Anda di halaman 1dari 4

Narkotika dan Pendidikan Karakter

Oleh:FX Triyas Hadi Prihantoro


Penyalahgunaan narkotika sudah sangat mengancam generasi muda (milenial). Menurut
laporan Badan Narkotika Nasional (BNN), Indonesia darurat narkoba sejak 1971 sampai sekarang.
Disebutkan, setiap hari 50 orang di Indonesia yang meninggal dunia setiap hari karena
penyalahgunaan narkoba. Jika dikalkulasi dalam setahun, ada sekitar 18.000 jiwa meninggal dunia
karena pengunaan narkoba. Angka itu belum termasuk 4,20 juta pengguna narkoba yang
direhabilitasi dan 1,2 juta pengguna yang tidak dapat di rehabilitasi.

Tingginya angka korban penyalahgunaan narkoba menjadi keprihatinan bersama. Seperti


data BNN sebanyak 22% pecandu narkoba adalah pelajar dan mahasiswa dan 14.000 adalah anak-
anak. Sungguh data yang perlu menjadi pemikiran bersama. Bagaimana upaya menyelamatkan
generasi muda dari jerat narkoba. Padahal dalam pendidikan (edukasi) selalu ditumbuhkan
penanaman (pengimplementasian) pendidikan karakter. Lalu sejauhmana penanaman karakter?
Dan mengapa banyak generasi muda yang tidak peduli akan masa depannya?

Sudah banyak usulan yang ditujukan kepada pemangku kepentingan pendidikan


antinarkoba masuk dalam kurikulum. Apalagi dalam kurikulum 2013 (kurtilas) pendidikan
karakter menjadi salah satu tujuan penilaian. Penilaian sikap spiritual, moral, dan etika (karakter)
menjadi parameter yang harus menjadi pengamatan yang masuk dalam laporan di tiap semester.
Dari sini membuktikan keseriusan dalam pendidikan untuk membentuk manusia sebagai insan
yang baik dan berkarakter.

Memang, institusi pendidikan tetap serius. Keseriusannya bisa dilihat setiap masa jeda
(usai test) sampai pada penyampaian laporan (raport). Salah satu kegiatan yang dimasukkan
biasanya pendidikan anti narkoba, yang disampaikan BNN maupun kepolisian. Hal itu
menunjukkan bahwa para guru di sekolah juga memiliki kepedulian akan nasib anak didiknya akan
bahaya narkoba. Mereka sadar bahwa penyimpangan narkoba akan mengubah pendidikan
karakter itu sendiri. Karena dengan kegiatan pendidikan anti narkoba akan menghindari
penyalahgunaan narkoba serta upaya melawan penyalahgunaan obat-obatan, dan penjualan obat
secara ilegal. Pemahaman bahaya narkoba tentu perlu diberikan sejak awal.

Hakikat pembangunan harus dilandasi pendidikan karakter yang kuat. Pembangunan fisik
bagus namun pendidikan karakter gagal, bagaikan usaha yang sia-sia. Terlalu lama membangun
pendidikan karakter namun pembangunan fisik akan mudah diperbaiki dan dipulihkan kembali
dengan segera. Kunci pembangunan adalah diolah oleh bangsa yang sehat, terutama mental dan
karakter maka harus bebas dari narkoba.

Penetapan Hari Antinarkoba Internasional sendiri dicanangkan United Nations Office on


Drugs and Crime (UNODC) pada 26 Juni 1988. Dengan mengambil momen pengungkapan kasus
perdagangan opium oleh Lin Zexu (1785-1851) di Humen Guangdong, Tiongkok. Pemerintah
Indonesia juga harus secara serius dalam penanganan penyalahgunaan narkoba. Tidak hanya
dengan keberhasilan penangkapan bandar-bandar besar namun bagaimana upaya mencegah dan
memberantas agar tidak mudah masuk ke generasi muda. Orang muda mulai dicegah melalui
pendidikan karakter yang baik. Bila mengacu amanat dari syair lagu kebangsaan:"bangunlah
jiwanya bangunlah badanya untuk Indonesia Raya."Disini jelas tersirat bahwa pembangunan
karakter diutamakan (diprioritaskan).

Demi melawan dan mencegah penyalahgunaan narkoba, pemerintah harus melakukan


revolusi karakter bangsa melalui penataan dan implementasi kembali pendidikan karakter. Melalui
optimalisasi pendidikan spiritual dalam pendidikan agama dan pendidikan moral dalam
pendidikan kewarganegaraan dengan semangat cinta tanah air dan bela negara. Demikian halnya
dalam pendidikan berbasis pengetahuan alam dan oleh raga sebagai pendukungnya. Prinsipnya
pendidikan karakter harus dimulai dan digalakkan sejak pendidikan anak usia dini (PAUD) demi
melawan narkoba sejak dini.

Paling tidak di pemerintahan lima tahun berikutnya, Presiden Jokowi diharapkan


memprioritaskan atau mengimplementasikan sumber daya manusianya (SDM) di pendidikan
karakter dalam revolusi mentalnya. Bangsa yang kuat, tangguh jika mental,jiwa dan karakternya
kuat.
A. Analisis Struktrur dan kebahasaan
1. Struktur

2. Kebahasaan
a. Adverbia Kualitatif
1) Sangat
Penyalahgunaan narkotika sudah sangat mengancam generasi muda.
b. Adverbia Kuantutatif
1) Banyak
Sudah banyak usulan yang ditujukan kepada pemangku kepentingan pendidikan
antinarkoba masuk dalam kurikulum.
c. Adverbia Limitatif
1) Hanya
Tidak hanya dengan keberhasilan penangkapan bandar-bandar besar namun
bagaimana upaya mencegah dan memberantas agar tidak mudah masuk ke generasi
muda.
2) Sampai
Menurut laporan Badan Narkotika Nasional (BNN), Indonesia darurat narkoba sejak
1971 sampai sekarang.
d. Adverbia Frekuentif
1) selalu
Padahal dalam pendidikan selalu ditumbuhkan penanaman pendidikan karakter.

3. Kosakata
a. Istilah Umum
No Istilah Umum Kata Kajian
1) Penyalahgunaan narkotika sudah milenial
sangat mengancam generasi muda.
2) Padahal dalam pendidikan selalu Pendidikan = edukasi
ditumbuhkan penanaman pendidikan Penanaman = pengimplementasian
karakter.
3) Penilaian sikap spiritual, moral, dan sikap spiritual, moral, dan etika =
etika menjadi parameter yang harus karakter
menjadi pengamatan yang masuk
dalam laporan di tiap semester.
4) Keseriusannya bisa dilihat setiap masa penyampaian laporan = raport
jeda (usai test) sampai pada
penyampaian laporan (raport).
5) Disini jelas tersirat bahwa Diutamakan = diprioritaskan
pembangunan karakter diutamakan.
b. Aktual
1) Menurut laporan Badan Narkotika Nasional (BNN), Indonesia darurat narkoba
sejak 1971 sampai sekarang.
2) Demi melawan dan mencegah penyalahgunaan narkoba, pemerintah harus melakukan
revolusi karakter bangsa melalui penataan dan implementasi kembali pendidikan
karakter.
c. Fenomenal
1) Penilaian sikap spiritual, moral, dan etika menjadi parameter yang harus menjadi
pengamatan yang masuk dalam laporan di tiap semester.
2) Hakikat pembangunan harus dilandasi pendidikan karakter yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai