Anda di halaman 1dari 10

 

PERSEPSI KELOMPOK TANI TERHADAP PROGRAM


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT “BUDIDAYA LEBAH
MADU Apismellifera” DI TAHURA Ir. H. DJUANDA
BANDUNG
Oleh :
FahrizalRamdani¹ :Poltak BP Panjaitan² dan Kustin Bintani3

FahrizalRamdani :Poltak BP Panjaitan dan Kustin Bintani:2014


(Perception of village farmer group Ciburial and Langensari village community
empowerment program on raising the honey bee A pismellifera TAHURA Ir.
H.Juanda Bandung)
Journal Vol.14 No.2 Desember 2014:33-42
ABSTRACT

One work program of the Central Management Forest ParkIr. H.Juandain 2013 is the empowerment of
communities through activities Apismellifera bee keeping and mushroom cultivation tim berintended forrural
communities around Forest ParkIr. H.Juandathe Village Langensari and Ciburial. The purpose of this
researchisto find out the perceptions and attitudes offarmers' groups towards community empowerment
programs around Forest Park. The results of the study explained that the perception of farmers' group is to agree
with the holding of beekeeping program, where they already understand the importance of beekeeping for
environmental conservation and increase their income. However, for the attitude of farmers' groups in the
running in the category of low because farmers are not motivated to do beekeeping. due to limited feed,
difficulties in the herd of bees, funding, technical assistance and efforts to address the threat.

Keyword : Empowerment, Farmer groups, Aquaculture Beehoney

ABSTRAK

Salah satu program kerja dari Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda pada tahun 2013 adalah
pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan budidaya lebah madu Apis mellifera dan budidaya jamur kayu yang
ditujukan bagi masyarakat desa sekitar Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yaitu Desa Langensari dan
Ciburial.Tujuan dari penelitan ini yaitu adalah untuk mengetahui persepsi dan sikap kelompok tani terhadap
program pemberdayaan masyarakat di sekitar Taman Hutan Raya. Hasil penelitian menjelaskan bahwa persepsi
kelompok tani adalah setuju dengan diadakannya program budidaya lebah madu, dimana mereka sudah
memahami pentingnya budidaya lebah madu untuk konservasi lingkungan dan menambah pendapatan mereka. 
Namun untuk sikap kelompok tani dalam menjalankan masuk dalam kategori rendah karena petani kurang
termotivasi untuk melakukan budidaya lebah madu. karena terbatasnya pakan, kesulitan dalam mengangon
lebah, dana, pembinaan teknis dan upaya mengatasi hama.

Kata Kunci : Pemberdayaan masyarakat, Kelompok tani, Budidaya lebah madu

¹ Alumni Universitas Nusa Bangsa


²,3DosenUniversitas Nusa Bangsa
merupakan bagian dari kelompok hutan
Gunung Pulosari, menjadikan Taman
PENDAHULUAN
Hutan Raya Ir. H. Djuanda sangat baik
Latar belakang sebagai lokasi pariwisata alam dan juga
Taman Hutan Raya Ir. H. sebagai sarana tempat untuk
Djuanda merupakan kawasan konservasi pengembangan pendidikan lingkungan.
yang terpaduantara alams ekunder Salah satu program kerja dari
dengan hutan tanaman dengan jenis Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir.
Pinus (Pinusmerkusii) yang terletak di H. Djuanda pada tahun 2013 adalah
Sub-DAS Cikapundung, DAS Citarum pemberdayaan masyarakat melalui
yang membentang mulai dari Curug kegiatan budidaya lebah madu Apis
Dago, Dago Pakar sampai Maribaya yang mellifera dan budidaya jamur kayu yang

 
Persepsi Kelompok Tani     | 35 
 

ditujukan bagi masyarakat desa sekitar sekunder. Data yang diambil meliputi
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yaitu keadaan kawasan, ekosistem,
Desa Langensari dan Ciburial. sumberdaya manusia, kegiatan
Program pemberdayaan pembangunan di kawasan penelitian dan
masyarakat dengan kegiatan budidaya kebijakan pengelolaan, karakteristik
lebah madu Apis mellifera bertujuan petani hutan, tingkat partisipasi
untuk meningkatkan pendapatan petani masyarakat terhadap program
madu dengan menggunakan jenis lebah pemberdayaan masyarakat, tingkat
yang lain dari yang biasa mereka keberhasilan program.
budidayakan yaitu Apis cerana (madu
D. Pengolahan dan Analisa Data
lokal). Madu yang berasal dari lebah Apis
Teknik pengumpulan data dalam
mellifera bisa diproduksi selama 6 bulan
penelitian ini dilakukan melalui
berturut-turut dengan jumlah produksi 2
wawancara dengan menggunakan
– 4 kg/stup.
pedoman wawancara yang bersifat
Untuk memperoleh pakannya,
tertutup. Jumlah responden sebanyak 30
Apis mellifera pada periode bulan April –
orang anggota kelompok tani lebah
Juni harus diangon ke Jepara untuk
madu.
mengambil pakan dari pohon randu, pada
Analisis data yang digunakan
bulan Juli – September diangon ke
untuk metode sensus kelompk tani adalah
Subang untuk mengambil pakan dari
dengan penskalaan (Modifikasi Skala
pohon rambutan. Dari bulan Oktober –
Likert). Untuk melakukan penskalaan
Maret diangon ke Sukabumi untuk
dengan metode ini, setiap responden akan
perbanyakan koloni di kebun jagung
diminta untuk menyatakan jawabannya
yang selalu ada sepanjang tahun.
terhadap pernyataan-pernyataan di dalam
kuisioner dalam lima kategori jawaban
METODE PENELITIAN
yang telah disediakan (Tabel 1), yaitu
A. Lokasi dan Waktu Penelitian sebagai berikut :
Penelitian dilakukan di a. Sangat tidak setuju
kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. b. Tidak setuju
Djuanda Bandung. Dengan obyek c. Netral
penelitian di Desa Langensari dan Desa d. Setuju
Ciburial. Kawasan Tahura Ir. H. Djuanda e. Sangat setuju
berada pada lintas wilayah kabupaten dan Dari distribusi jawaban informan
kota yaitu terletak di Kecamatan pada kuisioner, maka akan disimpulkan
Cimenyan (Kabupaten Bandung) dan sejauh mana persepsi dan sikap
Kecamatan Lembang (Kabupaten masyarakat Desa Langensari dan Desa
Bandung Barat) dan Kecamatan Coblong Ciburial terhadap penerapan program
(Kota Bandung). Lokasi penelitian pemberdayaan masyarakat budidaya
dilakukan secara sengaja (purposive). lebah madu yang tersaji pada Tabel 1.
Penelitian dilakukan selama Dengan demikian, skor ideal
satu bulan yaitu bulan Januari sampai untuk mengetahui seberapa besar
Februari 2015 pemahaman, persepsi dan sikap
. masyarakat Desa Langensari dan Desa
B. Alat dan Bahan Penelitian Ciburial terhadap penerapan program
Alat yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat di Desa
penelitian ini adalah dan alat tulis dan Langensari dan Desa Ciburial mengenai
kuisioner. Bahan yang digunakan dalam program pemberdayaan lebah madu
penelitian adalah lebah madu. dapat ditentukan (Tabel 2). untuk
mendapatkan hasil yang lebih jelas dan
C. Jenis dan Sumber Data detail, maka penelitian ini digunakan
Jenis data yang diambil dalam analisis dengan skala Likert (Riduwan
penelitian ini adalah data primer dan dan Kuncoro 2006). Skala Likert

Volume 14 No. 2 Desember 2014 Jurnal Nusa Sylva,Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
 
 
Persepsi Kelompok Tani     | 36 
 

digunakan untuk mengukur sikap, sekelompok tentang kejadian atau gejala


pendapat dan persepsi seseorang atau sosial.

Tabel 1. Nilai skoring untuk setiap kategori persepsi dan sikap


Skor masing-masing Pernyataan
Pilihan Jawaban
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Tidak Setuju/Memahami 1 5
Tidak Setuju/Memahami 2 4
Ragu-ragu 3 3
Setuju/Memahami 4 2
Sangat Setuju/Memahami 5 1

Keterangan : Y = Skor tertinggi likert × jumlah responden


Skor = Total skor × 100%
Y

Tabel 2. Skor ideal tingkat pemahaman dan persepsi dan sikap


RANGE KATEGORI PEMAHAMAN PERSEPSI DAN
SKOR SIKAP
0% - 19.99% Sangat tidak setuju/sangat tidak memahami
20% - 39.99% Tidak Setuju/tidak memahami
40% - 59.99% Cukup memamahami/netral
60% - 79.99% Setuju/memahami
80% - 100% Sangat setuju/sangat memahami
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Karakteristik Individu Petani untuk bisa membudidaya madu, asal ada
Lebah Madu Apis mellifera. kemauan untuk bisa membudidayakan
lebah madu program budidaya lebah
Dilihat dari kelompok usia, petani
madu ini bisa dijalankan oleh masyarakat
lebah madu yang ada di Desa Langensari
sekitar untuk bisa memnuhi kebutuhan
dan Desa Ciburial dapat dikelompokkan
ekonomi mereka.
ke dalam 17-25 tahun sebesar 10%, 25-
Hal ini yang membuat pengelola
40 tahun 22%, >40 tahun sebesar 20%.
Tahura membuat program Budidaya
Petani yang ada di desa Ciburial dan Desa
lebah madu Apis mellifera, yang
Langensari pada umumnya yaitu usia 25-
bertujuan membantu meningkatkan taraf
40 tahun, hal ini menunjukkan bahwa
ekonomi masyarakat sekitar dan juga
usia itu merupakan usia yang masih
menjadi salah satu solusi dari
dianggap produktif untuk bekerja
perambahan hutan yang dilakukan
menghasilkan madu yang bisa memenuhi
masyarakat sekitar kawasan.
kebutuhan hidup mereka. Data
Berdasarkan hasil penelitian jumlah
lengkapnya tersaji pada Tabel 3 .
penghasilan petani lebah madu dari hasil
Dilihat dari tingkat pendidikannya,
budidaya lebah madu yaitu < 1.000.000
petani lebah madu yang mempunyai
sebanyak 33.3%, 1.000.000 - 3.000.000
pendidikan terakhir di SMP sebesar dan
sebanyak 50%, >3.000.000 sebanyak
SD sebesar . hal ini menunjukkan bahwa
16.67%. Secara umum hasil dari lebah
petani lebah madu tidak harus
madu cukup meningkatkan tingkat
mempunyai pendidikan yang tinggi
ekonomi petani lebah madu.

Volume 14 No. 2 Desember 2014 Jurnal Nusa Sylva,Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
 
 
Persepsi Kelompok Tani     | 37 
 

Tabel 3. Karakteristik Individu Petani Lebah Madu


Jumlah
No. Data Pribadi
(orang) (%)
1 Jenis Kelamin
a. Perempuan 0 0
b. Laki-laki 30 100
2. Kelompok Umur
17-25 tahun 3 10
25-40 tahun 21 70
>40 tahun 6 20
3. Pendidikan
SD/MI 28 93.3
SMP/MTS 2 6.67
SMA/MA 0 0
Perguruan Tinggi 0 0
4. Jumlah tanggungan keluarga
a. 1
b. 2 4 13.3
c. 3 5 16.7
d. 4 7 23.33
e. lebih dari 4 14 46.67
5. Rata-rata penghasilan dari budidaya
lebah madu
a. <Rp.1.000.000 10 33.3
b. Rp. 1.000.000 – Rp.3.000.000 15 50
c. > Rp. 3.000.000 5 16.67
d. Lainnya

2. Persepsi Kelompok Tani Desa Persepsi masyarakat Desa


Ciburial dan Desa Langensari Ciburial dan Desa Langensari mengenai
Mengenai Perlunya Program perlunya program budidaya lebah madu
Budidaya Lebah Madu Apis tersaji pada pada Tabel 4.
mellifera

Tabel 4. Persepsi masyarakat Desa Ciburial dan Desa Langensari mengenai perlunya
program budidaya lebah madu.
Jumlah Skor (%)
No. Tolak ukur
responden
1. Setuju dengan program budidaya lebah madu yang diadakan Tahura 30 68,7
2. Apakah perlu program pembudidayaan madu Apis mellifera 30 66
3. Apakah dengan program ini, masyarakat jadi memahami pendidikan
30 71,3
konservasi
4. Adakah manfaat program budidaya untuk konservasi lingkungan 30 73,3
5. Apakah sudah memahami budidaya lebah madu sebelum diadakan
30 56,7
program lebah madu oleh Tahura
6. Apakah setelah diadakan program budidaya lebah madu oleh Tahura
kini sudah memahami mengenai lebah sampai proses menghasilkan 30 80
madu

Tabel 10. Menunjukkan persepsi mellifera sebanyak 66% responden yang


masyarakat Desa Ciburial dan menjawab program ini perlu diadakn
Langensari, skor yang didapat dari demi peningkatan taraf ekonomi mereka.
responden yaitu menjawab 68,7%, hal ini Pada awalnya kelompok tani
menunjukkan responden setuju dengan cukup memahami budidaya lebah madu
diadakannya program budidaya lebah sebelum diberikan pelatihan budidaya
madu Apis mellifera dan juga merasa lebah madu oleh Tahura. Kelompok tani
perlu program budidaya lebah madu Apis berharap dengan diadakannya pelatihan

Volume 14 No. 2 Desember 2014 Jurnal Nusa Sylva,Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
 
 
Persepsi Kelompok Tani     | 38 
 

lebah madu bisa menambah kemampuan 3. Karakteristik Sosial Petani


mereka dalam membudidayakan lebah Lebah Madu
madu dimulai dari proses produksi Karakteristik sosial petani lebah
sampai memanen yang bis menambah madu di Desa Ciburial dan Desa
pendapatan mereka dan juga bermanfaat Langensari tersaji pada tabel 5.
untuk konservasi lingkungan.

Tabel 5. Karakteristik Sosial Petani Lebah Madu


Jumlah responden Skor %
No. Tolak ukur
Apakah pembiayaan budidaya lebah
1. madu dibiayai oleh Tahura Ir. H. 30 29,3
Djuanda?
Apakah sarana produksi disediakan oleh
2. 30 33
Tahura?
3. Apakah sumber tenaga dikerjakan
30 86,7
sendiri?
Apakah teknologi yang digunakan masih
4. 30 93,3
menggunakan cara tradisional?
5. Apakah hasil madu dipasarkan sendiri? 30 100

Berdasarkan hasil penelitian dikerjakan oleh sendiri ataupun keluarga


karakteristik sosial petani lebah madu dengan tidak menggunakan buruh upah
masih tergolong tradisional, untuk dan teknologi yang digunakan masih
pembiayaan dan sarana program ini dengan cara tradisional yaitu dengan
masih ditanggung oleh pihak Tahura Ir. menggunakan stup dari mulai produksi
Djuanda sedangkan sumber tenaga yang sampai dengan panen madu
mengerjakan budidaya ini masih

4. Sikap Petani Lebah Madu dalam Sikap petani lebah madu dalam
Menjalankan Program Budidaya menjalankan program budidaya lebah
Lebah Madu Apis mellifera madu tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Sikap petani lebah madu dalam menjalankan program

Jumlah responden Skor (%)


No. Tolak ukur
1. Apakah anda mengikuti pelatihan untuk
30 93,3
mendapatkan penghasilan tambahan?
2. Apakah pihak pengelola Tahura yang
30 93,3
membuat anda terlibat dalam program ini?
3. Sistem pelatihan yang diberikan pengelola
30 60
sudah sesuai harapan ?
4. Penghasilan dari budidaya lebah madu sudah
30 38
sesuai harapan?
5. Masihkah saudara aktif di program budidaya
30 22,7
lebah madu?
6. Jika masih aktif, apakah hasil dari program
30 22,7
lebah madu meningkatkan penghasilan anda?

Volume 14 No. 2 Desember 2014 Jurnal Nusa Sylva,Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
 
 
Persepsi Kelompok Tani     | 39 
 

Berdasarkan hasil penelitian mellifera. Avianti (2015) untuk masa


motivasi petani lebah madu untuk panen sendiri madu yang dihasilkan bisa
mengikuti program budidaya lebah madu mencapai 20 kg dengan harga jual 150 rb
ini adalah sangat setuju tujuan budidaya per kg sehingga rata – rata pendapatan
lebah madu untuk menambah mereka ketika panen yaitu 3 juta rupiah
penghasilan mereka terbukti dari skor per 6 bulan atau 6 juta rupiah per taun,
yang didapat yaitu 93,3%. Hal ini dan jika dibagi dengan 12 bulan menjadi
menunjukkan bahwa kelompok tani 500 ribu rupiah per bulannya. Faktor ini
berharap mereka bisa mendapatkan juga yang menjadi salah satu
penghasilan tambahan dari budidaya pemasalahan petani lebah madu Apis
lebah madu yang diadakan oleh Tahura mellifera meninggalkan budidaya lebah
Ir. H. Djuanda. Namun pada kenyataanya madu yang diadakan oleh balai Tahura Ir.
pelatihan yang didapatkan mengenai cara H. Djuanda Bandung.
budidaya lebah madu Apis mellifera ini
tidak sesuai harapan mereka, karena Pembahasan
ketika proses mengangon lebah ini petani 1. Permasalahan Budidaya Lebah
mengalami beberapa permasalahan yaitu Madu Apis mellifera Menurut
ketersediaan pakan, cara mengangon Persepsi Petani Lebah Madu.
yang sulit karena harus dibawa ke Jepara, Hasil identifikasi permasalahan
dana, bimbingan teknis hingga berdasarkan wawancara dengan peternak
permasalahan hama. lebah yang menjadi responden
Mengenai penghasilan dari menunjukkan bahwa ada lima kategori
budidaya lebah madu sudah sesuai permasalahan dalam budidaya lebah Apis
harapan atau belum skor yang didapat mellifera, yaitu permasalahn pakan,
hanya 38%, hal ini menunjukkan bahwa persoalan cara mengangon, dana,
kelompok tani tidak setuju dengan penyuluhan, pembinaan teknis, hama, di
diadakannya program budidaya lebah antara permasalahan tersebut,
madu Apis mellifera ini meningkatkan ketersediaan pakan menduduki urutan
pendapatan mereka, karena tidak sesuai pertama, yaitu dikemukan oleh (83,3%
dengan apa yang mereka harapkan. responden), diikuti selanjutnya proses
Hal ini mempengaruhi keaktifan mengangon yang sulit harus ke Jepara
mereka di kelompok tani lebah madu ini, menduduki urutan kedua (76,7%
terbukti skor tertinggi yang diperoleh responden), masalah keterbatasan dana
hanya 22,7% dimana hampir semua atau permodalan pada urutan ketiga
kelompok tani sudah tidak aktif lagi (60% responden) berikutnya masalah
dalam program budidaya lebah madu pembinaan teknis (50% reponden), dan
Apis mellifera ini, alasan terkuat yaitu yang terakhir adalah masalah hama.
karena ketersediaan pakan dan cara Secara lebih terperinci urutan
mengangon lebah Apis mellifera yang permasalahan dapat dilihat pada Gambar
menyulitkan mereka karena harus 1.
diangon ke Jepara, selain itu masalah a. Pakan
dana/ modal kerja yang besar yang tidak Sulitnya memperoleh pakan,
sebanding dengan hasil panen yang lebah jenis Apis mellifera merupakan
mereka dapatkan. jenis serangga yang manja, yang tidak
Rendahnya tingkat pendapatan akan berusaha mencari sendiri pakannya
petani lebah madu disebabkan mereka apabila si petani lupa memberi pakan,
belum dapat memetik hasil dari panen sehingga lebah akan mati dengan
madu. Dari hasil wawancara dengan sendirinya tidak seperti jenis Apis cerana
petani lebah madu didapatkan bahwa yang bisa mencari sendiri pakannya ke
hanya 1 orang dari Desa Ciburial dan 3 dalam hutan Tahura. Dimana di dalam
orang dari Desa Langensari yang sudah Tahura terdapat berbagai jenis pohon
dapat menikmati hasil dari madu Apis

Volume 14 No. 2 Desember 2014 Jurnal Nusa Sylva,Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
 
 
Persepsi Kelompok Tani     | 40 
 

yang menjadi sumber pakan bagi lebah


Apis cerana

Masalah
100
80
60
40
20 Masalah
0
Pakan Cara Dana Pembinaan Hama
Mengangon Teknis
Lebah

Gambar 1. Tingkat urgensi permasalahan dalam budidaya lebah Apis mellifera

b. Cara Mengangon Lebah Apis pengelolaan koloni, baik dalam rangka


mellifera produksi maupun mempertahankan
Dari hasil penelitian cara keutuhan dan kesehatan koloni lebah
mengangon lebah Apis mellifera yang madu. Biaya yang dikeluarkan peternak
menyulitkan menjadi urutan pertama, untuk pengelolaan koloni terdiri dari
selain karena cara mengangon yang jauh beberapa komponen, di antaranya yang
juga karena mahalnya ongkos angkut cukup besar adalah biaya transpor untuk
sekali mereka melakukan panen ke angkut lebah. Secara lebih rinci, jenis
Jepara. Sekali mengangon biaya yang pengeluaran dan besarnya biaya yang
dikeluarkan Rp. 10.890.000 sedangkan dikeluarkan untuk satu periode
hasil dari panen hanya Rp. 6.000.000 pemeliharaan selama satu tahun tertera
dalam satu tahun. Inilah yang menjadi dalam Tabel 7.
permasalahan para petani tidak Biaya cukup besar adalah biaya
melanjutkan budidaya lebah madu Apis angkutan untuk penggembalaan ke Jawa
mellifera. Timur, Jawa Barat, dan atau di sekitar
Faktor lainnya yaitu ketika wilayah Jawa Tengah. Tidak jarang biaya
dibawa ke Jepara petani lebah Apis yang sudah dikeluarkan untuk angkutan
mellifera juga tidak bisa mengangon menjadi terbuang sia-sia karena
disana karena ketika masa angon tiba mengalami kegagalan panen akibat tidak
seluruh petani dari berbagai daerah mendapatkan lokasi yang baik. Ini dapat
mengangon lebah disana sehingga petani terjadi karena tingkat kompetisi yang
binaan Tahura Ir. H. Djuanda Bandung tinggi untuk mendapatkan areal peng-
tidak mendapatkan tempat untuk gembalaan lebah, sebagai konsekuensi
mengangon lebah. dari semakin tidak berimbangnya antara
c. Dana/ Modal Kerja jumlah keseluruhan populasi koloni
Dana menjadi persoalan yang lebah yang ada dengan areal tanaman
sangat penting untuk kepentingan pakan yang tersedia.

Volume 14 No. 2 Desember 2014 Jurnal Nusa Sylva,Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
 
 
Persepsi Kelompok Tani     | 41 
 

Tabel 7.Biaya tahunan pemeliharaan budidaya lebah madu Apis mellifera

No. Jenis pengeluaran Jumlah Biaya


1 Survei lokasi 350.000
2 Angkutan 6.600.000
3 Pungutan liar di jalanan 400.000
4 Bongkar muat 300.000
5 Sewa lahan penggembalaan 1.800.000
6 Pajak desa 600.000
7 Keamanan 240.000
8 Biaya panen 600.000
Jumlah 10.890.000

d. Pembinaan Teknis pertengahan tahun 1990-an,


Peternak merasa kurang mengakibatkan musnahnya 50-60%
mendapat pembinaan teknis budidaya, populasi koloni Apis mellifera
baik dari Tahua Ir. H. Djuanda maupun (Departemen Kehutanan, 1997
institusi terkait.. Sejauh ini para peternak dalam Kuntadi dan Andadari, 2011).
merasa berjalan sendiri dalam mengelola Tidak berulangnya lagi serangan berat
dan mengembangkan budidaya lebah hama Varoa Destructor selama 15 tahun
madu. Pengetahuan praktis budidaya terakhir rupanya membuat peternak lebih
diperoleh dari hasil sharing dengan percaya diri dapat mengatasinya.
sesama peternak, khususnya para petugas Pengobatan secara rutin menggunakan
lapangan. Keinginan untuk maju rupanya campuran naphthalene dan belerang serta
menjadikan sebagian peternak beberapa jenis obat pembasmi hama
menempatkan masalah kekurangan pertanian dapat menekan perkembangan
pembinaan teknis dalam posisi yang hama.
cukup penting bagi pengembangan
perlebahan. C. Solusi Yang Diharapkan Petani
Solusi yang diharapkan petani
e. Hama yakni masalah sumber pakan lebah dan
Untuk permasalahan hama yang modal kerja. Untuk lebih jelasnya dapat
menyerang lebah Apis mellifera ini dilihat pada Gambar 2.
adalah hama Varoa destructor. Indonesia
sendiri pernah mengalami ledakan
serangan kutu Varoa destructor pada

Solusi Yang Diharapkan Petani


100
50
0 Solusi Yang Diharapkan Petani
Kawasan Aturan Angon Subsidi Peralatan
Ditanami Pakan

\Gambar 2. Solusi Yang Diharapkan Petani

Ini menandakan bahwa kedua mendapatkan solusinya. Di antara butir-


permasalahan tersebut menduduki butir solusi tersebut, tiga butir
prioritas utama untuk segera berhubungandengan permasalahan

Volume 14 No. 2 Desember 2014 Jurnal Nusa Sylva,Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
 
 
Persepsi Kelompok Tani     | 42 
 

sumber pakan, yaitu perlunya penanaman 1. Memperbaiki metode atau teknis


kawasan hutan dengan tanaman sumber budidaya lebah madu yang lebih
pakan lebah (83,3%), aturan angon efektif untuk dilakukan oleh
(33,3%), dan subsidi peralatan ( 30%) masyarakat sekitar agar masyarakat
Persentase tertinggi pada butir solusi dapat mudah diaplikasikan oleh
satu, menandakan bahwa sebagian besar masyarakat seperti bagaimana cara
peternakmenghendaki perlunya mempercepat masa panen madu
pengembangan areal tanaman sumber lokal Apis cerrana agar kelompok
pakan lebah di kawasan hutan. Petani tani mendapatkan pendapatan
menyarankan penanaman jenis-jenis penghasilan.
pakan lebah seperti Randu (Ceiba 2. Diadakan program pemberdayaan
petandara) Lengkeng (Euphoria masyarakat lain yang dapat
longana), Rambutan (Nephelium menunjang masyarakat sekitar
lappaceum) Jagung (Zea mays). Tahura Ir. H. Djuanda
Peternakmemandang penting adanya meningkatkan tingkat ekonomi
aturan angon agar tidak terjadi rebutan mereka.
areal penggembalaan, seperti yang DAFTAR PUSTAKA
selama ini sering terjadi, di mana
peternak Pati sendiri kesulitan Andayani, W. & Sembodo, L.P. (2004).
mendapatkan lokasi karena sudah diserbu Analisis system bagi hasil pola
oleh peternak dari luar daerah. pengusahaan hutan program PHBM di
KPH Pemalang.Jurnal Hutan Rakyat
KESIMPULAN DAN SARAN VI (1).2004.
KESIMPULAN Astuti, J. (2000) Partisipasi pasangan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, usia subur dalam pelaksanaan
maka dapat diambil kesimpulaN bahwa program KB menuju norma keluarga
persepsi masyarakat kelompok tani kecil bahagia dan sejahtera di Desa
budidaya lebah madu dan masyarakat Kecritaan, Kecamatan Purwareja,
sekitar kawasan Tahura adalah : Kabupaten Banjarnegara. Skripsi.
1. Persepsi kelompok tani setuju Semarang
dengan diadakannya program Avianti Riana 2015. Partisipasi
budidaya lebah madu, mereka sudah Masyarakat Sekitar Taman Hutan
memahami pentingnya budidaya Raya Ir. H. Djuanda Dalam Program
lebah madu untuk konservasi Budidaya Lebah Madu Apis mellifera
lingkungan dan menambah Direktorat Pemanfaatan Jasa
pendapatan mereka. Lingkungan.2008. Pedoman
2. Untuk sikap kelompok tani dalam Pengelolaan Pemberdayaan
menjalankan masuk dalam kategori Masyarakat Di Daerah Penyangga.
rendah karena petani kurang Direktorat Jenderal PHKA.
termotivasi untuk melakukan Departemen Kehutanan.
budidaya lebah madu. Berdasarkan Hadisoesilo, S. (1992). Evolutionary and
kuisioner yang didapat dari development of beekeeping in
responden, penyebabnya antara lain Indonesia (pp.39-44). Dalam
adalah pakan, kesulitan dalam Proceeding of the Beenet Asia.
mengangon lebah, dana, pembinaan Workshop on Priorities in R&D on
teknis dan hama. Beekeeping in Tripical Asia. Beenet
SARAN Asia, Universiti Pertanian Malaysia,
Sebagai bahan pertimbangan dan Southbound.
masukan dalam rangka pengembangan Indrawati, D.R., Irawan, E., Haryanti, N.,
program pemberdayaan masyarakat di Yuliantoro, D. (2003). Partisipasi
Tahura Ir. H. Djuanda Bandung perlu masyarakat dalam upaya
adanya rehabilitasilahan dankonservasi tanah

Volume 14 No. 2 Desember 2014 Jurnal Nusa Sylva,Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
 
 
Persepsi Kelompok Tani     | 43 
 

(RLKT).Jurnal Pengelolaan DAS pengembangan Hutan dan Konservasi


Surakarta IX (1) 2003. Alam. Bogor.
Jaya, D.E. (2009). Peran Polres Ciamis Kuntadi. (2008). Profil perlebahan
dalam penanggulangan illegal nasional: Peluang dan tantangan.
logging di wilayah Ciamismelalui Bahan presentasi Kelompok Kerja
program pengelolaan hutan bersama HHBK Kementerian Kehutanan pada
masyarakat Oktober 2008
(PHBM).http://125.161.190.253/lonta Laporan AkhirTahura Ir. H. Djuanda.
r/opac/themes/libriptik/detail.jsp?id= 2010. Penataan Blok Kawasan
250 (Diakses 17 April 2015). Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda.
Kuntadi, & Adalina, Y. (2010). Potensi Munggoro, D.W. &Aliandi, A. (1999)
Acacia mangium sebagai sumber Community forestry dalam konteks
pakan lebah madu (pp. 915-921). peubahan institusi kehutanan
Prosiding Seminar Nasional dalamKembalikan hutan kepada
Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia rakyat Bogor. Pustaka LATIN.
(MAPEKI) XIII: Pengembangan ilmu Peraturan Menteri DalamNegeri RI
dan teknologi kayu untuk mendukung Nomor 7 tahun 2007 tentang Kader
implementasi program perubahan Pemberdayaan Masyarakat.
iklim, Bali 10-11 Nopember 2010. Peraturan Menteri Kehutanan
Bogor : Masyarakat Peneliti Kayu No.P.01/Menhut-II/2004 Tentang
Indonesia. Pemberdayaan Masyarakat Setempat
Kuntadi. (2008). Langkah-langkah Di Dalam Dan Atau Sekitar Hutan
memaksimalkan produksi dan Dalam Rangka Social Forestry.
produktivitas koloni lebah madu. Peraturan Menteri Kehutanan
Makalah Gelar Teknologi tanggal 5-6 No.P.35/Menhut-II/2007 tentang
November 2008 di Padang Pariaman. Hasil Hutan Bukan Kayu.
Sumatera Barat. Pusat Peneltian dan

Volume 14 No. 2 Desember 2014 Jurnal Nusa Sylva,Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
 
 

Anda mungkin juga menyukai