Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nim : 1606010183
Matakuliah : Manajemen SDM Internasional
Dosen : Ibu Ernie Mardiany D. S.Pd., MM
Visi dan Misi PT GO-JEK Indonesia GO-JEK memiliki dua visi utama yaitu, untuk
mengatasi permasalahan pengangguran yang ada dan membantu semua Pemerintah
Daerah dalam mengintegrasikan seluruh transportasi publik dengan GO-JEK. Layanan PT
GO-JEK Indonesia Untuk lebih memuaskan kebutuhan dan keinginan Pelanggannya, GO-
JEK menyediakan beberapa layanan yang sesuai dengan komitmen utama GO-JEK, yakni
memberikan tingkat keamanan dan kenyamanan yang terbaik bagi Pelanggan serta
kemudahan pembayaran sehingga Pelanggan tidak perlu khawatir soal uang kembalian
atau membawa uang tunai, maka GO-JEK menyediakan fasilitas layanan GO-PAY yang
membantu layanan berkendara GO- JEK kini semakin praktis. Top up saldo GO-PAY
dengan mudah dan instan lewat ATM, mobile banking, dan internet banking dari BCA,
Bank BRI, dan Mandiri, diantaranya sebagai berikut.
Pembagian pendapatan antara Driver dan pihak GO-JEK yakni sebesar 80% bagi
Driver itu sendiri, dan 20% bagi pihak GO-JEK. Bahkan dalam 1 hari, Driver bisa
memperoleh bonus pendapatan dari GO-JEK setiap berhasil mengantarkan 10 Pelanggan.
Dalam sebuah artikel disebutkan bahwa seorang Driver GO-JEK dapat memperoleh
penghasilan bersih setidaknya Rp 3 juta per bulan. Menurut artikel ini, Tukang ojek yang
bernaung di GO-JEK juga telah mencapai 7.500 Driver di area Jabodetabek saja. Jumlah
Driver GO-JEK bahkan tidak berhenti di situ, tetapi terus menerus bertambah. Ironisnya,
pertambahan jumlah Driver GO-JEK dengan pertambahan jumlah pelanggan mengalami
perbedaan. Jumlah pelanggan yang menggunakan GO-JEK tidaklah sebanyak jumlah
Driver-nya. Hal ini kemudian menimbulkan adanya suatu persaingan di antar Driver itu
sendiri. Mereka harus “berebut” penumpang agar bisa memperoleh keuntungan yang
besar. Peristiwa ini kemudian menjadi salah satu faktor adanya “Order Fiktif”. Order
Fiktif merupakan suatu tindakan pemesanan GO-JEK yang dilakukan oleh Driver, seolah-
olah mengantarkan seorang Pelanggan. Driver menggunakan dua ponsel dengan dua
aplikasi di dalamnya. Di satu ponsel ia berperan sebagai Pelanggan, dan di ponsel lainnya
berperan sebagai Driver. Tindakan ini semata-mata bertujuan mendapatkan bonus yang
besar karena aplikasi akan merekam jumlah Pelanggan yang diantarkan oleh Driver.
Semakin banyak record Pelanggan, semakin besar bonus yang didapatkan.
Maka dengan adanya kejadian ini, Driver GO-JEK dinilai melanggar perjanjian kerja
yang dimuat dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) yakni dijelasakan bahwa "perjanjian kerja adalah
perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak". Sesuai dengan Asas Pacta Sun
Servanda dalam Pasal 1338 KUHPerdata, perjanjian kerja antara GO-JEK dengan Driver
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Apabila dalam perjanjian
kerja antara GO-JEK dan Driver terdapat hal yang dilarang seperti “order fiktif”, maka
Driver telah melakukan suatu bentuk pelanggaran perjanjian (wanprestasi). Adapun sanksi
dari wanprestasi Driver bergantung pada isi perjanjian kerja itu sendiri. Disamping itu,
order fiktif GO-JEK mengakibatkan kerugian finansial tidak langsung terasa, tetapi
perlahan-lahan kualitas GO-JEK akan dinilai menurun karena Pelanggan yang tak kunjung
dilayani oleh Driver. Order fiktif juga dapat dikatakan sebagai tindakan penipuan dari
sudut pandang hukum pidana seperti dimuat dalam Pasal 378 KUHP. Pasal 378 KUHP
berbunyi, “Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang
lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik
dengan akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan- perkataan bohong,
membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan
piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat
tahun.” Oleh karena itu Driver yang melakukan tindakan order fiktif dapat dijerat dengan
pasal penipuan serta terancam hukuman penjara maksimal selama 4 tahun.
Pajak Transportasi Online Layanan transportasi roda dua (ojek) dan taksi online yang
makin marak memicu perdebatan di kalangan sejumlah pihak. Bahkan Gubernur DKI
Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak melarang keberadaan layanan tersebut asal
menyetor pajak dengan benar. setiap pengusaha angkutan di Jakarta diwajibkan untuk
membayar sekitar 25 hingga 28 persen dari total pendapatannya setiap tahun. Pajak
tersebut seharusnya juga dibayarkan oleh transportasi aplikasi. Sebagai gambaran, Ahok
memberikan contoh bagaimana transportasi yang berbasis aplikasi ini di negara lain
mendapatkan izin resmi dari pemerintah setempat. Namun demikian, mereka menempeli
kendaraan tersebut dengan stiker khusus dan tetap membayar pajak online kepada
pemerintah. Dengan adanya penempelan di setiap kendaraan yang digunakan untuk alat
transportasi secara online tersebut, maka pemerintah bisa menarik pajak online kepada
mereka yang menyediakan jasa transportasi online. Menurut Direktur Jenderal/Dirjen
Pajak Kementerian Keuangan, potensi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dari layanan
GO-JEK, Uber Taxi, Grabtaxi maupun Grab Bike cukup besar. Hal ini terlihat dari jumlah
yang berkisar 2.000 orang lebih pengemudi ojek yang tergabung dalam GO-JEK belum
lagi dengan layanan sejenisnya. Jika ribuan orang ini dipungut PPh dari hasil pemotongan
gajinya, maka negara akan mendapat tambahan penerimaan pajak. Maka sebagai salah
satu perusahaan lokal yang memberikan benefit kepada kota, pemerintah, dan negara,
sejak 2015 GO-JEK telah menghasilkan dan mebayar pajak untuk pemerintah dan menjadi
perusahaan pada sektor ojek menghasilkan dan membayar pajak. Menurut pendiri gojek
ini merupakan salah satu sejarah dimana ojek membayar pajak dan dapat menghasilkan
pajak yang cukup besar untuk Negara.
ANALISIS PT GRAB
Grab didirikan oleh Anthony Tan dan Hooi Ling Tan yang merupakan warga
negara Malaysia, mereka melihat adanya dampak negatif dari tidak efisiennya sistem
transportasi yang ada pada saat itu. Merekapun memiliki ide untuk membuat aplikasi
pemesanan transportasi, khususnya taksi, yang kemudian menobatkan mereka sebagai
finalis dalam Kontes Harvard Business School’s 2011 Business Plan. Grab merupakan
aplikasi layanan transportasi terpopuler di Asia Tenggara yang kini telah berada di
Singapura, Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam, menghubungkan lebih
dari 10 juta penumpang dan 185.000 pengemudi di seluruh wilayah Asia Tenggara.
Layanan Grab ditujukan untuk memberikan alternatif berkendara bagi para
pengemudi dan penumpang yang menekankan pada kecepatan, keselamatan, dan
kepastian. Grab sendiri telah hadir di Indonesia pada bulan Juni 2012 sebagai aplikasi
pemesanan taksi dan sejak itu telah memberikan beragam pilihan transportasi seperti
mobil dan ojek.
Identitas merek baru mewakili aplikasi layanan grab yang sedang tumbuh untuk
melayani industri transportasi secara menyeluruh. Selain itu, pergantian nama dan logo
pada tanggal 28 Januari 2016 ini, menekankan komitmen Grab yaitu menyediakan
kebebasan untuk mencapai tempat yang aman dan nyaman, kebebasan memilih moda
transportasi terbaik, dan kebebasan untuk meraih kehidupan yang layak. Dua garis pada
logo baru tersebut terinspirasi dari jalan raya dan mewakili jalan dengan segala
kemungkinan yang tak berujung.
Pada gambar dibawah menunjukkan persentase pengguna internet di dunia yang terdiri
dari 7 (tujuh) benua pada tahun 2016. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
pengguna terbanyak berasal dari Asia sebanyak 49,6% meningkat 1,8% dibanding tahun
2015 yaitu 47,8%. Masih menurut data Internet World Stats, pengguna internet Asia
saat ini mencapai 1,62 miliar jiwa dengan penetrasi 40,2
Pada gambar 1.3 menunjukkan persentase pengguna internet di dunia yang
terdiri dari 7 (tujuh) benua pada tahun 2016. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
pengguna terbanyak berasal dari Asia sebanyak 49,6% meningkat 1,8% dibanding tahun
2015 yaitu 47,8%. Masih menurut data Internet World Stats, pengguna internet Asia
saat ini mencapai 1,62 miliar jiwa dengan penetrasi 40,2.
Persen dari total populasi sebesar 4 miliar jiwa. Hal tersebut dipengaruhi oleh
kebangkitan asia sebagai kontribusi utama untuk populasi internet di dunia.