2. Landasan Psikologis
Manusia adalah pribadi yang unik yang berbeda antara yang satu dengan yang
lain. Setiap pribadi yang sedang berkembang seperti halnya peserta didik akan
menuju ke arah kematangan dan karakteristik masingmasing yang dipengaruhi
oleh prosesnya dalam belajar. Implikasi layanan bimbingan konseling hharus
memperhatikan perbedaan-perbedaan yang dimiliki peserta didik.
Pemahaman tentang peserta didik secara psikologis perlu dikuasai oleh guru
pembimbing. Penguasaan ini sangat diperlukan karena psikologi merupakan
pendukung terhadap layanan bimbingan konseling. Tuntutan pemahaman peserta
didlk secara psikologis merupakan tuntutan mutlak bagi guru pembimbing dalam
rangka memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam aspek psikologisnya.
Adapun aspek yang perlu diperhatikan & dlpahami oleh pendidik adalah sebagai
berlkut:
a. Motiv & Motivasi, motiv merupakan dorongan yang memunculkan perilaku untuk
mencapai tujuan tertentu sedangkan motivasi sesuatu yang akan memunculkan
dan mendorong peserta didik bertahan dan terus bekerja untuk menggapai tujuan
dalam berbagai kondisi.
b. Konflik & Frustasi, konflik dapat dipahami sebagai situasi yang terrdapat
pertentangannya, konflik dalam hal ini adalah konflik secara psikologis
(kebimbangan, keragu-raguan) sedangkan frustasi yaitu kondisi yang dirasa
menyakitkan karena tidak tercapainya sebuah keinginan atau harapan. Konflik dan
frustasi ini bersumber dari dalam diri dan ini akan memunculkan perilaku agresi,
introversi, tidak berdaya dll.
c. Sikap, slkap merupakan kondisi mental yang relatif menetap dalam merespon
suatu obyek, peristiwa. Sikap ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman, pola
komunikasi daan modeling/belajar yang terus berkembang.
d. Faktor yang mempengaruhi perkembangan, banyak faktor yang mempengaruhi
perkembangan baik itu yang berasal dari dalam diri seperti halnya keturunan dan
juga lingkuan sosialnya (keluarga, teman sebaya, lingkungan sosialnya).
e. Masalah perkembangan peserta didik, tugas perkembangan peserta didik banyak
mengacu pada kematangan fisik, sosial budaya, cita-cita individu dan motif
individu serta tuntutan norma atau nilai-nilai baikitu nilai agama, sosial, hukum
dll.
f. Masalah perbedaan individual, perbedaan yang adapada peserta didik tidak
terlepas dari pengaruh bawaandan lingkungan sosial yang mempengaruhinya.
Perbedaan individual yang perlu dipahami addalah kecerdasan, prestasi belajar,
sikap dan kebiasaan belajar, motivasi belajar, karakter, bakat, mina, clta-cita,
kondisi fisik, komunikasi dan hubungan interpersonal, kemandirian, disiplin serta
sikap tanggung-jawab.
g. Masalah kebutuhan individual, kebutuhan merupakan pendorong perilaku,
keinginan untuk memenuhi kebutuhan menjadi sumber munculnya perilaku.
Ketika seorang individu mampu memenuhi kebutuhannya akan diperoleh
kepuasan dalam dirinya tetapi sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak
terrpenuhi akan memunculkan berbagai permasalahan mulai dari ketidakpuassan
sampai dengan adanya perasaan depresi.
h. Masalah penyesuaian diri dan kesehatan mental, penyesuaian diri merupakan
proses mental dan upaya untuk memenuhi kebutuhan tanpa memunculkan
ketegangan, frustasi, konflik sehingga menghasilkan hubungan yang harmonis
dengan lingkungan sosialnya. penyesuaian diri yang tidak berjalan sesuai dengan
harapan akan mengakibatkan kesehatan mental pesertadidik. Adapun kesehatan
mental tersebut antara lain perasaan murung, cemas, pesimis, tidak memiiiki
kepercayaan diri, acuh, mudah tersinggung dan lain sebagainya.
i. Masalah belajar, masalah ini menjadi prioritas dan perhatian utama dalam dunia
pendidikan. Apabila masalah belajar ini tidak teratasi akan membawa dampak
pada kehidupan peserta didik di masa mendatang. Belajar adalah sebuah proses
untuk mencapai perubahan dan meningkatkan kompetensi peserta didik.
j. Stress & pengelolaannya, stress dipahami sebagai stimulan atau tuntutan yang
mengancam, berbahaya atau bahkan menekan peserta didik yang memunculkan
permasalahan dalam bentuk sakit, depresl dll. Stress bersumber dari stresor diri
sendiri dan lingkungannya.
4. Landasan Religius
Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia yang
bertakwa dan beriman kepada Tuhan YME serta manusia yang memiliki
kepribadian utuh. Tujuan tersebut menunjukkan bahwa agama tidak dapat
dilepaskan dari sisi kemanusiaan dan peserta didik. Agama menuntut pemeluknya
untuk selalu bertakwa dan juga melakukan hubungan sosial, keduanya harus
seimbang dan berdampingan. Kegiatan bimbingan konselmg harus
diselenggarakan terintegrasi dengan nilai-nilai agama, hal ini dikarenakan:
a. Mayoritas peserta didik masih berkeyakinan pada Agamanya masing-masing
b. Nilai-nilai yang dalam bimbingan konseling akan tumpang tindih bila prosesnya
dipisahkan dengan nilai-nilaiAgama
c. Keyakinan beragama memberikan kontribusi positif terhadap kesehatan mental
anak
d. Agama lebih bersifat protektif daripada problem solving.
5. Landasan Pedagogis
Pendidikan merupakan tranformasi sosial budaya bagi peserta didik dalam
menjaga eksistensi manusia dan budayanya. Pendidikan merupakan lembaga
sosial yang berfungsi melakukan reproduksi soss:al serta mengembangkan potensi
yang dimiliki oleh peserta didik. Sehingga pendidikan harus menjadi pijakan dan
dasar kegiatan bimbingan konseling. Kegiatan bimbingan konselmg dan
pendidikan harus saling mendukung. Pendidikan merupakan proses menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan-kegiatan pengajaran, bimbingan dan pelatihan.
Kegiatan pendidikan dan bimbingan konseling secara konseptual seharusnya
dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi dengan proses pendidikan lain seperti
pengajaran, olahraga dan ekstrakurikuler. Kegiatan bimbingan konseling dan
pendidikan harus berjaIan beriringan dan berdampingan, Ini dikarenakan
pendidikan merupakan kegiatan pengembangan manusia dan bimbingan konseling
merupakan salah satu kegiatan pendidikan, serta tujuan pendidikan adalah
bimbingan konseling.
Landasan Hukum Pelaksanaan Konseling
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 1 butir 6 yang mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3
bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik.
dan Pasal 4 Ayat (4) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi
keteladanan, membangun kemauan. dan mengembangkan kneativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran, dan Pasal 12 Ayat (1b) yang menyatakan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. (Husairi, Achsan.
2008: 5)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar
menengah. (Husairi, Achsan. 2008: 6)
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan diri
peserta didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi
dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan. (Husairi,
Achsan. 2008: 6)
4. Dasar Standarisasl Profesi Kanseling yang dikeluarkan oleh Direktorak Jenderal
Pendidikan Tinggi Tahun 2004 untuk memberi arah pengembangan profeai
konseling di sekolah dan di luar sekolah. (Husairi, Achsan. 2008: 6)
KELOMPOK 2
“KARAKTERISTIK KONSELING DI SD DAN KETERKAITAN
TUGAS PERKEMBANGAN DENGAN SKKPD”
2. Format wawancara
Gunarsah (2003:38-39) mengungkapkan ada lima tahapan struktur
wawancara sebagai berikut :
a) Rapport.
Ditandai dengan ucapan berbasa basi seperti: Apa Kabar? Tahap ini diikuti
dengan rencana yang akan dilakukan terhadap dan dengan klien, serta membawa
klien merasa enak menghadapi pewawancara. Acap kali penting menerangkan
tujuan dari wawancara dan apa yang konselor bisa dan tidak bisa melakukan.
b) Pengumpulan Data.
Tahap untuk merumuskan masalah dan mengidentifikasikan hal-hal yang
bisa dilakukan dan diberikan kepada klien. Mengetahui alasan mengapa klien
sampai datang untuk wawancara dan bagaimana klien menilai atau memandang
masalahnya.
c) Menentukan Hasil Sesuai Dengan Arah Ke mana Klien Inginkan.
Mengetahui apa yang dikehendaki klien dan bagaimana kelak kalau
persoalan sudah diatasi. Tahap yang penting bagi pewawancara untuk mengetahui
apa yang dikehendaki klien dan yang senada atau tidak bertentangan dengan apa
yang secara rasional dipikirkan oleh pewawancara.
Mengemukakan Macam-macam Alternatif penyelesaian Masalah.
Diarahkan pada apa yang klien tentukan setelah menentukan dari macam-macam
alternatif. Seringkali melibatkan penelaahan yang panjang mengenai dinamika-
dinamika pribadinya dan merupakan tahapan yang berlangsung paling lama.
d) Generalisasi dan Pengalihan Proses Belajar.
Untuk memungkinkan klien mengubah cara berpikirnya, proses
belajarnya, perasaannya dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.Wawancara
ini jelas sudah berfungsi sebagai proses konseling itu sendiri. Kelima tahapan
wawancara ini dapat disingkat dengan lima pertanyaan sederhana dan singkat
sebagai berikut :
Apa Kabar?
Apa Masalahnya?
Apa yang anda inginkan akan terjadi?
Apa yang bisa kita lakukan mengenai hal itu?
Apakah Anda mau melakukan hal itu?
3. Fungsi wawancara
Fungsi wawancara pada dasarnya dapat digolongkan kedalam tiga
golongan besar:
Sebagai metode primer
Sebagai metode pelengkap
Sebagai kriterium.
Apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpulan data, atau
sebagai metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-metode
pengumpulan data lainnya, ia akan memiliki ciri sebagai metode primer.
Sebaliknya jika ia digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-
informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi metode
pelengkap. Pada saat-saat tertentu metode wawancara digunakan orang untuk
menguji kebenaran dan kemantapan suatu datum yang telah diperoleh dengan cara
lain, seperti observasi, test, kuesioner dan sebagainya. Digunakan untuk keperluan
semacam itu metode wawancara akan menjadi batu pengukur atau kriterium.
b. Metode Observasi (pengamatan)
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan
pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam periode tertentu dan dicatat
secara sistematis. Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang
dijadikan sasaran pengamatan. (Sudijono,2009:76).
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakunya. Teknik pengamatan atau observasi merupakan
salah satu bentuk teknik non tes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu
melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis.
Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian
mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Observasi merupakan pengamatan atau pencatatan tingkah laku anak
bekerja atau berbuat. (Slameto, 1988:181) Jadi, observasi atau pengamatan yaitu
teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku).
Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama indra
penglihatan.
Perbedaan dengan teknik non tes lainnya Observasi sebagai alat penilain
non tes, mempunyai beberapa kebaikan, antara lain:
1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.Dalam
observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu
gejala atau kejadian yang penting
2. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari
teknik lain, misalnya wawancara atau angket
3. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek
yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung
memegang peran.
1. Jenis-jenis observasi
a. Berdasarkan situasi yang diobservasi
Observasi partisipatif dan nonpartisipatif Observasi partisipatif adalah
observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian dalam
kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi
nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan
oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton
belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak.
Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut
bermain.
Dibagi menjadi tiga yaitu:
free situation : dilakukan dalam situasi wajar
manipulated situation : dilakukan dalam situasi yang dimanipulasi
partially controlled : gabungan dari teknik free & manipulated
2. Jenis-jenis
a. Menurut subyek yang dikirimi kuesioner
Dibagi menjadi dua yaitu kuesionar langsung dan tidak langsung.
Kuesioner secara langsung apabila peneliti meminta data dari responden.
Sedangkan kuesioner secara tidak langsung apabila peneliti memperoleh data dari
orang lain.
b. Menurut bentuk pertanyaan yang digunakan
Dibagi menjadi dua yaitu kuesioner terbuka dan tertutup. Kuesioner
terbuka apabila responden diberikan kesempatan untuk menuliskan jawaban
seluas-luasnya. Sedangkan kuesioner tertutup apabila pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan sudah tersedia jawabannya. Responden tinggal memilih salah satu
jawaban.
c. Fungsi angket
Kuesioner sebagai alat evaluasi sangat berguna untuk mengungkap latar
belakang orang tua peserta didik maupun peserta didik itu sendiri, di mana data
yang berhasil diperoleh melalui kuesioner itu pada suatu saat akan diperlukan,
terutama apabila terjadi kasus-kasus tertentu yang menyangkut diri peserta didik.
Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses
pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang
peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan
proses belajar mereka.
d. Metode Sosiometri
Metode sosiometri dikembangkan oleh Moreno dan Jenning (Purwoko,
2007) metode ini didasrkan atas asumsi bahwa kelompok memiliki pola-pola
struktur hubungan yang komplek, hubungan-hubungan ini dapat diungkap dengan
menerapkan pengukuran baik kuantitatif maupun kulalitatif.
Sosiometri adalah adalah sutu metode untuk mengumpulkan data tentang
pola dan struktur hubungan antara individu dalam suatu kelompok, dengan cara
menelaah relasi sosial, status sosial. Dengan demikian sosiometri dapat
mengugkap dinamika sosial, popularitas individu dalam kelompok, serta untuk
mengenali kesulitan hubungan sosial individu dalam kelompok. Situasi sosial
kelompok dapat berupa kelompok belajar, bermain, pertemanan, kerja kelompok
dll.
Proses pembuatan sosiometri dilakukan dengan jalan meminta kepada
setiap individu dalam kelompok lainnya untuk memilih anggota kelompok lainnya
(tiga orang) yang disenagi atau tidak dalam bekerjasama, yang masing-masing
nama disusun menurut nomor urut yang paling disenagi atau paling tidak disenagi.
Atas dasar saling pilihan atara anggota kelompok ini inilah dapat diketahui
banyak tidaknya seorang individu dipilih oleh anggota kelompoknya, bentuk-
bentuk hubungan dalam kelompok, kepopuleran dan keterasingan individu.
Beberapa hal yang perlu diingat dala melancarkan sosiometri:
1. Sebelum dilancarkan hendaknya petugas berusaha menciptakan hubungan baik
dengan kelompok
2. Petunjuk diberikan dengan jelas
3. Penjelasan yang dimaksud pelancaran sosiometri
4. Sosiometrihendaknya diselengarakan dengan kondisi dimana siswa tidak saling
mengetahui jawabannya
5. Menjaga kerahasian pilihan maupun hasil
6. Individu harus saling mengenal
Kegunaan sosiometri adalah:
1. Memperbaiki hubungan sisoal individu dalam kelompok
2. Menentukan keanggotaan kelompok kerja
3. Meneliti kecenderungan potensi kepemimpinan individu dalam kelompok
4. Mengatur tempatduduk dalam kelas
5. Mengenali kekompakan dan perpecahan dalam anggota kelompok
Jenis-jenis sosiometri:
1. Nominatif
2. Skala bertingkat (Rating Scale)
3. Siapa Dia
Data hasil sosiometri digambarkan dalam Sosiogram (Teknik Lingkaran,
Lajur, Bebas)
e. Metode Otobiografis
Otobiografi adalah suatu metode pengumpulan data dengan menuliskan
riwayat hidup sendiri, menyangkut riwayat pendidikan, riwayat prestasi, cita-cita
dan harapannya masa yang akan datang, atau menggunakan tulisan yang ada
tentang kehidupan seseorang
1. Jenis-jenis
Otobiografi adalah suatu metode untuk mengumpulkan data tentang
kepribadian seseorang dengan mempelajari riwayat kehidupan yang ditulis oleh
orang yang bersangkutan.
Biografi adalah suatu metode untuk memahami kepribadian seseorang
dengan mempelajari riwayat hidup orang tersebut yang ditulis oleh orang lain.
Metode Catatan Harian adalah suatu metode pengukuran kepribadian
dengan jalan mempelajari catatan harian orang tersebut. Catatan harian adalah
catatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dan bersifat sangat pribadi.
Metode Studi Dokumenter adalah suatu metode pengumpulan data tentang
keadaan seseorang dengan jalan mempelajari dokumen-dokumen yang telah ada
mengenai orang tersebut. Contohnya ijazah, piagam, surat dokter dan sebagainya.
Otobiografi memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1. Memberikan informasi tentang siswa secara lengkap
2. Bisa mengungkapkan perasaan dengan bebas dari kegiatan yang telah dilakukan
3. Data ini dapat mendukung data yang diperoleh dari teknik lain
4. Menghemat dalam pengadministraisian
Sedangkan kelemahan dalam otobiografi ini:
1. Siswa kurang terampil dalam komunikasi secara tertulis dengan baik
2. Otobiografi lebih banyak mengungkap tentang fantasi
3. Tidak semua kejadian dapat diingatnya dengan baik
4. Data yang diperoleh dari otobiografi ini harus di padukan dengan baik dari teknik
lain agar dapat ditafsirkan secara benar
5. Sering terdapat kata-kata yang tidak diketahui atrinya secara benar
f. Metode Studi Kasus (Case Study)
Adalah pengumpulan data dengan menggabungkan berbagai pengumpulan
adata sebagai dasar mengadakan interpretasi dan diagnosis tentang tingkah laku
individu. Metode ini hanya ini digunakan untuk siswa yang mengalami masalah
tertentu, terutama anak yang mengalami hambatan adalam aspek perkembangan.
Dengan studi kasus ini, kita mencoba mencari tahu faktor penyebabnya dan
berusaha untuk memberikan bimbingan sehingga dapat mengatasi dan membantu
mencarikan jalan keluar. (Ahmad 2011)
C. PEMAMFAATAN DATA HASIL ASESMEN UNTUK MEMAHAMI
KONSELING
Yang dimaksud dengan data hasil asesmen adalah data yang diperoleh
melalui teknik tes dan nontes. Data hasil pemahaman terhadap peserta
didik/konseling dapat digunakan untuk:
1. Membuat profil individual setiap peserta didik/konseli.
Berdasarkan data hasil asesmen maka setiap peserta didik/konseli
dapatdisusun profil yang menggambarkan tentang identitas diri peserta
didik,karakteristik tugas Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah Atas |perkembangan, klasifikasi kecerdasan,bakat,
minat, motivasi belajar, kesiapan belajar, kemampuan hubungan
sosial,kematangan emosi, prestasi akademik dan non akademik yang dimiliki,
latar belakang keluarga-sekolah-masyarakat dan lain-lain, serta gambaran tentang
kekuatan dan kelemahan setiap peserta didik/konseling.
2. Membuat profil kelas.
Berdasarkan data individual peserta didik/konseli tersebut, maka
dikembangkan profil kelas, sehingga tiap kelas memiliki profilnya sendiri-sendiri.
Profil sebaiknya dituangkan ke dalam bentuk matrik, misalnya dalam format
landscape excel, atau dalam bentuk grafik sehingga semua data dapat dimasukkan.
Dengan profil kelas ini, dapat diketahui kedudukan peserta didik/konseli dalam
kelasnya. Profil akan menggambarkan variasi kebutuhan layanan bimbingan dan
konseling yang meliputi: bimbingan dan konseling pribadi, sosial, belajar, dan
karir.
3. Menyusun rancangan program layanan bimbingan dan konseling.
Berdasarkan profil individual dan kelas disusun rancangan program
layanan bimbingan dan konseling secara individual, kelompok, klasikal, kelas
besar atau lintas kelas, dan atau menggunakan media. Layanan bimbingan dan
konseling dapat dirancang secara khusus untuk dilaksanakan oleh guru bimbingan
dan konseling atau konselor serta dapat pula dirancang berkolaborasi dengan staf
lainnya.
1. Studi Kelayakan
Studi kelayakan merupakan refleksi tentang alasan-alasan mengapa
diperlukan suatu program bimbingan. Studi kelayakan juga perlu dilakukan untuk
melihat program mana yang lebih layak untuk dilaksanakan dalam bentuk layanan
bimbingan terhadap siswa. Selain itu, studi kelayakan dilakukan juga terhadap
bidang-bidang pelayanan bimbingan dan lingkup bimbingan dan konseling di
sekolah dan madrasah. Dari hasil studi kelayakan akan diperoleh kesimpulan
bidang-bidang atau lingkup bimbingan mana yang layak untuk dituangkan dalam
bentuk program bimbingan dan konseling.
Studi kelayakan dapat diadakan oleh pimpinan sekolah dan madrasah
dengan mengundang beberapa ahli bimbingan dari luar. Dapat pula dilaksanakan
oleh seorang guru BK atau koordinator BK yang baru diangkat bersama dengan
tenaga kependidikan yang sudah berpengalaman di lembaga yang bersangkutan.
Oleh karena dilaksanakan dalam konteks layanan bimbingan, maka studi
kelayakan dilakukan sebelum penyusunan program dilakukan. (Tohirin. 2014:
247)
2. Penyusunan Program Bimbingan
Penyusunan program bimbingan dapat dikerjakan oleh tenaga ahli
bimbingan atau guru BK atau konselor sekolah dan madrasah atau koordinator
BK (apabila di sekolah dan madrasah yang bersangkutan memiliki beberapa orang
guru BK) dengan melibatkan tenaga bimbingan yang lain. Penyusunan program
bimbingan harus merujuk kepada kebutuhan sekolah dan madrasah secara umum
dan lingkup layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Seperti
telah disebutkan pada bab terdahulu (lihat lingkup bimbingan dan konseling di
sekolah dan madrasah), bahwa lingkup layanan bimbingan dan konseling di
sekolah dan madrasah dari aspek bidang pelayanan bimbingan dan konseling
meliputi bidang: (a) pengembangan pribadi, (b) pengembangan sosial, (c)
pengembangan kegiatan belajar (akademik), (d) pengembangan karier, (e)
pengembangan kdtidupan berkeluarga, dan (f) pengembangan bidang kehidupan
beragama. Dari aspek jenis-jenis layanan BK meliputi: (a) layanan orientasi, (b)
layanan informasi, (c) layanan penempatan atau penyaluran, (d) layanan
penguasaan konten, (e) konseling perorangan, (f) konseling kelompok, dan (g)
bimbingan kelompok, (h) layanan konsultasi, dan (i) layanan mediasi. Dari aspek
pendukung meliputi: (a) aplikasi instrumen, (b) himpunan data, (c) konferensi
kasus, (d) kunjungan rumah, (e) alih tangan kasus. Dari format layanan meliputi:
(a) format individual, (b) fomat kelompok, (c) format klasikal. (d) format
lapangan, (e) format politik.
Dalam menyusun rencana program BK. harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut. (a) Pola dasar mana yang sebaiknya dipegang dan strategi mana yang
paling tepat untuk diterapkan. (b) Bidang-bidang atau lingkup bimbingan mana
yang perlu diperioritaskan. (c) Bidang-bidang atau jenis layanan mana yang sesuai
untuk melayani kebutuhan para siswa. (d) Keseimbangan yang wajar antara
pelayanan bimbingan secara kelompok dan secara individual. (e) Pengaturan
pelayanan konsultasi. (f) Cara mengadakan evaluasi program. (g) Pelayanan rutin
dan pelayanan insidental. (h) ngkatan-tingkatan kelas yang akan mendapat
layanan-layanan bimbingan tertentu. (i) Petunjuk-petunjuk atau lnstruksi-instruksi
yang diberikan oleh instansi yang berwenang (jika ada), dan sebagainya.
Setelah rencana program disusun dengan memperhatikan hal-hal di atas.
selanjutnya dilakukan pembahasan dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait
di sekolah dan madrasah (bisa melibatkan stakeholders sekolah dan madrasah).
Penyusunan program BK merupakan tindak lanjut dari studi kelayakan, oleh
sebab itu bisa dilaksanakan pada awal tahun ajaran atau setelah program semester
berakhir. (Tohirin. 2014: 248)
3. Penyediaan Sarana Fisik dan Teknis
Program BK perlu didukung oleh sarana Esik dan teknis. Sarana fisik
adalah semua peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan dalam rangka
penyusunan program BK seperti: ruang kerja tenaga bimbingan (ruang kerja guru
BK) beserta peralatannya seperti: almari data, perpustakaan BK, ruang konsultasi,
ruang tunggu, ruang tata usaha BK, peralatan administrasi, dan lain-lain. Sarana
teknis adalah alat-alat atau lnstrumen-instrumen yang diperlukan untuk
melaksanakan pelayanan bimbingan seperti tes baku, daftar check list, angket,
format anekdot, daftar penilaian, kartu pribadi, dan lain sebagainya.
4. Penentuan Sarana Personel dan Pembagian Tugas
Selain sarana Esik dan teknis, penyusunan rencana program BK juga
memerlukan sarana personel. Sarana personel dalam penyusunan rencana program
BK adalah orang-orang yang akan dilibatkan dalam penyusunan program BK dan
mereka akan diberi tugas apa. Seperti disebutkan di atas, orangcorang yang bisa
dilibatkan dalam penyusunan rencana program BK di sekolah dan madrasah
adalah: konselor atau pembimbing, kepala sekolah dan madrasah, guru mata
pelajaran, pegawai administrasi, perwakilan orang tua siswa. komite sekolah, dan
madrasah.
5. Kegiatan-kegiatan Penunjang
Dalam penyusunan rencana program BK di sekolah dan madrasah
diperlukan kegiatan-kegiatan pendukung terutama pertemuan staf bimbingan dan
hubungan dengan masyarakat atau instansi lain yang terkait dengan rencana
program BK yang akan disusun. Misalnya, rencana penyusunan program BK yang
berkenaan dengan bidang karier, bisa melibatkan lembagalembaga karier tertentu
dan lain sebagainya. (Tohirin. 2014: 249)
D. Perancangan (Designing) Program BK
Setelah rencana disusun, desain atau rancangan yang lebih rinci dari
program BK perlu diadakan. Dalam rancangan tersebut, POP BK dari
Kemendikbud (2016) mencatat keperluan akan adanya rancangan rencana kerja
yang diterjemahkan dalam program tahunan dan program semester.
Program tahunan secara rinci, berdasarkan acuan dari POP BK
(Kemendikbud, 2016) menyertakan dua belas unsur, yaitu,
1. Rasional, berisi urgensi layanan BK, kondisi obyektif sekolah (meliputi
permasalahan, hambatan, kebutuhan, budaya sekolah, dan potensi keunggulan
sekolah/siswa), kondisi obyektif lingkungan masyarakat (termasuk jika ada daya
dukung maupun ancaman yang berpengaruh), dan harapan yang ingin dicapai dari
program BK yang dirancang.
2. Dasar hukum, baik dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Menteri, Peraturan Daerah, maupun yang bersifat lokal seperti surat keputusan
kepala sekolah atau pedoman dari penyelenggara sekolah (yayan, dewan
pendidikan, komite).
3. Visi dan misi, termasuk visi dan misi sekolah yang menjadi dasar dan
mempengaruhi/diterjemahkan ke dalam visi-misi program BK.
4. Deskripsi kebutuhan, berdasarkan asumsi teoretik atau filosofi maupun hasil
asesmen kebutuhan dan deskripsi ini dituangkan dalam rumusan perilaku sesuai
dengan Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (SKKPD) dan
Kompetensi Dasar yang ada/dirancang.
5. Tujuan program, baik yang berfungsi pengenalan (memahami dan mengetahui
perilaku atau standar kompetensi), akomodasi (upaya pemaknaan, internalisasi
dan integrasi pengenalan yang telah diadakan), dan tindakan (bagaimana
mewujudnyatakannya dalam keseharian siswa).
6. Komponen program, yang berisi layanan dasar (berupa bimbingan klasikal,
kelompok atau lintas kelas, maupun melalui media yang mendukung), layanan
peminatan dan perencanaan individual (termasuk di dalamnya kebutuhan
kegiatan ekstrakurikuler untuk menjawab minat tertentu dari peserta didik),
layanan responsif (terhadap kebutuhan jangka pendek peserta didik dan lebih
bersifat spesifik terhadap peserta didik, seperti konseling dan konsultasi
individual), dan dukungan system (antara lain yang bersifat administrative
maupun kegiatan tambahan dan pengembangan profesi bagi konselor atau guru
BK).
7. Bidang layanan, meliputi bidang karir, sosial, pribadi ataupun belajar.
8. Rencana operasional, yang dirincikan dalam tabel dan mendeskripsikan bidang
layanan, tujuan layanan, komponen layanan, strategi, kelas yang dilayani, materi
dan metode yang digunakan, alat atau media yang mendukung, evaluasi yang
dirancang dan ekuivalensi jam belajar dari layanan yang diberikan.
9. Pengembangan tema atau topik, didasarkan pada SKKPD, masalah yang akan
dibahas, dan bidang layanan yang direncanakan. Ini yang menjadi dasar untuk
menyusun rencana pelaksanaan layanan (RPL) BK.
10. Evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut.
11. Sarana prasarana yang mendukung.
12. Anggaran pembiayaan.
Kerangka yang lebih ringkas diusulkan oleh Gysbers dan Henderson (2014)
untuk merancang program BK yang komprehensif. Dalam kerangka tersebut
terdapat empat elemen yang menyusun program BK, yaitu:
1. Konten, menjabarkan kompetensi dan kebutuhan siswa.
2. Kerangka organisasi, berisi struktur layanan, aktivitas yang dirancang, dan waktu
pelaksanaan layanan yang tepat.
3. Sumber daya yang mendukung, baik dalam hal personil/SDM, finansial, dan
politis atau otoritas yang menaungi dan mendukung.
4. Pengembangan, Pengelolaan dan Akuntabilitas Program, antara lain
merincikan proses perencanaan, perancangan, implementasi, evaluasi dan upaya
penguatan program tersebut.
Gysbers dan Henderson (2014) juga mengingatkan beberapa pertimbangan
yang perlu ditilik dalam perancangan program BK yang komprehensif, antara
lain:
1. Kebutuhan siswa yang perlu dilayani dari program BK,
2. Manfaat atau dampak yang akan diterima oleh para siswa,
3. Kualifikasi petugas atau guru BK atau konselor yang akan melayani dan
merancang program BK,
4. Hubungan atau keterkaitan program BK dengan program pendidikan secara utuh,
menjadi bagian integral dari program pendidikan di sekolah;
5. Kefektifan dan efisiensi program BK yang dirancang,
6. Pengembangan dan pengelolaan program BK, dan
7. Pengukuran serta evaluasi program BK dan hasil atau dampak yang teramati dan
terukur.
KELOMPOK 5
“PERENCANAAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING DI SD”