Anda di halaman 1dari 7

Pro Kontra Zonasi di indonesia

Dalam sistem zonasi saat ini, pemerintah pusat menetapkan tiga jalur PPDB meliputi
90% zonasi, 5% prestasi, 5% perpindahan orang tua. Selanjutnya untuk cakupan zona,
pemerintah daerah dapat menentukannya sendiri sesuai situasi dan kondisi daerah, apabila suatu
sekolah dirasa akan sedikit peminat karena output lulusan yang rendah tahun itu dapat memiliki
zona yang lebih luas. Bahkan dua provinsi berdekatan dapat bekerjasama dalam penentuan zona
(tanggapan bapak Muhajir tentang Siswa Pacitan yang rumahnya lebih dekat ke Wonogiri).
Tetapi dalam penyelenggaraan zonasi, dinas terkait justru dirasa kurang melakukan langkah
antisipasi untuk permasalah diatas.

Sampai tahun kedua diterapkannya zonasi, sistem ini masih menuai pertentangan di
antara masyarakat. Pemerataan mutu pendidikan merupakan gagasan terbesar pemerintah dalam
penyelengaraan zonasi. Menurut mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Muhajir Effendy, selama ini dana
bantuan pendidikan dimonopoli oleh sekolah-sekolah favorit. Hal ini karena, mereka memilki
agenda peningkatan mutu pendidikan yang cukup beragam, mulai darj pengadaan les tambahan,
menjalankan berbagai ekstrakulikuler, hingga berbagai pelatihan untuk menambah keterampilan
siswa. Berbagai kegiatan ini digunakan sekolah untuk mengakomodir minat serta bakat siswa.

Sayangnya, antara sekolah favorit dan non favorit terdapat perbedaan yang cukup
signifikan dalam hal peningkatan mutu pendidikan. Di sekolah non favorit, mayoritas siswa
memiliki minat belajar yang relatif rendah, hal ini menyebabkan program-program yang
dirancang sekolah tidak dapat berjalan dengan optimal. Sedangkan di sekolah favorit, setiap
tahun ajaran baru program-program jangka pendek maupun panjang segera disusun oleh bagian
kurikulum.

Selain untuk pemerataan mutu pendidikan, tujuan dari adanya zonasi juga untuk
menghindari praktik jual beli kursi. Selama ini, diam-diam praktik jual beli kursi sering terjadi di
sekolah-sekolah favorit. Anak-anak yang memiliki nilai kurang, namun orangtua mampu secara
finansial dapat membayar biaya tertentu yang telah disepakati dengan sekolah. Dengan zonasi
hal tersebut dapat terminimalisir, hal ini dikarenakan dinas terkait dapat memantau data siswa,
jika terbukti ada penyimpanngan zona, siswa dapat dikeluarkan dan sekolah akan mendapat
sanksi tegas.

Sedangkan pihak yang menentang adanya program zonasi berdalih program ini akan
menurunkan semangat belajar siswa. Banyak anak bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan di
sekolah-sekolah favorit. Hal ini dikarenakan sekolah favorit memiliki suasana belajar yang
nyaman serta fasilitas penunjang pembelajaran yang memadai. Penerapan zonasi ini cukup
berdampak bagi semangat belajar siswa, terutama siswa yang bertempat tinggal di luar zona
sekolah favorit. Demotivasi belajar ini buruk kerena akhirnya siswa menjadi kurang bekerja
keras untuk dapat lulus dengan predikat terbaik, alhasil output lulusan yang tercipta pun
mengalami penurunan.

Selain itu, dalam penyelenggaraan zonasi juga terdapat beberapa masalah administratif,
salah satunya banyak anak yang tidak mendapatkan sekolah. Hal ini karena banyaknya lulusan di
suatu zona tidak sebanding dengan jumlah sekolah negeri yang ada. Dilansir kemendikbud,
setiap kecamatan di Indonesia idealnya memiliki tiga sekolah menengah pertama dan satu
sekolah menengah atas. Akan tetapi, nyatanya beberapa kecamatan tidak memenuhi standar
tersebut.

Untuk zona yang hanya memiliki satu sekolah, tentu persaingan akan sangat tinggi dan
akibatnya beberapa siswa terlempar dan tidak mendapatkan sekolah. Siswa-siswa tersebut pun
mau tidak mau harus mendaftar ke sekolah swasta, padahal kita ketahui sekolah swasta memiliki
biaya yang lebih mahal sehingga hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja, dan untuk
mereka yang tidak mampu terpaksa harus berhenti atau menunda sekolah.

Akan tetapi di beberapa daerah, ada sekolah yang justru kekurangan murid. Hal ini
karena jumlah lulusan di zona tersebut sangat sedikit, sedangkan siswa tidak diperbolehkan lintas
zona tanpa alasan khusus. Bahkan di PPDB 2019 sekolah-sekolah yang kekurangan murid
terpaksa membuka PPDB tahap II untuk memenuhi kuota yang telah ditetapkan. Seperti yang
terjadi di SMP 4 Temanggung yang kurang dua puluh siswa dan SMP 5 Temanggung yang hanya
memiliki 70 pendaftar padahal terget 240 siswa.

Maka dari itu, jika pemerintah ingin menetapkan suatu kebijkan baru seharusnya
dilakukan kajian mendalam baik dari segi teknis maupun administratif. Seluruh sekolah
seharusnya memiliki fasilitas dan sarana penunjang yang sama sehingga keoptimalan belajar
tidak terganggu. Selain itu, dari segi administrasi dinas-dinas terkait seharusnya melakukan
koordinasi dengan lebih baik, sehingga pembagian zona merata dengan jumlah lulusan sekolah
pada tahun ajaran tersebut. Karena kebijakan yang tidak matang justru menimbulkan
pertentangan.
A. Struktur Teks Artikel

Struktur Teks
Judul Pro Kontra Zonasi
Pembuka Dalam sistem Zonasi saat ini, pemerintah pusat menetapkan tiga
jalur PPDB meliputi 90% zonasi, 5% prestasi, 5% perpindahan
orang tua. Selanjutnya untuk cakupan zona, pemerintah daerah
dapat menentukannya sendiri sesuai situasi dan kondisi daerah,
apabila suatu sekolah dirasa akan sedikit peminat karena output
lulusan yang rendah tahun itu dapat memiliki zona yang lebih
luas. Bahkan dua provinsi berdekatan dapat bekerjasama dalam
penentuan zona (respon Bp. Muhajir menanggapi Siswa Pacitan
yang rumahnya lebih dekat ke Wonogiri). Tetapi dalam
penyelenggaraan zonasi, dinas terkait justru dirasa kurang
melakukan langkah antisipasi untuk permasalah diatas.

Isi Sampai tahun kedua diterapkannya zonasi, sistem ini masih


menuai pertentangan di antara masyarakat. Pemerataan mutu
pendidikan merupakan gagasan terbesar pemerintah dalam
penyelengaraan zonasi. Menurut mantan rektor Universitas
Muhammadiyah Malang, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Bapak Muhajir Effendy, selama ini dana
bantuan pendidikan dimonopoli oleh sekolah-sekolah favorit. Hal
ini karena, mereka memilki agenda peningkatan mutu pendidikan
yang cukup beragam, mulai darj pengadaan les tambahan,
menjalankan berbagai ekstrakulikuler, hingga berbagai pelatihan
untuk menambah keterampilan siswa. Berbagai kegiatan ini
digunakan sekolah untuk mengakomodir minat serta bakat siswa.

Sayangnya, antara sekolah favorit dan non favorit terdapat


perbedaan yang cukup signifikan dalam hal peningkatan mutu
pendidikan. Di sekolah non favorit, mayoritas siswa memiliki
minat belajar yang relatif rendah, hal ini menyebabkan program-
program yang dirancang sekolah tidak dapat berjalan dengan
optimal. Sedangkan di sekolah favorit, setiap tahun ajaran baru
program-program jangka pendek maupun panjang segera disusun
oleh bagian kurikulum.

Selain untuk pemerataan mutu pendidikan, tujuan dari adanya


zonasi juga untuk menghindari praktik jual beli kursi. Selama ini,
diam-diam praktik jual beli kursi sering terjadi di sekolah-sekolah
favorit. Anak-anak yang memiliki nilai kurang, namun orangtua
mampu secara finansial dapat membayar biaya tertentu yang telah
disepakati dengan sekolah. Dengan zonasi hal tersebut dapat
terminimalisir, hal ini dikarenakan dinas terkait dapat memantau
data siswa, jika terbukti ada penyimpanngan zona, siswa dapat
dikeluarkan dan sekolah akan mendapat sanksi tegas.

Sedangkan pihak yang menentang adanya program zonasi berdalih


program ini akan menurunkan semangat belajar siswa. Banyak
anak bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan di sekolah-
sekolah favorit. Hal ini dikarenakan sekolah favorit memiliki
suasana belajar yang nyaman serta fasilitas penunjang
pembelajaran yang memadai. Penerapan zonasi ini cukup
berdampak bagi semangat belajar siswa, terutama siswa yang
bertempat tinggal di luar zona sekolah favorit. Demotivasi belajar
ini buruk kerena akhirnya siswa menjadi kurang bekerja keras
untuk dapat lulus dengan predikat terbaik, alhasil output lulusan
yang tercipta pun mengalami penurunan.

Selain itu, dalam penyelenggaraan zonasi juga terdapat beberapa


masalah administratif, salah satunya banyak anak yang tidak
mendapatkan sekolah. Hal ini karena banyaknya lulusan di suatu
zona tidak sebanding dengan jumlah sekolah negeri yang ada.
Dilansir kemendikbud, setiap kecamatan di Indonesia idealnya
memiliki tiga sekolah menengah pertama dan satu sekolah
menengah atas. Akan tetapi, nyatanya beberapa kecamatan tidak
memenuhi standar tersebut.

Untuk zona yang hanya memiliki satu sekolah, tentu persaingan


akan sangat tinggi dan akibatnya beberapa siswa terlempar dan
tidak mendapatkan sekolah. Siswa-siswa tersebut pun mau tidak
mau harus mendaftar ke sekolah swasta, padahal kita ketahui
sekolah swasta memiliki biaya yang lebih mahal sehingga hanya
bisa diakses oleh kalangan tertentu saja, dan untuk mereka yang
tidak mampu terpaksa harus berhenti atau menunda sekolah.

Akan tetapi di beberapa daerah, ada sekolah yang justru


kekurangan murid. Hal ini karena jumlah lulusan di zona tersebut
sangat sedikit, sedangkan siswa tidak diperbolehkan lintas zona
tanpa alasan khusus. Bahkan di PPDB 2019 sekolah-sekolah yang
kekurangan murid terpaksa membuka PPDB tahap II untuk
memenuhi kuota yang telah ditetapkan. Seperti yang terjadi di
SMP 4 Temanggung yang kurang dua puluh siswa dan SMP 5
Temanggung yang hanya memiliki 70 pendaftar padahal terget
240 siswa.

Penutup Maka dari itu, jika pemerintah ingin menetapkan suatu kebijkan
baru seharusnya dilakukan kajian mendalam baik dari segi teknis
maupun administratif. Seluruh sekolah seharusnya memiliki
fasilitas dan sarana penunjang yang sama sehingga keoptimalan
belajar tidak terganggu. Selain itu, dari segi administrasi dinas-
dinas terkait seharusnya melakukan koordinasi dengan lebih baik,
sehingga pembagian zona merata dengan jumlah lulusan sekolah
pada tahun ajaran tersebut. Karena kebijakan yang tidak matang
justru menimbulkan pertentangan.

B. Fakta dan Opini


1. Fakta
a. Dalam sistem Zonasi saat ini, pemerintah pusat menetapkan tiga jalur PPDB
meliputi 90% zonasi, 5% prestasi, 5% perpindahan orang tua.
b. Selain itu, dalam penyelenggaraan zonasi juga terdapat beberapa masalah
administratif, salah satunya banyak anak yang tidak mendapatkan sekolah.
c. Seperti yang terjadi di SMP 4 Temanggung yang kurang dua puluh siswa dan
SMP 5 Temanggung yang hanya memiliki 70 pendaftar padahal terget 240 siswa.

2. Opini
a. Sayangnya, antara sekolah favorit dan non favorit terdapat perbedaan yang cukup
signifikan dalam hal peningkatan mutu pendidikan.
b. Selain untuk pemerataan mutu pendidikan, tujuan dari adanya zonasi juga untuk
menghindari praktik jual beli kursi.
c. Sedangkan pihak yang menentang adanya program zonasi berdalih program ini
akan mendemotivasi semangat belajar siswa.
C. Adverbia

1. Adverbia Kualitatif
Sayangnya, antara sekolah favorit dan non favorit terdapat perbedaan yang cukup
signifikan dalam hal peningkatan mutu pendidikan.

2. Adverbia Kuantitatif
a. Selanjutnya untuk cakupan wilayah zona, pemerintah daerah dapat
menentukannya sendiri sesuai situasi dan kondisi daerah, apabila suatu sekolah
dirasa akan sedikit peminat karena output lulusan yang rendah tahun itu dapat
memiliki zona yang lebih luas.
b. Berbagai kegiatan ini digunakan sekolah untuk mengakomodir minat serta bakat
siswa.

3. Adverbia Limitatif
Hal ini karena, mereka memilki agenda peningkatan mutu pendidikan yang cukup
beragam, mulai darj pengadaan les tambahan, menjalankan berbagai
ekstrakulikuler, hingga berbagai pelatihan untuk menambah keterampilan siswa.

4. Adverbia Frekuentif
Selama ini, diam-diam praktik jual beli kursi sering terjadi di sekolah-sekolah
favorit.

5. Adverbia Kewaktuan
Sedangkan di sekolah favorit, setiap tahun ajaran baru program-program jangka
pendek maupun panjang segera disusun oleh bagian kurikulum.

6. Adverbia Kecaraan
Selama ini, diam-diam praktik jual beli kursi sering terjadi di sekolah-sekolah
favorit.

7. Adverbia Kontrastif
Karena kebijakan yang tidak matang justru menimbulkan pertentangan.

8. Adverbia Keniscayaan
-

D. Konjungsi
1. Konjungsi Pertentangan
a. Anak-anak yang memiliki nilai kurang, namun orangtua mampu secara finansial
dapat membayar biaya tertentu yang telah disepakati dengan sekolah.
b. Akan tetapi, nyatanya beberapa kecamatan tidak memenuhi standar tersebut.
2. Konjungsi Penambahan
a. Hal ini dikarenakan sekolah favorit memiliki suasana belajar yang nyaman serta
fasilitas penunjang pembelajaran yang memadai.
b. Siswa-siswa tersebut pun mau tidak mau harus mendaftar ke sekolah swasta,
padahal kita ketahui sekolah swasta memiliki biaya yang lebih mahal sehingga
hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja, dan untuk mereka yang tidak
terpaksa harus berhenti atau menunda sekolah.
3. Konjungsi Final
Selain untuk pemerataan mutu pendidikan, tujuan dari adanya zonasi juga untuk
menghindari praktik jual beli kursi.

4. Konjungsi Kausalitas
Hal ini karena banyaknya lulusan di suatu zona tidak sebanding dengan jumlah
sekolah negeri yang ada.

5. Konjungsi Perbandingan
Seperti yang terjadi di SMP 4 Temanggung yang kurang dua puluh siswa dan
SMP 5 Temanggung yang hanya memiliki 70 pendaftar padahal terget 240 siswa.
6. Konjungsi Konsekuentif
Selain itu, dari segi administrasi dinas-dinas terkait seharusnya melakukan
koordinasi dengan lebih baik, sehingga pembagian zona merata dengan jumlah
lulusan sekolah pada tahun ajaran tersebut.

7. Konjungsi Antar Kalimat


Selain itu, dalam penyelenggaraan zonasi juga terdapat beberapa masalah
administratif.

E. Istilah Umum

No Istilah Umum Kata Kajian


1. wilayah zona

2. hasil akhir output

3. ide gagasan

4. beragam variatif

5. pelatihan training

6. keuangan finansial

7. menurunkan semangat mendemotivasi

8. sesuai ideal

9. kebijakan regulasi

10. kerja sama koordinasi

F. Aktual
a. Bahkan di PPDB 2019 sekolah-sekolah yang kekurangan murid terpaksa membuka
PPDB tahap II untuk memenuhi kuota yang telah ditetapkan.
b. Dalam sistem zonasi saat ini, pemerintah pusat menetapkan tiga jalur PPDB meliputi
90% zonasi, 5% prestasi, 5% perpindahan orang tua.

G. Fenomenal
-

H. Keterangan Aposisi
a. Menurut mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Muhajir Effendy, selama ini dana bantuan
pendidikan dimonopoli oleh sekolah-sekolah favorit.

Anda mungkin juga menyukai