Anda di halaman 1dari 19

PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH

PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakokinetik adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang

bagaimna nasib obat dalam tubuh yang meliputi berbagai proses seperti

absorpdi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Farmakokinetik sangat

berhubungan dengan kemampuan suatu obat untuk memberikan efek.

Farmakokinetik juga sangat berhubungan dengan bioavaibiltas suatu obat.

Bioavailibilitas adalah jumlah atau banyaknya zat aktif dari suatu sediaan

obat yang tersedia atau berada dalam sirkulasi darah.

Obat dapat diberikan melalui berbagai rute dimana ini merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat karena setiap bagian

tubuh atau anatomi tubuh mempunyai sifat atau ciri khas yang berbeda-

beda. Selain itu jumlah suplai darah di setiap tubuh berbeda-beda enzim-

enzim yang terdapat di daerah tersebut juga berbeda. Hal-hal ini dapat

mempengaruihpenyerapan dan jumlah obat yang dapat mencapai lokasi

kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute

pemberian obat.

Oleh kare itu seorang farmasis dituntut untuk melakukan praktikum

penetapan parameter farmakokinetik obat dosis tunggal. Untuk

mengetahui parameter farmakokinetik obat secara oral yang diujikan pada

tikus (Rattus norvegicus).

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana

farmakokinetik obat Ibuprofen® didalam tubuh yang diberikan secara oral?

C. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk menganalisa dan

mempelajari parameter farmakokinetikobat Ibuprofen® didalam tubuh yang

diberikan secara oral.

D. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui

parameter farmakokinetik obat setelah pemberian dosis tunggal obat

Ibuprofen® pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus) melalui pemberian

rute oral.

E. Prinsip Praktikum

Adapun prinsip dari percobaan ini adalah penentuan parameter

farmokinetik oral meliputi tetapan eliminasi (K), waktu paruh (t1/2), volume

distribusi (Vd), tetapan laju absorpsi (Ka), Cpmax, Tmax, dan area di bawah

kurva (AUC) dengan menggunakan obat ibuprofen® secara oral pada

hewan coba tikus (Rattus norvegicus).

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Farmakokinetika adalah ilmu dari kinetika absorbsi, distribusi dan

eliminasi (yakni ekskresi dan metabolisme) obat. Deskripsi distribusi dan

eliminasi obat sering disebut disposisi obat. Karakterisasi disposisi obat

merupakan suatu persyaratan pentinguntuk penentuan atau modifikasi

aturan pendosisan untuk individual (Shargel, 2012).

Dalam arti sempit farmakokinetika khususnya mempelajari

perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam

darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu (Tjay, 2007).

Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh

atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni

absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (Ganiswarna, 2005).

Sebelum obat yang diberikan pada pasien yang tiba di dalam tubuh

obat mengalami banyak proses obat yang dapat dibagi dalam tiga

tingkatan yaitu fase biofarmasi, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik

(Ganiswarna, 2005).

Mekanisme interaksi obat secara umum dibagi menjadi interaksi

farmakokinetika dan farmakodinamika. Beberapa jenis obat belum

diketahui mekanisme interaksinya secara tepat. Interaksi farmakokinetik

terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi,

metabolisme, atau eksresi obat kedua sehingga kadar plasma kedua obat

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau

penurunan efektifitas obat tersebut (Utami, 2013).

Absorpsi, distribusi, biofarmasi (metabolisme) dan eliminasi suatu

obat dari tubuh merupakan proses yang dinamis yang kontinyu dari suatu

obat dimakan dan sampai semua obat tersebut hilang dari tubuh. Laju dari

terjadi proses-proses ini merupakan onset, serta intensitasnya dan lama

kerjanya obat dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut proses

farmakokinetik (Ganiswarna, 2005).

Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahui

bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna, 2005) :

1. Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas obat

di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC berbanding

lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC merupakan

salahsatu parameter untuk menentukan bioavabilitas. Cara yang paling

sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan metode trapezoid.

2. Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang

menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh.

Volume distribusi bukan merupakan vilume yang sesungguhnya dari

ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh.

Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai gambaran, tingkat

distribusi obat dalam darah.

3. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat

maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum pemberian

dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam batasan

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari darah, serum

dan plasma.

4. Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsure untuk

mencapai level obat maksimum dalam darah (tmax). serta parameter ini

menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat,

menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif

minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakolpgis yang

dikendaki.

5. Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang dibutuhkan untuk

suatu level aktivitas obat dan emnjadi separuh dari leval asli atau level

yang dikendaki

6. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju

absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obat

harus larut dalam cairan.

7. Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang gambarkan laju eliminasi

suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat,

aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat dikatakan berakhir.

Metode pemberian obat yang paling dikenal, paling tidak di UK,

adalah secara oral. Tablet, kapsul, atau cairan oral ditelan, dan begitu

berada didalam lambung, tablet atau kapsul tersebut hancur dan

melepaskan zat aktif obat. Menariknya, suatu obat dianggap tidak berada

di dalam tubuh sampai obat tersebut diabsorpsi melintasi dinding usus

dan masuk kedalam aliran darah. Usus data dianggap sebagai suatu

tabung cekung yang melalui tubuh, terbuka pada kedua ujungnya (sangat

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
diharapkan tidak terbuka pada saat yang bersamaan), dan sama halnya,

isi usus dianggap berada di luar tubuh. Pelintasan obat kedalam tubuh

harus dicapai melalui absorpsi melewati membrane bioogi, untuk rute

pemberian obat secara oral, membrane biologi yang dimaksud adalah

membrane sel yang melapisi dinding lambung dan usus (Cairns, 2008).

Distribusi obat ke seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sitkulasi.

Selanjutnya obat harus masuk ke jaringan untuk bekerja. Oral adalah

berkenaan dengan mulut; dimasukkan lewat atau dipakai pada mulut

(Dorland, 2011).

Sebagian besar obat diabsorbsi melalui jalur ini dan cara ini paling

banyak digunakan karena kenyamanannya. Akan tetapi, beberapa obat (

Misalnya benzilpenisilin, insulin) dirusak oleh asam atau enzim dalam

usus dan harus diberikan secara parenteral (Neal, 2006).

Pemberian obat melalui mulut memberi banyak keuntungan bagi

pasien, obat oral mudah diberikan dan dapat membatasi jumlah infeksi

sistemis yang dapat mempersulit tata laksana. Selain itu, toksisitas atau

overdosis karena pemberian oral dapat diatasi dengan pemberian antidot,

seperti arang aktif. Dipihak lain, jaras yang terlibat dalam absorpsi obat

adalah yang terumit, dan obat terpapar dengan kondisi pencernaan

saluran cerna yang kasar sehingga absorpsi terbatas. Beberapa obat

diabsorpsi mulai dari lambung, namun, duodenum merupakan pintu

masuk utama menuju sirkulasi sistemis karena permukaan absorpsinya

lebih besar (Harvey, 2012).

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
Bila dibandingkan melalui rute lain, rute oral lebih menyenangkan,

murah serta aman walaupun responnya lebih lambat dan absorpsinya

tidak teratur karena tergantung pada beberapa faktor, antara lain

(Syamsuni, 2006) :

1. Jumlah dan jenis makanan yang ada di saluran lambung

2. Kemungkinan obat dapat dirusak oleh reaksi asam lambung atau

enzim-enzim pencernaan. Misalnya, insulin harus diberikan dengan

cara injeksi karena dapat dirusak oleh enzim proteolitik pada saluran

gastrointestinal.

3. Keadaan penderita muntah-muntah atau koma

4. Kerja awal yang cepat dikehendaki sehingga tidak memungkinkan

pemberian secara oral.

Metabolisme obat biasanya terjadi dalam hati melalui satu atau dua

jenis reaksi. Tahap 1 reaksi umumnya membuat molekul obat lebih polar

dan larut dalamair sehingga mudah dieliminasi oleh ginjal. Tahap

modifikasi termasuk oksidasi, hidrolisis dan reduksi. Tahap II reaksi

melibatkan konjugasi untuk membentuk glucuronides, asetat atau sulfat

(Dipiro, 2008).

Reaksi ini umumnya menonaktivkan aktivitas farmakologi obat dan

membuatnya lebih cepat dieliminasi oleh ginjal. Organ lain yang memiliki

kemampuan untuk mengeliminasi obat atau metabolit dari badan. Ginjal

bisa mengekskresi obat dengan filtrasi glomerulus atau proses aktif

seperti sekresi tubular proksimal. Obat juga dapat dieliminasi melalui

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
empedu yang diproduksi oleh hati atau pengeluaran udara oleh paru-paru

(Dipiro, 2008).

A. Uraian Bahan

1. Alkohol (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : Aethanolum

Nama Lain : Alkohol

Rumus Molekul : C2H6OH

Berat Molekul : 46,07 g/mol

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,

dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas.

Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru

yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P

dan eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.

Kegunaan : Sebagai antiseptik

2. Na.CMC (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCOLLULOSUM

Nama Lain : Natrium karboksimetilselulosa

Rumus Molekul : C23H46N2O6.H2SO4.H2O

Berat Molekul : 694,85 g/mol

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau putih kuning

gading tidak berbau, higroskopik.

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%)

P, dalam eter dan dalam pelarut organic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pelarut

B. Uraian Obat

Ibuprofen (Medscape)

Indikasi : Nyeri, Demam, Dismenore, Gejala Inflamasi.

Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap OAINS lainnya

Efek Samping : Pusing, diare, mual, nyeri abdominal.

Farmakodinamik :Menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan

tubuh dengan menghambat setidaknya 2 isoenzim

cyclo-oxygenase (COX), COX-1 dan COX-2. Dapat

menghambat kemotaksis, mengubah aktivitas

limfosit, menurunkan aktivitas sitokin proinflamasi,

dan menghambat agregasi neutrophil, efek ini dapat

berkonstribusi pada aktivitas anti-inflamasi.

Farmakokinetik

Absorbsi : Bioavabilitas 80-100%, onset 30-60 menit, durasi 4-6 hari

Distribusi : Ikatan protein 90-99% dan volume distribusi 0,12 L/kg BB.

Metabolisme : Di hati oleh CYP2C9; CYP2C19 melalui oxidase

Waktu paruh : 2-4 jam (dewasa), 1,6 jam (anak 3 bulan- 1 tahun).

Ekskresi : Urine 50 - 60% dan feses dalam 24 jam

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
C. Uraian Hewan Coba

1. Klasifikasi Tikus Putih (Integrated Taxonomic Information System,

2019)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Sub ordo : Seluroanathi

Family : Muridae

Genus : Rattus

Species : Rattus norvegicus

2. Karakteristik Tikus Putih (Malole, 1989)

Berat badan dewasa : 20 – 40g jantan; 25 – 40g betina

Mulai dikawinkan : 8 minggu (jantan dan betina)

Lama kehamilan : 19 – 21 hari

Tidal volume : 0,09 - 0,23

Detak jantung : 325-780/menit, turun menjadi 350 dengan

anestesi, naik sampai 750 dalam stress.

Volume darah : 76-80 ml/kg

Tekanan darah : 113-147/ 81-106 mmHg

Kolesterol : 26,0-82 mg/dL

3. Morfologi (Malole, 1989)

Tikus atau rat ( Rattus novergicus ) telah diketahui sifat – sifatnya

dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian. Terdapat beberapa

galur atau varietas tikus yan memiiki kekhususan tertentu antara lain

galut spraguk-dowly. Berwarna albino putih, berkepala kecil dan

ekornya lebih panjang daripada badannya; galur wistar ditandai dengan

kepala besar dan ekor yang lebih pendek, dan galur long-evans yang

lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala

dan tubuh bagian depan.

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan adalah kanula, gunting bedah,

tabung eppendorf, alat sentrifuge, dan alat spektrofotometer.

2. Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan adalah obat Ibuprofen®, alkohol

70%, betadine, kapas, Natrium CMC, spoit 1 mL dan 3 mL, dan tissue.

B. Cara Kerja

1. Pembuatan Bahan Praktikum

a. Disiapkan bahan.

b. Diambil Ibuprofen® tablet, digerus, kemudian ditimbang berat rata-

rata.

c. Dihitung berat ibuprofen yang dibutuhkan, ditimbang.

d. Dimasukkan dalam labu ukur 10 mL, dilarutkan hingga batas tanda.

2. Perlakuan Hewan Coba

a. Disiapkan alat dan hewan coba

b. Ditimbang berat tikus untuk mengetahui volume pemberian obat

c. Diberikan air suling kemudian diberikan obat secara oral

menggunakan kanula tikus.

d. Diambil darah melalui ekor tikus.

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
a. Cara kerja

a. Sebelumnya, disiapkan alat dan bahan sebelum percobaan

dilakukan.

b. Diambil tikus yang sebelumnya telah ditimbang.

c. Diberikan air suling, kemudian diberikan obat Ibuprofen® secara oral,

dengan volume 2 mL.

d. Diambil darah pada menit ke 10, 30 dan 60 dan disimpan dalam

tabung effendorf.

e. Disentrifuge darah pada kecepatan 1000 rpm selama 10 menit

f. Diukur serum pada spektrometer uv-vis.

g. Dihitung parameter-parameter data oral.

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Tabel 1.1

t (menit) Cp (µg/mL)
2 22.55
4 33.6
6 39.55
8 40.10
10 39.6
12 27.4
14 20.00
16 19.81
18 15.22
20 13.4
22 11.2
24 9.28

B. Pembahasan

Farmakokinetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang

nasib obat atau perjalanan obat tubuh. Oleh karena itu penting bagi

seorang praktian farmasi untuk mengetahui dan mempelajari

farmakokinetik dari suatu sediaan obat, agar dapat mengetahui proses

awal mula kerja awat sampai obat tidak berefek dalam tubuh dan agar

sediaan obat yang diberikan dapat diketahui proses distribusi dan volume

distribusinya secara intravena di dalam tubuh.

Proses mulai dari masuknya obat ke dalam tubuh sampai

dikeluarkan kembali disebut farmakokinetik. Termasuk dalam proses

farmakokinetik ialah absorbsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme

dan ekskresi obat. Untuk menghasilkan efek, suatu obat harus terdapat

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
dalam kadar yang tepat pada tempat obat itu bekerja. Unuk mencapai

tempat kerja, suatu obat harus melewati berbagai membran sel tubuh.

Hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah Tikus

(Rattus norvegicus) karena tikus mempunyai fisiologi tubuh yang hampir

sama dengan manusia. Pada percobaan ini obat yang digunakan adalah

Ibuprofen® tablet yang dilarutkan dengan NaCMC.

alasan penggunaan Na-CMC karena Na-CMC adalah pelarut yang

paling baik untuk berbagai macam obat dan memberikan efek toksik.

Langkah pertama yang dilakukan disiapkan alat dan bahan yang

akan digunakan. Diberi obat clonidin pada tikus secara oral sesuai dengan

volume pemberian. Lalu diambil darah tikus pada menit 15, 30 dan 60.

Disentrifuge darah tikus dengan kecepatan 1000 rpm selama 10 menit

dan ukur di spektrofotometer untuk mendapatkan nilai absorban. Dicatat

data dan hitung parameter parameter farmakokinetiknya.

Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat yang diberikan secara

oral, diperoleh hasil data yaitu Parameter farmakokinetik Ibuprofen®

mengikuti orde 1 Kecepatan laju eliminasi obat yaitu

0,092 menit-1. Dan waktu paruhnya adalah 7,532 menit, kecepatan laju

absorbsinya 0,414 menit-1, Volume distribusinya sebesar 486,754 mL,

Tmax 4,661 menit, Cp max nya sebesar 38,187 µg/mL,

% ekstrapolasinya sebesar 18,285%, yang artinya obat tersebut valid

karna kurang dari 20%.

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
Karena hasil dari % AUC ektrapolasi tidak lebih dari 20% maka bisa

di anggap sebagai parameter karena tidak melebihi persyaratan yang

lebih kurang dari 20 % atau data tersebut valid.

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat Ibuprofen® yang

diberikan secara oral, diperoleh hasil data yaitu, kecepatan laju eliminasi

obat yaitu 0,092 menit-1. Dan waktu paruhnya adalah 7,532 menit,

kecepatan laju absorbsinya 0,414 menit-1, Volume distribusinya sebesar

486,754 mL, Tmax 4,661 menit, Cp max nya sebesar 38,187 µg/mL, %

ekstrapolasinya sebesar 18,285% data tersebut valid karena pada

literature data yang valid adalah data yang %AUC nya ≤20%

B. Saran

Sebaiknya praktikan lebih tenang dan tertib pada saat praktikum

berlangsung.

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. “Penuntun Praktikum Farmakokinetik”. Universitas Muslim


Indonesia : Makassar

Cairns, Donald. 2008. “Intisari Kimia Farmasi (edisi II)”. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC : Jakarta

Dipiro, Joseph T. 2008. “Pharmacoteraphy (edisi 7)”. The MC Graw Hill


Companies:New York

Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia (edisi III)”. Departemen


Kesehatan RI : Jakarta

Dorland, W.A. Newman. 2011. “Kamus Saku Kedokteran Dorland (edisi


28)”. Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta

Ganiswarna, Sulistia G. 2005. ”Farmakologi dan Terapi (Edisi V)”. Bagian


Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

Harvey, A Richard. 2012. “Farmakologi Ulasan Bergambar (edisi 4)” EGC :


Jakarta

Neal, M.J. 2006. “At Glance Farmakologi Medis (edisi lima)”. Penerbit
Erlangga: Jakarta

Ningsih, N. 2009. “asupan keperawatan pada klien dengan gangguan


system muskuloskeletal”. Salemba medika : jakarta.

Shargel, Leon. Andrew BC dan Yu. 2012. “Biofarmaseutika dan


Farmakokinetik Terapan (edisi kelima)”. Airlangga University
Press : Surabaya

Syamsuni, H. 2006. “Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi”. Penerbit


Buku Kedokteran, EGC : Jakarta

Tjay, Tan Hoan dan Raharja Kirana. 2007. “Obat-obat Penting”. Elex
Media Komputindo :Jakarta

Utami, M.G. 2013. “Analisis Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral pada
Pasien di Instalasi Rawat Jalan Akses Rumah Sakit Dokter
Soedarso Pontianak”. Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura : Pontianak

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH
PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Disiapkan hewan coba (tikus)

Diinduksi obat Ibuprofen® melalui rute oral

Diambil darahnya, dan disimpan dalam tabung effendorf pada menit ke

15, 30 dan 60

Disentrifuge sampel, dan diukur absorbansinya pada spektrofotmeter


UV-Vis

B. Lampiran Gambar

Sampel Darah Hewan Coba

SULISTIAWATI YUNUS MEGA MEILINDA


150 2016 0031

Anda mungkin juga menyukai