Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT GASTROENTERITIS AKUT


DI RSUD BANYUMAS

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Stase Keperawatan Medikal Bedal (KMB)

Disusun oleh:
Nama : MUSLIHUDIN
NIM : I4B018069

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS

A. LATAR BELAKANG
Gastroentritis adalah suatu keadaan dimana tinja menjadi lunak hingga
cair dan terjadi berulang-ulang (lebih dari 3x dalam sehari). (Sudoyo 2006).
Gastroenteritis atau diare adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan
diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan.
(Swanson, 2008 ).
World Health Organization melaporkan sekitar 3,5 juta kematian per
tahun disebabkan oleh diare. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia karena angka morbiditas dan
mortalitasnya yang masih tinggi. Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan jumlah kasus 5.576 orang dengan kematian 100 orang, sedangkan tahun
2010 terjadi KLB diare di 33 Kecamatan dengan jumlah penderita 4.204 dengan
jumlah kematian 73 orang. Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan, Volume
2, Triwulan 2, 2011).
Penyebab diare terbanyak di Indonesia masih infeksi, hal ini disebabkan
sanitasi dan gigiene yang masih buruk. Walaupun demikian penyebab-penyebab
lain dari diare perlu diwaspadai dan perlu dicegah serta diobati sesegera
mungkin.

B. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami tentang penyakit Gastroenteritis.
2. Mengetahui dan memahami masalah keperawatan yang muncul pada kasus
Gastroenteritis.
3. Menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan Gastroenteritis.

C. Pengertian
Gastroentritis adalah suatu keadaan dimana tinja menjadi lunak hingga
cair dan terjadi berulang-ulang (lebih dari 3x dalam sehari). (Sudoyo 2006).
Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare
yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan. (Swanson,
2008 ). Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah
(Sowden,et all.1996). Gastroenteritis adalah kaadan ketika seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami defekasi sering dengan feses cair atau feses
tidak berbentuk, (Carpenito, 2007).
Diare yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/ tanpa darah
dan/ atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara
mendadak dan berlangsung kurang dari tujuh hari pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. (Mansjoer, 2000).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan
volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih
dari 3 kali/ hari. (Hidayat, 2008).
Dari beberapa pengertian di atas dapat sisimpulkan bahwa diare adalah
suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau
lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

D. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi interal
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
1) Infeksi bakteri: vibrio, E.coli, salmonella, shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
2) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
3) Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba hystolytica, Giardia lambilia, Trichomonas
hominis), jamur (Candida albicanas).
b. Infeksi parenteral
Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut
(OMA), tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronchopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
E. Manifestasi Klinis
Gejala awal suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, kemudian timbul diare tinja makin cair, mungkin mengandung
darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
empedu, anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam akibatnya,
banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
dehidrasi diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit
terjadilah gejala dehidrasi, berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan
cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi
kering.
Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
1. Ringan (kehilangan 2,5% BB)
Dehidrasi Kesadaran Komposmetis, nadi kurang dari 120 kali per menit,
pernafasan biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung, turgor
dan tonus biasa, mulut kering.
2. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat,
ubun-ubun besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak
berkurang, mulut kering.
3. Dehidrasi berat (kehilangan > 10% BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali per menit,
pernafasan kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang
sekali, mulut ering dan sianosis.(Mansjoer, 2000).

F. Patofisiologi
Mekasnisme dasar yang menyebabkan diare adalah adanya gangguan
osmotik yaitu akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga teradi
pergeseran air dan elek trolit ke dalam rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga akan timbul diare.
Penyebab yang kedua adanya gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu
(misal toksik) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit kedalam rongga usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
ke dalam rongga usus selanjutnya timbul diare. Penyebab ketiga adalah adanya
gangguan motilitas usus yaitu hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya peristaltik
usus menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare.
Faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan dan minuman yang tercemar, tertelan lalu masuk kedalam
lambung yang akan dinetralisir oleh asam lambung. Mikroorganisme akan mati
atau bila jumlahnya banyak maka akan ada yang lolos sampai usus duabelas jari
(duodenum) dan akan berkembang biak di usus halus bakteri memproduksi
enzim mucinosa yang akan berkembang biak di usus halus. Bakteri
memproduksi enzim mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel epitel. Di
dalam membrane bakteri mengeluarkan sehingga penyerapan makanan/ air
terganggu terjadilah hipersekresi sehingga terjadilah diare.
Faktor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak dapat
diserap oleh lambung yang terdapat keseimbangan mikrofora melalui prses
fermentasi, mikroflora usus metabolisme berbagai macam substrat terutama
komponen dari diet dengan hasi akhir asam lemak dan gas sehingga tekanan
osmotik dari rongga usus meningkat dan terjadi perpindahan cairan dari rongga
usus yang berakibat mobilitas usus meningkat sehingga menimbulkan diare.
Faktor psikologi (takut dan cemas) menyebabkan pengeluaran hormon
adrenalin meningkat dan akan mempengaruhi kerja saraf parasimpatik sehingga
terjadi hiperperistaltik yang akhirnya timbul diare. (Ngastiyah, 2006; Mansjoer,
2000)

G. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang menurut Mansjoer (2000) adalah :
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance)
c. Biakan kuman dan uji resistensi
2. Pemeriksaan darah
a. Darah perifer lengkap
b. Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum
pada diare yang disertai kejang)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal
d. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kulitatif terutama pada diare kronik.

H. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari diare adalah :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia(dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
lactase.
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

I. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan penderita Gastroenteritis adalah pemberian cairan, 4 hal yang
perlu diperhatikan dalam pemberian :
1. Jenis cairan : Cairan rehidrasi oral dan cairan rehidrasi parenteral.
2. Jalan pemberian : Cairan rehidrasi oral diberikan untuk penderita dehidrasi
atau belum, tetapi kesadarannya menurun, tidak terdapat muntah-muntah
hebat.
3. Jumlah cairan : Jumlah cairan yang harus diberikan adalah:
- Dehidrasi ringan, penggantinya 50 cc/kg berat badan perhari.
- Dehidrasi sedang, penggantinya 60 – 90 cc/kg berat badan perhari.
- Dehidrasi berat, penggantinya 100 cc/hari berat badan perhari.
4. Jadwal pemberian : Jadwal pemberian cairan tergantung pada derajat
dehidrasi.
- Dehidrasi ringan : Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan
gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita
belum jatuh pada keadaan syok.
- Dehidrasi Sedang : Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan
dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh
pre syok nadi cepat dan dalam.
- Dehidrasi berat : Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan
gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah
dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku
sampai sianosis.

J. Pemberian Terapi Simptomik


Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan
keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare
yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu
kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.
1. Obat-obat antidiare:
Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat.
Antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, loperamid dan
sebagainya) yang menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan
terjadi peningkatan (overgrowth) bakteri, gangguan digesti dan absorbsi.
Obat-obat ini perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat
(Noerasid dkk., 1988).
2. Adsorbens:
Obat-obat adsorben seperti kaolin, pektin, charcoal (norit, Tabonal®) dan
sebagainya, telah dibuktikan tidak ada manfaatnya.
3. Stimulans:
Obat-obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamide dan sebagainya tidak
akan memperbaiki dehidrasi (hipovolemic shock) sehingga pengobatan yang
paling tepat pemberian cairan secepatnya (Noerasid dkk., 1988).
4. Antiemetic:
Obat antiemetik seperti chlorpromazine dan prochlorperazine mempunyai
efek sedative. Obat antiemetik seperti klorpromazin (largaktil)terbukti selain
mencegah muntah juga mengurangi sekresi dan kehilangan cairan bersama
tinja. Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan 1mg/kgBB/hari)
kiranya cukup bermanfaat, tetapi juga perlu diingat efek samping dari obat
ini. Penderita menjadi ngantuk sehingga intake cairan kurang.
5. Antipiretika
Obat antipiretika seperti preparat silisilat (asetosal,aspirin) dalam dosis
rendah (25mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk menurunkan panas
sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi
cairan yang keluar bersama tinja.
6. Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,
Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk
kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan
konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan
elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau
diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran
cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan
reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan
mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang
adekuat.

K. Pemberian Terapi Definitive


Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada: pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada
diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DIARE (GASTROENTRITIS)

A. Pengkajian Data Fokus


1. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
2. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
3. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.
4. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
5. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
6. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
7. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena
kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai
pada fase sakit.
8. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada
penyakit.
9. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan
peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
10. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang berangsur-
angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
11. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang
karena gejala penyakit.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi, makanan, psikologis
Batasan karakteristik :
a. Buang air besar lebih dari 5 kali sehari
b. Suara usus hiperaktif
c. Nyeri perut
d. Kram abdomen

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder


akibat diare.
Batasan karaktristk :
a. Perubahan status mental
b. Kelemahan
c. Haus
d. Penurunan turgor kulit
e. Membran kulit kering
f. Peningkatan denyut nadi, suhu tubuh
g. Kehilangan berat badan secara tiba-tiba
h. Peningkatan konsentrasi urin
3. Perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan dengan mal
absorbsi nutrien, mual muntah dan diare.
Batasan karaktristk :
a. Berat badan 20% atau lebih di bawah ideal
b. Suara usus hiperaktif
c. Enggan untuk makan
d. Kenyang secara mendadak setelah kemasukan makanan
e. Tonus otot jelek
f. Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
g. Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit karena
peningkatan BAB
Batasan karakteristik :
a. Gangguan pada bagian ubuh
b. Kerusakan lapisan kulit (dermis)
c. Rusaknya permukaan kulit (epidermis)
5. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder akibat
dehidrasi.
Batasan karakteristik :
a. Peningkatan suhu tubuh diatas batas normal
b. Convulsi (kejang)
c. Kulit merah
d. Takikardi
e. Hangat ketika disentuh
f. Tachypnea
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang
terpajan informasi adekuat.
Batasan karakeristik :
a. Pernyataan /permintaan informasi
b. Tidak tepat dalam mengikuti pikiran atau instruksi
c. Tingkah laku yang tidak tepat
d. Verbalisasi masalah.

C. Fokus Intervensi
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi, makanan, psikologis
Tujuan: penurunan frekuensi BAB kurang dari 3 kali sehari.
Kriteria hasil:
a. Feses mempunyai bentuk.
b. Rectal tidak terjadi iritasi
c. Tidak mengalami diare
Intervensi:
a. Kaji faktor penyebab diare
Rasional : untuk mengetahui penyebab dari diare.
b. Turunkan aktivitas fisik selama periode akut diare
Rasional : penurunan aktivitas fisik dapat menurunkan peristaltik
c. Tingkatkan pemenuhan kebutuhan cairan per oral
Rasional : untuk menggantikan cairan yang keluar.
d. Lakukan perawatan perianal yang baik
Rasional : iritasi perianal akibat diare harus dicegah
e. Anjurkan meningkatkan kebersihan
Rasional : untuk mencegah penyebaran infeksi.
f. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
Rasional : untuk membunuh kuman dan mencegah infeksi.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder akibat
diare.C
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dapat terpenuhinya kebutuhan
cairan
Kriteria hasil :
a. idak ada tanda-tanda dehidrasi
b. Turgor kulit baik
c. Membran mukosa lembab
d. Tidak ada rasa haus yang berlebihan
e. Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal
Intervensi keperawatan :
a. Kaji vital sign
Rasional : untuk mengetahui respons terhadap efek kehilangan cairan
b. Monitor dan catat intake dan output.
Rasional : untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk dan keluar.
c. Observasi tanda-tanda dehidrasi
Rasional : untuk menentukan jumlah cairan yang masuk.
d. Pantau BB, Suhu tubuh, kelembaban pada rongga oral, volume, dan
konsentrasi usus.
Rasional : untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar.
e. Berikan wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan)
Rasional : untuk menarik dan meningkatkan masukan cairan.
f. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional : untuk mengganti cairan yang hilang
3. Perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan dengan mal absorbsi
nutrien, mual muntah dan diare.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nutrisi dapat
terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
c. Tidak terjadi penurunan berat badan
d. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
Intervensi keperawatan :
a. Kaji kebiasaan diit, masukan makanan saat ini, dan derajat kesulitan
makan
Rasional : pada klien diare terjadi mual muntah untuk mengetahui
kebutuhan nutrisi yang diperlukan.
b. Kaji tanda-tanda vital
Rasional : indikasi respon dan status nutrisi.
c. Timbang BB setiap hari
Rasional : untuk memantau kebutuhan nutrisi dan pengawasan kehilangan
BB.
d. Anjurkan makan porsi kecil tapi sering
Rasional : untuk meningkatkan masukan nutrisi.
e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional : untuk meningkatkan nutrisi yang adekuat.
f. Kolaborasi dengan gizi pemberian diit yang tepat
Rasional : untuk perencanaan diit yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit karena
peningkatan BAB
Tujuan : kulit tidak lecet, dan kulit tidak kemerahan
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan penyembuhan luka tanpa komplikasi
b. Mampu mengidentifikasi faktor penyebab
c. Mengidentifikasi pengobatan untuk meningkatkan penyembuhan
d. Tidak ada lesi pada kulit
Intervensi :
a. Kaji keadaan kulit adanya eritema, kepucatan, lesi dan ruang
Rasional : menunjukkan resiko kerusakan dan memerklukan pengobatan
intensif
b. Identifikasi tahap perkembangan luka
Rasional : untuk mengetahui dan menentukan pengobatan yang tepat.
c. Ubah posisi dan mempertahankan tempat tidur kering, bebas kerutan.
Rasional : untuk mengurangi tekanan konstan pada area perianal dan
meminimalkan resiko kerusakan kulit anus.
d. Cuci area yang kemerahan dengan lembut menggunakan sabun ringan,
bilas seluruh area dengan bersih dan keringkan.
Rasional : untuk mencegah terjadinya komplikasi.
e. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk tidak memakaikan pakaian ketat.
Rasional : kelembaban dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri
f. Anjurkan keluarga untuk memakaikan celana dari katun yang longgar
Rasional : memungkinkan sirkulasi udara baik untuk meningkatkan dan
meminimalkan iritasi
g. Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat
Rasional : untuk membantu mempercepat penyembuhan luka.
5. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder akibat
dehidrasi.
Tujuan : klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Badan tidak panas
c. Mengetahui metode pencegahan hipertermi
d. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi :
a. Kaji suhu, nadi, tekanan darah, dan pernafasan
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien.
b. Berikan kompres hangat
Rasional : terjadi vasodilatasi pembuluh darah, panas cepat turun.
c. Pertahankan masukan cairan yang adekuat
Rasional : untuk mencegah dehidrasi.
d. Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat.
Rasional : untuk mengurangi panas.
e. Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : menurunkan suhu tubuh
f. Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : mengurangi defekasi dan mengembalikan fungsi absorbsi usus
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang
terpajan informasi adekuat.
Tujuan : Menunjukan peningkatan pemahaman kondisi/proses penyakit
selama tindakan keperawatan dilakukan.
Kriteria hasil :
a. Mendeskripsikan proses panyakit.
b. Mendeskripsikan factor penyebab.
c. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit
d. Mendeskripsikan tindakan untuk menurunkan progresifitas
e. Mendeskripsikan diet yang sesui untuk penyakit klien.
Intervensi :
a. Kaji ulang pengetahuan klien terhadap penyakit
Rasional : Mengidentifikasi pengetahuan klien dan keluarga terhadap
panyakit yang dialami klien.
b. Berikan informasi adekuat tentang proses penyakit, prognosis, perawatan.
Rasional : Pemberian pendidikan kesehatan diharapkan pengetahuan
keluarga dapat bertambah, sehingga keluarga dapat merawat anggota
keluarga yang sakit.
c. Diskusikan perubahan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi
atau mengontrol proses penyakit.
Rasional : Perubahan gaya hidup yang sesuai dan sehat dapat mencegah
terjadinya komplikasi lebih lanjut terhadap penyakit.
d. Diskusikan tentang pilihan terapi atau perawatan.
Rasional : Meningkatkan keaktifan klien dalam perawatan yang klien
dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Guyton & Hall, 2006, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan),


Jakarta:EGC

Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S., 2013, Nursing Outcomes Classification


(NOC), Mosby: Philadelphia.

Ma, O., J., 2004, Emergency Medicine Manual, USA : The Mc.Graw-Hill
Companies.

Mansjoer, A., dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Jakarta, Media
Aesculapius.

McCloskey, J dan Bulechek, G., 2013, Nursing Interventions Classification


(NIC), Mosby: Philadelphia.

Muttaqin, A., 2010, Pengkajian Keperawatan (Aplikasi Pada Praktek Klinis).


Jakarta: Salemba Medika.

Nanda (2015), Nursing Diagnosis: Prinsip-Prinsip dan Clasification, 2001-


2002, Philadelphia, USA.

Smeltzer C. Suzanne, Bare F. Brenda. 2001. Buku Kedokteran Medikal Bedah.


Jakarta, EGC.

Sudoyo, W. Aru, dkk., 2006 Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 Edisi IV, Jakarta,
Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI.

Swanson, E. dkk., 2008, Nursing Outcome Classification (NOC), Fourth


Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Syaifuddin, 2006, Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3,


Jakarta, EGC.

Wong, D., L., 2008, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai