Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullillah dengan selesainya buku penuntun Praktikum Patologi Klinik


Sistem Mekanisme Dasar Penyakit (BMD) ini, yang berisi tentang prosedur tes-tes cairan tubuh
secara manual.
Adapun buku ini disusun dengan tujuan: sebagai acuan/panduan belajar mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada laboratorium Ilmu Patologi Klinik, sehingga
diperoleh hasil yang akurat sebagaimana hasil yang diharapkan. Di samping itu, praktikum ini
sangat penting untuk mahasiswa agar lebih memahami prosedur tes yang rutin dilakukan, baik
sebagai tes skrining, cek up ataupun untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit.
Mengingat buku penuntun ini belumlah sempurna seiring dengan perkembangan dunia
kedokteran dari masa ke masa, olehnya kritikan dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan.
Dan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini baik secara langsung
maupun tidak langsung, kami ucapkan terima kasih.

Makassar, November 2011

Penyusun,

Dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK(K)


TES DAN INTERPRETASI CAIRAN PLEURA
Tes cairan pleura adalah tes terhadap specimen cairan yang terdapat dalam rongga pleura dengan
tujuan sebagai petunjuk penting mengenai penyebab penimbunan cairan, menunjang diagnosis,
memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan dan komplikasi penyakit serta
mengetahui interpretasi hasil-hasil tes yang dilakukan.
Tes cairan pleura meliputi tes makroskopik, kimia, mikroskopik, mikrobiologi dan
penanda tumor. Namun tes yang akan dilakukan dalam praktikum ini adalah tes makroskopi dan
tes kimia (tes Rivalta).

I. TES MAKROSKOPI
1.Volume
Pra Analitik:
 Persiapan pasien: Tidak dilakukan persiapan khusus
 Persiapan sampel: Tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin dan alamat)
 Prinsip tes: Makin banyak volume cairan pleura makin besar kerusakan pada
rongga pleura
 Alat: Gelas ukur

Analitik:
 Cara kerja: Melihat jumlah cairan pleura
 Nilai rujukan: 1-10 cc.

Pasca Analitik:
 Interpretasi: Makin banyak cairan pleura berarti makin besar kerusakan.

2.Warna dan kejernihan


Pra Analitik :
 Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
 Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel (nama,
umur, jenis kelamin, dan alamat )

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 1


 Prinsip tes : setiap kelainan member warna dan kejernihan yang berbeda
 Alat : tabung yang jernih

Analitik :
 Cara kerja : melihat warna dan kejernihan sampel
 Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih

Pasca Analitik :
Interpretasi :
 Warna transudat biasanya kekuning-kuningan dan jernih seperti pada gagal jantung
kongestif
 Warna eksudatif dapat berbeda-beda seperti :
- Warna kuning : mengandung bilirubin
- Warna merah atau coklat : mengandung darah yang bisa disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah ( seperti pecahnya aneurisma aorta), yang kemudian mengalirkan
darah kerongga pleura atau ada gangguan pembekuan darah
- Warna putih kuning dan keruh : engandung nanah atau pus yang bisa terjadi jika
pneumonia tau abses paru menyebar kerongga pleura
- Putih seperti susu atau keruh : chylus akibat terjadinya cedera saluran getah bening
utama di dada (duktus toraki, atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor)
- Warna kehijauan : pyocyaneus

3. Berat Jenis
Pra Analitik :
 Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
 Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan alamat )
 Prinsip tes : menentukan berat jenis cairan pleura
 Alat : urinometer ( bila cairan banyak )dan refraktometer (bila cairan sedikit )

Analitik :
 Cara kerja : melihat berat jenis sampel yang tertera dalam alat
 Nilai rujukan : < 1,018 berarti transudat; > 1,018 berarti eksudat

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 2


Pasca Analitik :
Interpretasi :
- Berat jenis < 1,018 ‘! Transudat : payah jantung, asites, nefrosis
- Berat jenis > 1,018’! Eksudat : keganasan, tuberculosis dan infeksi paru lainnya,
reaksi obat, asbestos sarkoidosis

4. Bekuan
Pra Analitik :
 Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
 Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan alamat)
 Prinsip tes : fibrinogen yang ada dalam sampel dapat menyebabkan sampel
membeku
 Alat : tabung yang jernih

Analitik :
 Cara kerja : sampel dibiarkan dalam suhu kamar selama satu jam, kemudian dilihat
apakah ada bekuan atau tidak.
 Nilai rujukan : tidak membeku

Pasca Analitik :
Interpretasi :
- Ada bekuan (+) : ada proses peradangan
- Makin besar bekuan, makin berat proses peradangannya

II. TES KIMIA


TES RIVALTA
Pra Analitik :
 Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
 Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan alamat )
 Prinsip tes : adanya seromusin akan memberikan gambaran awan putih
 Alat :

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 3


- Gelas ukur
- Aquades
- Asam asetat glasial

Analitik :
 Cara kerja :
- Campurkan 2 tetes asam asetat glacial ke dalam 100 ml aquades dalam gelas ukur
- Teteskan 1 tetes cairan pleura yang akan diperiksa ke dalam campuran tersebut
- Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi
-
 Nilai rujukan : tidak ada kekeruhan

Pasca Analitik :
Interpretasi :
- Bila tidak ada kekeruhan hasil tes negatif : Transudat
- Bila terdapat kekeruhan hasil tes positif : Eksudat

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 4


TES DAN INTERPRETASI CAIRAN SENDI

Pemeriksaan cairan sendi diindikasikan pada keadaan-keadaan dimana terdapat


penambahan jumlah cairan sendi (efusi), atau adanya perubahan fisik akibat efusi tersebut
misalnya pembengkakan sendi yang fluktuatif.
Teknik pengambialan cairan sendi disebut “arthrocentesis” harus dilakukan secara
asepsis oleh tenaga yang berpengalaman dan tekniknya berbeda tergantung sendi tempat
pengambilan cairan .

Teknik artrosentesis

Alat dan bahan :


 Spuit dan jarum disposable. Ukuran jarum disesuaikan dengan besar sendi yang akan
diaspirasi, misalnya jarum nomor 19 atau 21 untuk sendi besar, sedangkan sendi kecil
jarum 23 atau 25
 Pulpen untuk menandai titik yang akan disuntik
 Anastetik local (lidokain atau semprotan etilklorida)
 Kapas alkohol, kain kasa dan larutan pembersih kulitA
 Tabung penampung

Cara kerja :
 Penyuntikan dilakukan dalam keadan yang steril
 Tentukan tempat pengambilan yang tepat dan tandai dengan pulpen
 Atur posisi penderita sedemikian rupa, sehingga struktur sasaran suntikan dalam keadaan
rileks
 Lakukan pembersihan serta tindakan asepsis pada tempat yang akan disuntik
 Jika prosedur diperkirakan berlangsung lama atau sulit, dapat diberikan semprotan
etilklorida atau anestesi lokal dengan infiltrasi lidokain melalui jarum yang sangat halus
 Umumnya pendekatan dilakukan dari bagian ekstensor untuk menghindari trauma
neurovaskuler
Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 5
 Setelah semua prosedur di atas dilakukan aspirasi dapat dimulai dengan menusuk
perlahan-lahan tempat yang telah diberi tanda
 Jika ada efusi, jumlah cairan yang diambil dapat berkisar 10-20 ml
 Tampunglah aspirat ke dalam 4 tabung yang telah disiapkan
 Tabung I (tanpa koagulan) : untuk tes makroskopik, viskositas dan tes musin
 Tabung II (dengan antikoagulan EDTA) : untuk tes mikroskopik, hitung jenis sel dan sel
 Tabung III (tabung harus steril berisi heparin atau EDTA) : untuk tes mikrobiologi
 Tabung IV (tanpa koagulan) : untuk tes kimia dan imunologi
 Setelah aspirasi, sendi hendaklah dalam keadan rileks.

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 6


TES Makroskopik
Pra Analitik

TES PERSIAPAN PASIEN ALAT DAN PRINSIP TES


DAN SAMPEL BAHAN
Volume Tidak ada Gelas ukur Makin banyak volume
makin luas kerusakan

Warna dan Tidak ada Tabung jernih Setiap kelainan memberi


kejernihan warna berbeda

Spoit Viskositas Tidak ada As. Hialuronat dalam


cairan sendi menentukan
viskositas

Bekuan spontan Tidak ada Tabung jernih Fibrinogen menyebabkan


sample membeku

Bekuan mucin Tidak ada Tabung reaksi As. Acetat dapat


Aquades membekukan as.
Pengaduk Hialuronat dan protein
As. Acetat
glacial
As. Acetat 7N

Analitik
1. Volume
. Cara kerja : perhatikan volume cairan sendi yang diaspirasi
. Nilai rujukan : 0,1 – 3,5

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 7


2. Warna dan kejernihan :
. Cara kerja : perhatikan warna dan kejernihan sample, bedakan darah akibat aspirasi
dengan darah
yang betul berasal dari cairan sendi
. Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih

3. Viscositas
. Cara kerja :
 Isap sample ke dalam spoit tanpa jarum
 Teteskan sample keluar dari spoit, ukur panjang tetesan
 Sample diantara jari telunjuk dan ibu jari direntangkan, ukur panjang rentangan
. Nilai rujukan : panjang tanpa putus 4-5 cm
4. Bekuan spontan
. Cara kerja :
 Biarkan sample selama satu jam, lihat apakah ada bekuan atau tidak
. Nilai rujukan : tidak membeku

5. Bekuan mucin (mucin clot)


. Cara kerja :
 Buat larutan asam acetat 7N dari 40,8 ml asam acetat glacial dan 100 ml air
 Masukkan 4 ml air aquades dalam tabung reaksi kemudian masukkan 1 ml cairan
sendi lalu tambahkan 1 tetes asam acetat 7N aduk kuat-kuat kemudian baca reaksi
segera
. Nilai rujukan : mucin normal terlihar bekuan kenyal dalam cairan jernih

Pasca Analitik
1. Volume
 Interpretasi : > 3,5 ml abnormal
2. Warna dan kejernihan
 Interpretasi :
 Kurang jernih : non inflamasi

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 8


 Kuning keputihan: Inflamasi spesifik dan non spesifik karena bertambahnya
lekosit
 Kuning kehijauan: Septik atau purulen
 Merah kecoklatan: hemotagik
3. Viscositas
 Interpretasi:
 Viskositas tinggi non Inflamasi
 Viskositas menurun (<4 cm)  inflamasi dan septic
 Viskositas bervariasi  hemoragik
4. Bekuan spontan
 Interpretasi:
 Bekuan positif  proses peradangan, makin besar bekuan makin berat
peradangan
5. Bekuan mucin (mucin clot)
 Interpretasi:
 Mucin baik (normal) : terlihat kenyal dalam cairan
 Mucin sedang : bekuan kurang kuat dan tidak mempunyai batas tegas
dalam cairan jernih
 Mucin jelek : Jika bekuan berkeping-keping dalam cairan keruh

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 9


URINALISIS

Urinalisis (tes urin) atau analisis urin adalah pemeriksaan sampel urin secara fisik
(makroskopik), Mikroskopik dan kimia. Urinalisis (tes urin) merupakan salah satu tes
laboratorium yang tidak hanya memberikan informasi tentang keadaan ginjal dan saluran kemih,
tetapi juga mengenai faal hati, saluran empedu, pnkreas, korteks adrenal dan keadaan lainnya.
Tujuan urinalisis berdasarkan rekomendasi dari NCCLS (National Committee for
Clinical Laboratory Standards) adalah sebagai berikut:
1. Menunjang diagnosis suatu penyakit
2. Memantau perjalanan penyakit
3. Memantau efektifitas pengobatan serta komplikasi penyakit
4. Skrining dan pemantauan penyakit asimptomatik congenital atau herediter.

Urinalisis/tes urin yang rutin pada dasarnya dapat dilakukan secara manual dan
otomatik. Namun yang akan dilakukan dalam praktikum ini adalah tes urin secara manual
sebagai berikut :

1. TES MAKROSKOPIS
Alat dan bahan
 Gelas takar
 Carik indicator pH
 Urinometer
 Termometer ruangan

Cara kerja
1. Tuangkan sampel urin kedalam gelas takar dan tentukan volumenya
2. Perhatikan warnanya, catat apakah warnanya normal atau anormal
3. Perhatikan jernih keruhnya urin tersebut
4. Celupkan 1 carik indicator pH, baca berapa pH urin.
5. Menetapkan Berat Jenis :
Tuang sampel urin, yang suhunya sudah sesuai suhu kamar ke gelas urinometer;
hilangkan busanya dengan memakai kertas saring.

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 10


Tempatkan hydrometer ke urin. Hidrometer harus terapung bebas dan tidak boleh
menyentuh dinding tabung/gelas (bila perlu putar hydrometer agar terapung di tengah-
tengah)
Bacalah pada dasar meniscus (hindari paralax). Laporkan BJ yang and abaca.
6. Koreksi pembacaan BJ dengan memperhatikan suhu kamar
Suhu tera : 15°C
Suhu Ruangan : 32°C
BJ yang dibaca : 1,015 (misalnya)
Setiap kenaikan suhu 3ºC di atas suhu tera, tambahkan nilai 0,001 pada bacaan BJ.
Jadi :
BJ = (32 - 15) X 0,001 + 1,015
3

Gambar 1. Urinometer

Nilai rujuk :
1. Kejernihan dan warna :
Normal jernih atau sedikit keruh dan berwarna kuning muda.
2. Derajat keasaman atau pH : 4,5 - 8,0
Penetapan pH urin dilakukan dengan memakai indicator strip

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 11


3. Bau : bau normal yang karakteristik disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap.
4. Volume : 600 – 2500 ml/ 24 jam, rata-rata 1500 ml / 24 jam
5. Berat jenis (BJ) : 1,005 – 1, 025
BJ memberikan kesan derajat kepekatan urin. Urin pekat dengan BJ > 1,030
mengindikasikan kemungkinan adanya glukosauria.

2. TES MIKOSROSKOPI
Tes mikroskopi berupa tes sedimen urin. Urin yang dipakai untuk tes sedimen ini dapat
urin segar atau urin yang sudah diberi pengawet formalin. Sebaiknya dipakai urin pagi karena
kepekatannya tinggi.

Alat dan bahan


o Tabung sentrifus
o Alat sentrifus
o Corong
o Kaca obyek + kaca penutup (dekglas)
o Pipet tetes / pipet Pasteur
o Mikroskop

Cara kerja :
1. Masukkan 10-15 ml urin kedalam tabung sentrifus,lalu urin tersebut disentrifus selama 5
menit pada 1500 – 2000 rpm.
2. Buang cairan dibagian atas tabung (lapisan supernatant), sisakan endapan urin kira-kira 1
ml.
3. Sentakkan dinding tabung dengan jari untuk mencampurkan sisa urin dengan endapan
(sedimen)
4. Ambil suspensi endapan dengan pipet tetes, tempatkan 1 tetes di atas kaca obyek
kemudian tutup dengan kaca penutup.
5. Periksa sedimen dibawah mikroskop dengan :
 Lensa objektif 10 X (LPK : lapangan pandang kecil) :
Untuk jumlah rata-rata sedimen seperti torak, Kristal, epitel dan elemen lainnya.

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 12


 Lensa objektif 40 X (lapangan pandang besar : LPB)
Untuk jumlah rata-rata eritrosit dan lekosit.

3. TES KIMIA URIN


Tes kimia urin terdiri dari tes protein urin, glukosa, bilirubin, urobilinogen, benda keton, darah
samar, nitrit dan lain-lain. Yang mudah dan sering dilakukan secara manual adalah : tes protein
urin dan glukosa urin.

3.1. TES PROTEIN URIN


Alat dan bahan
 Tabung reaksi + rak
 Asam Sulfosalisil 20 %
 Asam asetat 10 %
 Pembakar (Bunsen / spiritus)

Cara kerja :
a. Reaksi dengan Asam Sulfosalisil 20%
1. Siapkan 2 tabung reaksi, tandai dengan nomor 1 daan 2. Tabung nomor 2 dipakai
sebagai pembanding.
2. Tuangkan kemasing-masing tabung 2 mL urin
3. Tambahkan ke tabung no 1 : 2 mL asam Sulfosalisil 20 %, kocok isis tabung.
4. Perhatikan ada tidaknya kekeruhan pada tabung no 1, bandingkan dengan tabung no.
2, buat penilaian sebagai berikut :
NEG : tidak ada kekeruhan
+ : Kekeruhan sangat halus, terlihat bila diberikan latar belakang
hitam (protein < 0,01 gr %)
1+ : Ada kekeruhan tetapi tidak tampak berbutir-butir (protein 0,01-
0,05 gr %)
2+ :Ada kekeruhan dan tampak berbutir-butir (protein 0,05-0,2 gr%)
3+ : Amat keruh dengan gumpalan berkeping-keping (protein 0,2-0,5
gr%)
4+ : Kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal (protein > 0,5 gr %)

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 13


b. Reaksi dengan Asam Asetat 10% dan Pemanasan
1. Tuang urin yang jernih ke dalam tabung reaksi sampai kira-kira 2/3 penuh.
2. Panaskan bagian atas tabung selama lebih kurang 2 menit dan timbulnya kekeruhan.
Bagian bawah tabung digunakan sebagai pembanding (kontrol). Kekeruhan yang
timbul dapat disebabkan oleh protein, foafat, atau karbonat.
3. Tambahkan 3-5 tetes asam asetat 10% untuk melarutkan fosfat dan karbonat.
4. Panaskan lagi bagian atas tabung, kekeruhan yang timbul adalah presipitasi protein.
5. Penilaian dilakukan seperti pada percobaan dengan sulfosalisil 20 %.

3.2.TES GLUKOSA URIN


(Tes Reduksi Benedict)

Alat dan Bahan


 Tabung Reaksi + Rak
 Larutan Benedict Kualitatif
 Pembakar Bunsen

Cara Kerja
1. Tuangkan 5 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan sampel urin sebanyak 5-8 tetes
3. Didihkan di atas nyala api bunsen selama 2 menit
4. Perhatikan adanya perubahan warna setelah isi tabung dikocok

Interpretasi:
Negatif; cairan tetap biru, jernih, bisa agak hijau atau sedikit keruh
1+ : Hijau kekuningan (Glukosa 0,5-1,0 gr%)
2+ : Kuning kehijauan (Glukosa 1,0-1,5 gr%)
3+ : Kuning (Glukosa 1,5-2,5 gr%)
4+ : Jingga/Merah (Glukosa 2,5-4,0 gr%)

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 14


PENYUSUNAN LAPORAN

JUDUL TES
I.PENDAHULUAN
II. METODE
1. TES………………..

1.1 PRA ANALITIK


 Persiapan pasien
 Persiapan sampel
 Prinsip tes
 Alat dan Bahan

1.2 ANALITIK
 Cara Kerja
 Nilai Rujukan

1.3 PASCA ANALITIK

 Interpretasi

III. DISKUSI

IV. KEPUSTAKAAN

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 15


KARTU KONTROL
PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
SISTEM MEKANISME DASAR PENYAKIT

Nama : .......................................................
Stambuk : ....................................................... Pas
Kelompok : ....................................................... Foto 3 x 4

Pembimbing : .......................................................

Tanggal Tanda Tangan Pembimbing

Praktikum Nama Tes Praktikum Laporan Nilai

Koordinator Praktikum,

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 16

Anda mungkin juga menyukai