Disusun oleh:
Nama : Harun Al Rasyid Ramadhany
NIM : 121800003
Prodi : Elektronika Instrumentasi
Tgl. Praktek : 18 September 2019
Dosen : Halim Hamadi, S.Si, M.Sc
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat membangkitkan beberapa jenis sinyal dasar yang banyak digunakan dalam analisa
Sinyal dan Sistem
2. Mahasiswa dapat membangkitkan nada dasar menggunakan Matlab
3. Mahasiswa dapat menjumlahkan dua sinyal menggunakan Matlab
Secara umum, variable yang berdiri sendiri (independent) secara matematis diwujudkan dalam
fungsi waktu, meskipun sebenarnya tidak menunjukkan waktu. Terdapat 2 tipe dasar sinyal, yaitu:
Fungsi sinyal dinyatakan sebagai x dengan untuk menyertakan variable dalam tanda (.). Untuk
membedakan antara sinyal waktu kontinyu dengan sinyak waktu diskrit kita menggunakan symbol t
untuk menyatakan variable kontinyu dan symbol n untuk menyatakan variable diskrit. Sebagai contoh
sinyal waktu kontinyu dinyatakan dengan fungsi x(t) dan sinyal waktu diskrit dinyatakan dengan fusng
x(n). Sinyal waktu diskrit hanya menyatakan nilai integer dari variable independent.
2.2. Sinyal Waktu Kontinyu
Suatu sinyal x(t) dikatakan sebagai sinyal waktu-kontinyu atau sinyal analog ketika dia memiliki
nilai real pada keseluruhan rentang waktu t yang ditempatinya. Sinyal waktu kontinyu dapat
didefinisikan dengan persamaan matematis sebagai berikut.
f (t)∈ (− ∞, ∞)
Dua contoh sederhana pada sinyal kontinyu yang memiliki fungsi step dan fungsi ramp (tanjak)
dapat diberikan seperti pada Gambar 2a. Sebuah fungsi step dapat diwakili dengan suatu bentuk
matematis sebagai:
Disini tangga satuan (step) memiliki arti bahwa amplitudo pada u(t) bernilai 1 untuk semua t > 0.
Untuk suatu sinyal waktu-kontinyu x(t), hasil kali x(t)u(t) sebanding dengan x(t) untuk t > 0 dan
sebanding dengan nol untuk t < 0. Perkalian pada sinyal x(t) dengan sinyal u(t) mengeliminasi suatu
nilai non-zero(bukan nol) pada x(t) untuk nilai t < 0.
Catatan bahwa untuk t > 0, slope (kemiringan) pada r(t) adalah senilai 1. Sehingga pada kasus ini
r(t) merupakan “unit slope”, yang mana merupakan alasan bagi r(t) untuk dapat disebut sebagai unit-
ramp function. Jika ada variable K sedemikian hingga membentuk Kr(t), maka slope yang dimilikinya
adalah K untuk t > 0. Suatu fungsi ramp diberikan pada Gambar 2b.
Sinyal Periodik
Ditetapkan T sebagai suatu nilai real positif. Suatu sinyal waktu kontinyu x(t) dikatakan periodik
terhadap waktu dengan periode T jika
x(t + T) = x(t) untuk semua nilai t, − ∞ < t < ∞
Sebagai catatan, jika x(t) merupakan periodik pada periode T, ini juga periodik dengan qT,
dimana q merupakan nilai integer positif. Periode fundamental merupakan nilai positif terkecil T untuk
persamaan (5). Suatu contoh, sinyal periodik memiliki persamaan seperti berikut:
x(t) = A cos(ωt + θ
Disini A adalah amplitudo, ω adalah frekuensi dalam radian per detik (rad/detik), dan θ adalah
fase dalam radian. Frekuensi f dalam hertz (Hz) atau siklus per detik adalah sebesar f = ω/2π. Untuk
melihat bahwa fungsi sinusoida yang diberikan dalam persamaan (5) adalah fungsi periodik, untuk nilai
pada variable waktu t, maka:
Sedemikian hingga fungsi sinusoida merupakan fungsi periodik dengan periode 2π/ω, nilai ini
selanjutnya dikenal sebagai periode fundamentalnya.Sebuah sinyal dengan fungsi sinusoida x(t) = A
cos(ωt+θ) diberikan pada Gambar 3 untuk nilai θ = −π/2 , dan f = 1 Hz.
- Sekuen Impuls
Deret unit sample (unit-sampel sequence), δ(n), dinyatakan sebagai deret dengan nilai
Deret unit sample mempunyai aturan yang sama untuk sinyal diskrit dan system dnegan fungsi
impuls pada sinyal kontinyu dan system. Deret unit sample biasanya disebut dengan impuls diskrit
(diecrete-time impuls), atau disingkat impuls (impulse).
- Sekuen Step
- Sinus Diskrit
Deret eksponensial real adalah deret yang nilainya berbentuk an, dimana a adalah nilai real. Deret
sinusoidal mempunyai nilai berbentuk Asin(ωon + φ).
Deret y(n) dinyatakan berkalai (periodik) dengan nilai periode N apabila y(n) = y(n+N) untuk
semua n. Deret sinuosuidal mempunyai periode 2π/ ω 0 hanya pada saat nilai real ini berupa berupa
bilangan integer. Parameter ω 0 akan dinyatakan sebagai frekuensi dari sinusoidal atau eksponensial
kompleks meskipun deret ini periodik atau tidak. Frekuensi ω0 dapat dipilih dari nilai jangkauan
kontinyu. Sehingga jangkauannya adalah 0 < ω0 < 2π (atau -π < ω0 < π) karena deret sinusoidal atau
eksponensial kompleks didapatkan dari nilai ω0 yang bervariasi dalam jangkauan 2πk <ω0< 2π(k+1)
identik untuk semua k sehingga didapatkan ω0 yang bervarias dalam jangkauan 0 < ω0 < 2π.
III. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengenalan Matlab ini adalah:
1. Komputer/ lapotop
2. Program Matlab R2015a
Berikut ini adalah sinyal sinus dengan perubahan sudut fase menjadi 15.
fs=1000;
t=0:1/fs:1;
A=1;
f=1;
phase=15;
x=A*sin(2*pi*f*t+phase);
plot(t,x)
xlabel('t')
ylabel('sin(t)')
title('Sinyal Sinus')
Berikut ini adalah perbedaan sinyal antara Fs = 2000 dengan Fs = 20, dan dengan fungsi
penggambaran yang berbeda.
Fs=2000;
t1=0:1/Fs:1;
x1=A*sin(2*pi*f*t1);
subplot(2,1,1)
plot(t1,x1)
title('Sinyal Sinus Waktu Diskrit Fs = 2000')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
Bila frekuensi sampling sama-sama 2000, namun dengan fungsi penggambaran yang berbeda, maka
akan menjadi seperti ini:
f=1;
A=1;
fs=2000;
t1=0:1/fs:1;
x1=A*sin(2*pi*f*t1);
subplot(2,1,1)
plot(t1,x1)
title('Sinyal Sinus Waktu Continous')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
Fs=2000; %frekuensi sampling
t=0:1/Fs:1; %proses normalisasi
x=A*sin(2*pi*f*t);
subplot(2,1,2)
stem(t,x)
title('Sinyal Sinus Waktu Diskrit')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
Gambar 16. Dua buah sinyal sinus dengan fungsi yang sama, namun dengan fungsi penggambaran
yang berbeda
6. Sound Plot
Berikut ini adalah pembangkitan sinyal suara dengan frekuensi sampling (Fs) = 8 kHz; dan frekuensi
(f) = 466,16 Hz
fs=8000;
t=0:1/fs:5;
v=sin(2*pi*466.16*t);
plot(v)
sound(v)
x1=2*sin(2*pi*10*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,x1)
title('Sinyal Sinus Pertama')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
x2=1.5*sin(2*pi*5*t);
subplot(3,1,2)
plot(t,x2)
title('Sinyal Sinus Kedua')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
x3=x1+x2;
subplot(3,1,3)
plot(t,x3)
title('Sinyal Sinus x1+x2')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
x1=2*sin(2*pi*10*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,x1)
title('Sinyal Sinus Pertama')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
x2=1.5*sin(2*pi*5*t);
subplot(3,1,2)
plot(t,x2)
title('Sinyal Sinus Kedua')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
x3=x1+x2;
subplot(3,1,3)
plot(t,x3)
sound(x3)
title('Sinyal Sinus x1+x2')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
V. TUGAS PRAKTIKUM
Jumlahkanlah dua fungsi berikut ini:
1. X1(t) = 0,6 Sin (4π10t)
X2(t) = Cos (2π15t)
0<t≤5
Fs = 5000
x1=0.6*sin(4*pi*10*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,x1)
title('Sinyal Sinus Pertama')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
x2=cos(2*pi*15*t);
subplot(3,1,2)
plot(t,x2)
title('Sinyal Sinus Kedua')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
x3=x1+x2;
subplot(3,1,3)
plot(t,x3)
title('Sinyal Sinus Hasil Penjumlahan x1+x2')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
x3=x1+x2;
subplot(3,1,3)
stem(n,x3)
title('Sinyal Hasil Penjumlahan x1+x2')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
a=0.5;
x2=a.^n
subplot(3,1,2)
plot(n,x2);
title('Sinyal Eksponensial')
xlabel('n')
ylabel('x(n)')
x3=x1+x2;
subplot(3,1,3)
plot(n,x3)
title('Sinyal Hasil Penjumlahan x1+x2')
xlabel('n')
ylabel('x[n]')
Gambar 21. Hasil penjumlahan x1 + x2 , dengan sistem penggambaran menggunakan stem
VI. KESIMPULAN
1. Praktikum ini dapat menjelaskan bahwa dengan Matlab selain dapat memutar file ekstensi
suara, juga bisa dibuat sinyal dan produksi suara atau nada bersadarkan fungsi sinyal yang
disusun secara harmonis.
2. Praktikan bisa memahami penggunaan script plot dan stem dalam penggambaran sinyal.
3. Fs adalah banyaknya frekuensi sampling dalam per satuan waktu. Sehingga makin tinggi nilai
Fs, maka makin padat pula jumlah sampling yang membentuk grafik suatu sinyal.
4. Hasil penjumlahan dua buah fungsi yang ditunjukkan pada gambar 20 diatas tidak
menampakkan perbedaan antara hasil penjumlahannya (x 1 + x2) dengan x2. Praktikan
mencurigai adanya kesalahan dalam penulisan script atau rumus yang sesuai untuk
penjumlahan antara sinyal cuplikan dengan sinyal eksponensial ini.
ttd
Harun Al Rasyid R.