Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No.

1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA
KEPERAWATAN GIGI TERHADAP MENERAPKAN
KOMUNIKASI TERAUPETIK DI POLIKLINIK JURUSAN
KEPERAWATAN GIGI
Arianto*
*Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Tanjungkarang

Pelayanan yang baik akan dirasakan oleh pasien sebagai rasa percaya, rasa aman dan puas. Kualitas
pelayanan bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan akan terkait pada dimensi ketanggapan mahasiswa
dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kelancaran komunikasi mahasiswa dengan pasien. Jenis
peneliitian ini adalah analitik dan metode penelitian yang di gunakan adalah metode eksplanatory
reseach. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu semua populasi
dijadikan sampel penelitian, yaitu sebanyak 78 sampel mahasiswa tingkat II dan Ringkat III. Uji statistik
yang digunakan adalah uji Chi Square . Analisis Bivariat ini untuk melihat Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Mahasiswa Keperawatan Gigi Dalam Menerapkan Komunikasi Teraupetik. Hasil uji Chi Square
menunjukan bahwa pengetahuan mahasiswa dalam menerapkan komunikasi teraupetik dengan nilai
p=0,000, sikap mahasiswa dalam menerapkan komunikasi teraupetik dengan nilai p=0,000. Dengan
demikian untuk meningkatkan penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan di polikklinik perlu
dilakukan peningkatan pengetahuan dan sikap mahasiswa tentang komunikasi terapeutik melalui kegiatan
kurikuler, ko kurikuler maupun ekstrakurikuler.

Kata kunci: Komunikasi Teraupetik, Pengetahuan, Sikap

LATAR BELAKANG mendapatkan perawatan dari tenaga


kesehatan gigi.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan Penelitian yang dilakukan oleh
mulut di Indonesia telah dilaksanakan Situmorang tahun 2006 terhadap 360
sejak pelita pertama hingga sekarang. responden, menemukan hanya 10 % yang
Diharapkan pada setiap orang baik di pernah berobat gigi ke sarana pelayanan
perkotaan maupun pedesaan memperoleh kesehatan seperti Puskesmas. Diketahui
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dari jumlah responden yang ada terdapat
yang memadai sehingga masyarakat dapat 90 % yang menderita karies. Hal ini
hidup produktif baik secara sosial maupun menunjukkan bahwa tingginya penyakit
ekonomi. Pelayanan Asuhan Kesehatan gigi dan mulut tidak diimbangi dengan
Gigi dan mulut adalah Pelayanan Asuhan pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi
yang bertujuan untuk meningkatkan derajat dan mulut yang tersedia terutama di tingkat
kesehatan pasien yang dirawat menjadi pelayanan dasar.
optimal. Kegiatan-kegiatan ini meliputi Seiring dengan kemajuan ilmu
pendekatan-pendekatan seperti pengetahuan dan teknologi serta makin
pemeliharaan peningkatan kesehatan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
(promotif), pencegahan penyakit pentingnya pelayanan kesehatan yang
(preventif), dan penyembuhan penyakit diselenggarakan di klinik keperawatan
(kuratif ) (Herijulianti, 2002) gigi, dirasakan adanya kehati-hatian bagi
Hasil Riset Kesehatan Dasar pasien yang memerlukan pengobatan dan
Nasional tahun 2007, diketahui bahwa perawatan yang baik oleh mahasiswa
Prevalensi penduduk Indonesia yang keperawatan gigi. Pelayanan yang baik
bermasalah dengan kesehatan gigi dan akan dirasakan oleh pasien sebagai rasa
mulutnya adalah sebesar 23,4 persen, dan percaya, rasa aman dan puas. Percaya akan
dari yang bermasalah ini hanya 29,6 kemampuan mahasiswa, aman dari segala
persen yang mencari pertolongan dan akibat yang mungkin terjadi sewaktu
[142]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

dirawat dan puas akan hasil yang didapat HASIL


yaitu kesembuhan pasien (Kusmawan AR,
2010) Analisis Univariat
Keluhan yang sering disampaikan
oleh pasien yang tidak puas akan Berdasarkan hasil pengumpulan data
pelayanan keperawatan adalah tentang terhadap 73 responden didapatkan
lamanya menunggu perawat setelah pasien mahasiswa yang berpengetahuan baik
masuk ruang perawatan, sikap perawat sebanyak 48 orang (65,8%), selebihnya
yang kurang perhatian, kurangnya perawat berpengetahuan kurang sebanyak 25 orang
memberikan pendidikan kesehatan tentang (34,2%) dan yang mempunyai sikap baik
perawatan di rumah dan perawat tidak sebanyak 46 orang (63%), selebihnya
menjelaskan tentang prosedur tindakan/ mempunyai sikap kurang baik sebanyak 25
pengobatan serta proses penyakit. Hal ini orang (37%). Selanjutnya untuk penerapan
menunjukkan bahwa faktor penyebab komunikasi terapeutik diperoleh data yang
ketidakpuasan pasien adalah kurangnya penerapannya baik sebanyak 37 orang
interaksi atau tidak adanya komunikasi (50,7%) dan yang kurang sebanyak 36
terapeutik antara perawat dengan pasien. orang (49,3%).
(Azwar A, 2007).
Dari hasil wawancara yang penulis Analisis Bivariat
lakukan dengan beberapa orang pasien gigi
di klinik gigi jurusan keperawatan gigi, Tabel 1: Hubungan Pengetahuan dengan
diungkapkan bahwa dalam melakukan Penerapan Komunikasi Tera-
perawatan kepada pasien, mahasiswa peutik
perawat gigi tidak menjelaskan kegiatan
yang akan dilakukan pada awal Penerapan komunikasi
p
Penge- terapeutik Total
pekerjaannya, tidak memberi kesempatan tahuan
value
Kurang Baik
pada pasien untuk bertanya bila ada yang f % f % f %
ingin diungkapkan, seperti terburu-buru Kurang 20 80.0 5 20.0 25 100 0,000
dalam melakukan perawatan gigi, serta Baik 16 33.3 32 66.7 48 100
pada akhir pekerjaannya perawat gigi tidak
menjelaskan rencana tindak lanjut Berdasarkan tabel di atas dari 25
perawatan gigi responden yang berpengetahuan kurang
terdapat 20 orang (80%) penerapan
komunikasi terapeutiknya kurang dan dari
METODE 48 responden yang berpengetahuan baik
terdapat 16 orang (33,3%) penerapan
Jenis peneliitian ini adalah analitik komunikasi terapeutiknya kurang. Hasil
dan metode penelitian yang di gunakan analisis statistik selanjutnya diketahui p
adalah metode eksplanatory reseach. value sebesar 0,000, artinya ada hubungan
Teknik pengumpulan data dengan antara pengetahuan dengan penerapan
pendekatan cross sectional. Teknik komunikasi teraputik pada mahasiswa di
pengambilan sampel dalam penelitian ini poliklinik jurusan.
adalah total populasi yaitu semua populasi
dijadikan sampel penelitian, yaitu Tabel 2: Hubungan Sikap dengan
sebanyak 78 sampel mahasiswa tingkat II Penerapan Komunikasi Tera-
dan Ringkat III. Uji statistik yang peutik
digunakan adalah uji Chi Square . Analisis
Bivariat ini untuk melihat Hubungan Penerapan komunikasi
p
Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa terapeutik Total
Sikap value
Kurang Baik
Keperawatan Gigi Dalam Menerapkan
f % f % f %
Komunikasi Teraupetik. Kurang 22 81.5 5 18.5 27 100 0,000
Baik 14 30.4 32 69.6 46 100

[143]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

Berdasarkan tabel di atas diketahui reaksi berupa respon positif dari


bahwa dari 27 responden yang bersikap komunikan. Sebagaimana batasan
kurang baik terdapat 22 orang (81,5%) komunikasi yang mengharapkan pesan
penerapan komunikasi terapeutiknya yang diberikan dengan sengaja
kurang dan sebaliknya dari 46 responden disampaikan untuk mendapatkan respon,
yang bertsikap baik terdapat 14 orang seperti pertanyaan yang diajukan
(30,4%) penerapan komunikasi memerlukan jawaban, instruksi yang
terapeutiknya kurang. Hasil analisis diberikan juga perlu diikuti (Machfoedz M.
statistik selanjutnya diketahui p value 2009).
sebesar 0,000, artinya ada hubungan antara Selain itu komunikasi non verbal
pengetahuan dengan penerapan juga sangat berperan sekali, karena
komunikasi teraputik pada mahasiswa di keberhasilan komunikasi yang paling
poliklinik jurusan. optimal kalau disertai dengan gerakan
bahasa tubuh. Stuart dan Sundeen
mengatakan bahwa komunikasi terapeutik
PEMBAHASAN adalah suatu proses yang melibatkan
usaha-usaha untuk menjalin hubungan
Penerapan Komunikasi Terapeutik terapeutik antara perawat dengan pasien,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimana saling membagi pikiran, perasaan
penerapan komunikasi terapeutik dan perilaku untuk membentuk keintiman
mahasiswa keperawatan gigi sebagian yang terapeutik yang pada akhirnya akan
besar masih masuk dalam kategori kurang mempercepat peoses penyembuhan pasien.
menjalankan (49,3 %). Didapatkan bahwa (Stuart,G. W dan Sundeen,S. J,1989).
penerapan komunikasi terapeutik bagi Proses perkenalan antara perawat
mahasiswa yang masih kurang yaitu dan pasien sangat penting untuk
membungkukkan atau memiringkan badan kelancaran hubungan antara perawat dan
ke arah pasien saat melakukan percakapan pasiennya. Pasien akan merasa dekat
dengan pasien sebanyak 43,8%. dengan perawatnya jika nama kesukaannya
Mahasiswa kurang memberikan tanggapan dipanggil, sehingga perawat dengan mudah
terhadap perilaku yang ditampilkan pasien menyampaikan informasi yang diperlukan
sebanyak 19,2%. Mahasiswa kurang selama perawatan gigi berlangsung.
menyiapkan perasaan sebelum melakukan Selain itu yang kondisinya yang
perawatan gigi sebanyak 16,4%. Serta belum baik adalah perawat gigi belum
mahasiswa tidak memperhatikan gerak mengakhiri perawatan gigi pasien dengan
gerik anggota badan pasien dengan cara yang baik yaitu mahasiswa kurang
sungguh-sungguh sebanyak 9,6%. dalam hal membuat rencana tindak lanjut
Seharusnya dalam proses komunikasi untuk perawatan giginya. Sehingga apa
tidak hanya menggunakan bahasa verbal yang dilakukan perawat gigi dalam hal ini
saja, melainkan juga menggunakan bahasa menunjukan bahwa mereka belum
non verbal yang tujuannya dapat lebih melakukan tahap terminasi secara optimal.
menciptakan suasana yang kondusif antara Menurut Stuart dan Sundeen, tahap
perawat dengan pasien. Namun yang terminasi merupakan tahap perawat akan
terjadi mahasiswa dalam melakukan menghentikan interaksinya dengan pasien,
komunikasi terapeutik masih banyak yang tahap ini bisa merupakan terminasi
tidak menggunakan bahasa non verbal. sementara maupun terminasi akhir.
Dikhawatirkan apabila proses Terminasi sementara adalah terminasi yang
komunikasi tidak dilakukan secara dilakukan untuk berhenti berintegrasi
maksimal, maka harapan untuk dalam waktu yang sebentar. Sedangkan
mendapatkan respon dari lawan terminasi akhir adalah terminasi yang
komunikasi (komunikan) tidak bisa dilakukan biasanya pada saat pasien akan
tercapai dengan baik, karena dalam pulang kembali ke rumahnya setelah
berkomunikasi kita sangat berharap adanya dilakukan perawatan. Pada tahap ini

[144]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

perawat mempunyai tugas mengevaluasi komunikasi terapeutik di klinik jurusan


kegiatan kerja yang telah dilakukan baik keperawatan gigi poltekkes tanjungkarang.
secara kognitif, psikomotor maupun afektif Keadaan ini menunjukkan bahwa
mahasiswa yang sudah berpengetahuan
Pengetahuan baik dapat menjamin bisa menerapkan
Berdasarkan hasil penelitian komunikasi dengan baik pula, karena
menunjukkan bahwa sebagian besar terbukti masih ditemukan sebagian besar
perawat gigi mempunyai pengetahuan dari yang berpengetahuan baik juga
yang baik tentang komunikasi terapeutik menghasilkan komunikasi terapeutik yang
sebanyak 65,8%, sisanya 34,2% kurang. Seharusnya dengan adanya
berpengetahuan kurang. Pengetahuan pengetahuan yang didapat bisa
mahasiswa yang masih kurang yaitu memberikan kemampuan untuk menilai
67,1% mahasiswa dalam bertanya kepada baik dan buruk suatu keadaan, serta
pasien menggunakan kata-kata yang tidak dengan adanya pengetahuan bisa lebih
sesuai dengan konteks sosial budaya memberikan perubahan yang positip, tetapi
pasien. Sebanyak 60,3% mahasiswa tidak dalam penelitian ini tidak terbukti.
mengetahui bahwa empati merupakan Hasil penelitian sama dengan
kemampuan masuk ke dalam kehidupan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
pasien agar dapat merasakan pikiran dan Santa Manurung pada tahun 2003 dimana
perasaannya. 58,9% mahasiswa tidak hasil penelitian terdahulu menunjukkan
mengetahui kalau dalam komunikasi Ada hubungan yang bermakna antara
terapeutik perlu mengulang kata-kata pengetahuan dengan penerapan
pasien dengan menggunakan kata-kata komunikasi terapeutik. Pengetahuan yang
sendiri. 42,5 % mahasiswa tidak diperoleh seseorang akan menimbulkan
mengetahui bahwa Humor (tertawa) akan pengertian dan pemahaman terhadap
mengurangi ketegangan dan rasa sakit pengetahuan tersebut. Dengan memahami
akibat stres. 32,9% mahasiswa tidak sesuatu hal yang dipelajari, seseorang akan
mengetahui terminasi sementara dilakukan dapat mengadakan penilaian. Penilaian ini
untuk berhenti berintegrasi dalam waktu dapat positif atau negatif. Penilaian yang
yang sebentar, serta 28,8% mahasiswa positif akan menimbulkan sikap positif,
tidak memfokuskan pembicaraan bertujuan yang akhirnya akan berpengaruh pada
untuk membatasi bahan pembicaraan, perilaku positif terhadap sesuatu yang
sehingga percakapan tidak dimengerti. dipelajari tersebut. Pengetahuan
Teknik komunikasi yang sebaiknya merupakan pembentukan konsepsi
dilakukan oleh perawat gigi dalam perubahan, beragam pengalaman manusia,
pelaksanaan komunikasi terapeutik perubahan empirik manusia, perubahan
sebagaimana dijelaskan oleh Wilson dan kualitas persepsi, dan analisa pikiran atas
Kneist (1992) serta Stuart dan sundeen objek pengetahuan. (Notoatmodjo S,
(1998) bahwa dalam menanggapi pesan 2003).
yang disampaikan pasien, perawat dapat
menggunakan berbagai teknik komunikasi Sikap
terapeutik salah satunya yaitu dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengulang ucapan pasien dengan sebagian besar mahasiswa mempunyai
menggunakan kata-kata sendiri. Melalui sikap tentang penerapan komunikasi
pengulangan kembali kata-kata pasien, terapeutik masih kurang sebanyak 37%.
perawat memberikan umpan balik bahwa Sikap mahasiswa yang kurang mendukung
ia mengerti pesan pasien dan berharap dalam penerapan komunikasi teraupetik
komunikasi dilanjutkan. antara lain 24,7% mahasiswa mempunyai
Hasil uji statistik didapatkan p.value sikap kurang dalam memberikan
= 0,000, yang artinya ada hubungan yang penjelasan tentang tujuan perawatan gigi
signifikan antara pengetahuan mahasiswa yang akan dicapai. 20,5% mahasiswa
keperawatan gigi dengan penerapan mempunyai sikap yang kurang saat

[145]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

berkomunikasi dengan pasien melalui suatu proses interaksi komponen-


menyilangkan kaki atau melipat tangan. komponen sikap yaitu kognitif
20,5% mahasiswa tidak merencanakan (pengetahuan), afektif (perasaan) dan
perawatan tindak lanjut bersama pasien. konatif (kecenderungan bertindak) (Azwar
17,8% mahasiswa tidak menanyakan s, 1997)
bagaimana perasaan pasien, ketika akan Sikap merupakan penentu penting
pulang setelah perawatan gigi dilakukan. dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada
Serta 13,7% mahasiswa tidak seseorang akan memberikan gambaran
menyesuaikan kegiatan keperawatan corak tingkah laku seseorang, dengan
dengan yang telah direncanakan. mengetahui sikap seseorang orang akan
Sesuai dengan teori Green bahwa dapat menduga bagaimana respon atau
sikap termasuk faktor yang mempermudah tindakan yang akan diambil oleh orang
(predisposing faktor) terjadinya perubahan tersebut terhadap suatu masalah atau
perilaku dan sikap belum merupakan suatu keadaan yang dihadapinya.
tindakan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat Newcomb dalam Notoatmodjo,
menyatakan bahwa sikap itu merupakan KESIMPULAN
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.
Terbentuknya penerapan komunikasi Hasil penelitian ini menyimpulkan
terapeutik yang baik, terlebih dahulu bahwa sebagian besar mahasiswa
didasari sikap yang baik, dengan kata lain mempunyai pengetahuan yang baik tentang
semakin baik sikap perawat gigi maka komunikasi terapeutik (65,8%), sisanya
semakin baik juga praktik perawat gigi 34,2% berpengetahuan kurang.
(Notoatmodjo S, 2007) Pengetahuan yang masih kurang tersebut
Hasil uji statistik didapatkan p.value antara lain mahasiswa dalam bertanya
= 0,000, yang artinya ada hubungan yang kepada pasien menggunakan kata-kata
signifikan antara sikap mahasiswa yang tidak sesuai dengan konteks sosial
keperawatan gigi dengan penerapan budaya pasien. Mahasiswa tidak
komunikasi terapeutik di klinik jurusan mengetahui bahwa empati merupakan
keperawatan gigi Poltekkes kemampuan masuk ke dalam kehidupan
Tanjungkarang. Hasil penelitian ini sesuai pasien. Mahasiswa tidak mengetahui kalau
dengan penelitian terdahulu yang dalam komunikasi terapeutik perlu
dilakukan oleh Herwin Hasan tahun 2002, mengulang kata-kata pasien dengan
yang menunjukkan terdapat hubungan menggunakan kata-kata sendiri, tentang
yang bermakna antara sikap, dengan tahap pra interaksi adalah tahap sebelum
persepsi komunikasi terapeutik perawat. bertemu dengan pasien, serta terminasi
Dengan masih ditemukannya sikap merupakan tahap berakhirnya interaksi.
yang kurang baik, maka reaksi yang Sebagian besar mahasiswa
diberikan atau diterima pasien bisa mempunyai sikap baik (63%) dan sisanya
menjadikan suatu pandangan yang negatif. kurang baik (37%). Sikap yang kurang
Hal ini sesuai dengan batasan dari sikap itu baik antara lain mahasiswa kurang dalam
sendiri yaitu : sikap adalah pandangan atau memberikan penjelasan tentang tujuan
kecenderungan mental. Sikap (attitude) perawatan gigi yang akan dicapai. Sikap
merupakan kecenderungan yang relatif yang kurang saat berkomunikasi dengan
menetap untuk bereaksi dengan cara baik pasien. Mahasiswa tidak merencanakan
atau buruk terhadap orang atau barang perawatan tindak lanjut dan mahasiswa
tertentu (Syah, Muhibbin, 2005). Sikap tidak menanyakan bagaimana perasaan
menurut Azwar adalah suatu pasien, ketika akan pulang setelah
kecenderungan untuk merespon terhadap perawatan gigi dilakukan.
suatu obyek atau sekumpulan obyek dalam Hasil analisis hubungan menunjukan
bentuk perasaan memihak (favorable) ada hubungan yang antara pengetahuan
maupun tidak memihak (unfavorable) mahasiswa keperawatan gigi dengan

[146]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 - 0357

penerapan komunikasi terapeutik di Machfoedz M. 2009. Komunikasi


poliklinik jurusan, dengan nilai p.value = Keperawatan (komunikasi
0,000 dan ada hubungan yang antara sikap terapeutik). Yogyakarta: Ganbika
mahasiswa keperawatan gigi dengan Manurung, S.2003. Hubungan
penerapan komunikasi terapeutik di karakteristik Individu Perawat dan
poliklinik jurusan tanjungkarang, dengan Organisasi dengan Penerapan
nilai p value = 0,000. Komunikasi terapeutik di Ruang
Rawat Inap Perjan RS Persahabatan
Jakarta, (Tesis) Program Magister
DAFTAR PUSTAKA Ilmu Keperawatan FIK-UI
Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan
Azwar A. 2007. Program Menjaga Mutu Perilaku Kesehatan Jakarta:Rineka
Pelayanan Kesehatan (Aplikasi Cipta.
prinsip Lingkaran Pemecahan Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan
Masalah). Jakarta: Yayasan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka
Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia Cipta.
Depkes RI. 2007. Laporan Nasional Riset Situmorang N. 2006. Survei Kepuasan
Kesehatan Dasar Tahun 2007. Pasien terhadap Pelayanan
Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Gigi di Poliklinik Gigi
Kesehatan... Puskesmas Teladan Medan Kota.
Herijulianti, E, Indriani,T.S, Dentika Dental Journal :11 (2) PP
Artini,S.,2002. Pendidikan 99 – 105
Kesehatan Gigi. EGC. Jakarta Syah, Muhibbin.2005. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan
Baru. Bandung : Rosdakarya Offset.

[147]

Anda mungkin juga menyukai