Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

INTERVENSI DEWASA (INDIVIDU DAN KELOMPOK)

Dosen Pengampu : Sheilla Varadhila Peristianto, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :

1. Dita Mardaleta (17081004)


2. Galuh Kusuma Ratri (17081081)
3. Nurma Tri Cahyani (17081107)
4. Anisah (17081198)
5. Friska Alvionita (17081228)
6. Mira Paulina (17081229)
7. Silvia Pebrianti (17081235)
8. Sulthanah Nabilah F (17081250)
9. Ultha Jayanti (17081489)
10. Latifa Al Munawaroh (17081726)
11. Vicky Rachmanita (17081805)

FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Tuhan berikan kepada


kita semua, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji untuk Tuhan atas
segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Filsafat Umum
dengan judul “INTERVENSI DEWASA (INDIVIDU DAN KELMPOK)”
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen
pembimbing agar bisa dipresentasekan dan bermanfaat sebagai pembelajaran.
Kami sebagai penulis, berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan sumbangan untuk menambah wawasan keilmuwan, terutama
mengenai meteri INTERVENI DEWASA (INDIVIDU DAN KELOMPOK).Dan
kami sebagai penulis, juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan, maka dari itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan pada tugas
selanjutnya.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jogjakarta,Mei 2019

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG.

Intervensi atau intervening merupakan kata yang berasal bahasa Latin


yang berarti “coming between” artinya yang datang di antara. Intervensi berarti
mengacu pada usaha untuk mengubah kehidupan yang sedang berjalan dengan
cara tertentu. Perubahan itu bisa kecil atau besar, negatif atau positif. Orang-orang
yang bekerjadalam profesi-profesi pemberi bantuan mememiliki intensi etik yang
sama, yaitu melakukan segala hal yang dapat dilakukan demi keuntungan klien
tanpa menimbulkan kerugian (Sundberg, Winebarger, & Taplin, 2007).
Pada masa dewasa ini dunia mengalami kemajuan yang pesat dalam
berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi,
politik dan budaya serta bidang-bidang lain membawa pengaruh bagi
perkembangan manusia itu sendiri.
Kehidupan yang semakin sulit dan komplek serta semakin bertambah stresor
psikososial akibat budaya masyarakat yang semakin modern, menyebabkan
manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan kehidupan yang mereka alami
(Saseno, 2001).

Seseorang yang memiliki persepsi yang negatif terhadap stressor atau


tekanan- tekanan, yang mana seseorang tersebut menganggap masalah sebagai
sesuatu yang buruk dan hampir semua masalah yang muncul ia anggap negatif
akan menuntun seseorang untuk berfikir dan bertindak salah atau melakukan
mekanisme koping yang maladaptif disertai tidak adanya support system yang
adequate. Maka akan memunculkan akumulasi stressor yang memperburuk
keadaan klien. Hal ini menjadi pemicu munculnya harga diri rendah yang akan
menjadi stressor internal (Yoseph, 2009).

Klien akan makin merasa tidak berdaya dan muncul perilaku depresif dan
akhirnya ada niat untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup. Harga diri rendah

3
adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan
gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, 2003), serta merupakan
respon maladaptif setelah munculnya stressor sehingga klien menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun
komunikasi dengan orang lain (Keliat, 1998). Setelah munculnya harga diri
rendah pada klien menimbulkan perilaku depresif sehingga klien menarik diri dari
lingkungan serta tidak mau berinteraksi dengan orang lain sehingga memunculkan
diagnosagangguan isolasi sosial. Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti
ingin mengetahui efektifitas pelaksanaan intervensi perkembangan dewasa
berdasarkan Individu dan kelompok

4
b. Rumusan Masalah

1. Pembagian perkembangan apa saja yang terjadi pada masa dewasa?


2. Apa saja masalah-masalah yang terjadi pada masa dewasa?
3. Intervensi apa saja yang bisa digunakan pada dewasa (individu dan
kelompok)?
4. Menangani orang deawasa?
c. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan yang terjadi pada masa dewasa
2. Mengetahui masalah yang terjadi pada masa dewasa
3. Mengetahui intervensi apa saja yang bisa digunakan pada dewasa
(individu dan kelompok)
4. Mengetahui cara menangani pada orang dewasa

5
BAB II
Pembahasan

1. Pembagian Perkembangan Yang Terjadi Pada Dewasa

Pembagian perkembangan dewasa ada 3,yaitu :

2.1.1 Dewasa Awal

Dewasa Awal merupakan masa dewasa atau satu tahap yang dianggap
kritikal selepas alam remaja yang berumur dua puluhan sampai tiga puluhan. Ia
dianggap kritikal karena disebabkan pada masa ini manusia berada pada tahap
awal pembentukan karir dan keluarga. Pada peringkat ini, seseorang perlu
membuat pilihan yang tepat demi menjamin masa depannya terhadap pekerjaan
dan keluarga. Pada masa ini juga seseorang akan menghadapi dilema antara
pekerjaan dan keluarga. Berbagai masalah mulai timbul terutama dalam
perkembangan karir dan juga hubungan dalam keluarga. Dan masalah yang timbul
tersebut merupakan salah satu bagian dari perkembangan sosio-emosional.

Sosioemosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap individu


dalam warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau prilaku individu .

Menurut teori Erikson, tahap dewasa awal yaitu mereka didalam


lingkungan umur dua puluhan ke tiga puluhan. Pada tahap ini manusia mulai
menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga
hubungan intim mulai berlaku dan berkembang.

2.1.2 Dewasa Madya

Masa dewasa madya adalah masa peralihan dewasa yang berawal dari
masa dewasa muda yang berusia 40-65 tahun. Pada masa dewasa madya, ada
aspek-aspek tertentu yang berkembang secara normal, aspek-aspek lainnya,
berjalan lambat atau berhenti. Bahkan ada aspek-aspek yang mulai menunjukan
terjadinya kemunduran-kemunduran.

6
Aspek jasmania mulai berjalan lamban, berhenti dan secara berangsur
menurun. Aspek-aspek psikis (intelektual- sosial- emosional- nilai) masih terus
berkembang, walaupun tidak dalam bentuk penambahan atau peningkatan
kemampuan tetapi berupa perluasan dan pematangan kualitas. Pada akhir masa
dewasa madya (sekitar usia 40 tahun), kekuatan aspek-aspek psikis ini pun secara
berangsur ada yang mulai menurun, dan penurunannya cukup drastic pada akhir
usia dewasa. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disajikan uraian secara lebih
rinci tentang perkembangan fisik, inteltual, moral, dan karir pada masa dewasa.

Menurut Lavinson, masa dewasa madia berusia 40 – 50 tahun. Masa


dewasa madya adalah masa peralihan dari masa dewasa awal. Pada usia 40 tahun
tercapailah puncak masa dewasa. Setelah itu mulailah peralihan kemasa madya
(tengah baya anatara usia 40 - 45 tahun), dalam masa ini seseorang memiliki tiga
macam tugas :

1. Penilaian kembali pada masa lalu


2. Perubahan struktur kehidupan
3. Proses individuasi

Artinya seseorang menilai masa lalu dengan kenyataan yang ada saat ini,
dan dengan pandangan kedepan seseorang merubah struktur kehidupannya dengan
penyesuaian pemikiran rasional pada zaman ini pula. Proses individuasi akan
membangun struktur kehidupan baru yang berlangsung sampai fase penghidupan
yang berikutnya fase penghidupan yang berikutnya yaitu permulaan masa madya (
45 – tahun).

2.1.3 Dewasa Akhir

Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir
(60 keatas). Perlu memperhatikan khusus bagi orang tuanya yang sudah
menginjak lansia dan anaknya yang butuh dukungan juga untuk menjadi seorang
dewasa yang bertanggungjawab. Disamping itu permasalahan dari diri sendiri
dengan perubahan fisik, mulai tanda penuaan yang cukup menyita perhatian.

7
Saat individu memasuki dewasa akhir, mulai terlihat gejala penurunan
fisik dan psikologis, perkembangan intelektual dalam lambatnya gerak motorik,
pencariian makna hidup selanjutnya. Menurut Erikson tahap dewasa akhir
memasuki tahap integrity versus despair yaitu kemampuan perkembangan lansia
mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip positif dan negatif yang mampu
mempengaruhi kepribadian lansia. Integritas ego penting dalam menghadapi
kehidupan dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada hubungan sosial dan
produktivitasnya yang puas. Lawannya adalah despair yaitu rasa takut mati dan
hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan. Beberapa cara hadapi krisis dimasa lansia
adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik.

Akibat perubahan fisik yang semakin menua maka perubahan ini akan
sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya.
Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang
dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun,
baik secara kualitas maupun kuntitasnya sehingga hal ini secara perlahan
mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu : kehilangan peran
ditengan masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.
Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan
tiga gejala penting,yaitu keintiman, generative, dan integritas.

Perkemebangan psikososial masa dewasa akhir. Akibat perubahan fisik


yang semakin menua maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran
dan hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan semakin lanjut usia
seseorang secara berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri diri kehidupan
sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun
kuntitasnya sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan
dalam berbagai hal yaitu : kehilangan peran ditengan masyarakat, hambatan
kontak fisik dan berkurangnya komitmen.

8
2. Masalah-Masalah Yang Terjadi Pada Masa Dewasa, individu dan
kelompok
2.3.1 Permasalahan Pada Masa Dewasa Awal
1. Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas.
2. Kemandirian vs tidak mandiri.
3. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karier vs gagal menempuh jenjang
pendidikan dan karier.
4. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah).
5. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri.

2.3.2 Permasalahan Pada Dewasa Madya


A. Permasalahan pada masa perkembangan fisik
Dari karaktristik perubahan fisik tersebut terlihat jelas kelemahan
atau menurunnya pada penampilan usia paruh baya ini. Hal ini
banyak individu pada usia tersebut berusaha keras agar terlihat
lebih mudah,seperti melakukan bedah kosmetik, mengecat rambut,
mengunakan wig dan mengkonsumsi jumblah besar vitamin yang
diperuntukan bagi usia paruh baya ini. Dimana hal ini
mencerminkan keinginan untuk mengendalikan proses penuaan
dan merupakan permasalahn yang terjadi diusia madya.
B. Permasalahan pada masa perkembangan kognitif
Pada masa dewasa madya individu akan mulai mengalami
permasalahan penurunan memori dimana kapasitas memori yang
sudah dipenuhi dengan memori pada masa sebelumnya, namun
kemampuan memori ini dapat terorganisir jika menggunakan
pemilahan informasi yang secara efektif dilakukan.
C. Permasalahan pada perkembangan Sosioemosi
Pria tengah baya mulai memikirkan hubungan yang telah hilang
selama mengejar karir, kini saatnya ia mulai memikirkan anak-
anak sedangkan bagi wanita ini saatnya untuk menyibukkan
dirinya diluar rumah. Sekian tahun telah membesarkan anak-anak

9
sekarang ia siap menghadapi tantangan baru di luar rumah.
Masalah keintiman :
Pria ingin agar istrinya berperilaku sebagai seorang pacar yang
mesra bukan hanya pengelola rumah tangga. Bagi wanita
ketegasannya sebagai bukti kemesraan. Dan apabila istri sibuk
diluar rumah sepanjang hari, maka bila malam tiba sudah
kecapekan maka suami terabaikan.
Bagi seorang pria yang memasuki fase ini mengalami ketidak
stabilan emosi kadang gembira, bersemangat, kadang murung,
tidak mau diajak bicara, keadaan diseputarnya seakan tawar,
sehingga mereka mengeluh dalam banyak hal, masalah anak,
pekerjaan dan lain-lain. Bagi seorang wanita tengah baya sering
mengalami kecemasan, dan ketakutan kehilangan suaminya,
kesepian, dan kadang-kadang kemarahan. Keduanya bisa
mengalami depresi, bagi wanita yang tidak siap mengalami depresi
yang berat ketika memasuki masa menopause paling berat bagi
mereka yang tidak menikah atau ibu janda yang rentan.

2.3.3 Permasalahn Pada Masa Dewasa Akhir


1. Permasalahan pekerjaan Sesuai dengan tugas perkembangan dari generasi ke
generasi, sehingga pekerjaan yang menuntut aktivitas fisik dan mental banyak
didominasi oleh kaum muda karena orang lanjut usia cenderung lebih lamban
dalam melakukan tugas-tugas yang menuntut mempelajari hal-hal baru, akibatnya
Manula merasa kurang dihargai dan tidak dibutuhkan dalam pekerjaan.
2. Permasalahan minat Perubahan minat pada lanjut usia jelas mempengaruhi
penyesuaian di lingkungan sosial karena dengan menurunnya kemampuan fisik,
mental dan sosial menjadikan Manula lebih cepat merasa apatis dan bosan dalam
mencoba hal-hal yang baru.
3. Isolasi dan kesepian Perubahan pada lanjut usia membuat mereka merasa
terisolasi dari lingkungan sosial. Makin menurunnya kualitas intelektual
menjadikan Manula sulit menyesuaikan diri dengan caracara berpikir dan gaya-

10
gaya baru dari generasi yang lebih muda, begitu juga sebaliknya. Renggangnya
ikatan kekeluargaan dan ketidakacuhan keluarga terhadap Manula, membuat
mereka terpaksa hidup menyepi di lembagalembaga penampungan kaum lansia
4. Disinhibisi Makin lanjut usia seseorang makin kurang pula kemampuan mereka
dalam mengendalikan perasaan dan kurang dapat mengekang diri dalam berbuat,
sehingga hal-hal kecil yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan, tetapi bagi
Manula dapat membangkitkan luapan emosi dan mungkin mereka bereaksi
dengan ledakan kemarahan.
5. Perubahan suasana hati Perubahan-perubahan fisiologis dalam otak dan sistim
syaraf yang terjadi pada Manula adalah salah satu penyebab timbulnya perubahan
suasana hati dan perubahan pada beberapa aspek perilaku Manula. Hal ini terlihat
pada perilaku yang bereaksi secara tiba-tiba dan tampak tidak beralasan, seperti
ingin marah-marah, ingin menyendiri, dan lainnya. Keadaan seperti itu mungkin
merupakan bagian yang sudah sewajarya dalam proses Manula, tetapi kebanyakan
penyebab dari semua itu adalah kurangnya perhatian orang-orang terhadap
Manula.
6. Peranan iman Menurunnya kemampuan fisik dan mental pada Manula
memungkinkan mereka untuk tidak membenci dan merasa takut memandang hari
akhir, karena usia lanjut memang merupakan masa dimana kesadaran beragama
harus ditingkatkan. Tetapi tidak semua Manula merasa tentram dalam menghadapi
dan menyongsong akhir kehidupan mereka di dunia, karena permasalahan ini
muncul apabila lemahnya keimanan seseorang dalam menghadapinya sehingga
menimbulkan rasa takut dan cemas dalam menghadapi kematian yang akan lebih
meningkat pada usia lanjut (McGhie, 1996:149-156).

11
2.4.1 Permasalahan individu, kelompok

Permasalahan indivu :
 Produktifitas kerja
 Kepuasan kerja
 masalah rumah tangga
Permasalahan kelompok :
 Kepemimpinan
 Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
 Komunikasi
 Konflik

2.4.2 Intervensi dewasa (Individu, Kelompok)


 Couples Therapy (Terapi Pasangan)
Terapi pasangan adalah sebuah jenis terapi yang bertujuan untuk
membantu komunikasi dan mejembatani perubahan dalam hubungan
yang intim antar pasangan. Terapi ini khususnya ditujukan bagi orang
– orang yang sedang menjalin hubungan. Dengan demikian, konselor
yang menawarkan bentuk terapi ini harus mempunyai pelatihan yang
relevan untuk membantu mereka bekerja dengan kedinamisan dari
pasangan tersebut.
 Cognitive Therapy (Terapi Kognitif)
Terapi kognitif adalah pendekatan terapi yang merupakan bagian dari
terapi kognitif dan perilaku. Terapi kognitif melibatkan terapis yang
bekerjasama dengan pasien untuk mengembangkan kemampuan
mengidentifikasi dan mengganti pikiran dan kepercayaan yang
menyimpang, dan mengubah perilaku yang berkaitan dengan hal
tersebut, biasanya berfokus pada masa sekarang.
 Cognitive Behavioral Therapy (CBT/Terapi Perilaku Kognitif)
CBT atau terapi perilaku kognitif mengkombinasikan dua pendekatan
berbeda untuk berfokus pada solusi yang praktis. Terapi ini sangat
aktif secara alami, jadi pasien mungkin akan diharapkan agar dapat

12
memegang peranan aktif dalam perawatannya, termasuk
menyelesaikan tugas – tugasnya di rumah.
 Behavioral Therapy (Terapi Perilaku)
Terapi perilaku didasarkan pada cara berpikir seseorang yaitu aspek
kognitif dan atau cara seseorang berperilaku. Terapi – terapi ini
mengidentifikasikan kemungkinan perubahan atau rekondisi pikiran
atau tingkah laku manusia untuk mengatasi masalah yang spesifik.
Terapi ini berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari atau juga tidak
dipelajari. Tujuan terapi ini adalah untuk membantu individu
mempelajari perilaku yang baru dan positif yang akan mengurangi
masalah yang ada.
 Psychoanalitic Therapy (Terapi Psikoanalisis)
Terapi psikoanalisis adalah satu tipe terapi berdasarkan teori
psikososial Freud atau teori psikoanalisis klasik Freud yang
menyatakan bahwa pikiran yang tidak sadar dapat mempengaruhi
pikiran dan perilaku, dengan kecenderungan untuk melihat kepada
pengalaman dari masa kecil dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi kehidupan seseorang atau berpotensi menyumbang
pada masalah yang dihadapi saat ini. Terapi ini berlangsung dalam
jangka panjang dan bergantung pada kedalaman eksplorasi dari
masalah tersebut.
 Dynamic Interpersonal Therapy (Terapi Interpersonal
Dinamis)
Sebuah terapi yang lebih mengkhususkan pada hubungan individu
dengan lingkungannya. Dipercaya apabila kita mampu berurusan
dengan masalah hubungan sosial dengan lebih efektif maka gejala
psikologis akan cenderung menunjukkan perbaikan
 Family / Systemic Therapy ( Terapi Keluarga)
Terapi keluarga adalah pendekatan yang bekerja dengan keluarga dan
kerabat dekat seseorang. Ahli terapi akan mengamati perubahan dalam
interaksi antara setiap orang dalam keluarga dan hubungan masing –

13
masing. Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengatasi masalah yang
timbul antara anggota keluarga untuk saling membantu dan merasakan
empati terhadap satu sama lain. Terapi anak terlambat bicara juga bisa
dilakukan melalui terapi keluarga untuk mendapatkan dukungan dan
pengertian antar anggota keluarga.

 Group Therapy (Terapi Kelompok)


Terapi grup adalah semacam terapi psikologis yang mengambil
tempat dengan sekelompok orang bersama daripada dengan
perorangan. Melakukan terapi aktivitas kelompok dalam grup bisa
memiliki banyak keuntungan karena bisa menawarkan dukungan
jaringan dan menyediakan kesempatan untuk bertemu dengan orang
lain yang memiliki pengalaman yang sama. Terapis dan antar anggota
grup akan merasa terdorong untuk berbagi pengalaman bersama dan
berusaha memahami diri sendiri dengan lebih baik lagi.

 Psychosexual Therapy (Terapi Psikoseksual)


Sebuah terapi dalam psikologi yang menggunakan suatu teknik terapi
khusus yang dilakukan oleh profesional yang berkompeten dalam
bidang konseling, perawatan dan obat – obatan. Terapi ini dirancang
khusus untuk membantu orang hidup dengan kesulitan yang
berhubungan dengan psikologis, seksual dan terlalu kompleks untuk
dipecahkan sendiri mengenai masalah seksualitas orang tersebut.

14
BAB III
Kesimpulan

Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih


sempurna dan tidak begitu saja dapat diuang kembali. Perkembangan menunjuk
pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali (werner,1969)
Masa dewasa adalah masa yang terbilang sangat panjang, dimana sumber potensi dan
kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini adalah peralihan dari masa remaja yang
masih dalam ketergantungan menuju masa dewasa, yang menuntut kemandirian dan
di ujung fase ini adalah fase dewasa akhir, dimana kemampuan sedikit demi sedikit
akan berkurang. Sehingga masa dewasa awal adalah masa yang paling penting dalam
hidup seseorang dalam masa penelitian karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang
tetap. Masa ini juga adalah masa dimana kematangan emosi memegang peranan
penting. Seseorang yang ada pada masa ini, harus bisa menempatkan dirinya pada
situasi yang berbeda; problem rumah tangga, masalah pekerjaan, pengasuhan anak,
hidup berkeluarga, menjadi warga masyarakat, pemimpin, suami/istri membutuhkan
kestabilan emosi yang baik.
Masalah atau gangguan yang mungkin terjadi pada dewasa, diantaranya
sebagai
berikut :
 Permasalahan Pada Masa Dewasa Awal

Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan


identitas, Kemandirian vs tidak mandiri, Sukses meniti
jenjang pendidikan dan karier vs gagal menempuh jenjang
pendidikan dan karier, Menikah vs tidak menikah (lambat
menikah), dan Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri.

 Permasalahan Pada Dewasa Madya

Permasalahan pada masa perkembangan fisik, Permasalahan


pada masa perkembangan kognitif,dan Permasalahan pada
perkembangan Sosioemosi

15
 Permasalahan pada dewasa akhir

Permasalahan pada pekerjaan, Perubahan minat, Isolasi dan


kesepian, Disinhibisi, Perubahan suasana hati, dan Peranan
iman.

Masalah atau gangguan yang mungkin terjadi pada dewasa dilihatdari sisi
individu dan kelompok , diantaranya sebagai berikut :
 Permasalahan indivu
Produktifitas kerja, Kepuasan kerja, masalah rumah tangga,
dan itu masalah dalam individu
 Permasalahan kelompok
Kepemimpinan,.Pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah, Komunikasi,.dan Konflik.

Dengan adanya intervensi klinis kita lebih mudah untuk menangani gangguan-
gangguan yang mungkin terjadi pada masa dewasa. Intervensi sendiri bertujuan
untuk mengubah perikau, pkiran, dan perasaan seseorang.

Intervensi bisa dilakukan secara individual dan berkelompok.


Intervensi individual lebih berfokus pada hubungan interpersonal. Intervensi
individual terbatas pada interaksi dua orang antara klien dan terapis. Sedangkan
intervensi kelompok lebih berfokus pada hubungan berkelompok yang dilakukan
secara bersamaan untuk mengklarifikasi konflik psikologis yang terjadi.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31916071/Intervensi_Individu_Kelompok_dan_Komunitas

17

Anda mungkin juga menyukai