Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa, dan
Ligos yang berarti ilmu. Jadi secara istilah, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Tetapi dalam sejarah perkembangannya,
kemudian arti psikologi menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini di
sebabkan karena jiwa yang mengandung arti yang abstrak itu sukar untuk di pelajari secara
objektif. Kecuali itu, keadaan jiwa seseorang melatarbelakangi timbulnya hampir setiap
tingkah laku.Beragamnya pendapat para ahli psikologi tentang pengertian dari psikologi,
sehingga bisa di simpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku dan perbuatan individu dimana individu tersebut tidak dapat di lepaskan dari
lingkungannya.
Pada zaman sebelum masehi, psikologi sudah dipelajari orang dan banyak di hubungkan
dengan filsafat. Para ahli filsafat pada waktu itu sudah membicarakan tentang aspek-aspek
kejiwaan manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Psikologi Gestalt?
2. Siapakah tokoh-tokoh dari Psikologi Gestalt?
3. Apa saja pokok pikiran Psikologi Gestalt?
4. Apa itu Psikologi Kognitif
5. Siapakah tokoh-tokoh dari Psikologi Kognitif?
6. Apa teori dari Psikologi Kognitif?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Psikologi Gestalt.
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dari Psikologi Gestalt.
3. Untuk mengetahui pokok-pokok pikiran Psikologi Gestalt.
4. Untuk mengetahui pengertian dari Psikologi Kognitif.
5. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dari Psikologi Kognitif.
6. Untuk Mengetahui Teori Psikologi Kognitif.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Psikologi Gestalt
1. Pengertian Psikologi Gestalt

Istilah Gestalt merupakan istilah bahasa Jerman yang sukar dicari terjemahannya dalam
bahasa lain. Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu form, shape (bahasa Inggris)
atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. Terjemahannya dalam bahasa Inggris
pun bermacam-macam antara lain shape psychology, configurationism, whole psychology.
Karena adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahannya, akhirnya para sarjana di seluruh
dunia sepakat untuk menggunakan istilah ‘Gestalt’ tanpa menerjemahkan kedalam bahasa
lain.

Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala
sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai
Fenomena (gejala). Fenomena adalah data yang paling dasar dalam Psikologi Gestalt.
Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat fenomonologi yang mengatakan
bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu fenomena terdapat dua
unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah
tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah
memberikan arti pada obyek itu.

Menurut koffka, gestalt adalah pertemuan gejala-gejala yang tiap-tiap anggotanya hanya
mempunyai sifat atau watak dalam hubungannya dengan bagian-bagiannya, sehingga
merupakan suatu kesatuan yang mengandung arti, dan tiap-tiap bagian mendapat arti dari
keseluruhan itu. Yang primer gestalt adalah bukan bagian-bagian. Bagian-bagian itu sendiri
tidak ada. Sebab gestalt tidak terjadi dari jumlah bagian-bagian. Artinya di dalam gestalt,
tidak mungkin bagian-bagian itu berdiri sendiri.

Gestalt adalah keseluruhan dalam satu kesatuan dan kebulatan atau totalitas yang
mempunyai arti penuh dimana tiap-tiap bagian mendukung bagian-bagian yang lain, serta,
mendapat arti dalam keseluruhan. Kofka don Kohler berkesimpulan bahwa belajar bukanlah
suatu perbuatan yang mekanistik. melainkan suatu perbuatan yang mengandung pengertian
(insignt) dan maksud yang penuh. Belajar yang sebenarnya adalah “insightfull learning.

2
Pemecahan masalah bukan melalul “trial and errnr “, melainkan dengan mcnggunakan akal
dan pengertian inilah yang dinamakan perbuatan yang intelijen.

Penganut aliran ini memandang bahwa belajar adalah Iebih dan sekedar pengembangan
pola-pola yang rumit, seperti yang diajukan oleh penganut behavioristik tidak rnendapatkan
hal-hal yang diketengahkan oleh penganut kognitifistik dengan mempertimbangkan bahwa
kebanyakan belajar mungkin hanya secara memadai dijelaskan dalam batasan model berfikir
atau proses kognitif.

2. Tokoh- Tokoh Psikologi Gestalt

a. Max Wertheimer (1880 – 1943)

Max Wertheimer adalah pendiri aliran psikologi Gestalt yang Lahir di Praha. Jerman
pada tanggal 15 ApiI 1880 dan meninggal di New York pada tanggal 12 Oktober 1943.
Setelah tamat sekotah Gymnasium di Praha. Ia belajar hukum selama dua tahun, akan
tetapi kemudian meninggalkan studi ini dan lebih menyukai filsafat. Ia lalu belajar di
Universitas Praha, Berlin dan Wurzburg. tempat Ia memperoleh gelar Ph.D. Dia menerima
tawaran di Frankfurt dan Berlin, tetapi kemudian meninggalkan Jerman pada tahun 1934
karena situasi potik saat itu. Dia kemudian bergaul dengan tokoh-tokoh New School for
Social Research di New York City. Pada waktu itu 1910, ketika dia membuat
penemuannya yang akhirnya menuntun dirinya untuk mendirikan aliran psikologi Gestalt.

Ketika Ia melihat suatu stroboscope di jendela suatu toko mainan, ia membelinya,


bereksperimen dengan alat tersebut, dan meyakinkan diri sendari bahwa gerakan yang
tampak jelas yang ditumbuhkan oleh penglihatan yang berturut-turut pada satu seri gambar
itu, tidak mungkin bisa diterangkan atas basis strukturalisme. Bersama-sama dengan
Köhler dan Koffka. Ia mengembangkan dan memformulasakan sistem Gestalt.

Tahun 1933, Wertheimer pergi ke Amerika Serikat untuk menyelamatkan diri dari
berbagai masalah yang terjadi di Jerman. Tahun berikutnya, dia mulai mengajar di New
School for Sosial Research di New York City. Ketika di sana, dia menulis buku
terkenalnya. “Productive Thinking”, yang diterbitkan oleh anaknya, Michael Wertheimer,
seorang psikolog yang sukses di jalannya, pada saat dia telah meninggal. Wertheimer
meninggal pada tanggal 12 Oktober 1943 karena embolismekoroner (serangan jantung) di
rumahya di New York.

3
b. Wolfgang Kohler (1887 – 1959)
Wolfgang kohler lahir pada tanggal 21 Januari 1887, di Reval, Estonia. Dia menerima
gelar PhD-nya pada tahun 1908 dari University of Berlin. Kemudian dia menjadi asisten di
Institut Psikologi Frankfurt, di mana dia bisa bertemu dan bekerja bersama Max
Wertheimer.

Tahun 1913 Kohler beruntung mendapatkan tugas belajar ke Anthropoid Station,


Tenerife di Kepulauan Canary, dan tinggal di sana sampai tahun 1920. Tahun 1917, dia
menulis buku paling terkenalnya, “Mentality of Apes”.

Tahun 1922, Kohler menjadi ketua dan direktur laboraturium psikologi di University of
Berlin, di mana Ia tinggal di sana sampai tahun 1935. Selama kurun waktu itu, pada tahun
1929, dia menulis “Gestalt Psikology”. Pada tahun 1935, dia pergi ke Amerika Serikat dan
mengajar di Swarthmore sampai pensiun. Dia meninggal pada tahun 11 Juni 1967 di New
Hampshire.

c. Kurt Koffka (1886 – 1941)


Kutr Koffka lahir pada tanggal 18 Maret 1886, di berlin. Dia menerima gelar PdH-nya
dari University of Berlin pada tahun 1909, dan seperti halnya Kohler, dia juga menjadi
asisten di Frankfurt.

Pada tahun 1911, Koffka pergi ke University of Giessen, dan mengajar di sana sampai
tahun 1927. Ketika di sana, dia menulis buku “Grow of the Mind: An Introduction to Child
Psikology” (1921). Pada tahun 1922, dia menulis sebuah artikel untuk Psikological Bulletin
yang memperkenalkan program Gestalt kepada pembaca di Amerika Serikat. Tahun 1927,
Koffka meninggalkan Amerika Serikat untuk mengajar di Smith Collage. Dia
mempublikasikan “Principles of Gestalt Psycology” pada tahun 1935. Dia meninggal pada
tahun 1941.

d. Christian Von Ehrenfals


Christian Von Ehrenfels belajar di Wina bersama Brentano, dan pada tahun 1890
menulis sebuah makalah berjudul "uber 'Gestaltqualitaten'" (tentang kualitas gestalt).
tentang makalah ini Barry Smith (1994) mengatakan, "hampir semua masalah teoretis dan
konseptual yang kemudian dikaitkan dengan gagasan gestalt diperlakukan di beberapa
titik .... setidaknya secara sepintas" (hlm. 246-247) . max wertheimer, pendiri psikologi

4
gestalt, mengambil beberapa kursus dari Ehtenfels antara tahun 1898 dan 1901, dan tidak
diragukan lagi dipengaruhi olehnya. menguraikan gagasan mach tentang ruang dan bentuk
waktu, ehrenfels mengatakan bahwa persepsi kita mengandung gestaltqualitaten (kualitas
bentuk) yang tidak terkandung dalam sensasi yang terisolasi. tidak peduli apa polanya,
bukan titik-titik individual. sama halnya, seseorang tidak dapat mengalami melodi dengan
memperhatikan not-not individual; hanya ketika seseorang mengalami beberapa not
bersama-sama, baru dia mengalami melodi. untuk kedua mach dan ehrenfels, bentuk adalah
sesuatu yang muncul dari unsur-unsur sensasi. posisi mereka mirip dengan yang telah
diambil oleh John Stuart bertahun-tahun sebelumnya. dengan idenya tentang "kimia
mental, mill telah menyarankan bahwa ketika sensasi memadukan sensasi baru yang sama
sekali berbeda dari yang dikomposisikan dapat muncul.

Seperti Mill, mach dan ehrenfels percaya bahwa unsur-unsur sensasi sering bergabung
dan memunculkan pengalaman bentuk. Namun, untuk mach, ehrenfels, dan mill, elemen-
elemennya masih diperlukan dalam menentukan persepsi seluruh bentuk. seperti yang akan
kita lihat, para gestaltis membalikkan hubungan ini sepenuhnya dengan mengatakan bahwa
keseluruhan mendominasi bagian-bagian, bukan sebaliknya.

Eksperimen Yang Dilakukan

“Sultan (simpanse Kohler yang paling cerdik) berjongkok di depan jeruji, tetapi tidak
dapat menggapai buah yang terletak di luar dengan hanya menggunakan galah pendek yang
disediakan. Sebuah galah yang lebih panjang diletakkan di luar jeruji, kira-kira 2 meter
pada satu sisi objek dan sejajar dengan jeruji. Objek tersebut tidak dapat digapai dengan
tangan, tetapi dapat ditarik dengan satu galah kecil.

Sultan mencoba menggapai buah tersebut dengan galah yang lebih pendek. Karena tidak
berhasil dia mencabut sepotong kawat yang jatuh dari jaringan sangkarnya, tetapi inipun
gagal. Kemudian dia melihat sekitarnya, (selalu terdapat pada bagian tes ini beberapa pause
yang cukup lama selama binatang meneliti dengan cermat kawasan yang dapat diamati).
Dia tiba-tiba memungut galah yang pendek sekali lagi, naik jeruji yang langsung
berhadapan dengan galah panjang, kemudian dengan alat yang adapadanya menariknya dan
terpeganglah galah panjang tersebut; alat itu diarahkan ke sasarannya (buah) yang akhirnya
dia peroleh. Mulai dari saat matanya terpancang pada galah yang panjang, prosedurnya
membentuk satu kestuan yang bertalian, tanpa kekosongan, dan walaupun upaya

5
penggapaian galah yang lebih panjang yang beralatkan galah pendek merupakan tindakan
yang lengkap dan berdiri sendiri, namun pengamatan menunjukkan tindakan itu terjadi
segera setelah interval bimbang dan ragu – yaitu menatap sekelilingnya yang tanpa
diragukan lagi mempunyai hubungan dengan tujuan akhirnya dan segera timbul dalam
tindakan akhir mencapai tujuan.”

Selain Eksperiman tersebut kohler juga membuat percobaan yang lain dengan objek
yang sama. Adapun kronologi eksperimennya dalah sebagai berikut:

Step-1: Simpanse dimasukkan sangkar dan di luar sangkar diletakkan pisang yang tidak
akan mungkin dapat diraih jika hanya dengan tangan kosong. Dalam sangkar tersebut
diletakkan tongkat, sehingga lama kelamaan simpanse dapat meraih pisang tersebut dengan
bantuan tongkat.

Step-2: Sama dengan step-1, namun kali ini pisang diletakkan lebih jauh. Selain tongkat
tadi diberikan tongkat tambahan yang dapat disambung. Dengan insight yang dimiliki,
maka simpanse dapat meraih pisang tadi dengan bantuan tongkat yang disambung dengan
tongkat kedua.

Step-3: Pisang diletakkan di atas sangkar dengan asumsi simpanse tidak akan dapat meraih
dengan tinggi loncatnya. Lalu di sudut ruangan disediakan kotak, sehingga dengan kotak
itu simpanse dapat meraih pisang.

Step-4: Sama dengan step-3, hanya jaraknya diperjauh dan disediakan kotak tambahan,
sehingga simpanse dapat meraih pisang dengan bantuan kotak tambahan tersebut.

3. Pokok Pikiran Psikologi Gestalt


a. Prinsip Dasar Gestalt
1) Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap
perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia
sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan
fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini
mempengaruhi makna yang dibentuk.
2) Prinsip-prinsip pengorganisasian :

6
 Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu
maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk
tertentu.
 Principle of Similarity : individu akan cenderung mempersepsikan stimulus yang
sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu bisa berupa persamaan
bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.
 Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang sudah
terbentuk sebelumnya.
 Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah
melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi meskipun
stimulus yang didapat tidak lengkap.
 Principle of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang cenderung akan
mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. Orang
akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna dan
sederhana agar mudah diingat.
 Principle of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap bidang
pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar belakang).
Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja ataupun tidak,
memilih dari serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya sebagai figure dan
mana yang dianggap sebagai ground.
 Principle of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas otak
dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan structural antara daerah-
daerah otak yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.

b. Hukum – Hukum Belajar Gestalt


Asumsi bahwa hukum –hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses
pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar
orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu.Pada
pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi (organized form)
dan pola persepsi manusia . Pemahaman dan persepsi tentang hubungan-hubungan dalam
kebulatan (entities) adalah sangat esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga
sebagai teori medan (field) atau lazim disebut cognitive field theory.

7
Pendirian aliran ini adalah keseluruhan lebih dan lain dari pada bagian-bagian,
“keseluruhan itu timbul lebih dulu dari pada bagian-bagian”.Dalam belajar yang penting
adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan response yang tepat, hal ini sangat
tergantung pada pengamatan.

Dengan kata lain pemecahan problem sangat tergantung kepada pengamatan, apabila
dapat melihat situasi itu dengan tepat maka problem “pencerahan” dan dapat memecahkan
problem itu.

Jadi, inti pelajaran menurut aliran ini adalah mendapatkan “insight” artinya:
dimengertinya persoalan, dimengertinya hubungan tertentu, antara berbagai unsur dalam
situasi tertentu, hingga hubungan tersebut jelas dan akhirnya didapatkan kemampuan
memecahkan problem, bukan mengulang-ulang bahan yang dipelajari.

Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz,
dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu
hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan kontinuitas. Pragnaz adalah
suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat
dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan
yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu :

 Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap
sebagai suatu totalitas.
 Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
 Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu
kelompok atau suatu totalitas.
 Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang
ada.

8
c. Aplikasi dalam Dunia Pendidikan
1) Belajar
Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah
pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan.
Berbeda dengan teori behavioristik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu
bersifat mekanistis, sehingga mengabaikan atau mengingkari peranan insight. Teori
Gestalt justru menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku.
Untuk memahami bagaimana sebenarnya insight itu terjadi, kita yang dipelajari.

Sebelum membahas teori Gestalt dalam proses belajar ada baiknya membahas
prinsip-prinsip belajar menurut teori ini yaitu:

a. Belajar dimulai dari suatu keseluruhan. Keseluruhan yang menjadi permulaan, baru
menuju ke bagian-bagian. Dari keseluruhan organisasi mata pelajaran menuju tugas-tugas
harian yang beruntun. Belajar dimulai dari satu unit yang kompleks menuju ke hal-hal
yang mudah dimengerti, deferensiasi pengetahuan dan kecakapan.

b. Keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian. Bagian-bagian terjadi dalam


suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan tadi.
Dengan demikian keseluruhan yang memberikan makna terhadap suatu bagian, misal :
sebuah ban mobil hanya bemakna kalau menjadi bagian dari mobil, sebagai roda. Sebuah
papan tulis hanya bermakna sebagai papan tulis kalau ia berada dalam kelas, sebuah tiang
kayu hanya bermakna sebagai tiang kalau menjadi satu dari rumah dan sebagainya.

c. Individuasi bagian-bagian dari keseluruhan. Mula-mula anak melihat sesuatu sebagai


keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan fungsional dengan keseluruhan.
Tetapi lambat laun ia mengadakan deferensiasi bagian-bagian itu dari keseluruhan
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau kesatuan yang lebih kecil contoh: mula-mula
anak melihat mengenal wajah ibunya sebagai keseluruhan kesatuan. Lambat laun dia
dapat memisahkan mana mata ibu, mana hidung ibu, mana telinga ibu, kemudian ia
melihat bahwa wajah ibunya itu cantik atau jelek, atau menarik dan sebagainya.

d. Anak belajar dengan menggunakan pemahaman atau insight. Pemahaman adalah


kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi

9
yang problematis, seperti simpanse dapat melihat hubungan antara beberapa buah kotak
menjadi sebuah tangan untuk mengambil buah pisang karena ia sedang lapar

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :

a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.

b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang


terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas
makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat
penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan
pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya
memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta
didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari
tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.

d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi


pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu
untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang
tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam
pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi).
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok

10
dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.

2) Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian
berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu
menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep
insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Koehler dalam
eksperimen yang sistematis.

Timbulnya insight pada individu tergantung pada :

a. Kesanggupan
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b. Pengalaman
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu
akan menyebabkan munculnya insight.
c. Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi.
d. Latihan
Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang
bersamaan.
e. Trial and Error
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan
percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah
tersebut.

3) Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya
waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional
terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara
eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor.

11
Pandangan Gestalt cukup luas diakui di Jerman namun tidak lama exist di Jerman
karena mulai didesak oleh pengaruh kekuasaan Hitler yang berwawasan sempit mengenai
keilmuan. Para tokoh Gestalt banyak yang melarikan diri ke AS dan berusaha
mengembangkan idenya di sana. Namun hal ini idak mudah dilakukan karena pada saat
itu di AS didominasi oleh pandangan behaviorisme. Akibatnya psikologi gestalt diakui
sebagai sebuah aliran psikologi namun pengaruhnya tidak sekuat behaviorisme.

d. Implikasi Teori Gestalt


Pendekatan fenomenologis : menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologi
dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat
mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak namun tetap
dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya. Fenomenologi memainkan peran
yang sangat penting dalam sejarah psikologi. Heidegger adalah murid Edmund Husserl
(1859-1938), pendiri fenomenologi modern. Husserl adalah murid Carl Stumpf, salah
seorang tokoh psikologi eksperimental “baru” yang muncul di Jerman pada akhir
pertengahan abad XIX. Kohler dan Koffka bersama Wertheime yang mendirikan
psikologi Gestalt adalah juga murid Stumpf, dan mereka menggunakan fenomenologi
sebagai metode untuk menganalisis gejala psikologis Fenomenologi adalah deskripsi
tentang data yang berusaha memahami dan bukan menerangkan gejala-gejala.
Fenomenologi kadang-kadang dipandang sebagai suatu metode pelengkap untuk setiap
ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan mengamati apa yang dialami
secara langsung.

Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme: dengan menyumbangkan


ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya
perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana proses-proses mental
seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman (dengan Teori
Sign Learning) dan Kohler (eksperimen menggunakan simpanse sebagai hewan coba).

12
B. Psikologi Kognitif

1. Pengertian Psikologi Kognitif

Psikologi kognitif dipandang sebagai studi terhadap proses-proses yang melandasi


dinamika mental. Psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus informasi masuk dan
ditangkap oleh indera, diproses oleh jiwa seseorang sebelum diendapkan dalam kesadaran
lalu diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Psikologi kognitif juga merupakan salah satu
cabang dari psikologi dengan pendekatan kognitif untuk memahami perilaku manusia.

2. Tokoh-Tokoh Psikologi Kognitif


a. George Miller (1920)
George Miller dapat dipandang sebagai the founder dari psikologi kognitif ini. Miller
berkerjasama dengan koleganya, Burner(1915). Miler mendirikan research center untuk
meneliti human mind, yang tempatnya disedikan oleh presiden Universitas Harvard.
Kemudian oleh Miler dan Burner dipilihnya cognition yang menunjukkan subjek
materinya. Menurut miller cognition merupakan suatu petanda keluarnya dari pandangan
behavioristik. Ia yakin bahwa psikologi kognitif merupakan murni revolusi. Menurut teori
psikologi commonsense,yaitu psikologi yang berkaitan dengan kehidupan mental dan
semua itu tabu menggunakan kaum behaviori . Banyak topik yang diteliti diantaranya
bahasa, ingatan, persepsi, pembentukan konsep, berfikir. miller berpendapat bahwa
psikologi kognitif modern dimulai selama simposium tentang teori informasi yang
disponsori oleh Massachusetts Institute of Techonology pada 10-12 September 1956.
selama simposium, allen newell dan herbert simon mempresentasikan makalah tentang
logika komputer, noam chomsky menyajikan pandangannya tentang bahasa sebagai sistem
yang diwariskan, diatur oleh pemerintah, dan penggilingan dijelaskan penelitiannya
menunjukkan bahwa orang hanya dapat dikriminalkan dengan tujuh aspek berbeda dari
sesuatu - misalnya, warna warna atau nada suara.juga, orang hanya dapat mempertahankan
sekitar tujuh unit pengalaman yang berarti (bilangan) seperti angka, kata atau kalimat
pendek. miller meringkas penelitiannya dalam artikelnya yang berpengaruh "the magical
number seven, plus or minus two: some limits on our capacity for processing
information". peserta dalam simposium mit melakukan banyak hal untuk membawa
terminologi dan konsep teori informasi dan sibernetika ke dalam psikologi. pada waktu
yang hampir bersamaan, broadbent psikolog donal Inggris melakukan hal yang sama,

13
crowther-heyck membahas pentingnya pekerjaan Miller dalam pengembangan awal
psikologi kognitif.

b. Jean Piaget (1896-1980)


Pada awal 1926 Jean Piaget mulai menerbitkan penelitian tentang pengembangan
intelektual. selama hidupnya yang panjang, Piaget menerbitkan lebih dari 50 buku dan
monograf tentang epistemologi genetik atau kecerdasan perkembangan. secara umum,
piaget menunjukkan bahwa interaksi anak dengan lingkungan menjadi lebih kompleks dan
adaptif karena struktur kognitifnya menjadi lebih jelas melalui pematangan dan
pengalaman. menurut piager, struktur kognitif terdiri dari skema yang menentukan kualitas
interaksi seseorang dengan lingkungan. untuk anak kecil, skema ini adalah refleks motorik
sensorik yang hanya memungkinkan interaksi yang paling mendasar dengan lingkungan.
Namun, dengan pematangan dan pengalaman, skema tersebut menjadi lebih kognitif dan
memungkinkan interaksi (kecerdasan) yang semakin kompleks dengan lingkungan. untuk
piaget, selalu skema yang terkandung dalam struktur kognitif yang menentukan jenis
interaksi apa yang mungkin dilakukan dengan lingkungan.teori piaget mengikuti tradisi
rasionalistik daripada empiristik. lebih khusus, karena menekankan pentingnya skema
untuk menentukan realitas seseorang, itu mengikuti tradisi Kantian. Piaget menulis buku
tentang konsepsi anak tentang kausalitas, realitas, waktu, moralitas, dan ruang, semua
menunjukkan pengaruh kategori pemikiran yang diusulkan Kant. menarik untuk dicatat
bahwa piaget adalah penulisan yang bahkan lebih produktif daripada wund.

c. Donal Hebb (1904 - 1985)

Donald Hebb (1904 - 1985) adalah seorang kritikus awal terhadap behaviorisme
radikal dan melakukan banyak hal untuk mengurangi pengaruhnya. Dalam bukunya The
Organization of Behavior (1949), Hebb tidak hanya mencari penjelasan biologis tentang
perilaku tetapi juga mendesak studi proses kognitif. Hebb terus mendorong pengembangan
psikologi fisiologis dan kognitif pada 1950-an dan 1960-an.Hebb terus menunjukkan
kesediaannya untuk" fisiologis "tentang proses kognitif dan dengan demikian terlibat
dalam pertempuran dengan behaviori.

d. Leon Festinger (1919–1989)


Leon Festinger (1919–1989) mencatat bahwa ide yang satu mungkin cocok atau tidak
cocok satu sama lain. Ketidakcocokan ada, misalnya, jika seseorang terlibat dalam tugas

14
yang jelas membosankan tetapi didorong untuk menggambarkannya sebagai hal yang
menarik, atau jika seseorang merokok dan percaya bahwa merokok menyebabkan kanker.
Ketika ide-ide tidak kompatibel, ada keadaan disonansi yang memotivasi seseorang untuk
mengubah keyakinan atau perilaku. Dalam kasus-kasus di atas, misalnya, seseorang dapat
mengurangi disonansi kognitif dengan mengatakan kebenaran tentang tugas yang
membosankan atau diyakinkan bahwa tugas itu sebenarnya mengasyikkan. Dengan
perokok, disonansi kognitif dapat dikurangi dengan berhenti dari kebiasaan atau dengan
percaya bahwa tidak ada hubungan yang terbukti antara merokok dan kanker.

3. Teori Psikologi Kognitif


Salah satu teori kognitif paling populer dalam psikologi kontemporer adalah teori
kognitif sosial Albert Bandura. Dalam beberapa hal, teori Bandura dapat dipahami sebagai
turunan langsung dari teori Tolman. Jika seseorang harus memilih teori pembelajaran yang
paling dekat dengan Bandura, itu akan menjadi teori Tolman. Meskipun Tolman adalah
seorang behavioris, ia menggunakan konsep-konsep mental untuk menjelaskan fenomena
perilaku ... dan Bandura melakukan hal yang sama. Juga, Tolman percaya belajar menjadi
proses konstan yang tidak memerlukan penguatan, dan Bandura meyakini hal yang sama.
Baik teori Tolman maupun teori Bandura bersifat kognitif, dan juga bukan teori penguatan.
Titik terakhir kesepakatan antara Tolman dan Bandura menyangkut konsep motivasi.
Meskipun Tolman percaya bahwa belajar itu konstan, ia percaya lebih lanjut bahwa
informasi yang diperoleh melalui pembelajaran hanya ditindaklanjuti ketika ada alasan
untuk melakukan itu, seperti ketika ada kebutuhan. Misalnya, orang mungkin tahu benar di
mana air mancur minum berada tetapi akan bertindak berdasarkan informasi itu hanya
ketika seseorang haus. Bagi Tolman, perbedaan antara belajar dan kinerja ini sangat
penting, dan juga penting dalam teori Bandura.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikologi Gestalt berpusat bahwa apa yang dipersepsikan itu merupakan suatu kebulatan
atau unity, hal inilah yang disampaikan oleh Max Wertheimer yang merupakan pendiri dari
adanya Psikologi Gestalt. Gestalt berpandangan bahwa fenomena perseptual dipelajari secara
langsung dan secara bulat dan tidak dibagi-bagi atau dianalisis lebih lanjut, karena Gestalt
mempelajari fenomena perseptual secara langsung.

Menurur George Miller Psikologi Kognitif itu merupakan suatu pertanda keluarnya dari
pandangan yang behavioristik. Psikologi kognitif dipercaya sebagai murni revolusi yang
kembali ke psikologi commonsense, yaitu psikologi harus berhubungan dengan mental
maupun prilaku seperti ingatan,persepsi,berfikir dan sebagainya.

Psikologi Gestalt juga ada pengaruh dalam perkembangan psikologi kognitif, karena
gestalt lebih menekankan pada masalah stuktur,organisasi yan dipersepsi, peranan aktif dari
subjek.

16
DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. 1981. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Yogyakarta


Sujanto, Agus.1979. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara
Hergenhahn.B.R. 2000. An Introduction to the History of Psycology.

17

Anda mungkin juga menyukai