Dosen Pengampu:
Rony, M.Pd.I
Disusun oleh:
Deny Siswanto
Miftahul Falah
A. Latar Belakang
Perencanaan atau yang sudah akrab dengan istilah planning adalah satu
dari fungsi management yang sangat penting. Bahkan kegiatan perencanaan ini
selalu melekat pada kegiatan hidup kita sehari-hari, baik disadari maupun tidak.
Sebuah rencana akan sangat mempengaruhi sukses dan tidaknya suatu pekerjaan.
Karena itu pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan dan sebaiknya kita
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan. Karena lingkungan
lembaga pendidikan selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman, maka
diperlukan komunikasi dalam hal sistem perencanaan pendidikan yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan, penyusunan perencanaan,
pengawasan, evaluasi, serta perumusan kebijakan yang sangat memerlukan
komunikasi sebagai bahan pendukung pada perencanaan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori perencanaan?
2. Apa saja teori-teori perencanaan pendidikan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Bagi seorang planner, hubungan antara teori dan praktek adalah sangat
penting, sebab perencanaan tidak seperti ilmu murni pada dasarnya perencanaan
adalah kegiatan preskripif, bukan deskriptif. Tujuan seorang planner bukanlah
untuk menguraikan apa yang ada di dunia ini tetapi untuk mengusulkan cara-cara
bagaimana keadaan tersebut bisa diubah. Perencanaan disini adalah suatu aktivitas
yang mempengarui masyarakat dan menyangkut nilai-nilai manusia, maka teori
perencanaan tidak dapat mengabaikan ideologi. Dalam kata-kata John Dyckman,
teori perencanaan haruslah mencakup beberapa teori tentang masyarakat di mana
perencanaan itu dilembagakan.
2
Menurut Roger A. Kauffman, perencanaan adalah proses penentuan tujuan
atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefesien mungkin. Dalam perencanaan
selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan. Ketiga
kegiatan itu adalah perumusan tujuan yang ingin dicapai, pemilihan program
untuk mencapai tujuan itu, identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya
selalu terbatas.
3 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1996), 49
4 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2008), 47
3
B. Teori-Teori Perencanaan Pendidikan
Teori ini adalah teori paling lengkap dibandingkan teori lainnya. Teori
sinoptik dalam berbagai literatur sering disebut system planning, rational
system approach, atau rational comprehensive planning. Teori ini sudah
menggunakan model berpikir sistem dalam perencanaannya.
5 Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), 95
4
Secara luas, model perencanaan sinoptik mampu menguraikan masalah
yang kompleks menjadi suatu model sederhana sehingga mudah dimengerti.
Namun, model ini terkesan sangat matematis sehingga ketika diterapkan dalam
mengorganisir birokrasi, maka akan menciptakan kondisi mekanis, sentralistik,
tidak manusiawi, sangat prosedural, dan sangat kaku.
5
2. Teori Inkremental
6
Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan…, 96.
6
Perencanaan dengan teori ini sangat berorientasi pada investasi ekonomi,
sehingga apapun akan dilakukan termasuk mengorbankan hak-hak masyarakat
adat dalam mengelola hutan adatnya karena dianggap tidak produktif untuk
ekonomi daerah.
3. Teori Transaktif
4. Teori Advokasi
7
Proses advokasi juga berarti bahwa masyarakat akan selalu mendapat
informasi yang akurat berkenaan dengan perencanaan yang diajukan dan
mampu merespon umpan balik dari masyarakat dalam bahasa teknis. Perencana
sebagai advokat akan bertindak sebagai penyaji informasi, analisis situasi
sekarang, pendorong ke arah masa depan, dan pemrakarsa akan solusi yang
spesifik.
5. Teori Radikal
8
Seperti halnya pola pembelajaran sosial dan pola advokasi, Pola-pola
radikal ini juga kerap diterapkan oleh LSM, terutama dalam memperjuangkan
kepentingan masyarakat bawah korban pencemaran dan kerusakan lingkungan,
penggusuran akibat perubahan tata ruang dan alih fungsi lahan, dan berbagai
ketidakadilan lainnya.
6. Teori SITAR
Teori SITAR adalah penggabungan kelima teori di atas yang disebut juga
sebagai complementary planning processs. Teori ini untuk menggabungkan
semua kelebihan masing-masing teroi di atas sehingga lebih lengkap.10
9
3. Perencanaan transaktif mengedepankan faktor-faktor perseorangan atau
individu melalui proses tatap muka dalam salah satu metode yang digunakan,
perencanaan ini kurang komprehensif dan sangat parsial dan kurang sejalan
dengan perencanaan sinoptik dan inkremental yang lebih komprehensif.
4. Perencanaan advokasi cenderung menggunakan pendekatan hukum dan obyek
yang mereka ambil dalam perencanaan adalah golongan yang lemah.
Perencanaan ini bersifat sosialis dengan lebih mengedepankan konsep
kesamaan dan hal keadilan sosial.
5. Perencanaan Radikal seakan-akan tanpa metode dalam memecahkan masalah
dan muncul dengan tiba-tiba (spontan) dan hal ini sangat kontradiktif dengan
pendekatan inkremental dan sinoptik yang memepertimbangkan aturan-aturan
yang ada baik akademis atau metodologis dan lembaga pemerintahan yang ada.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Usman, Husaini. 2014. Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
12