Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS

Oleh :
NI WAYAN KUSLINDA SARI
1902621034

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan pembelahan
sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh
(metastasis) (Padila, 2012). Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal
pada daerah batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviksalis yang disebut squamo-columnar junction (SCJ). Kanker serviks
merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa columnar
junction (SCJ) serviks (Price, 2002).

2. Epidemiologi
Insiden kanker serviks di dunia berdasarkan estimasi World Health Organization
(WHO), adalah mencapai 570.000 kasus baru pada 2018. Jumlah tersebut
mewakili 6,6% dari semua jenis kanker pada wanita. Sekitar 90% kematian akibat
kanker serviks terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah
(WHO, 2018). Sementara di Indonesia, prevalensi kanker naik dari 1,4% menjadi
1,8% pada tahun 2018 (Riskesdas 2013, Riskesdas 2018). Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi kanker serviks adalah 0,8% dengan
estimasi jumlah kasus sebanyak 98.692 kasus pada tahun 2013. Menurut Yayasan
Kanker Indonesia (YKI) tahun 2017, terjadi hampir 15.000 kasus kanker serviks
setiap tahun, dengan separuh dari penderita meninggal dunia.

3. Etiologi
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human
Papilloma Virus (HPV).
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks,
antara lain adalah :
a. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia mud
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan
melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker
serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan
hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih
besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
b. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa berganti-ganti pasangan seks akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan, salah satunya adalah
infeksi HPV telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks,
penis, dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.
c. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan
terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi
genetik dari orang tua ke anaknya.
d. Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan,
lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin yang
dapat menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen
infeksi virus.
e. Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin C dapat
meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga
meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya
rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
f. Multiparitas
Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat mempengaruhi
timbulnya infeksi, perubahan struktur sel, dan iritasi menahun.
g. Gangguan sistem kekebalan
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan penyakit yang
sifatnya immunosupresan, contohnya : HIV / AIDS.
h. Status sosial ekonomi lemah
Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi lemah tidak
mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan sitologi Pap Smear secara
rutin, sehingga upaya deteksi dini tidak dapat dilakukan.
(Wiknjosastro, 2005).

4. Patofisiologi
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali dengan adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia tidak
melibatkan seluruh lapisan epitel serviks, yang dibagi menjadi displasia ringan,
sedang dan berat. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regresi epitel yang
meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri
dan gangguan keseimbangan hormon. Displasia adalah neoplasma serviks
intraepitel (CIN). Tingkatan adalah CIN 1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia
sedang), CIN 3 (displasia berat dan insitu).
Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun, perkembangan tersebut menjadi bentuk invasi
pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks
dapat menimbulkan luka, perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif,
carsinoma insitu yang diawali fase statis dalam waktu 10 – 12 bulan berkembang
menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau
dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada
serviks. Para metrium dan pada akhirnya dapat meluas ke arah segmen bawah
uterus dan cavum uterus. Penyebab kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran
tumor, jenis histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis,
hipertensi dan adanya demam.
(WOC terlampir)
5. Klasifikasi

Stadium Kriteria
0 Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel
I Proses terbatas pada serviks dan uterus
Ia Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik,
lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara mikroskopik kedalamannya > 3 – 5
mm dari epitel basal dan memanjang tidak lebih dari 7 mm.
Ib Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi ≤ 4 cm dan > 4 cm.
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas
vagina dan atau ke parametrium, tetapi tidak sampai ke dinding panggul.
Iia Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat
tumor.
Iib Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai ke
dinding panggul.
III Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau parametrium sampai dinding
panggul.
IIIa Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai ke dinding
panggul.
IIIb Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul, atau proses pada tingkat I
atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal atau hidronefrosis.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi) atau telah
bermetastasis keluar panggul atau ke tempat yang jauh.
Iva Telah bermetastasis ke organ sekitar
Ivb Telah bermetastasis jauh
(sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1)
6. Gejala Klinis
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut (Padila, 2012 ;
Rahayu, 2015):
a. Perdarahan, sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-
kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis
intraservikal perdarahan terjadi lambat
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh
darah dan semakin lam semakin sering terjadi.
d. Perdarahan pada wanita menopause.
e. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan.
Pada stadium lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi
sehingga cairan yang keluar berbau
f. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.
Terkadang bercampur darah.
g. Anemia
h. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan
obstruksi total
i. Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam berkemih,
nyeri di daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap
smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini
mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu
suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula
kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metoda pap
smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks dikumpulkan dalam cairan
dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir serta
memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga akan meningkatkan
sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan semacam
sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan dan disentrifuge, sel
yang terkumpul diperiksa dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks.
Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan
standar berupa kolposkopi. Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai
stadium penyakit dan gambaran histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang
dilakukan setiap tahun mencapai 90-95%.
b. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk
mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang
abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan
serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.
c. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah
dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi,
bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana,
permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan
tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak normal.
d. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks adalah
CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 µL/ml, sedangkan kadar HCG
abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh
jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari.
Kedua PT ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah dan urine.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan
yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar
hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang
berlangsung dalam sel-sel tubuh.

8. Kriteria Diagnosis
Interpretasi sitologi yang dapat menunjang diagnosis kanker serviks :
a. Hasil pemeriksaan negatif
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi.
b. Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik. Tidak ditemukan
sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel. Ulangi
pemeriksaan sitologi setelah dilakukan pengobatan radang dan sebagainya.
c. Displasia
Terdapat sel - sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat ringan,
sedang, sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi dengan kolposkopi
dan biopsi. Dilakukan penangan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan
berikutnya.
d. Hasil pemeriksaan positif
Terdapat sel-sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui pengamatan
mikroskopik. Harus dilakukan biopsi untuk memperkuat diagnosis.
Penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan seorang ahli
onkologi.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung pada
stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu: histerektomi,
radiasi dan kemoterapi. Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis
secara umum berdasarkan stadium kanker serviks :
Stadium Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ib,Iia Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan
radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
IVa, IVb Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi

Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor berikut:
- Tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)
- Rencana penderita untuk hamil lagi
- Usia dan keadaan umum penderita.
- Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi. Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear
dan pemeriksaan panggul secara rutin.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa:
- Kriosurgeri (pembekuan)
- Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)
- Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai
jaringan yang sehat di sekitarnya
- LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran
tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita
untuk hamil lagi. Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan
kram atau nyeri lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina.

10. Komplikasi
Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis, obstruksi
perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula, Pendarahan, Infertil,
Hidronefrosis, Gagal ginjal, Anemia, Trombositopenia (Sylvia Anderson Price,
2005). Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering
dipersulit oleh pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema, dan hidronefrosis hampir
selalu dikaitkan dengan keterlibatan dinding panggul luas oleh tumor. Pasien
mungkin memiliki heamaturia atau inkontinensia dari fistula vesikovaginal yang
disebabkan oleh perluasan langsung dari tumor kandung kemih. Kompresi
eksternal dari rektum oleh tumor primer besar dapat menyebabkan sembelit
(Rubina Mukhtar, 2015).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
c. Status Kesehatan Saat Ini
d. Status Kesehatan Masa Lalu
e. Riwayat Penyakit Keluarga
f. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
1) Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada
daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang
mengandung zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker
serviks.
2) Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan pada saat
kehamilan gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang
dialami.
3) Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan kandung
kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga
terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan otot abdominal
4) Pola nutrisi dan metabolik
Dapat terjadi mual dan muntah. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan
oleh pasien serta pantau berat badan, pasien kanker serviks juga biasanya
mengalami penurunan nafsu makan.
5) Pola kognitif – perseptual
Biasanya tidak terjadi gangguan pada panca indra meliputi penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap. Pasien biasanya mengalami
nyeri. Pengkajian nyeri berdasarkan PQRST
P (provoking) : Faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri
Q (quality) : Kualitas nyeri seperti tertusuk, tersayat dan diremas
R (Region) : Area terjadinya nyeri
S (Severity) : Skala nyeri secara umum
T (Time) : Waktu timbulnya nyeri, lama nyeri
6) Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai
penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang salah dari
masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker serviks adalah akibat
dari sering berganti–ganti pasangan seksual.
7) Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola aktivitas dan latihan.
Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2=
dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
8) Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan
terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan
hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan setelah
berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau dari
vagina.
9) Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit.
10) Pola peran - hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam
anggota keluarganya ada yang menderita penyakit kanker serviks.
11) Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.

2. Analisis data
Masalah
Keperawatan
DS : Nyeri kronis
- Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul
(pelvis) atau di perut bagian bawah.
DO :
- Ekspresi wajah pasien meringis, pasien tampak
gelisah
- TTV tidak dalam batas normal
Dimana batas normal TTV meliputi :
Nadi : 60-100 x / menit
Nafas : 16 - 24 x / menit
Tekanan Darah : 110-140 / 60-90 mmHg
Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C

DS : Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan nafsu makan berkurang nutrisi kurang dari
DO : kebutuhan tubuh
- Membran mukosa kering
- Mual ataupun muntah
- Ekspresi wajah pasien pucat, pasien tampak lemas
- Berat badan turun, IMT kategori kurus

DS : PK perdarahan
- Pasien mengatakan terjadi perdarahan setelah
senggama yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal
- Pasien mengatakan merasa lemah, merasa tidak
bertenaga dan lemas
DO :
- Turgor kulit buruk akibat perdarahan
- Pengisian kapiler lambat (tidak kembali dalam < 2-
3 detik setelah ditekan)
- Ekspresi wajah pasien pucat, pasien tampak lemas

DS: Gangguan citra


- Pasien mengatakan tidak percaya diri dengan tubuh
penampilannya, mengungkapkan kekhawatiran/
perasaan negatif tentang perubahan tubuh.
DO:
- Alopesia
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor, pertumbuhan jaringan
abnormal ditandai dengan tampak meringis, mengeluh nyeri secara verbal,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, diaphoresis, pola napas
berubah.
b. PK Perdarahan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah ditandai dengan nafsu makan menurun,
berat badan menurun, serum albumin turun.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisika (penyakit kronis)
ditandai dengan perubahan actual struktur dan fungsi tubuh
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan
gelisah, ketakutan dan rasa nyeri yang meningkat karena ketidak berdayaan.

4. Rencana Asuhan Keperawatan (Terlampir)

5. Implementasi
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun pada
uraian rencana keperawatan.
6. Evaluasi
Evaluasi tindakan disesuaikan dengan kriteria hasil pada tujuan di rencana
tindakan.
4. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri kronis Setelah diberikan asuhan NIC Label: NIC Label : Pain Management
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Pain Management 1. Mengetahui lokasi nyeri, frekuensi
dengan infiltrasi jam diharapkan nyeri dapat 1. Kaji nyeri komprehensif yang dan intesitas beratnya nyeri
tumor, teratasi dengan kriteria hasil:meliputi lokasi, karakteritik, 2. Mengetahui pengalaman nyeri
pertumbuhan NOC Label : Pain Control onset/durasi, frekuensi, intensitas terhadap kualitas hidup pasien.
jaringan abnormal 1. Pasien tidak merasakan atau beratnya nyeri dan faktor 3. Mengidentifikasi efektifias tindakan
ditandai dengan nyeri pencetus pengontrolan nyeri.
tampak meringis, 2. Skla nyeri 0 2. Kaji pengalaman nyeri terhadap 4. Memberika KIE terkait nyeri kepada
mengeluh nyeri 3. CRT < 2 detik kualitas hidup pasien (tidur, nafsu pasien.
secara verbal, 4. RR berada dalam rentang makan) 5. Mengajarkan prinsip-prinsip
gelisah, frekuensi normal (16-25 kali/mnt).3. Kolaborasi dengan pasien dan tim manajemen nyeri.
nadi meningkat, 5. Tekanan darah normal kesehatan lain mengenai efektifitas 6. Membantu pasien untuk memonitor
sulit tidur, 6. Kecepatan nadi dalam tindakan pengontrolan nyeri nyeri dan menangani nyerinya
diaphoresis, pola rentang normal (60-100 4. Berikan informasi mengenai nyeri 7. Mengajarkan pasien teknik
napas berubah x/menit) seperti penyebab nyeri, berapa lama nonfarmakologis.
nyeri akan dirasakan dan antisipasi 8. Membantu penurunan nyeri pasien.
ketidaknyamanan akibat prosedur
5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri.
6. Dorong pasien untuk memonitor
nyeri dan menangani nyerinya
dengan tepat.
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis.
8. Dukung istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri
Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan NIC Label : Nutrition Management NIC Label : Nutrition
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x 24 1. Tentukan preferensi makanan pada Management
kebutuhan tubuh jam diharapkan nutrisi tubuh pasien
berhubungan klien normal dengan kriteria 2. Tentukan status gizi pasien dan 1. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
dengan anoreksia, hasil: kemampuan untuk memenuhi sesuai kondisi pasien.
mual dan muntah kebutuhan gizi 2. Mengoptimalkan asupan nutrisi
ditandai dengan NOC Label: Nutrional 3. Monitor kalori dan asupan makanan yang masuk ke tubuh pasien.
nafsu makan Status pada pasien 3. Mengidentifikasi kalori dan asupan
menurun, berat 1. Turgor kulit normal 4. Mendiskusikan makanan yang makanan
badan menurun, (CRT < 2 dtk) disukai pasien bersama ahli gizi 4. Membantu dalam menentukan
serum albumin 2. Intake dan output dalam 5. Monitor intake cairan secara tepat makanan yang disukai pasien
turun. 24 jam seimbang 6. Monitor asupan kalori makanan 5. Mengidentifikasi intake cairan yang
3. Indeks Massa Tubuh harian tepat
dalam batas normal 7. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi 6. Mengidentifikasi asupan kalori
(>18,5-25,0) yang baik dengan pasien makanan harian
4. Hasil pemeriksaan NIC Label: Nausea Management 7. Membantu dalam memenuhi nutrisi
biokimia pasien normal: 1. Ajarkan pasien mengatasi rasa yang baik bagi pasien
a) Albumin (4-4,5 mual NIC Label: Nausea Management
mg/100ml) 2. Monitor frekuensi dan durasi mual 1. Memberikan KIE tentang mengatasi
b) Transferin (170-250 3. Ajarkan teknik nonfarmakologi rasa mual.
mg/100ml) seperti relaksasi untuk mengatasi 2. Mengidentifikasi frekuensi dan
c) Hemoglobin (12 mual durasi mual
mg%) 4. Kolaborasi dengan pasien untuk 3. Mengajarkan teknik relaksasi untuk
d) BUN (10-20 memilih strategi pengendalian mengatasi mual
mg/100ml) mual 4. Menentukan metode yang sesuai
e) Eskresi kreatinin untuk mengendalikan mual.
untuk 24 jam (laki-
laki:0,6-13
mg/100ml,
perempuan:0,5-1,0
mg/100ml).
Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan NIC : Body Image Enhancement NIC : Body Image Enhancement
tubuh berhubungan keperawatan selama …x 24 1. Kaji secara verbal dan nonverbal 1. Untuk mengetahui tingkat
dengan biofisika jam, gangguan body image respon klien terhadap tubuhnya kenyamanan klien terhadap
(penyakit kronis) keadaan kondisi tubuhnya
ditandai dengan pasien teratasi dengan 2. Monitor frekuensi mengkritik 2. Untuk mengetahui tingkat harga
perubahan actual kriteria hasil: dirinya diri klien terhadap kondisinya
struktur dan fungsi NOC : Body Image 3. Jelaskan tentang pengobatan, 3. Untuk meningkatkan kesiapan
tubuh 1. Body image positif perawatan, kemajuan dan klien dan keluarga dalam
2. Mampu mengidentifikasi prognosis penyakit mengikuti pengobatan serta
kekuatan personal 4. Dorong klien mengungkapkan perkembangan kondisi klien
3. Mendiskripsikan secara perasaannya 4. Untuk mengetahui perasaan klien
aktual perubahan fungsi sehingga perawat mampu
tubuh melakukan pendekatan pada
4. Mempertahankan 5. Fasilitasi kontak dengan individu klien.
interaksi sosial lain dalam kelompok kecil 5. Membantu klien bersosialisasi
dengan individu lain sehingga
meningkatkan percaya diri pasien
PK. Perdarahan Setelah diberikan asuhan NIC : Bleeding Precatuion NIC : Bleeding Precatuion
keperawatan selama ...x24 1. Monitor adanya tanda-tanda 1. Untuk megetahui adanya
jam, perawat dapat adanya perdarahan perdarahan dan penanganan cepat
meminimalkan komplikasi 2. Monitor tanda dan gejala untuk menanganinya
yang terjadi dengan kriteria perdarahan persisten 2. Untuk mengetahui adanya
hasil: 3. Pertahankan Bed Rest selama kemungkinan terjadinya perdarahan
NOC : Blood Loss Severity perdarahan aktif persisten
a. Tidak terdapat 4. Berikan medikasi obat-obatan 3. Untuk mengurangi kejadian
perdarahan perdarahan/resiko perdarahan
b. Tidak terdapat NIC: Bleeding Reduction 4. Untuk mecegah perdarahan
perdarahan pada vagina 1. Identifikasi penyebab perdarahan menggunakan medikasi
c. Tidak terdapat ansietas 2. Catat Hb dan Ht sebelum dan farmakologis
sesudah perdarahan
NOC : Tissue Perfusion : 3. Monitor keseimbangan cairan NIC: Bleeding Reduction
peripheral 4. Hentikan perdarahan 1. Untuk mengetahui penanganan
a. Tidak terdapat menggunakan tampon tepat pada penyebab perdarahan.
penurunan tekanan 5. Berikancairan IV 2. Mengetahui adanya perubahan pada
darah sistolik (100-120 komponen darah.
mmHg) dandiastolic 6. Instruksikan keluarga dan pasien 3. Menghindari terjadinya syok
(60-80 mmHg) adanya tanda-tanda perdarahan hipovolemik.
b. CRT < 3 detik 4. Mengurangi perdarahan
c. Akral hangat 5. Meningkatkan asupan cairan.
d. Nadi (60-100x/menit) 6. Memandirikan klien dan kluarga
dalam pemantauan tanda
perdarahan.
Ansietas Setelah dilakukan asuhan NIC : Anxiety reduction NIC : Anxiety reduction
berhubungan keperawatan selama .. x jam 1. Identifikasi perasaan klien terhadap 1. Mengetahui perasaan klien
dengan perubahan diharapkan kecemasan klien kondisinya tentang kondisi tubuhnya
status kesehatan berkurang dengan criteria 2. Instruksikan keluarga klien untuk 2. Untuk memotivasi klien dalam
ditandai dengan hasil : selalu disamping klien terapi penyembuhannya
gelisah,ketakutan, NOC : Anxiety Level 3. Temani klien untuk mengurangi 3. Mengurangi ketakutan klien
rasa nyeri yang 1. Monitor intensitas ketakutannya terhadap penyakitnya
meningkatkan kecemasan 4. Menjadi pendengar yang baik bagi 4. Untuk mengetahui perasaan klien
ketidakberdayaan 2. Menyingkirkan tanda klien
kecemasan NIC : Coping Enhancement NIC : Coping Enhancement
3. Merencanakan strategi 1. Gunakan pendekatan , yakinkan 1. Untuk membantu agar pasien merasa
koping ketika cemas pasien agar tenang sedikit lebih tenang
dirasakan 2. Bantu pasien untuk 2. Memberikan penerangan kepada
4. Menggunakan teknik mengidentifikasi informasi yang ada pasien tentang penyakitnya untuk
relaksasi untuk 3. Berikan informasi actual mengenai mengurangi ketakutannya dan
mengurangi kecemasan diagnosis, pengobatan, dan meningkatkan gambaran tubuh
prognosis dirinya
3. Memberikan pasien informasi yang
dapat membantunya menghadapi
penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2018). The american cancer society guidelines for the
prevention and early detection of cervical cancer. Diakses dari:
https//:amp.cancer.org/cancer/cervical-cancer/prevention-and-early-
detection/cervical-cancer-screening-guidelines.html
Brunner & Suddart. (2010). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M. (2004). Nursing Intervention
Clasification (NIC). 5th edition. St Louis, Missouri: Mosby.
Departemen Kesehatan RI. (2013). Hasil riset kesehatan dasar 2013. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Diakses dari: https://www.depkes.go.id/
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Pusat data dan informasi kemenkes RI: Data dan
informasi profil kesehatan Indonesia 2017. Diakses dari:
https://www.pusdatin.kemkes.go.id/
Morhead, S., Jhonson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (2004). Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th Edition. St Louis, Missouri: Mosby.
Mukhtar, Rubina., et al. (2015). Prevalence of Cervical Cancer in Developing Country:
Pakistan. US: Global Journal.
Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media.
Price, S.A., &Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia. (2002). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC
Rahayu, Dedeh Sri. (2015). Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba
Medika.
Smeltzer, S. C., &. Bare, G.C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo)
World Health Organization. (2018). Cervical cancer: Prevention, diagnosis-screening.
Diakses dari: http://www.who.int/cancer/prevention/diagnosis-
screening/cervical-cancer/en/

Anda mungkin juga menyukai