04 Irma Rahmawati Ok
04 Irma Rahmawati Ok
Abstract
Social Security Administering Body (BPJS) Health is an agency
appointed by the Government to organize social security for the
community. But in practice, the role of this institution is often complained
about the issue of payment of claims that tend to be delinquent so that
officials in the hospital tend to provide health services that are not
satisfactory for the community, especially from the lower middle class. It
shows a lack of good coordination between the two institutions that
support the healthcare program for low-income communities. Research
with cases at Hadji Boejasin Pelaihari Hospital shows symptoms of
dissatisfaction in the aspects of services provided to BPJS Health
participants are dominant. This happens because the existing health
personnel tend to be less professional. So even though the Hospital
management has tried to improve the quality of service to excellent service,
it seems less supported by the performance of officers at the lower level
which still many who have not shown professionalism.
A. PENDAHULUAN
A.1. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, kesehatan merupakan urusan wajib terkait
pelayanan dasar yang diserahkan kepada daerah. Dalam lampiran
Undang-Undang No. 23 tahun 2014 dijelaskan tentang pembagian
urusan pemerintahan bidang kesehatan antara pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam kesehatan, yang meliputi upaya kesehatan,
sumber daya manusia (SDM) kesehatan, pemberdayaan masyarakat
bidang kesehaan. Pelayanan dasar yang wajib diterima oleh setiap warga
1 Diringkas dari Tesis yang dibuat oleh Irma Rahmawati dibawah bimbingan
Prof Dr Udiansyah MS dan Dr Agung Nugroho MSc.
2 Irma Rahmawati adalah mahasiswa Program Magister Sains Administrasi
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
143
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
144
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
145
B. METODOLOGI
B.1. Tinjauan Pustaka
B.1.1. Konsep Pelayanan Publik
Pelayanan publik merupakan perbuatan atau kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan mengurus hal-hal yang diperlukan
masyarakat. Secara garis besarnya yang dimaksud dengan pelayanan
publik adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masyarakat oleh instansi yang berwenang
baik sektor pemerintah maupun swasta, yang bertujuan untuk
memuaskan masyarakat. Salah satu instansi pelayanan publik adalah
Rumah Sakit sebagai penyedia layanan kesehatan.
Kualitas pelayanan berhubungan dengan pemenuhan harapan
atau kebutuhan pelanggan. Kualitas biasanya menggambarkan
karakteristik langsung suatu produk atau pelayanan, seperti kinerja,
kehandalan, mudah dalam penggunaan, persoalan estetika dan yang
lainnya. Kualitas pelayanan merupakan sebuah tolok ukur terhadap
sebuah pelayanan oleh penyedia layanan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pemakai layanan dan ketercapaian kepuasan pemakai. Dalam
hubungan itu dibutuhkan standar pelayanan yang prima. Standar
pelayanan publik merupakan tolok ukur pelayanan yang diberikan
sehingga dapat mencapai kualitas pelayanan yang telah diberikan.
Standar pelayanan merupakan komitmen pemberi atau penyedia
layanan kepada pengguna layanan untuk dapat memberikan pelayanan
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
146
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
147
suatu produk (barang dan atau jasa) yang menunjang kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan yang dispesifikasikan. Kualitas seringkali
diartikan sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan atau
kesesuaian terhadap persyaratan atau kebutuhan. Dalam hal ini kualitas
harus diperbaiki setiap waktu karena produk yang dianggap berkualitas
pada saat ini mungkin akan dianggap kurang berkualitas pada masa
mendatang.
Berbagai pendekatan dapat dilakukan untuk menilai suatu
kualitas pelayanan. Di antara pendekatan tersebut adalah “transcedental
approah” (pendekatan transedental), product-based approach (pendekatan
berdasarkan produk), user-based approach (pendekatan yang didasarkan
siapa penggunanya), manufacturing-based approach (pendekatan atas dasar
visi produsen), dan value-based approach (pendekatan atas dasar nilai atau
harga).
Kualitas dalam pendekatan transedental adalah sesuatu yang
dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun
diukur. Perspektif ini umumnya diterapkan dalam karya seni seperti
musik, seni tari, seni drama dan seni rupa. Untuk produk dan jasa
pelayanan, perusahaan dapat mempromosikan dengan menggunakan
pernyataan-pernyataan seperti kelembutan dan kehalusan kulit (sabun
mandi), kecantikan wajah (kosmetik), pelayanan prima (bank) dan
tempat berbelanja yang nyaman (mall). Definisi seperti ini sangat sulit
untuk dijadikan sebagai dasar perencanaan dalam manajemen kualitas.
Kualitas dalam pendekatan berdasarkan produk adalah suatu
karakteristik atau atribut yang dapat diukur. Perbedaan kualitas
mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara
obyektif, tetapi pendekatan ini dapat menjelaskan perbedaan dalam
selera dan preferensi individual.
Kualitas dalam pendekatan siapa pengguannya didasarkan pada
pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya,
dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang atau cocok
dengan selera merupakan produkyang berkualitas paling tinggi.
Kualitas dalam pendekatan berdasarkan visi produsen adalah
bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang
mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan
persyaratannya (conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini
berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara
internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar-
standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang
menggunakannya.
Adapun kualitas dalam pendekatan berdasarkan nilai produk
adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Produk yang
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
148
paling bernilai adalah produk yang paling tepat dibeli. Meskipun sulit
mendefinisikan kualitas dengan tepat dan tidak ada definisi kualitas
yang dapat diterima secara universal.
Kualitas produk harus dibedakan antara produk manufaktur
atau barang (goods) dengan produk layanan (service); karena keduanya
memilki banyak perbedaan. Menyediakan produk layanan (jasa) berbeda
dengan menghasilkan produk manufaktur. Zeithaml, Berry dan
Parasuraman (1990) telah melakukan berbagai penelitian terhadap
beberapa jenis jasa, dan berhasil mengidentifikasi lima dimensi
karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi
kualitas pelayanan. Kelima dimensi karakteristik kualitas pelayanan
tersebut adalah:
a. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan telah
yang dijanjikan.
b. Responsiveness (daya tangkap), yaitu kemampuan untuk menolong
pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik.
c. Assurance (jaminan), yaitu mencakup pengetahuan, kesopanan dan
sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya,
resiko ataupun keragu-raguan.
d. Empathy, yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian secara
individualkepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan serta
kemudahan untukdihubungi.
e. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi.
Dimensi kualitas yang dikemukakan oleh Zeithaml, Berry dan
Parasuraman tersebut berpengaruh pada harapan pelanggan dan
kenyataan yang mereka terima. Jika kenyataannya pelanggan menerima
pelayanan melebihi harapannya, maka pelanggan akan mengatakan
pelayanannya berkualitas dan jika kenyataannya pelanggan menerima
pelayanan kurang atau sama dari harapannya, maka pelangganan boleh
jadi mengatakan pelayanannya tidak berkualitas atau tidak memuaskan.
Definisi kualitas jasa pelayanan ini adalah dapat dilihat dari
perbandingan antara harapan konsumen dengan kinerja kualitas jasa
pelayanan. Pelayanan terbaik pada pelanggan (excellent) dan tingkat
kualitas pelayanan merupakan cara terbaik yang konsisten untuk dapat
mempertemukan harapan konsumen (standar pelayanan eksternal dan
biaya) dan sistem kinerja cara pelayanan (standar pelayanan internal,
biaya dan keuntungan). Kualitas jasa pelayanan merupakan
perbandingan antara harapan konsumen dengan kinerja kualitas jasa
pelayanan. Pelayanan terbaik pada pelanggan dan tingkat kualitas
pelayanan merupakan cara terbaik yang konsisten untuk dapat
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
149
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
150
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
151
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
152
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
153
2) Menentukannilaikritisdenganlevelofsignificantα=5%
ttabel =tα/2;n-k
C. HASIL PENELITIAN
C.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Hadji Boejasin merupakan Rumah
Sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Laut yang terletak di
lokasi strategis di Jalan Hadji Boejasin No.68 Pelaihari Kelurahan
Angsau Kecamatan Pelaihari, jarak antar kota Pelaihari ± 1 km,
sedangkan jarak dengan Ibu KotaPropinsi Kalimantan Selatan
(Banjarmasin)± 65 km, yang dilalui angkutan desa dan angkutan antar
kota dalam maupun luar Kabupaten. Pembangunan Rumah Sakit
Umum Daerah Hadji Boejasin Pelaiharidialokasikan dana selama 5
tahun yaitu sejak Pelita II yang bersumber dari APBD, diawali tahun
anggaran 1973/1974 sampai dengan 1983/1984 melalui DIP
Pembangunan Rumah Sakit Umum Propinsi, Kabupaten, Kotamadya,
Propinsi Kalimantan Selatan.
Rumah Sakit Umum Daerah Hadji Boejasin Pelaihari Bangunan
berada di atas tanah seluas 100 m x 200 m = 20.000 m2 dengan luas
bangunan 4060 m2 termasuk bangunan baru yang berupa gedung
bersalin seluas 437 m2 pada tahun anggaran 1999/2000, selanjutnya
diikuti dengan penambahan dan perbaikan dibeberapa ruangan dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan dengan daya listrik berkapasitas
105 KVA. Rumah Sakit Umum Daerah Hadji Boejasin
Pelaihariberstatus rumah sakit type D dengan SK Menkes RI nomor
134/Menkes/SK/IV/78 tanggal 12 April 1978 kemudian pada tahun
2003 Rumah Sakit Umum Daerah Hadji Boejasin Pelaihari berubah
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
155
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
157
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
158
D. PEMBAHASAN
D.1. Pengaruh Tangibility terhadap kepuasan pasien
Hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa Tangibility
mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pasien. Artinya technical quality
yang mempunyai pengaruh dengan kepuasan pasien meliputi kebersihan
ruangan, kelengkapan peralatan medis, dan penampilan petugas medis,
terhadap kepuasan pasien rumah sakit RSUD H. Boejasin Pelaihari. Hal
ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa Tangibility
mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pasien, serta mendukung teori
Gronroos dalam Tjiptono (2004:60), bahwa Tangibility adalah
komponen yang berkaitan dengan kualitas output (keluaran) yang
diterima pelanggan.
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
159
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
160
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara parsial variabel tangibility, responsive, assurance dan empathy
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pengguna
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
161
DAFTAR PUSTAKA
Anggriani, Sopia Weni, 2016. Kualitas Pelayanan Bagi Peserta Bpjs
Kesehatan Dan Non Bpjs Kesehatan. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. Vol. 5, No. 2.
Azwar, Azrul, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. PT. Bina Rupa
Aksara, Jakarta.
Depkes RI, 1997. Standar Asuhan Keperawatan. SagungSeto, Jakarta.
Depkes RI, 2000. PedomanUraianTugasTenagaPerawat di RumahSakit. Tim
Depkes RI. Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan,
Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Jakarta.
Lee H, Lee Y, Yoo D, 2000. “The determinants of perceived service
quality and its relationship with satisfaction‟, Journal of Services
Marketing, Vol. 14 Iss: 3, pp.217 – 23.
Hanna, PS. 2005. Diamond Head Drill & Kepemimpinan Dalam Manajemen
Rumah Sakit. PenerbitAndi, Yogyakarta.
Kirom, Bahrul. 2010. Mengukur Kinerja Pelayanan dan Kepuasan Konsumen.
Pustaka Reka Cipta, Bandung.
Kotler dan Keller, 2009. Manajemen Pemasaran. PT.Indeks. Jakarta
Parasuraman, et.al., 1998. “SERVEQUAL: A. Multiple-item Scale for
Measuring Consumer Perseption of Service Quality.” Journal of
Retailing, Vol. 64 (January),
Putri, Baby Silvia dan Lindawati Kartika, 2017. Pengaruh Kualitas
Pelayanan Bpjs Kesehatan Terhadap Kepuasan Pengguna
Perspektif Dokter Rumah Sakit Hermina Bogor. Jurnal Riset
Manajemen dan Bisnis Vol.2, No.1.
Riadi, Edi, 2016. Statistika Penelitian. Pustaka Mandiri, Jakarta.
Riyanto, Agus, 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Mutia
Medika, Jogjakarta.
RSUD H. Boejasin. 2015. Laporan Tahunan. Rekam Medik RSUD HB.
Pelaihari.
Sarman, Mukhtar, 2010. Metodologi Penelitian Sosial. Pustaka Fisip Unlam,
Banjarmasin.
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018
162
FOCUS Volume 8, Nomor 1, Januari - Juni 2018