Pembimbing :
Disusun Oleh:
2014730073
KEPANITERAAN KLINIK
STASE ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
”anatomi, fisiologi, rambu dan kuku dan kelainannya” sesuai pada waktu yang telah
ditentukan.
Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan ini penulis buat sebagai dasar
kewajiban dari suatu proses kegiatan yang penulis lakukan yang kemudian
membantu dalam kelancaran pembuatan laporan ini, dr. Chadijah Rifai, Sp.KK
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah
kesempurnaan laporan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi kuku
Kuku merupakan salah satu dermal appendages yang mnegandung
lapisan tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, gunanya
selain membantu jari-jari untuk memegang juga digunakan sebagai cermin
kecantikan. Lempeng kuku terbentuk dari sel-sel keratin yang mempunyai dua
sisi, satu sisi berhubungan dengan udara luar dan sisi lainnya tidak. Di sini akan
dijelaskan bagian – bagian kuku, yaitu sebagai berikut:1
4
Gambar 1. Anatomi kuku1
2. Gangguan Kuku
Poin penting dalam mendiagnosis gangguan kuku adalah menentukan
apakah ada tanda-tanda yang ditemukan mengarah ke penyakit yang mendasari
atau penyebab distrofi kuku yang bisa diobati.2 Gangguan kuku yang sering
dijumpai di antaranya:
A. Dermatosis yang menyebabkan kelainan kuku
a. Paronikia
5
Reaksi inflamasi mengenai lipatan kulit di sekitar kuku.
Berhubungan dengan kerusakan pada kutikula, kerusakan dapat
karena mekanik maupun kimia. Paronikia ditandai dengan
pembengkakan jaringan yang nyeri dan dapat mengeluarkan
pus. Bila infeksi kronik, maka terdapat celah horizontal pada
dasar kuku. Biasanya mengenai 1-3 jari terutama jari telunjuk
dan jari tengah dan pada tangan yang dominan. Pada proximal
dan lateral kuku tampak eritematosa-edema; tidak ada kutikel.
Celah yang lembab tersebut kemudia terkontaminasi oleh kokus
piogenik atau jamur. Jamur yang sering adalah Candida
albicans, sedang bakteri adalah Staphylococcus atau
Pseudomonas aeruginosa. Lempeng kuku dapat berubah warna,
hijau pada permukaan bawah bisa karena Pseudomonas.1,3
Isidensinya sering terjadi pada wanita dewasa, pedagang
makanan, pencuci, juga terkadang dapat dijumpai pada
penderita diabetes mellitus dan malnutrisi. Pada anak
disebabkan oleh mengisap jari.1 faktor predisposisi untuk
paronikia, sebagai berikut:
- Dermatosis: psoriasis, dermatitis (atopic, iritan,
kontak alergi), liken planus.
- Obat-obatan: retinoid oral (isotretinoin, acitretin),
indinavir.
- Corpus alienum: rambut, serpihan kayu, bulu.
6
Gambar 2. Paronikia kronis
b. Onikomikosis
7
SWO (Superficialis White biasanya di kuku kaki walau di
Onychomycosis) kuku tangan dapat terkena,
tersering karena
T.mentagrophytes var
interdigitalis
8
- Histologi, diindikasikan jika temuan klinis
menunjukan onikomikosis namun pada pemeriksaan
KOH negative. PAS stain digunakan untuk
mendeteksi elemen jamur di kuku.3
Manejemen untuk onikomikosis dapat dilakukan
debridement, debridement pada kuku yang mengalami distrofik.
Selain itu dapat juga diberikan pengobatan topical kombinasi
tiokonazol, amorolfin, ciclopirox, timol 4% apabila gagal dapat
diberikan terapi sistemik terbinafin 1x250mg/hari selama 6
minggu untuk kuku tangan dan 12-16 minggu untuk kuku kaki
atau itraconazol 1x200mg/hari selama 2 bulan untuk kuku
tangan dan 3 bulan untuk kuku kaki dengan dosis denyut.
9
Namun, hingga 50% dari responden mungkin mengalami
kekambuhan.1
d. Kuku Psoriasis
Gejala berupa adanya pits, terowongan, dan cekungan
yang transversal (beau’s line) leukonikia dengan permukaan
yang kasar atau licin, pada dasar kuku terdapat perdarahan dan
berwarna merah. Hiponikia berwarna hijau kekuningan pada
daerah onikolisis. Karena adanya keratosis subungual zat tanduk
di bawah lempeng kuku dapat menjadi medium untuk
pertumbuhan bakteri dan jamur.2
Tiga bulan percobaan menggunakan turunan vitamin
D3 dikombinasikan dengan kortikosteroid diperlukan. Lalu
suntikan triamsinolon asetonid 10mg/ML setiap 6 minggu ke
dalam lipatan kuku proksimal dapat memperbaiki psoriasis
kuku, namun menyakitkan bagi pasien dan tidak praktis.
Methotrexate injeksi juga pernah dicobadan berhasil, namun
10
obat sitostatik dapat memperlambat pertumbuhan kuku dan
perbaikan juga lambat. Jadi hasil terapi yang baik adalah dengan
terapi antipsoriasis sistemik.1
B. Penyakit Kuku
a. Hippocratic (clubbed) fingers
Perubahan tidak hanya terjadi pada kuku, tetapi juga
mengenai falangs terminal. Kuku menggembung dan berbentuk
konveks dalam arah tranversal dan longitudinal seperti gelas
arloji. Eponikium menebal dan jaringan lunak falangs terminal
menyerupai permukaan drum. Pelebaran ini juga mengenai
falang tengah.
Penyakit yang sering menyertai adalah sarcoma,
bronkiektasis, bronchitis kronis, neoplasma, tuberculosis, dan
emfisema, serta kelainan jantung kongenital.2
11
b. Koilonikia (spoon nails)
Kuku tipis dan berbentuk cembung dengan pinggir
meninggi. Kelainan ini menyerupai kelainan metabolisme besi
merupakan gejala sindrom plummer vinson, dapat juga
disebabkan oleh sabun keras atau keadaan lain yang
menyebabkan penipisan kuku.2
Pengobatannya dapat dilakukan dengan
menyembuhkan penyakit yang mendasari, menghilangkan
kontak dengan bahan kimia yang dapat menyebabkan
menipisnya kuku.2
c. Onikauksis
Kuku menebal tanpa kelainan bentuk. Dapat menyertai
penyakit akromegali, psoriasis, dan pitiriasis rubra pilaris. Dapat
juga herediter.2
12
Gambar 6. Onikauksis1
d. Onikogrifosis
Kuku berubah bentuk dan menebal seperti cakar.
Bentuk ini disebabkan oleh trauma, neuropati perifer dan
perubahan vascular perifer. Sering disebabkan karena
pemotongan kuku yang tidak teratur. Dapat mengenai ibu jari
kaki orangtua.2
e. Anonikia
Tidak tumbuhnya kuku, biasanya karena defek
ektoderma kongenital, iktiosis dan infeksi berat, serta fenomena
Raynaud.2
f. Onikoatrofi
13
g. Onikolisis
Terpisahnya kuku dari dasarnya terutama bagian distal
atau lateral. Warna kuku berubah menjadi kuning karena adanya
pus, udara, atau skuama. Infeksi Pseudomonas akan memberi
warna hijau sedangkan adanya perdarahan akan memberi warna
coklat. Adanya eksudat yang mengandung glikoprotein akan
membentuk “oily spot” pada kuku penderita psoriasis. Penyebab
onikolisis adalah jamur dermatofita atau candida, trauma karena
sepatu atau bahan kimia.2
h. Pakionikia
Penebalan pada lempeng kuku . Tebal kuku jari tangan
normal : 0,5 mm, kuku jari kaki 2x lebih tebal. Penebalan kuku
terjadi karena adanya hiperkeratosis dari dasar kuku atau karena
perubahan matriks kuku.2
j. Hapalonikia
Kuku yang melunak, dapat disebabkan oleh defek pada
matriks sehingga kuku tipis lunak dan mudah sobek. Sering
menyertai malnutrisi, miksedema, leprae dan fenomena
Raynaud.2
14
k. Nail-patella-elbow syndrome (osteo onychodysplasi)
Sindrom yang ditandai oleh tidak adanya atau
hypoplasia patella dan kuku, penebalan scapula, dan
hiperekstensi sendi. Perubahan mata berupa katarak dan
heterokromia.2
m. Pterygium unguis
Kutikel yang tumbuh abnormal sehingga menutupi
lempeng kuku bagian proksimal seperti pada liken planus.2
n. Hang nail
p. Onikopilomania
Gejala neurosis, penderita merobek kukunya sendiri.2
15
C. Perubahan Warna pada Kuku (kromonikia)
16
penyakit pinta, def.vit B12, Melanoma maligna dan
Peutz Jegher syndrome.2
17
- Warna putih yang terbatas
o Leukonikia pungtata: dapat terjadi pad
penyakit tifus, nefritis karena trauma, dan
infeksi jamur, bahkan pada orang normal.
o Leukonikia striata: perubahan warna kuku
berupa garis-garis putih dapat disebabkan
oleh kelainan herediter, keracunan talium.
- Warna putih yang menyeluruh
o Leukonikia totalis, menemukan pada
penderita sirosis hepatis. Kelainan ini dapat
mengenai seluruh jari tangan terutama pada
ibu jari. Mungkin ada hubungan dengan
adanya kelainan endokrin yang berhubungan
dengan kelainan metabolism steroid.2
3. Anatomi Rambut
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh
tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir.1 Rambut juga
merupakan satu-satunya organ dalam tubuh manusia yang mengalami
kekhususan, terjadi seumur hidup, dan memiliki suatu transformasi siklik. Jenis
rambut pada manusia secara garis besar dapat digolongkan tiga jenis, yaitu:2
a. Rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen.
Terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna.
b. Rambut velus, rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat
hampir di seluruh tubuh.
c. Rambut lanugo, rambut halus pada badan fetus yang nantinya akan
digantikan oleh rambut velus dan rambut terminal
18
Ada juga Intermediate Hair yang menunjukkan karakteristik dari
rambut velus dan terminal.
Mulai dari sebelah luar, penampang rambut dapat dibagi atas:
a. Kutikula, yang terdiri atas lapisan keratin yang berguna untuk perlindungan
terhadap kekeringan dan pengaruh lain dari luar.
b. Korteks, terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling
berdekatan. Lapisan ini yang mengandung pigmen.
c. Medulla, terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin, badan
lemak, dan rongga udara. Rambut velus tidak mempunyai medulla.
Pada daerah Pilosebasea dan Aparatus Apokrin, terdapat beberapa bagian yaitu:
a. Infundibulum, daerah bagian superior hingga ke batas antara saluran
sebaceous dengan folikel.
b. Isthmus, daerah tengah antara saluran sebaceous dengan tonjolan
muskulus erektor pili.
c. Daerah inferior, bagian bawah dari tonjolan muskulus erector pili.
19
b. Masa katagen
Masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat di
sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan
bagian di bawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga
terbentuk gada (club). Masa peralihan ini berlangsung 2-3 minggu.
c. Masa telogen
Masa istirahat dari folikel rambut. Masa ini dimulai dengan
memendeknya sel epitel dan berbentuk tunas kecil yang membuat
rambut baru sehingga rambut gada akan terdorong keluar.
20
berada di fase katagen ataupun telogen tiap waktunya. Jumlah rambut
yang rontok per hari 100 helai. Densitas folikel rambut pada bayi
1135/cm2 dan berkurang menjadi 615/cm2 pada umur tiga puluhan,
karena meluasnya permukaan kulit. Pada umur 50 tahunan ada
pengurangan/kerusakan beberapa folikel sehingga jumlah menjadi
485/cm2. Untuk mengetahui jumlah rambut anagen dan telogen
diperiksa ratio rambut anagen terhadap telogen yang disebut trikogram,
sedikitnya 50 helai rambut harus dicabut dan diperiksa untuk
menghindari deviasi standar yang tinggi. Jumlah rambut anagen pada
wanita + 85% dan laki-laki 83% dan jumlah rambut telogen pada wanita
+ 11%, sedang pada laki-laki 15%. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan rambut:2
a. Keadaan fisiologik
Hormon
Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen, tiroksin,
dan kortikosteroid. Masa pertumbuhan rambut 0.35 mm/hari, lebih
cepat pada wanita daripada pria. Hormone androgen dapat
mempercepat pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah
janggut, tetapi pada kulit kepala penderita alopesia androgenetik
hormone androgen bahkan memperkecil diameter batang rambut
serta memperkecil waktu pertunbuhan rambut anagen. Pada wanita
aktivitas hormone androgen akan menyebabkan hirsutisme,
sebaliknya hormon estrogen dapat memperlambat pertumbuhan
rambut, tetapi memperpanjang anagen.
Nutrisi
21
Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama
malnutrisi protein dan kalori. Pada keadaan ini rambut menjadi
kering dan suram. Adanya kehilangan pigmen setempat sehingga
rambut tampak berbagai warna. Kekurangan vitamin B12, asam
folat, dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut.
b. Keadaan patologik
Peradangan sistemik atau setempat
Kuman lepra yang menyerang kulit akan menyebabkan
kulit menjadi atrofi dan folikel rambut rusak, akan terjadi
kerontokan rambut pada alis mata dan bulu mata (nadarosis). Pada
penyakit eritematosis sifilis stadium II dapat menyebabkan rambut
menipis secara rata maupun setempat secara tidak rata sehingga
disebut moth eaten appearance. Infeksi jamur di kulit kepala dan
rambut akan menyebabkan kerontokan, maupun kerusakan batang
rambut.
Obat
Setiap obat menghalangi pembentukan batang rambut dapat
menyebabkan kerontokan, umumnya obat antineoplasma misalnya,
bleomisin, endoksan vinkristin, dan obat antinitotik, misalnya
kolkisin. Logam berat yang akan terikat pada grup sulfhidril dalam
keratin antara lain talium, merkuri, dan arsen.
5. Kelainan Rambut
a. Alopesia
Alopesia merupakan kehilangan atau penipisan rambut. Sering
disebut juga sebagai kebotakan.
Berdasarkan daerahnya, alopesia dapat diklasifikasikan menjadi :2
22
- Alopesia universalis: kebotakan yang mengenai seluruh rambut
yang ada pada tubuh.
- Alopesia totalis: kebotakan yang mengenai seluruh rambut
kepala.
- Alopesia areata: kebotakan yang terjadi setempat-setempat dan
berbatas tegas, umumnya terdapat pada kulit kepala, tetapi dapat
juga mengenai daerah berambut lainnya.
1. Alopesia areata
Alopecia areata (AA) adalah hilangnya rambut lokal di daerah
bulat atau oval tanpa terlihat adanya peradangan pada kulit di daerah
yang ditumbuhi rambut. Predileksi utamanya adalah pada kulit
kepala. Terdapat beberapa jenis, yaitu: AA totalis (AAT): total
ketiadaan rambut kepala terminal; AA universalis (AAU):
Kehilangan total rambut terminal pada kepala dan seluruh tubuh;
Ophiasis: Ketiadaan rambut yang berpola mirip pita lebih dari
pinggiran kulit kepala.
Penyebabnya belum diketahui, sering dihubungkan dengan
adanya infeksi fokal, kelainan endokrin dan stres emosional.
Sebagian penderita menunjukkan keadaan neurotik dan trauma
psikis. Namun, hipotesis yang paling banyak diterima bahwa
alopecia areata dapat terjadi akibat peranan sel T-autoimun yang
paling mungkin terjadi pada individu yang memiliki riwayat
genetik. Bisa mengenai semua umur, 50% pada usia dibawah 20
tahun dan wanita lebih banyak dari pada laki.
Ditandai dengan adanya bercak dengan kerontokan rambut
pada kulit kepala, alis, janggut, dan bulu mata. Bercak ini berbentuk
bulat atau lonjong. Durasi kerontokan ini bertahap selama minggu
23
hingga beberapa bulan. Bercak tersebut bisa stabil dan sering
menunjukkan pertumbuhan kembali spontan selama beberapa
bulan.2
Pada tepi daerah yang botak ada rambut yang terputus, bila
rambut ini dicabut terlihat bulbus atrofi. Sisa rambut terlihat seperti
tanda seru. Rambut tanda seru (exclamation mark hair) adalah
batang rambut yang ke arah pangkal makin halus, rambut sekitarnya
tampak normal, tetapi mudah dicabut. Pada beberapa penderita
kelainan menjadi progresif dengan terbentuknya bercak baru
sehingga terdapat alopesia totalis.
Ikeda membaginya menjadi 4 tipe :2
- Tipe umum: terjadi pada umur 20-40 tahun, 6% akan
berkembang menjadi alopesia totalis.
- Tipe atipik: dimulai pada masa kanak-kanak dan 75% akan
berkembang menjadi alopesia totalis.
- Tipe prehipertesif: dimulai pada usia dewasa muda, 39% akan
menjadi alopesia totalis.
- Tipe kombinasi: dimulai setelah usia 40 tahun dan 10% akan
menjadi alopesia totalis.
Pada histopatologi rambut kebanyakan dalam fase anagen.
Folikel rambut terdapat dalam berbagai ukuran, tetapi lebih kecil
dan tidak matang. Bulbus rambut di dalam dermis dan dikelilingi
oleh infiltrasi limfosit.
Pengobatannya dalam eberapa kasus dapat sembuh spontan.
Penyuntikan intralesi dengan triamsinolon asetonid dapat
menolong, juga aplikasi topikal dengan kortikosteroid. Dapat juga
dengan penutulan fenol 95% yang dinetralisasikan dengan alkohol
setiap minggu.2
24
2. Alopesia androgenika
Alopesia androgenika merupakan alopesia terpola akibat
faktor hormon androgen dan genetik.2
Gambaran klinis dapat timbul pada akhir umur dua puluh
atau awal umur tiga puluhan, rambut rontok secara bertahap dimulai
dari bagian vertex dan frontal. Garis rambut anterior menjadi
mundur dan dahi menjadi terlihat lebar. Puncak kepala menjadi
botak. Beberapa varian bentuk kerontokan rambut dapat terjadi,
tetapi yang tersering adalah resesi bagian frontoparietal dan vertex
menjadi botak.2
Folikel membentuk rambut yang lebih halus dan berwarna
lebih muda sampai akhirnya sama sekali tidak terbentuk rambut
terminal. Rambut velus tetap terbentuk menggantikan rambut
terminal. Bagian parietal dan oksipital menipis. Penyebabnya ialah
berbagai factor herediter yang dominan dan naiknya konsentrasi
androgen ekstra gonadal di kulit kepala.2
Bila pasangan suami istri sama-sama menderita, maka
semua anak laki-laki dan setengah jumlah anak wanita akan
mengalami hal yang sama.
Pada wanita perjalanan penyakitnya sama, kerontokan
rambut wanita temporal lebih sedikit daripada pria dan lebih banyak
pada daerah vertex. Pada wanita yang demikian jangan diberikan
obat kontrasepsi yang mengandung progesterone dominan. Male
pattern alopecia dapat terjadi pada wanita homozigot dan pria
heterozigot.2
Kerontokan rambut pada wanita juga terjadi secara difus
mulai dari puncak kepala. Rambutnya menjadi tipis dan suram.
Sering disertai rasa terbakar dan gatal. Keadaan ini berlangsung
dalam jangka lama. Etiologinya dianggap sebagai kelebihan
25
androgen, meskipun demikian umumnya kadar testosterone yang
beredar tidak meninggi. Kerontokan ini disebut female pattern
baldness.2
Hamilton membaginya menjadi 8 tipe:2
- Tipe I : rambut masih penuh
- Tipe II : tampak pengurangan rambut pada kedua bagian
temporal; pada tipe I dan II belum terlihat alopesia
- Tipe III : borderline
- Tipe IV : pengurangan rambut daerah frontotemporal,
disertai pengurangan rambut bagian midfrontal.
- Tipe V : tipe IV yang menjadi lebih berat
- Tipe VI : seluruh kelainan menjadi satu
- Tipe VII : alopesia luas dibatasi pita rambut jarang
- Tipe VIII : alopesia frontotemporal menjadi satu dengan
bagian vertex
Pada wanita tidak dijumpai tipe VI sampai dengan VII,
kebotakan pada wanita tampak tipis dan disebut female pattern
baldness.2
26
Kerontokan rambut yang sempurna maupun sebagian,
dapat bervariasi dan disebabkan oleh banyak faktor.2
b) Trikotilomania
Merupakan alopesia neurosis. Rambut ditarik berungkali
sehingga putus. Sering pada gadis yang mengalami depresi.2
f) Alopesia perinevi
27
Dinyatakan oleh QUIROGA dan PECORARO, alopesia
areata di sekitar nevus pigmentosus di kepala.2
g) Alopesia sifilitika
Pada sifilis stadium II dapat terjadi kerontokan rambut.
Disebut sebagai alopesia difusa, bersifat difus dan tak khas,
terjadi pada sifilis stadium II dini. Bentuk lain adalah alopesia
aeoralis yang terjadi pada sifilis stadium II lanjut. Kerontokan
terjadi setempat-setempat, tampak sebagai bercak-bercak yang
ditumbuhi oleh rambut-rambut yang tipis, seolah-olah seperti
digigi ngengat (moth eaten appearance). Penyebabnya adalah
hanya roseola atau papul, akar rambut dirusak oleh treponema,
yang dapat juga terjadi pada alis mata lateral dan janggut.2
h) Alopesia seboroik
Merupakan terminologi lama yang berarti kerontokan
rambut disertai ketombe, kulit kepala yang berminyak, dan
dermatitis seboroik. Pengobatan langsung terhadap dermatitis
seboroik.2
i) Alopesia musinosa
Terdapat pada kulit kepala dan daerah dagu karena
perubahan musin sel epitel folikel sebasea. Sering disertai
limfoma.2
28
k) Tinea Kapitis
Sering terdapat pada anak-anak, berupa bercak alopesia
yang multiple. Rambut putus tepat di atas kulit kepala. Infeksi
M.canis dan M.audouini menimbulkan fluoresensi pada lampu
Wood, sedang infeksi dengan T.tonsurans tidak.2
29
o) Alopesia kongenital
Dapat total atau sebagian. Biasanya disertai defek
ektodermal lainnya, misalnya pada gigi, tulang, dan kuku.
Rambut tumbuh lambat, jarang, dan berwarna muda.2
4. Pseudopelade brocq
Brocq’s Alopecia atau Pseudopelade Brocq merupakan
alopesia sikatrisata yang menjadi tahap akhir dari beberapa bentuk
scarring alopecia, terutama akibat lichen planopilaris dan lupus
erythematosus kutaneus kronik. Oleh karena itu, penyebab
Pseudopelade Brocq terkait dengan etiologi penyakit kulit yang
mendasari.2
30
Pada lesi Pseudopelade Brocq “burn-out”, pengobatan tidak
perlu dan tidak mungkin. Sayangnya, kondisi tersebut dapat kembali
aktif secara episodik dan tak terduga. Jika peradangan aktif hadir,
pertimbangkan diagnosis alternatif, dan pemberian kortikosteroid
topikal poten, seperti fluosinonida atau klobetasol. Infiltrasi
triamsinolon asetonid 2,5 mg/ml dengan interval 6-8 minggu dapat
dipertimbangkan.2
31
1. Difus
A. Efluvium telogen
B. Efluvium anagen
C. Alopesia androgenika pada wanita
D. Kelainan batang rambut
2. Setempat (lokal)
A. Karena infeksi
B. Karena trauma
C. Kerusakan batang rambut
D. Alopesia androgenika pada pria
1. Efluvium telogen
Efluvium telogen adalah suatu bentuk nonscarring alopecia
yang terjadi secara akut maupun kronis, ditandai dengan adanya
kerontokan rambut yang terlalu cepat dan terlalu banyak pada
folikel rambut yang normal.2
Rambut ini rontok umumnya karena adanya rangsangan
yang mempercepat fase anagen menjadi fase telogen, dan biasanya
memakan waktu lama sehingga mengenai 50% jumlah rambut
seluruhnya. Kerontokan rambut ini disadari oleh penderita sebelum
terjadi gejala kebotakan.2
32
- Efluvium telogen pascapartum
Biasanya ditemukan 2-5 bulan setelah melahirkan,
terlihat pada sepertiga anterior kulit kepala, walaupun ada yang
difus. Hitung telogen berkisar antara 24-26% dan kerontokan ini
akan berlangsung 2-6 bulan kemudian. Pertumbuhan rambut
yang normal akan berlangsung kembali.
- Efluvium telogen pascanatal
Biasanya pada bayi sejak lahir berumur empat bulan
dan akan tumbuh kembali pada umur 6 bulan. Alopesia yang
terbentuk mengikuti distribusi male pattern alopecia hitung
telogen berkisar 64-87%.
- Efluvium telogen psikik
Kerontokan rambut secara tiba-tiba dapat terjadi setelah
syok psikis/stress mental, dan menetap lama dan sering
berulang.
- Efluvium pascafebris akut
Biasanya setelah penyakit yang disertai panas yang
tinggi, di atas 39°C, misalnya neumonia, atau tifus, dan
kerontokan terjadi 2-3 bulan setelah sakit. Hitung telogen di atas
50%. Penyebab lain effluvium telogen ialah setelah pengobatan
dengan heparin dan penyakit kronik, seperti: leukimia, limfoma
maligna, tuberculosis, dan malnutrisi.
Gambaran klinisnya pasien biasanya datang berobat
dengan keluhan peningkatan kerontokan rambut pada kulit
kepala yang bisa disertai dengan berbagai tingkat penipisan
rambut. Kebanyakan orang merasa cemas dan takut jika terjadi
kebotakan.
33
Rambut rontok terjadi secara difus pada seluruh kulit
kepala dan termasuk bagian sisi dan belakang kepala. Jika
rambut rontok cukup signifikan untuk menghasilkan penipisan
rambut, alopesia dapat terlihat secara difus di seluruh kulit
kepala. Penumbuhan yang pendek pada rambut baru yang hadir
dekat dengan kulit kepala, rambut-rambut ini lebih halus
daripada rambut yang lama dan memiliki ujung meruncing.
Tidak ada intervensi yang dibutuhkan atau diperlukan.
Pasien harus diyakinkan bahwa proses ini bagian dari siklus
normal pertumbuhan rambut dan pertumbuhan kembali rambut
penuh diharapkan dapat terjadi dalam banyak kasus.5
2. Efluvium anagen
Efluvium anagen umumnya terjadi setelah pengobatan
kemoterapi untuk karsinoma, misalnya antimetabolik, alkylating
agents, dan obat penghambat mitosis. Bila diberikan dalam dosis
tinggi akan terjadi kerontokan rambut anagen dalam 1-2 minggu.
Efluvium anagen terjadi setelah adanya penetrasi terhadap
folikel rambut yang mengganggu mitosis atau aktivitas metabolik.
Rambut rontok biasanya hasil dari paparan agen kemoterapi seperti
antimetabolit, alkylating agent, dan inhibitor mitosis yang
digunakan untuk mengobati kanker, meskipun bukan satu-satunya
jenis kemoterapi yang menginduksi rambut rontok pada pasien ini.
Karakteristik pada anagen effluvium adalah ditemukannya fraktur
meruncing pada poros rambut. Batang rambut menyempit sebagai
akibat dari kerusakan matriks.Pada pemeriksaan histopatologik
memperlihatkan folikel yang menipis dan berkerut sehingga rambut
terpisah.2
34
Bila pengobatan dihentikan, maka aktivitas folikel kembali
normal dalam beberapa minggu. Obat penghambat mitosis hanya
menghentikan reproduksi sel matriks.2
2. Monoletriks
35
Merupakan nama lain dari beaded hair ataupun moniliform
hair. Kelainan ini biasanya terjadi karena pengaruh herediter dengan
dominan autosomal. Kelainan kongenital ini tampak pada anak
berusia beberapa bulan. Pada rambut terdapat bagian yang melebar
dan bagian yang lebih tipis seperti kumparan yang diselingi segmen-
segmen yang atrofi. Medulla pada bagian yang melebar banyak
berisi udara sehingga rambut mudah patah, akibatnya kepala
tertutup rambut-rambut yang pendek. Penyakit ini biasanya disertai
keratosis piliaris.2
3. Trikoptilosis
Disebut juga dengan fragilitus cianum. Pada kelainan ini
ditemukan ujung-ujung rambut yang terbelah secara memanjang.
Terjadi karena gangguan gizi, akibat suhu panas, bahan kimia, atau
rangsang mekanis.2
4. Trikolasia
Pada keadaan ini rambut mudah patah karena zat tanduk
mengalami kemunduran dalam kualitas.2
5. Pili anulati
Kelainan ini dikenal juga sebagai ringed hair atau
leukotrikia anularis. Pili anulati terjadi secara herediter.Pada
pemeriksaan didapatkan rambut yang berwarna gelap dan pucat
berselang-seling yang disebabkan karena reflex cahaya berbeda dari
ruang berudara dalam korteks dan medulla. Pertumbuhan rambut
normal.2
36
Rambut terpilin sepanjang poros panjang rambut, batang
rambut dapat berputar 90°, 180°, dan 360° sehingga terlihat seperti
spiral. Biasanya pada bayi dan anak-anak. Batang rambut terlihat
menipis dan menebal berwarna pucat atau tua. Penyakit ini
diturunkan secara dominan autosomal.2
7. Trikoreksis invaginata
Dikenal dengan bamboo hair. Kelainan rambut yang
ditandai dengan intususepsi batang rambut.2
8. Kinking hair
Adanya kelainan rambut yang abnormal, yakni kinking
(berlekuk) dan twisting (berputar) terutama pada daerah temporal
dan meluas kea rah parietal dan frontal, rambut tampak seperti wol.2
9. Trikonodosis
Kelainan ini disebut juga dengan nama hair knots. Pada
rambut, akan didapatkan simpul-simpul terutama pada rambut
keriting. Diduga simpul terjadi karena gesekan kepala dengan
bantal. Kelainan ini dapat dibedakan dengan trikoreksia nodosa dan
pedikulosis kapitis.2
10. Kanitis
Nama lain kelainan ini adalah gray hair, poliosis, maupun
dikenal sebagai perubahan warna rambut menjadi putih (uban).
Kanitis terjadi akibat berkurang atau menghilangnya pigmen
melanin dalam korteks rambut. Terdapat penyakit yang
mempercepat tumbuhnya uban, yaitu anemia pernisiosa dan
penyakit Addison. Terlalu cepat tumbuhnya uban yang biasanya
37
terjadi di sekitar umur empatpuluhan dapat merupakan kelainan
herediter. Rambut kumis dan janggut biasanya berubah warna
sebelum rambut dahi, badan, dan kaki. Perubahan ini ireversibel.
Ada dua bentuk kanitis.2
38
1. Hipertrikosis
Penambahan jumlah rambut pada tempat-tempat yang
biasanya juga ditumbuhi rambut. Dapat merupakan kelainan
bawaan, dapat juga karena obat-obat. Hipertrikosis setempat dapat
terjadi setelah pemakaian salap kortikosteroid atau adanya tekanan
setempat yang terus menerus.2
2. Hirsutisme
Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada wanita dan anak-
anak pada tempat yang merupakan tanda seks sekunder, misalnya:
kumis, janggut, dan cambang. Dapat disebabkan oleh obat yang
mengandung hormon dan kelainan endokrin.
39
pada wanita normal berasal dari prekursor, androstenedion, dan
DHEA (dehidroepiandrosterone), sisanya disekresikan langsung,
terutama oleh ovarium. Pada wanita hiperandrogenik, persentase
androgen yang lebih besar dapat disekresikan langsung. Pada
wanita, kelenjar adrenal mensekresi androstenedion, DHEA, DHEA
sulfat, dan testosterone. Ovarium tersebut terutama mengeluarkan
androstenedion dan testosteron.2
40
Menghilangkan rambut secara permanen juga dapat dilakukan
dengan LASER maupun elektrolisis.2
Pemberian obat antiandrogen secara sistemik dapat
dipertimbangkan seperti Cyproterone Asetat (CPA) yang
merupakan progsteron ampuh. Spironolactone yang merupakan
diuretik antihipertensi juga dapat berperan untuk mengurangi
biosintesis testosteron. Selain itu dapat juga digunakan obat
cimetidine, glukokortikoid, maupun kontrasepsi oral.2
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, et al.
Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2019.
Hlm. 3162
2. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Edisi Ketujuh. jakarta, Indonesia: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. Hlm. 440
3. Davey, Patrick. At a glance medicine; alih bahasa, Anisa rahmalia, Cut
novianty; editor, Amalia Safitri. Jakarta: erlangga, 2005. Hlm 120.
4. Suyoso S, Harun SE, Suherman EU, Murtiastutik D, Sawitri, Astari L.
perkembangan terbaru onikomikosis. Surabaya, Indonesia: fakultas kedokteran
universitas airlangga; 2018.
5. Hughes, E., Elston, D. et all. Telogen Effluvium. Medscape. 2013. WebMD.
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1071566-
overview#showall
42