunggal yang utuh.5
5
Jika bagian punggung siung bawang putih dibelah secara vertical, kita bisa
melihat pertumbuhan vegetatif bibit bawang ini. Tunas vegetatif dilindungi oleh
daging buah sekaligus berfungsi sebagai cadangan makanan. Biasanya, tunas ini
terletak di bagian tengah daging buah. Pada pertumbuhannya, tunas vegetative ini
tumbuh menerobos bagian ujung siung. Kecepatan pertumbuhannya bergantung
pada kondisi lingkungan di sekitarnya.5
Oleh karena itu, siung bawang putih juga bisa digunakan sebagai calon
benih untuk penanaman bawang putih selanjutnya. Sebagai calon benih, siung
bawang putih melewati masa dormansi sekitar 6-8 bulan.5
C. Daun
Tanaman bawang putih mempunyai daun yang sangat menarik. Helain
daun menyerupai pita, tipis, dan bagian pangkalnya membentuk sudut. Daun
berwarna hijau, biasanya terlihat lebih gelap pada sebelah atas dan lebih cerah
pada sisi daun bagian bawah.5
Kelopak daun menutupi siung umbi bawang putih hingga pangkal daun.
Kelopak daun saling menutupi dan membalut kelopak daun yang lebih muda di
bawahnya sehingga kekompakan kelopak ini membentuk batang semu pada
tanaman bawang putih yang posisinya ada persis di atas umbi bawang.5
D. Bunga
Bawang putih biasanya tidak berbunga, namun pada beberapa varietas ada
juga yang menghasilkan bunga. Akan tetapi, bunga pada tanaman bawang putih
ini tidak memiliki nilai ekonomi maupun produksi. Malah jika dibiarkan tumbuh
dan berkembang, kehadiran bunga ini justru menurunkan produksi umbi. Oleh
karena itu, jika muncul pada tanaman bawang putih, sebaiknya harus segera
dibuang dari tanaman.5
Bunga tanaman bawang putih ini berwarna merah muda (pink). Biasanya
bunga ini muncul pada balutan kelopak yang membentuk batang semu. Kehadiran
bakal bunga ditandai oleh membengkaknya bagian batang semu.5
Bahan yang terkandung dalam beberapa jenis bawang kadar airnya cukup
tinggi, yaitu antara 63 ml – 90 ml, sedangkan komponen utamanya berupa protein,
karbohidrat dan lemak. Komponen ini merupakan zat organik yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia serta untuk kelangsungan
6
Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi pada Berbagai Jenis Bawang dalam 100 gr bahan :
5
Gambar 2.1 Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay.2007.
8
1) Alliin
Asam amino yang membentuk Allicin.10
2) Sugar Regulation Faktor
Sejenis bahan yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan diabetes mellitus.10
3) Anthiarthritis Factor
Zat atau faktor anti rematik.10
4) Sinar gorwitch (gorwitch rays)
Sejenis sinar radiasi yang dapat merangsang pertumbuhan sel tubuh dan memiliki
anti-aging.10
5) Antihaemolitityc Factor
Faktor anti kekurangan sel darah darah merah.10
6) Selenium
Sejenis antioksidan (anti sel kerusakan tubuh) atau mikromineral yang sifatnya
dapat menghindari penggumpalan darah.10
7) Allithiamine
Sumber ikatan biologis yang aktif (B1).11
8) Antitoksin
Anti racun atau zat pembersih darah yang berguna menjaga daya tahan tubuh
penderita asma.11
9) Seordinin
Zat yang dapat mempercepat perkembangan tubuh, berat badan, peningkatan
tenergi dan pengobatan penyakit kardiovaskular.11
10) Methylallyl Trisulfide
Pencegah terjadinya pengumpalan darah.11
Bawang putih memiliki efek bakterisidal terhadap beberapa organisme
seperti Staphylococcus Aureus, Escherichia coli, Propionibacterium acne.Bawang
putih yang mengandung komponen kimia yakni allicin dapat menghambat dan
menghancurkan berbagai pertumbuhan jamur dan bakteri pada kulit. Sehingga
bawang putih menjadi salah satu pengobatan herbal pada tinea versikolor
(panu).12
11
2) Katalase positif
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri. Bakteri
S.epidermidis memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi
H2O dan O2. Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri ini selain itu proses
tersebut merupakan mekanisme pernafasan dari bakteri tersebut.14
Dinding bakteri S.epidermidis terdiri dari peptidoglikan yaitu suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit. Lapisan tersebut
menempel pada permukaan luar membran sel. Bakteri jenis ini tidak memiliki
membran luar maupun ruang periplasmik. Sehingga ketika menggunakan
perwarnaan gram, maka akan terlihat berwarna ungu.14
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi, yaitu:15
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri.15
2) Menahan tekanan osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir.15
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Ig pada manusia.15
4) Bersifat sensitif sehingga hanya untuk disinfektan berbasis fenol.15
5) Stimulator imunitas/daya tahan tubuh yang berperan sebagai adjuvant.15
6) Substrat dari imunitas yang tidak spesifik, dihancurkan oleh enzim bakteriofaga
dan lisozim tertentu.15
Selain itu, bakteri Staphylococcus epidermidis yang bersifat gram positif
memiliki molekul tambahan berupa:16
Protein A.16
Asam teikoat yaitu polimer gliserol yang diikat ke peptidoglikan kemudian
menjadi antigenik. Molekul ini terdiri atas gliserol, fosfat dan ribitol gula
alkohol.16
Enzim-enzim seperti hialuronidase (faktor penyebaran), staphylokinase
(faktor fibrinolisis), proteinase dan beta-laktamase.16
Endotoksin yang menyebabkan nekrosis kulit.16
Lekosidin yang menyebabkan infeksi rekuren karena Staphylococcus
berkembang biak intraselular.16
Toksin eksploatif terdiri dari 2 protein yang menyebabkan deskuamasi
kulit luas.16
14
Ada beberapa hal yang menjadi faktor resiko timbulnya acne vulgaris, yaitu:18
1) Sebum
Merupakan faktor utama penyebab timbulnya acne.18
2) Genetik
Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar glandula
sebasea4. Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne,
kemungkinan besar anaknya akan menderita acne.18
3) Usia
Umumnya insiden acne vulgaris terjadi pada usia 14 – 17 tahun pada wanita,
16 – 19 tahun pada pria. Pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo
dan papul jarang terlihat lesi beradang pada penderita.18
4) Jenis kelamin
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan acne
vulgaris.18
5) Kebersihan wajah.
Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian acne
vulgaris pada remaja.18
6) Psikis
Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan
eksaserbasi acne. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi acne
secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul
lesi radang yang baru.18
7) Hormon endokrin
a) Androgen
Pada pria konsentrasi testosteron dalam plasma penderita acne tidak berbeda
dengan yang tidak menderita acne. Sedangkan pada wanita konsentrasi
testosteron plasma sangat meningkat pada penderita acne.18
b) Estrogen
Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum.
Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar
hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi
sebum.18
16
c) Progesteron
Progesteron, dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek terhadap
efektivitas kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi,
namun kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan acne premenstrual.18
7) Diet
Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak dapat
dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya
karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran lemak yang kita makan.18,19
8) Iklim
Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya acne bertambah hebat
pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas 4.
Bertambah hebatnya acne pada musim panas tidak disebabkan oleh sinar UV
melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan yang sangat lembab dan
panas tersebut.18,19
9) Bakteria
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium acnes,
Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale.18,19
10) Kosmetika
Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti bedak dasar (foundation),
pelembab (moisturizer), krim penahan sinar matahari (sunblock), dan krim
malam secara terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan suatu
bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa
lesi papulopustular pada pipi dan dagu.18,19
golongan beta-laktam yaitu merusak dinding sel bakteri. Namun proses perusakan
dinding sel bakteri terjadi dalam beberapa tahapan, pertama terjadi pelekatan pada
protein mengikat penisilin yang spesifik sebagai reseptor obat pada bakteri, kedua
terjadi penghambatan sintesis dinding sel dengan cara menghambat transpeptidasi
dari peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel yang
menghasilkan kerusakan pada dinding sel sehingga menyebabkan kematian sel
(lisis).21
Haemophilus ≥ 20 mm ≤ 19 mm
influenzae
Staphylococcus ≥ 20 mm ≤ 19 mm
aureus
11-15 mm Lemah
16-20 mm Sedang
> 20 mm Kuat
Sumber : Pratama.2005
20
Kondesasi asam
Bersifat bakteriostatik
Allicin daripada bakterisidal
Bawang Putih
(Allium sativum)
Tumbuk
Bawang Putih
(Allium sativum)
Perasan
Bawang Putih
Acne vulgaris
Aktivasi
Zat aktif
Multifaktorial
Agen
Antimikroba Etiologi :
Staphylococcus
epidermidis
patogen
Bakteriosidal Bakteriostatik
Pertumbuhan koloni
Staphylococcus
epidermidis terhambat
24
Variabel Dependen
Variabel Independen
60%
Konsentrasi tumbukan bawang
Tumbukan (Bawang Putih
putih dengan proses tumbuk Kategorik 40%
+ Aquades Steril)
menggunakan pelarut aquades
20%
60%
Konsentrasi tumbukan bawang
Tumbukan (Bawang Putih
putih dengan proses tumbuk Kategorik 40%
+ Etanol)
menggunakan pelarut etanol
20%
(k-1).(n-1) ≥ 15
Keterangan :
k = Jumlah kelompok perlakuan
n = Jumlah sampel dalam tiap kelompok
25
26
Konsentrasi = X 100%
Volume zat terlarut + volume pelarut
30
Variasi Konsentrasi
Uji statistik
Nutrien
Agar
Kesimpulan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
40
Tumbukan bawang putih
Zona Hambat (mm)
35
dengan pelarut equades
30 steril
25
Tumbukan bawang putih
20 dengan pelarut etanol 96%
15
10 Amoksisilin 25 ug
5
0
Etanol 96%
Aquades Steril
32
33
Gambar 4.1 Hasil Uji Aktivitas Bakteri Staphylococcus epidermidis dengan pelarut Aquades steril
Gambar 4.1 Hasil Uji Aktivitas Bakteri Staphylococcus epidermidis dengan pelarut Etanol 96%
Hal ini dapat disebabkan oleh pelarut etanol 96% yang bersifat non polar,
sehingga tidak dapat menarik zat aktif yang terkandung di dalam bawang putih.
Oleh karena itu, pada penelitian ini tidak memiliki zona hambat.
Pada peneliti digunakan antibiotik amoksisilin 25 ug terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Bakteri Staphylococcus
epidermidis merupakan family dari Staphylococcus aureus. Walaupun dosis
peneliti (25 ug) yang digunakan tidak sama dengan CLSI guidelines 2011 namun
dengan perbedaan dosis sekitar 25% maka dapat dianggap mendekati CLSI
guidelines 2011.
Kontrol positif dengan menggunakan amoksisilin 25 ug menghasilkan zona
hambat pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 11,33 mm,
maka dapat dikategorikan respon hambatan pertumbuhan sesuai pada table
Greenwood adalah lemah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor
seperti kontaminasi bakteri maupun prosedural saat penelitian.
Peneliti melakukan pengolahan data statistik menggunakan SPSS. Uji
nomalitas dengan jumlah sampel 24 menghasilkan signifikansi 0,065 (p>0,05)
yang mengindikasikan bahwa distribusi data normal. Sehingga uji hipotesis
selanjutnya dengan cara One-way anova. Pada pengolahan data menggunakan
one-way anova menghasilkan signifikansi 0,000 (p<0,05) yang mengindikasikan
bahwa terdapat perbedaan efek pada pemberian tiap konsentrasi terhadap zona
hambat. Sedangkan hasil dari Uji Post Hoc Tukey berarti setiap konsentrasi
memiliki perbedaan yang signifikan dengan konsentrasi yang lain, yang
ditunjukkan oleh angka signifikansi 0,000 (p< 0,05).
Uji One-way annova menghasilkan signifikasi 0,000 (p<0,05) yang
mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada tiap konsentrasi
terhadap zona hambat. Hasil uji Post Hoc menunjukkan bahwa kelompok
tumbukan bawang putih dengan konsentrasi 60% memiliki peran dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis lebih baik
daripada kelompok yang lain.
37
5.1 Kesimpulan
1. Kelompok uji tumbukan bawang putih konsentrasi 20%, 40%, 60%
dengan pelarut aquades steril berpengaruh dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis.
2. Hasil uji statistik dengan metode uji One-way annova menghasilkan
signifikansi 0,065 (p>0,05), hal ini mengindikasikan bahwa terdapat
perbedaan efek pada pemberian tiap konsentrasi menggunakan tumbukan
bawang putih konsentrasi 20%, 40%, 60% dengan pelarut aquades steril,
tumbukan bawang putih konsentrasi 20%, 40%, 60% dengan pelarut
etanol 96%, kontrol negatif dengan aquades steril ataupun etanol 96%,
dan konsentrasi positif dengan amoksisilin 25 (µg).
3. Hasil uji Post Hoc Tukey menunjukkan bahwa kelompok tumbukan
bawang putih konsentrasi 60% dengan pelarut aquades steril memiliki
daya hambat yang lebih baik terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis
secara in vitro dari pada kelompok tumbukan bawang putih yang lain.
5.2 Saran
Untuk lebih mengetahui perbandingan daya hambat yang lebih baik dari tiap
kelompok maka diperlukan penelitian selanjutnya menggunakan pelarut yang
berbeda secara in vitro.
38
DAFTAR PUSTAKA
7. Atmadja S. Manfaat Bawang Putih untuk Kesehatan. Edisi 10. Jakarta: Bumi
Aksara; 2002. 26-31 p.
9. Hadi S. Pengaruh Jenis Tanaman Obat Bawang Putih dan Bentuk Sediaan
Serbuk Terhadap Daya Bunuh Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Propionibacterium acnes Secara In Vitro. Surabaya: Jurnal
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya; 2006.
39
40
18. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Akne, Erupsi
Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Sjarif Wasitaatmadja. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2007. 255 p.
20. Miron T, Wilchek M, Weiner L. The Mode of action of Allicin :its ready
permeability through phospholipid membranes may Contribute to Its
Biological Activity. New York: Biochim Biophys Acta; 2005.
LAMPIRAN 1
Hasil Identifikasi/Determinasi Bahan Uji
42
43
LAMPIRAN 2
Tabel 4.1 Perbandingan rata-rata dari berbagai parameter perlakuan
tumbukan bawang putih sesuai konsentrasi
LAMPIRAN 3
Gambar 3.6.5 Prosedur Tumbukan Bawang Putih
45
46
LAMPIRAN 4
Gambar 4.1 Hasil Uji Efektivitas Bawang Putih (Allium sativum) dengan pelarut
aquades steril Terhadap Staphylococcus epidermidis
Gambar 4.1 Hasil Uji Efektivitas Bawang Putih (Allium sativum) dengan pelarut
etanol 96% Terhadap Staphylococcus epidermidis
LAMPIRAN 5
RIWAYAT PENULIS
Identitas
Nama : Shevrina Faradiba
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 08 Oktober 1992
Agama : Islam
Alamat : Perum Harapan Indah. Nusa Indah X Blok MJ 23.
RT 004/018 Bekasi Barat
E-mail : shevrinafaradiba@ymail.com
Riwayat Pendidikan
1997-1998 : TK Alodia Bekasi
1998-2004 : SDN 04 Jakarta Timur
2004-2007 : SMP Negeri 193 Jakarta Timur
2007-2010 : SMA Negeri 10 Bekasi
2010-2011 : D1 Bahasa Inggris LBPP LIA
2011-sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48