TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stroke
1. Definisi Stroke
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya
fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World
Health Organization [WHO], 2014).
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perubahan neurologis yang disebabkan adanya gangguan suplai darah
ke bagian otak. Stroke menurut World Health Organization (WHO)
adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya
penyebab lain selain vaskuler (Rumantir, 2007 dalam Hidayat, 2015).
Stroke terjadi akibat pembuluh darah yang membawa darah dan
oksigen ke otak mengalami penyumbatan dan ruptur, kekurangan
oksigen menyebabkan fungsi control gerakan tubuh yang dikendalikan
oleh otak tidak berfungsi (American Heart Association [AHA], 2015)
2. Klasifikasi Stroke
Berdasarkan mekanisme terjadinya stroke digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu stroke penyumbatan (iskemik) dan stroke perdarahan
(hemoragik).
a. Stroke Iskemik
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian besar atau keseluruhan
terhenti. Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak
berkurang karena sumbatan sehingga oksigen yang sampai ke otak
juga berkurang. Iskemik otak terjadi bila aliran darah ke otak
kurang dari 20 ml per 1000 gram otak per menit (Junaidi, 2011).
Stroke iskemik secara umum diakibatkan oleh aterosklerosis
pembuluh darah serebral, baik yang besar maupun yang kecil.
7
8
gerakan ROM terdapat pada 6 sendi utama yaitu siku, bahu, pinggul,
pergelangan tangan, pergelangan kaki dan lutut, gerakan ini meliputi
fleksi, ekstensi, adduction, internal, dan eksternalrotasi, dorsal serta
plantar fleksi (Ellis & Bentz, 2007) Pemulihan fungsi ektremitas atas
biasanya terjadi dalam rentang waktu 4 minggu, latihan yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan fungsi ekstremitas atas yaitu
menggenggam, mencengkram, bergerak, dan melepaskan beban
(Ghaziani et al., 2017).
2. Fungsi ROM(Range Of Motion)
Melakukan mobilisasi persendian dengan latihan ROM (Range Of
Motion) dapat mencegah berbagai komplikasi seperti infeksi saluran
perkemihan, pneumonia aspirasi, nyeri karena tekanan, kontraktur,
tromboplebitis, dekubitas sehingga mobilisasi dini penting dilakukan
secara rutin dan berlanjut.Memberikan latihan ROM (Range Of Motion)
secara dini dapat meningkatkan kekuatan otot karena dapat menstimulasi
motor unit sehingga semakin banyak motor unit yang terlibat maka akan
terjadi peningkatan kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian,
merangsang sirkulasi darah (Suratun, Heryati, Manurung, & Raenah,
2008.).
3. Prinsip Dasar Latihan ROM(Range Of Motion)
a) ROM(Range Of Motion) harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan
minimal 2 kali sehari.
b) ROM(Range Of Motion) dilakukan perlahan dan hati-hati agar tidak
melelahkan pasien.
c) Dalam merencanakan program latihan ROM(Range Of Motion),
perhatikan umur pasien, diagnosis, tanda-tanda vital, dan lamanya
tirah baring.
d) ROM (Range Of Motion) sering diprogramkan oleh dokter dan
dikerjakan oleh fisioterapi atau perawat.
20
b) Abduksi/Adduksi
Dukungan lengan di pergelangan dengan telapak tangan dan siku
dari tubuhnya klien, geser lengan menjauh menyamping dari badan,
21
c) Siku Fleksi/Ekstensi
Dukungan siku dan pergelangan tangan, tekuk lengan klien
sehingga lengan menyentuh ke bahu, luruskan lengan ke depan
Stroke salah satunya adalah dengan latihan gerak sendi atau ROM
(Range Of Motion)(Wina, 2009).
6. Proses Pelaksanaan MMT (Manual Muscle Test)
a) Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah
berkontraksi sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus
memungkinkan kontraksi otot dan gerakan mudah diobservasi
b) Bagian tubuh dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat
c) Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan
d) Pasien mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada
segmen proksimal
e) Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi baik
palpasi pada tendon atau otot perut
f) Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan gerakan
sendi penuh dan dengan melawan gravitasi
g) Melakukan pencatatan hasil MMT (Manual Muscle Test)
7. Kriteria hasil pemeriksaan MMT(Manual Muscle Test)
a) Normal (5) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh melawan
gravitasi, dan melawan tahanan maksimal
b) Good (4) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh melawan
gravitasi dan menahan tahanan sedang (moderate)
c) Fair (3) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh melawan
gravitasi tanpa tahanan
d) Poor (2) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa
melawan gravitasi
e) Trace (1) tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi
f) Zero (0) kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
8. Frekuensi Latihan
Latihan ROM dilakukan 5 kali dalam seminggu selama 6 minggu.
Pada minggu pertama latihan dilakukan sebanyak 5 kali untuk setiap
gerakan dan selanjutnya pada minggu kedua dilakukan 6 kali setiap
gerakan hingga pada minggu keenam gerakan dilakukan sebanyak 10
23
kali. Latihan ROM dilakukan pada bidang sagital dengan posisi duduk
atau berdiri. Untuk melihat adanya perbedaan peningkatan yang
bermakna antara pengukuran pertama dan kedua, kedua dan ketiga,
pertama dan ketiga dilakukan uji analisis Wilcoxon Signed Rank Test.
ROM (Range Of Motion) merupakan salah satu indikator fisik yang
berhubungan dengan fungsi pergerakan (Easton,2010).
Pelaksanaan ROM (Range Of Motion) harus disesuaikan dengan
kondisi pasien, untuk pasien Stroke akibat trombus dan emboli jika tidak
ada komplikasi lain dapat dimulai setelah 2-3 hari setelah serangan dan
bila terjadi perdarahan subarachnoid dimulai setelah 2 minggu, pada
trombosis atau emboli yang ada infark miocard tanpa komplikasi yang
lain dimulai setelah minggu ke 3 dan apabila tidak terdapat aritmia mulai
hari ke 10. Pelaksanaan dilakukan secara rutin dengan waktu latihan
antara 45 menit yang terbagi dalam tiga sesi dan tiap sesi diberikan
istirahat 5 menit namun apabila pasien terlihat lelah, ada perubahan
wajah dan ada peningkatan menonjol tiap latihan pada vital sign, maka
dengan segera harus dihentikan (Sodik, 2012)
Menurut Bandy &Bringgle(2009), latihan untuk meningkatkan
ROM(Range Of Motion) dapat dilakukan 5 hari dalam setiap minggu
selama 6 minggu yang dilakukan sebanyak 1 atau 3kali dalam sehari
dengan latihan peregangan pasif dan statik. Menurut Nelson dan Bandy
(2004), Terdapat peningkatan ROM (Range Of Motion)fleksi sendi lutut
setelah dilakukan latihan peregangan statik atau latihan eksentrik selama
6 minggu. ROM(Range Of Motion) sendi lutut juga meningkat setelah
protokol peregangan selesai (Spernoga et al,2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lukas (2008) yang meneliti
tentang efektifitas mobilisasi persendian dengan latihan ROM (Range Of
Motion) aktif dan pasif terhadap kekuatan otot lengan pada pasien paska
Stroke di ruang Wijaya Kusuma RSU Dr. Soedono. Pelaksanaan
mobilisasi persendian dengan latihan ROM(Range Of Motion)aktif dan
pasif pada penelitian ini dimulai pada hari ke 2 dan dilaksanakan selama
24
0% 0%
kekuatan
otot 0
53,3% 46,7%
(8) (7)
kekuatan
otot 1
Gambar 2.1
Kemampuan Motorik Pasien CVA Infark Sebelum Diberikan
ROM (Range Of Motion) Pasif
Hasil penelitian diatas pada gambar menunjukkan dari 15 orang,
sebelum diberi latihan ROM pasif sebanyak 8 orang (53,3%)
mempunyai skala kekuatan otot 1, dan sisanya sebanyak 7 orang
(46,7%) mempunyai skala kekuatan otot 0
b) Kemampuan Motorik Pasien CVA Infark Sesudah Diberikan ROM
(Range of Motion)Pasif
26,7% 0% 13,3%
(4) (2) kekuatan
otot 0
60% (9)
kekuatan
otot 1
kekuatan
otot 2
Gambar 2.2
post stroke di RSUD Gambiran Kediri tahun 2014. Mengingat bahaya dari
penyakit Stroke maka hal yang lebih penting adalah dengan melakukan
pencegahan dengan pengurangan berbagai faktor risiko, seperti hipertensi,
penyakit jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia, merokok, dan obesitas
saat serangan stroke pertama dapat mencegah serangan stroke berulang
demikian diharapkan Rumah Sakit bisa memberikan layanan keperawatan
yang lebih prima dengan meningkatkan pelaksanaan edukasi secara teratur
dengan struktur yang lebih baik terutama dengan menggunakan media yang
bervariasi seperti penggunaan booklet tentang pelaksanaan ROM dengan
demikian kesadaran pasien dan keluarga untuk mau dan mampu melakukan
latihan Range Of Motion (ROM) akan meningkat.
28
D. Kerangka Teori
Faktor Ireversible:
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Ras/bangsa
4. Hereditas