PENDAHULUAN
Tinea pedis adalah infeksi pada kulit dari jamur superfisial pada kaki.
Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari
dan telapak kaki. Tinea pedis merupakan golongan dermatofitosis pada kaki.3
B. Epidemiologi
Tinea pedis adalah infeksi yang relatif baru di dunia Barat, T. rubrum,
yang merupakan penyebab paling umum dari tinea pedis, adalah jamur endemik
Asia Tenggara, Afrika Barat, dan bagian dari Australia (Dismukes WE, et al,.
2003).4
Usia, jenis kelamin, dan ras merupakan faktor epidemiologi yang penting,
di mana prevalensi infeksi dermatofit pada laki-laki lima kali lebih banyak dari
wanita. Namun demikian tinea kapitis karena T. tonsurans lebih sering pada
wanita dewasa dibandingkan laki-laki dewasa, dan lebih sering terjadi pada anak-
anak Afrika Amerika. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh kebersihan
perorangan, lingkungan yang kumuh dan padat serta status sosial ekonomi dalam
penyebaran infeksinya. Jamur penyebab tinea kapitis ditemukan pada sisir, topi,
sarung bantal, mainan anak-anak atau bahkan kursi di gedung teater.7
C. Etiopatogenesis
D. Gejala Klinis
Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki terutama pada sela-sela jari dan
telapak kaki. Ada empat jenis perbedaan klinis pada tinea pedis, yaitu interdigital,
hiperkeratosis, vesikel dan ulseratif :
2. Hiperkeratosis atau Moccasin jenis Tinea pedis: Pada seluruh kaki, dari
telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik;
eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi.
Bersifat kronik dan sering resisten pada pengobatan. Di bagian tepi lesi
dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel. 10
Gambar 3. Tinea pedis tipe vesikobullosa, dengan hiperpigmentasi dari lesi yang
inflamasi.
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
b. Kultur jamur
F. Diagnosis Banding
G. Penatalaksanaan
Sebelum memulai pengobatan untuk tinea pedis, penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit sehingga modalitas terapi tertentu dapat diadopsi
dan dipantau selama pengobatan tersebut.11
Terapi antijamur topikal umumnya bisa digunakan pada infeksi tinea
pedis. Obat fungisida sering disukai daripada obat fungistatik untuk pengobatan
pada infeksi tinea pedis karena jalurnya sederhana sebagai salah satu aplikasi
pengobatan sehari-hari dalam satu minggu dengan tingkat kesembuhan yang
tinggi.11
Tabel : terapi topikal pada pengobatan tinea pedis11
Agen Formulasi Fungisida atau Frekuensi dalam
fungistatik aplikasi
Allylamine 1% krim, gel Fungisida Sekali atau dua
Naftifine kali sehari
Terbinafine
Benzylamine 1% krim Fungisida Sekali atau dua
Butenafine kali sehari
Imidazole 1% krim Fungistatik Sekali atau dua
Ekonazole kali sehari
Ketokonazole
Mikonazole 2% krim Fungistatik Sekali atau dua
Sertaconazole kali sehari
Miscellaneous 1% krim Fungistatik Dua kali sehari
Siklopirox
Tolnaftate
Pada kasus yang parah, obat antijamur oral lebih disukai untuk pengobatan
infeksi tinea pedis. Agen baru triazole, flukonazole, itrakonazole dan allylamine
memiliki aktivitas spektrum luas terhadap tinea pedis.11
Tinea pedis superfisialis atau terlokalisir biasanya merespon terapi
antijamur yang topikal dua kali sehari selama 2 sampai 4 minggu. Umumnya agen
antijamur topikal yang digunakan yaitu siclopirox, ekonazol, klotrimazol,
ketokonazol, butenafine, naftifine dan terbinafine. Pada perbandingan terapi
campuran yang melibatkan perawatan antijamur topikal, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara penggunaan antijamur tersebut. Terbinafine mungkin menjadi
strategi terbaik untuk mempertahankan kesembuhan pada tinea pedis. Nistatin
tidak efektif untuk pengobatan tinea pedis. Agen antijamur topikal ditoleransi
dengan baik dan jarang terjadi efek samping, kecuali misalnya langka pada
dermatitis kontak. Kekambuhan sebagian besar akibat dari kurang kepatuhan
dalam penggunaan antijamur topikal. Dalam hal ini, antijamur topikal seperti
terbinafine, sertaconazole, dan ekonazole dapat digunakan sekali sehari untuk
meningkatkan kesembuhan. Karena jamur berkembang sangat baik di lingkungan
yang lembab, hangat, pasien harus disarankan untuk memakai bersih, kaos kaki
dan sepatu yang berserat alami dan mengeringkan kaki setelah mandi. Antijamur
bubuk mungkin bisa ditaburkan kedalam sepatu yang dipakai sehari-hari. Sepatu
juga dapat disterilkan dengan ultraviolet-C (UVC) yang berbasis.12
Pengobatan sistemik diindikasikan jika terdapat lesi yang luas, kronis,
berulang, resisten, atau tidak berefek pada pengobatan antijamur topikal, pasien
yang imunokompromise. Agen antijamur oral yang digunakan untuk pengobatan
tinea pedis termasuk itrakonazol, flukonazol, ketokonazol, terbinafine dan
butenafine. Terbinafine ditemukan lebih efektif daripada griseofulvin yang jarang
digunakan sekarang. Terapi kombinasi dengan antijamur topikal dan oral dapat
meningkatkan angka kesembuhan.12
H. Prognosis
Pengobatan yang diterapkan dalam beberapa minggu pada kaki biasanya
dapat menyembuhkan Tinea pedis (Athlete’s Foot) pada penderita dengan gejala
yang baru. Infeksi Tinea pedis kronis atau berulang juga bisa disembuhkan
dengan cara ini, tetapi mungkin memerlukan perubahan signifikan dalam
perawatan kaki dan beberapa minggu pengobatan. Kasus yang lebih parah
mungkin memerlukan obat oral. Bahkan setelah pengobatan berhasil, penderita
tetap berisiko terhadap infeksi ulang jika mereka tidak mengikuti pedoman
pencegahan. 13
Sebagian besar kasus Athlete’s foot sembuh dalam waktu dua minggu.
Kasus yang lebih parah dapat mencapai waktu satu bulan atau bahkan lebih lama
dengan asumsi penyebabnya adalah infeksi jamur.14
Prognosis baik dengan pengobatan yang tepat. Jika pengobatan tidak tepat
akan terjadi lesi yang permanen dan kemajuan kesembuhan yang tidak baik. 12
BAB III
KESIMPULAN