Anda di halaman 1dari 16

Page $ Created ArdinSah

Modul Pelatihan Routing dengan Cisco Router


@Laboratorium NCC Teknik Informatika ITS
Page $ Created ArdinSah

Daftar Isi

Daftar Isi.................................................................................................................................................. 2
Sekilas LAN, Subneting, dan Routing ........................................................................................................ 3
LAN ..................................................................................................................................................... 3
Subneting ............................................................................................................................................ 3
Routing................................................................................................................................................ 3
Topologi Uji Coba untuk Routing Statis .................................................................................................... 3
Subnetting pada Topologi untuk Routing Statis........................................................................................ 4
Perhitungan netmask........................................................................................................................... 4
Perhitungan network id, broadcast, dan ip address.............................................................................. 5
Special case ......................................................................................................................................... 6
Konfigurasi Routing Statis pada Cisco ...................................................................................................... 8
Sekilas Routing Dinamis ......................................................................................................................... 14
Static Routing vs Dynamic Routing ..................................................................................................... 14
Link State Routing .............................................................................................................................. 14
OSPF .................................................................................................................................................. 15
Fitur-fitur OSPF .................................................................................................................................. 15
Shortest Path Algorithm .................................................................................................................... 15
OSPF Areas ........................................................................................................................................ 15
Topologi Uji Coba untuk Routing Statis .................................................................................................. 16
Konfigurasi Routing Dinamis pada Cisco ................................................................................................ 16

2
Page $ Created ArdinSah

Sekilas LAN, Subneting, dan Routing


LAN
• Salah satu arsitektur jaringan paling sederhana
• Bisa dikembangkan lebih luas
• Luas LAN: suatu area terdiri dari beberapa terminal yang saling berhubungan
• Penamaan tiap terminal  IP Address.

Subneting
• Cara membagi jaringan besar menjadi beberapa jaringan kecil
• Bila mungkin, hasil pembagian bisa dibagi menjadi jaringan lebih kecil
• Biasanya digunakan untuk membedakan bagian administratif.

Routing
• Proses penyampaian data dari pengirim ke tujuannya
• Jika pengirim dan tujuan berada pada jaringan berbeda, proses ini membutuhkan router
• Secara umum dibagi dua: routing statis dan dinamis.

Topologi Uji Coba untuk Routing Statis


Uji coba routing akan dilakukan pada GNS3 yaitu sebuah software simulasi untuk konfigurasi router
Cisco. Berikut ini topologi jaringan yang akan digunakan untuk melakukan routing statis.

A B

III

I II

3
Page $ Created ArdinSah

Subnetting pada Topologi untuk Routing Statis


Subneting ini mempunyai dua tahap utama yaitu perhitungan netmask serta perhitungan network id,
broadcast, dan ip address. Perhitungan netmask dilakukan dari bagian bawah topologi. Sedangkan
perhitungan network id dan broadcast dilakukan dari bagian atas topologi. Tahap-tahap subneting lebih
detail dijelaskan di bawah ini.

Perhitungan netmask
Pada topologi yang telah digambarkan pada subbab sebelumnya, subnet I mempunyai 15 host, subnet II
mempunyai 20 host, dan subnet III mempunyai 30 host. Sebelum melakukan perhitungan, perlu
diketahui bahwa IP versi 4 mempunyai 32 bit yang dibagi menjadi dua bagian yaitu net id dan host id.

Untuk menghitung netmask tiap-tiap subnet maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1. Pilih subnet terdalam (level terendah) dengan host terbanyak yaitu subnet III dengan 30 host.
Maka, gunakan rumus:

2n  jumlah host terbanyak + 1 network id + 1 broadcast


2n  30 + 1 network id + 1 broadcast
2n  32
n=5

n adalah jumlah bit yang akan digunakan sebagai host id. Sehingga, jumlah bit yang akan
digunakan sebagai net id bisa dihitung dengan rumus:

jumlah bit net id = 32 – n


= 32 – 5
= 27

32 merupakan jumlah bit yang masih tersisa pada IP v4. Selanjutnya, netmask didapatkan
dengan cara jumlah bit yang menjadi net id diberi nilai 1 semua sedangkan jumlah bit yang
menjadi host id diberi nilai 0 semua. Agar lebih jelas, simak ilustrasi di bawah ini:

32 bit IPv4 : ________.________. ________.________


27 bit net id : 11111111.11111111.11111111.111_____
5 bit host id : 11111111.11111111.11111111.11100000
Konversi ke desimal : 255.255.255.224

Jadi, netmask untuk subnet level terendah (subnet I, II, dan III) pada topologi di atas adalah
255.255.255.224 atau bisa ditulis /27.

4
Page $ Created ArdinSah

2. Selanjutnya dihitung netmask untuk subnet di level atasnya yaitu subnet A dan B.
a. Perhitungan jumlah bit host id:

2n  jumlah host terbanyak + 1 network id + 1 broadcast


2n  2 + 1 network id + 1 broadcast
2n  4
n=2
Jadi, jumlah bit host id = 2 bit.

b. Perhitungan net id:

jumlah bit net id = 27 – n


= 27 – 2
= 25
27 merupakan jumlah bit IPv4 yang masih tersisa dari subnet level sebelumnya. Jadi, jumlah bit
net id = 25 bit.

c. Perhitungan netmask:

32 bit IPv4 : ________.________. ________.________


25 bit net id : 11111111.11111111.11111111.1_______
5 bit host id : 11111111.11111111.11111111.10000000
Konversi ke desimal : 255.255.255.128.
Jadi, subnet A dan B mempunyai netmask 255.255.255.128 atau bisa ditulis /25.

Perhitungan network id, broadcast, dan ip address


Pada jaringan private, ip address yang bisa digunakan adalah 10.x.x.x. Pada subnet A, netmask-nya
adalah /25. Perhatikan ilustrasi di bawah ini:

32 bit IPv4 : ________.________. ________.________


10.x.x.x : 10. _ _ _ _ _ _ _ _ . _ _ _ _ _ _ _ _ . _ _ _ _ _ _ _ _
10.66.1.x : 10. 66. 1. 0| _ _ _ _ _ _ _

Network id didapatkan dengan memberikan nilai 0 pada semua bit sisa. Bit sisa ditandai dengan persegi
merah pada ilustrasi di atas. Bit sisa bisa dihitung dengan

Bit sisa = 32 – jumlah bit pada netmask


= 32 – 25
=7

5
Page $ Created ArdinSah

Broadcast diperoleh dengan memberikan nilai 1 pada semua bit sisa.

10.x.x.x : 10. _ _ _ _ _ _ _ _ . _ _ _ _ _ _ _ _ . _ _ _ _ _ _ _ _
Network id : 10. 66. 1. 0|0 0 0 0 0 0 0
Broadcast : 10. 66. 1. 0|1 1 1 1 1 1 1

Jika dikonversi ke desimal, network id adalah 10.66.1.0/25 dan broadcast adalah 10.66.1.127. Nilai 66
dan 1 pada 10.66.1.x bisa dipilih secara sembarang. Dengan cara yang sama, network id pada subnet B
adalah 10.66.3.0/25 dan broadcast adalah 10.66.3.127.

Special case
Kondisi jaringan yang kita konfigurasi seringkali berubah. Pada bagian ini, diberikan suatu contoh kasus
jika jaringan yang telah konfigurasi berubah. Perubahan terjadi pada subnet A yaitu ditambahkan satu
host baru. Maka, harus dilakukan perhitungan ulang untuk menentukan network id dan broadcast pada
subnet A. Perhitungannya sebagai berikut:

1. Perhitungan jumlah bit host id:

2n  jumlah host terbanyak + 1 network id + 1 broadcast


2n  3 + 1 network id + 1 broadcast
2n  5
n=3
Jadi, jumlah bit host id = 3 bit.

2. Perhitungan net id:

jumlah bit net id = 32 – n


= 32 – 3
= 29
Jadi, jumlah bit net id = 29 bit.

3. Perhitungan netmask, network id, dan broadcast


Netmask : 255.255.255.248
Network id : 10.66.1.8/29
Broadcast : 10.66.1.15

Untuk subnet B, kebutuhan ip address yang hanya sedikit (yaitu 2 ip address saja) bisa dibuat lebih
efisien dengan perhitungan di bawah ini.

6
Page $ Created ArdinSah

1. Perhitungan jumlah bit host id:

2n  jumlah host terbanyak + 1 network id + 1 broadcast


2n  2 + 1 network id + 1 broadcast
2n  4
n=2
Jadi, jumlah bit host id = 2 bit.

2. Perhitungan net id:

jumlah bit net id = 32 – n


= 32 – 2
= 30
Jadi, jumlah bit net id = 30 bit.

3. Perhitungan netmask, network id, dan broadcast


Netmask : 255.255.255.252
Network id : 10.66.3.4/30
Broadcast : 10.66.3.7

IP address bisa dipilih sembarang di antara network id dan broadcast. Setelah konfigurasi selesai, maka
contoh topologi yang telah lengkap bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

N: 10.66.3.4/30
N: 10.66.1.8/29 10.66.1.9 10.66.3.5
B : 10.66.3.7
B : 10.66.1.15
A B
10.66.1.10 10.66.3.6 10.66.3.66
III
N: 10.66.3.64/27
10.66.3.65
B : 10.66.3.95
10.66.1.33 10.66.3.33
I II
10.66.1.34 10.66.3.34

N: 10.66.1.32/27 N: 10.66.3.32/27
B : 10.66.1.63 B : 10.66.3.63

7
Page $ Created ArdinSah

Konfigurasi Routing Statis pada Cisco


Routing statis disimulasikan dengan software GNS3 dan langkah-langkahnya akan dijelaskan di bawah
ini.

1. Buka software GNS3. Jika ada kotak dialog New Project, Cancel saja.

2. Letakkan router sesuai topologi pada layar kerja GNS3 dengan cara drag and drop

8
Page $ Created ArdinSah

3. Koneksikan router dengan pilihan koneksi fastEthernet


4. Nyalakan router dengan cara klik kanan pada router dan pilih Console
5. Nyalakan console dengan cara klik kanan pada router dan pilih Start

9
Page $ Created ArdinSah

6. Tunggu sejenak sampai ada penawaran Would you like to enter the initial configuration
dialog? [yes/no]: dan ketikkan no saja.
7. Selanjutnya, terdapat pesan Press RETURN to get started! Dan tekan tombol enter saja.
8. Setting ip address

Dari mode user exec, masuk ke privileged exec:

Router>
Router>enable
Router#

Dari mode privileged exec, masuk ke global configuration. Perintah configure terminal bisa juga
disingkat dengan conf t.

Router#
Router#configure terminal
Router(config)#

Tentukan interface yang akan diatur ip address-nya. Perintahnya secara umum adalah:

Router(config)#interface [jenis interface] [nama interface pada router]

Contoh:

Router(config)#interface fastEthernet 1/0


Router(config-if)#

Tentukan ip address dengan perintah secara umum:

Router(config-if)#ip address [ip address] [netmask]

Contoh:

Router(config-if)#ip address 10.66.1.34 255.255.255.224


Router(config-if)#no shutdown

Jangan lupa memberikan perintah no shutdown untuk mengaktifkan interface yang diberi ip address.
Tunggu sejenak sampai tampil status interface telah menyala dan diberi ip address dengan benar (up).
Lakukan perintah setting ip address tersebut untuk semua interface pada semua router. Jika proses
berjalan dengan benar, maka akan keluar seperti gambar di bawah ini:

10
Page $ Created ArdinSah

Untuk melihat hasil konfigurasi ip address, perintahnya umumnya adalah:

Router#show interfaces [jenis interface] [nomor interface]

Contoh:

Router#show interfaces fastEthernet 1/0

Dan akan keluar tampilan seperti di bawah ini:

9. Setting gateway

Untuk melakukan pengaturan gateway, user harus masuk ke global configuration:

Router>
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#

Selanjutnya perintah untuk pengaturan gateway secara umum adalah sebagai berikut:

11
Page $ Created ArdinSah

Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 [ip gateway]

Contoh:

Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 10.66.1.33

Lakukan pengaturan gateway untuk semua subnet.

10. Konfigurasi routing statis

Jika melihat topologi jaringan uji coba untuk routing statis, proses routing cukup dilakukan pada router
nomor 1 (R1) karena routing statis mengacu filosofi “kakek-bapak-cucu”. Seorang “kakek” (dalam
topologi uji coba bisa dianalogikan dengan R1) bisa berkomunikasi dengan “cucu” (dianalogikan dengan
R4) jika tahu “bapak” (dianalogikan dengan R2). Routing bisa berjalan dengan lancar dengan syarat
semua subnet telah diatur ip address dan gateway-nya secara benar. Perintah routing dilakukan dari
router R1 ke semua subnet di bawahnya. Untuk melakukan routing, user harus terlebih dulu masuk ke
global configuration.

Router>
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#

Setelah itu, lakukan routing dengan perintah sederhana sebagai berikut:

Router(config)#ip route [network id] [netmask] [ip untuk masuk ke subnet tujuan]

Contoh:

Router(config)#ip route 10.66.1.32 255.255.255.224 10.66.1.10

Untuk mempermudah pemahaman terhadap perintah routing, Perintah tersebut bisa dibaca sebagai
berikut:

“Lakukan routing ke subnet dengan network id 10.66.1.32 dan netmask 255.255.255.224 lewat pintu ip
address 10.66.1.10”.

Perintah routing tersebut juga bisa diilustrasikan dengan gambar sebagai berikut:

12
Page $ Created ArdinSah

“Kakek”

Pintu masuk:
10.66.1.10

“Bapak”

Network id : 10.66.1.32
Netmask : 255.255.255.224

“Anak”

Untuk melihat hasil konfigurasi routing statis, perintahnya umumnya adalah:

Router#show ip route

Dan akan keluar tampilan seperti di bawah ini:

13
Page $ Created ArdinSah

11. Pengetesan routing

Untuk melakukan pengetesan apakah routing yang dilakukan sudah benar atau belum, tinggal
menggunakan perintah ping [ip address tujuan].

Sekilas Routing Dinamis

Static Routing vs Dynamic Routing


1. Static Routing
a. Bentuk paling sederhana dari routing
b. Tidak bisa mengatasi koneksi yang terputus
c. Penggunaan bandwidth yang kecil
2. Dynamic Routing
a. Secara dinamis mencari tujuannya
b. Bisa mengatasi koneksi yang terputus
c. Penggunaan bandwidth yang lebih besar

Link State Routing


1. Setiap node memiliki salinan topologi
2. Jika ada node yang terputus, node yang lain bisa mencari jalan lain
3. Setiap node harus selalu memiliki gambaran kondisi jaringan yang sama

14
Page $ Created ArdinSah

OSPF
1. Open Shortest Path First
2. Link State Routing paling banyak digunakan di internet
3. Sejarah :
a. 1989: RFC 1131 OSPF Version 1
b. 1991: RFC1247 OSPF Version 2
c. 1994: RFC 1583 OSPF Version 2 (revised)
d. 1997: RFC 2178 OSPF Version 2 (revised)
e. 1998: RFC 2328 OSPF Version 2 (current version)

Fitur-fitur OSPF
1. Ada mekanisme autentikasi
2. Load Balancing
3. Subnetting
4. Multicasting
5. Hierarchical Routing

Shortest Path Algorithm


1. Menggunakan algoritma Dijkstra
2. Link Cost → Metric
a. Metric = 108 / Bandwidth (dalam kilobits)

OSPF Areas
1. Mengurangi beban komputasi dan pemakaian memori
2. Teridentifikasi berdasarkan angka-angka
3. Terdiri dari:
a. Backbone Area
b. Stub Area
c. Not So Stubby Area
4. Aturan:
a. Semua paket yang tujuannya dalam 1 area, harus tetap berada di area itu
b. Semua paket yang tujuannya di luar area itu, harus melewati backbone area

15
Page $ Created ArdinSah

Topologi Uji Coba untuk Routing Dinamis

192.168.1.1

172.16.4.14
172.16.4.5

172.16.4.6 172.16.4.13

172.16.4.9 192.168.3.1
192.168.2.1 172.16.4.10

Konfigurasi Routing Dinamis pada Cisco


Setting ip address dan gateway pada topologi sama dengan yang dilakukan pada routing statis pada
subbab sebelumnya. Untuk routing dinamis, perintahnya secara umum adalah sebagai berikut.

Router(config)#router ospf 1
Router(config-router)#network [ip address] [wildcard] area [nomor area]

Contoh konfigurasi pada router R0 :

Router(config)#router ospf 1
Router(config-router)# network 192.168.1.1 0.0.0.0 area 0
Router(config-router)# network 172.16.4.5 0.0.0.0 area 0
Router(config-router)# network 172.16.4.14 0.0.0.0 area 0

Lakukan perintah routing ini pada semua router.

Kemudian untuk mengetahui jalannya paket, bisa digunakan perintah traceroute [ip tujuan]

16

Anda mungkin juga menyukai