Anda di halaman 1dari 2

PENANGANAN REAKSI

ANAFILAKTIK
No. Dokumen :

No. Revisi :
SOP Tanggal :
Terbit
Halaman :

PUSKESMAS Agustina Wanimbo,AMK


BHINTUKA NIP. 19790302 200003 2 002

Reaksi anafilaksis merupakan sindrom klinis akibat reaksi


imunologis (reaksi alergi) yang bersifat sistemik, cepat dan
hebat yang dapat menyebabkan gangguan respirasi, sirkulasi,
1. Pengertian
pencernaan dan kulit. Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat
menimbulkan syok yang disebut sebagai syok anafilaktik. Syok
anafilaktik membutuhkan pertolongan cepat dan tepat.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan
2. Tujuan reaksi anafilaktik agar petugas dapat memberikan pertolongan
secara cepat dan tepat.
SK Kepala Puskesmas Bhintuka No.
3. Kebijakan tentang Kebijakan Pelayanan Klinis di Puskesmas Bhintuka
Permenkes nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik
4. Referensi Klinik bagi fasilitas kesehatan primer
Alat dan bahan :
a. Alat pemeriksaan fisik
b. Oksigen
c. Infuse Ringer laktat/ Na Cl 0,9 %
d. Ephinefrin injeksi
e. Diphenhidramin injeksi
f. Deksametason injeksi

Langkah-langkah :
5. Prosedur / a. Hentikan pemberian obat/ antigen penyebab.
Langkah - b. Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi
Langkah dari kepala (trendelenburg).
c. Berikan Oksigen 3-5 L/menit.
d. Pasang infus dengan cairan plasma expander
(Dextran). Jika cairan tersebut tidak tersedia, Ringer
Laktat (RL) atau NaCl fisiologis dapat diberikan sebagai
cairan pengganti sampai tekanan darah kembali optimal
dan stabil.
e. Adrenalin : 0,3-0,5 ml dari larutan 1 : 1000 IM, dapat
diulangi 5-10 menit.
f. Jika tidak respo, diberikan Adrenalin 0,1-0,2 ml
dilarutkan dalam 10 ml larutan NaCl fisiologis diberikan
secara IV perlahan-lahan.
g. Aminofilin : 250 mg diberikan perlahan-lahan selama 10
menit IV, dilanjutkan 250 mg lagi melalui drip infus bila
dianggap perlu, diberikan apabila bronkospasme belum
hilang dengan pemberian adrenalin.
h. Antihistamin : Difenhidramin HCl 5-20 mg IV
i. Kortikosteroid: Deksametason 5-10 mg IV,
Hidrokortison 100-250mg IV.
j. Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP), seandainya terjadi
henti jantung (cardiac arrest).
k. Jika syok sudah teratasi, penderita diawasi /
diobservasi selama kurang lebih 4 jam
l. Penderita yang tidak membaik dirujuk ke RS terdekat
dengan pengawasan tenaga medis.
m. Setiap tindakan dicatat dalam rekam medis pasien.
6. Diagram Alir -
1. Ruang tindakan
2. Ruang pemeriksaan gigi dan mulut
7. Unit Terkait 3. Ruang KIA/KB
4. Ruang bersalin
5. Ruang Imunisasi
8. Rekaman
Histori No Yang diubah Isi Tanggal mulai diubah
Perubahan perubahan

Anda mungkin juga menyukai