Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan merupakan tema yang populer, yang tidak saja dibicarakan dan diteliti
oleh para sarjana ilmu-ilmu sosial, ilmu perilaku, tetapi dibicarakan pula oleh masyarakat
pada umumnya. Meskipun telah banyak teori kepemimpinan yang dikembangkan, belum ada
satu teori pun yang dirasakan paling sempurna.
Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia yaitu hubungan
mempengaruhi (dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan-kepatuhan para pengikut/bawahan
karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan
dari pemimpinya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan kepada pemimpin.
Stogdill menyatakan bahwa jumlah macam batasan tentang kepemimpinan dapat
dikatakan sama dengan jumlah orang yang telah mencoba membuat batasan tentang
pengertian tersebut.
Seiring berkembangnya zaman, maka teori-teori tentang kepemimpinan juga
bermunculan. Para ahli-ahli memiliki pandangan tersendiri mengenai materi yang dikajinya.
Bahkan telah terjadi perdebatan dalam waktu yang cukup lama untuk mencari jawaban
tentang kepemimpinan yang ideal.
B. Tujuan penulisan TRI
Melihat dan mencari permasalahan yang ada dalam konteks kepimpinan. Setelah kita
melihat dan mencari tahu permasalahannya dalam kepemimpinan, kita mencari solusi yang
tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
C. Manfaat TRI
1. Untuk menambah wawasan tentang kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui metode dan sifat-sifat seorang pemimpin.
3. Untuk mengetahui prinsip apa yang ditanam dalam pemimpin

1|Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan


BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
A. Permasalahan Umum Tentang Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan
Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan
dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam
kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya
dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti
kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut. Adapun pendapat lain
tentang kepemimpinan adalah sbb:
1. Burhanuddin dalam Mesiono (2012:57) Kepemimpinan merupakan inti manajemen,
sebab kepemimpinanlah yang menentukan arah dan tujuan sebuah organisasi dengan
memberikan bimbingan dan menciptakan iklim kerja yang mendukung pelaksanaan
proses manajemen secara keseluruhan.
2. Koontz dalam Mesiono (2012:58) Kepemimpinan sebagai pengaruh seni atau proses
mempengaruhi orang-orang sehingga mereka mau bekerja keras secara sukarela dan
bersemangat kearah pencapaian tujuan-tujuan kelompok.
3. Mondy dan Premeaux dalam Mesiono (2012:58) Kepemimpinan atau memimpin
melibatkan mempengaruhi orang-orang lain untuk melakukan apa yang dimaui
pemimpin.
4. Winardi dalam Mesiono (2012:58) Kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi
orang antar perorangan lewat komunikasi untuk mencapai beberapa tujuan.
5. Sutisna dalam Mesiono (2012:58) Kepemimpinan adalah sebagai proses
mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok usaha-usaha kearah pencapaian
tujuan dalam situasi tertentu.
Selanjutnya, pengambilan keputusan menurut Handoko (2009:129) Pembuatan
keputusan menggambarkan proses melalui mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai
penyelesaian suatu masalah tertentu. Adapaun pendapat lain diantaranya:
1. Menurut Robbins dalam Mesiono (2012:153) pengambilan keputusan adalah sebuah
proses memilih satu pilihan diantara dua atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan
adalah menetapkan pilihan atau alternatif secara nalar dan menghindari diri dari
pilihan yang tidak rasional, tanpa alasan atau data yang kurang akurat.
2. Davis dalam Mesiono (2012:153) mengemukakan sutau keputusan merupakan
jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab

2|Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan


pertanyaan: tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang dibicarakan dalam
hubungannya dengan perencanaan.
3. Higgins dalam Mesiono (2012:154) menjelaskan pengambilan keputusan adalah
kegiatan yang paling penting dari semua kegiatan karena didalamnya terlibat manajer.
4. Salusu dalam Mesiono (2012:154) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan
ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai
dengan situasi.
B. Identifikasi Permasalahan
1. Permasalahan Tentang Persepsi Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda pada orang-orang yang berbeda.
Definisi tentang kepemimpinan sangat bervariasi sebanyak orang yang mencoba
mendefinisikan konsep kepemimpinan itu sendiri. Hal ini disebabkan karena topik tentang
kepemimpinan ini telah diminati oleh banyak orang selama berabad-abad lamanya. Para
peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif-perspektif
individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Perbedaan
pendapat tentang definisi kepemimpinan didasarkan pada kenyataan bahwa kepemimpinan
melibatkan interaksi yang kompleks antara pemimpin, pengikut, dan situasi.
Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa
kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang sengaja dijalankan oleh
seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan
di dalam sebuah kelompok atau organisasi. Sebagai contoh, beberapa peneliti mendefinisikan
kepemimpinan itu sendiri dalam bentuk hubungan pribadi dan ciri-ciri fisik, sedangkan
peneliti yang lain meyakini bahwa kepemimpinan itu digambarkan oleh sekumpulan perilaku
yang ditentukan.
Berbeda dengan hal tersebut, peneliti lainnya juga berpandangan bahwa konsep
tentang kepemimpinan akan selalu mengalami banyak perubahan, hal ditandai dengan adanya
pengaruh sosial.
2. Permasalahan Tentang Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan
interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi
antara lain: Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul
sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam
setiap masa.

3|Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan


Perilaku manusia dalam kondisi apa pun, cenderung mementingkan keinginan dan
kebutuhannya sendiri. Dalam kondisi seperti ini, manusia perlu diarahkan oleh orang yang
dianggap mampu membimbingan dan mengarahkan perilaku-perilaku individu ke dalam
perilaku lingkungan secara kolektif. Posisi orang yang mampu mengarahkan perilaku-perilaku
tersebut dapat berstatus sebagai pemimpin formal atau informal. Pemimpin formal biasanya
berada di dalam lingkungan organisasi yang sudah dibentuk untuk tujuan tertentu dan dibatasi
oleh waktu, sedangkan pemimpin informal umumnya terbentuk dan diakui secara aklmasi
oleh masyarakat di dalam lingkungan masyarakat tanpa terbatasi oleh waktu berlakunya
kepemimpinan itu.
Sebagai asosiasi dari konteks tersebut, ketika sebuah organisasi bisnis atau
pemerintahan memerlukan figur seorang pemimpin untuk menjalan program dan
mengarahkan stafnya, di situlah pentingnya dipilih seorang pemimpin formal. Demikian juga
ketika di dalam sebuah komunitas tertentu diperlukan seorang panutan untuk membimbing
perilaku individu agar sesuai dengan kebutuhan organisasi, maka di situlah perlu muncul atau
dimunculkan seseorang sebagai figur pemimpin. Bahkan, ketika kerumunan masa penonton
sebuah pertandingan olahraga berperilaku yang berbeda-beda, ketika diarahkan oleh orang
yang memosisikan dirinya sebagai pemimpin kerumunan itu, maka seketika itu pula perilaku
kerumunan masa (penonton) dapat diarahkan secara bersamaan. Itulah pentingnya seorang
figur pemimpin dalam sebuah komunitas apakah formal atau informal.
3. Permasalahan Tentang Teori Pembentukan Kepemimpinan
Ukuran sejati seorang pemimpin ialah kesangguapannya dalam mendapatkan orang-
orang lain bertindak, untuk membantu hasil-hasil yang akan dituju. Efektifitas pemimpin akan
langsung berhubungan dengan mutu keputusan-keputusan yang diambilnya. Dengan cepat
mencapai sasaran yang telah ditetapkan, tanpa adanya penghamburan baik biaya maupun
teknis-teknis penyelenggaraan.
Dalam hal kedewasaan kepemimpinan itu seseorang akan ditentukan oleh suatu
tingkat dimana terdapat pendewasaan dirinya dengan kesadaran penghayatan serta berminat
mempelajari segala sesuatu kekurangannya. Dalam hal ini akan Nampak sesuatu kewibawaan
serta kedewasaan apabila pada suatu waktu ia mengenai persoalan, maka nampaklah pada
dirinya suatu sikap kematangan emosional yang dapat menguasai jiwanya dalam berbuat
sesuatu.
Seringkali pemimpin-pemimpin disebuah organisasi atau komunitas tidak memiliki
mental, kesiapan dan bekal menjadi pemimpin. Terkadang pemimpin yang ada hanya
mengandalkan ototnya saja, tetapi jarang memakai otaknya.

4|Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan


Dalam hubungan kemanusaiaan, serta pemimpin dan bawahannya atau dengan para
pemimpin yang lainnya hal itu terjadi sebagai pelajaran manusia sosial. Dimana harus
disadari bahwa manusia tidak bisa hidup menyendiri terlepas dari yang lainnya. Yang jelas ia
pasti akan membutuhkannya. Apalagi bagi seseorang yang dinamakan pemimpin itu harus
mengadapi para bawahannya, mereka sebagai manusia mempunyai perasaan yang sama.
4. Permasalahan Tentang Model Kepemimpinan
Apakah setiap manusia memiliki cara masing-masing dalam kepemimpinan yang tidak
dapat diubah ataukah seorang pemimpin memiliki berbagai macam model? Banyak ilmuan
barat yang mengkaji permasalah ini. Analisis awal tentang kepemimpinan memfokuskan
perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin dan pengikut. Selanjutnya berfokus
pada tingkah laku yang diperagakan oleh pemimpin yang efektif. Sebagaian besar mereka
menyimpulkan adanya model tertentu bagi setiap orang karena karakter manusia yang
berbeda-beda.
Terkadang kita bingung model seperti apa yang pas ketika sesorang memimpin sebuah
organisasi. Kebingungan inilah yang terkadang menyebabkan konflik di dalam organisasi
tersebut.
5. Permasalahan Tentang Pengambilan Keputusan
Kehidupan sehari-hari kita sebenarnya adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang
diperoleh setelah mengevaluasi berbagai alternatif. Di dalam arti tersebut, terkandung unsur
situasi dasar, peluang munculnya situasi dasar, dan aktifitas pencapaian keputusan. Lantas
pertanyaannya, apakah setelah evaluasi alternatif serta merta begitu saja hadir keputusan?.
Secara rasional kesimpulan tersirat dalam premis-premis sehingga hanya kepentingan
perumusan saja. Walaupun berbagai literatur yang memandang keputusan sebagai proses
menampilkan tersurat kata keputusan di dalam modelnya.
Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untu memecahkan permasalahan
atau persoalan (problem solving) dan setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan yang
hendak dicapai. Hampir setiap hari, bahkan setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat
misalnya di rumah tangga, di kantor atau di dalam organisasi (departemen, dan industri
pemerintah, perusahaan, perguruan tinggi) atau di masyrakat. Keputusan dibuat oleh individu
(perseorangan), organisasi, kelompok individu, negara dengan satu tujuan atau lebih yang
hendak dicapai. Dalam dunia yang modern ini, kehidupan menuntut banyak sekali keputusan
yang harus dibuat baik yang memiliki dampak yang luas maupun yang sempit.

5|Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan dengan memperhatikan organisasi, perorangan, dan kelompok
perorangan yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan dinyatakan dalam teori sistem.
Dalam teori ini, suatu sistem merupakan suatu set elemen-elemen atau komponen yang
tergabung bersama berdasarkan suatu bentuk hubungan tertentu. Komponen-komponen itu
satu sama lain saling terkait dan membentuk suatu kesatuan yang utuh. Tingkah laku suatu
organisasi sangat tergantung pada tingkah laku komponen-komponennya dan hubungan antar
komponen.
Terkadang dalam pengambilan keputusan kita seringkali dihadapi dengan pemilihan
alternatif-alternatif yang membuat kita bingung. Karena saat kita final dalam menentukan
pemilihan pengambilan keputusan kita harus siap dengan hasil atau resiko yang akan kita
hadapi. Dalam pengambilan keputusan kita juga harus memiliki pengetahuan dalam
menentukan pemilihan pengambilan keputusan itu. Terkadang karena kita terlalu fokus
terhadap satu masalah, kita lupa dengan poin-poin lain yang menjadi faktor dalam
pengambilan keputusan. Sehingga tidak efektif dalam menentukan pegambilan keputusan.

6|Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan


BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN
A. Solusi Tentang Persepsi Pengertian Kepemimpinan
Dalam mengatasi kebingungan kita tentang merumuskan definisi kepemimpinan,
maka perlu kiranya kita banyak membaca dari berbagai sumber bacaan yang ada. Buku-buku
cetak dan jurnal yang membahas tentang kepemimpinan juga bisa jadikan rujukan.
Henry Pratt Fairchild dalam Kartono (2010:38-39) menyatakan pemimpin dalam
pengertian luas adalah seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku
sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang
lain atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi.
John Gage Alle menyatakan: “Leader is a guide, a conductor, a commander”.
Kajian kepemimpinan berada dalam kerangka konsep hubungan manusia. Banyak
pakar manajemen dan kepemimpinan mengajukan defensi yang dapat dijadikan kerangka
konseptual membahas teori kepemimpinan.
Hersey dan Blanchard dalam Syafaruddin (Syafaruddin dan Asrul,2013:55)
berpendapat: “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok
untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.
Basu Swasta dalam Ambarita (Ambarita dan Nasrun,2016:42) mengemukakan
kepemimpinan adalah perilaku atau kemampuan yang dimiliki seseorang dalam memotivasi
orang lain untuk bekerja kearah pencapaian tujuan tertentu dalam sebuah organisasi.
Pendapat lain dari Martin M. Chemers (2014:1) menyatakan bahwa: “leadership is a
process or social influence in which one person is able to enlist the aid and support of others
in the accomplishment of a common task”.Berdasarkan defenisi-defenisi tersebut, maka
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja
dibawah arahan seseorang dalam mencapai tujuan.
Kepemimpinan dimasukkan dalam kategori ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab
prinsip-prinsip, defenisi, dan teori-teorinya diharapkan dapat bermanfaat bagi usaha
peningkatan taraf hidup manusia.
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk
berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam
melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian
dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang
menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan.

7|Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan


B. Solusi Tentang Teori Kepemimpinan
Pada sub bahasan ini akan dibahas mengenai beberapa teori kepemimpinan yang
dikemukakan dari berbagai sumber pandangan diantaranya:
1. Teori Sifat Orang-orang Besar
Kartono (2010:77-78) menjelaskan sudah banyak usaha dilakukan orang untuk
mengidentifikasikan sifat-sifat unggul dan kualitas superior serta unik, yang diharapkan ada
pada seorang pemimpin, untuk meramalkan kesuksesan kepemimpinannya. Ada beberapa
ciri-ciri unggul yang diharapkan akan dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki
inteligensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosiona, memiliki daya
persuasif dan keterampilan komunikatif, percaya diri, peka, kreatif, partisipasi sosial yang
tinggi, dan lain-lain.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan
pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan
berbagai sifat. Sifat inilah yang terkadang banyak orang lihat sebagai karunia untuk dijadikan
seorang pemimpin. Kita tahu setiap karyawan atau bawahan senang dengan sifat pemimpin
yang tertera pada poin diatas.
2. Teori Situasional
Kartono (2010:78) menjelaskan pada teori ini menjelaskan, bahwa harus terdapat daya
lenting yang tinggi pada pemimpin untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan situasi,
lingkungan sekitar dan zamannya. Sebab permasalahan hidup dan saat-saat kritis yang penuh
pergolakan dan ancaman bahaya, selalu akan memunculkan satu tipe kepemimpinan yang
relevan bagi masa itu.
Teori kepemimpinan situasional menampilkan empat model dengan ciri-ciri perilaku
tersendiri. Dijelaskan Hersey dan Blancard (Syafaruddin dan Asrul,2013:66), perilaku
tersebut mencakup:
a. Memberitahukan (Telling), pemimpin memberitahukan intruksi spesifik pelasanaan
pekerjaan secara bersama.
b. Menjajakan (selling), pemimpin menjelaskan keputusan dan memberi kesempatan
bawahan memperoleh kejelasan.
c. Mengikutsertakan (participating), pemimpin dan anggota tukar pendapat dan
memudahkan dalam mengambil keputusan.
d. Mendelegasikan (delegating), pemimpin mendelegasikan tanggung jawab
pengambilan keputusan.

8|Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan


Konsep dari pemimpin situasional tergantung pada keadaan yang sedang dihadapi.
Pada situasi tertentu orang biasa pun bisa menjadi dan dijadikan pemimpin.
3. Teori Otokratis
Dalam Kartono (2010:72) Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah,
paksaan dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit). Ia melakukan pengawasan yang
ketat agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien.
Swastha (Ambarita dan Nasrun,2016:44) mengemukakan dalam gaya kepemimpinan
ini, pemimpin lebih mementingkan tugas dan kurang memperhatikan kebutuhan bawahan,
semua aktivitas ditentukan atasan, komunikasi hanya satu arah, yaitu kebawah saja.
Dalam kata lain bisa disebut sebagai pemimpin yang otoriter. Pemimpin pada teori ini
lebih bersifat tertutup, mengendalikan aturan-aturan sesuai kebutuhannya, keinginannya,
sesuai penilaiannya dan lain sebagainya. Perintah-perintah yang diberikan seolah dipaksakan
dan harus dipatuhi.
4. Teori Partisipatif
Miftah Thoha (Ambarita dan Nasrun,2016:44) mengemukakan kepemimpinan
partisipatif melibatkan bawahan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pemimpin
lebih memperhatikan bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Pemimpin pada teori ini menciptakan lingkungan kerja yang menyenangka, dan bisa
membantu mempertebal keinginan setiap anggota untuk berkontribusi lebih dalam berdiskusi,
mengembangkan bakat dan keterampilannya dan menyadari keinginan untuk maju.
5. Teori Laissez Faire
Swastha (Ambarita dan Nasrun,2016:44) mengemukakan kepemimpinan Laissez
Faire merupakan kebalikan dari pola kepemimpinan otokratik. Pada pola kepemimpinan ini,
seoang pemimpin membiarkan para bawahan untuk mengatur diri mereka sendiri, dan dalam
segala hal yang mereka anggap sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Pemimpin laissez faire pada intinya bukanlah pemimpin dalam pengertian yang
sebenarnya. Semua anggota yang dipimpinnya bersikap santai-santai. Mereka menunjukkan
sikap acuh tak acuh. Sehingga kelompok tersebut praktis menjadi tidak terbimbing dan tidak
terkontrol.
6. Teori Humanistik/Populistik
Fungsi kepemimpinan menurut Kartono (2010:79) teori ini ialah merealisir kebebasan
manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang dicapai melalui interaksi pemimpin
dengan rakyat.

9|Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan


Fokus dari teori ini ialah rakyat dengan segenap harapan dan kebutuhan harus
diperhatikan dan pemerintah mau mendengar suara hati nurani rakyat, agar tercapai negara
yang makmur, adil dan sejahtera.
Pada sistem pemerintahan di Indonesia, teori ini bisa kita sebut dengan teori pemimpin
yang merakyat. Dimana seorang presiden sebagai pemimpin negara yang mau mendengarkan
keluh kesah rakyatnya, mencari solusi dari permasalah tersebut dan mengaplikasikannya demi
kemakmuran rakyat.
7. Path Goal Theory
Mengacu kepada Robbins (Syafaruddin dan Asrul,2013:67) bahwa Path Goal
dikembangkan oleh Robert House, yang esensi teorinya bahwa pekerjaan pimpinan untuk
membantu para bawahan mencapai sasaran mereka dan memberikan arah yang penting atau
dukungan untuk menjamin bahwa sasaran mereka cocok dengan semua sasaran organisasi.
Dengan kata lain, teori ini berusaha memprediksi efektivitas kepemimpinan dalam
situasi berbeda. Pemimpin menjadi efektif sebab pengaruh positif terhadap motivasi,
kemampuan untuk bekerja dan kepuasan.
Pada teori ini, pemimpin memiliki kedudukan lain yang kita sebut dengan motivator.
Tentu sebagai seorang motivator, seorang pemimpin harus mampu memberikan motivasi
kepada bawahannya agar senatiasa bekerja dengan semangat yang tinggi, mampu menjadi
tempat untuk karyawan berkonsultasi, tidak mudah berputus asa dan menjadi suri tauladan
bagi bawahan.
8. Teori Transformasional dan Transaksional
Teori kepemimpinan transformasional secara kuat dipengaruhi oleh James Mc Gregor
Burns dan Bass (Syafaruddin dan Asrul,2013:68) yang membedakan esensi teorinya antara
kepemimpinan transformasional dengan transaksional. Keduanya didefenisikan dalam
cakupan istilah komponen perilaku yang digunakan mempengaruhi anggota dan pengaruh
pimpinan atas anggota. Kepemimpinan transformasional memunculkan nilai moral pegawai
dalam suatu usaha untuk menumbuhkan keasadaran tentang masalah etika dan menggerakkan
energi.
Bagi pemimpin bisnis, kepemimpinan transaksional bermakna memberikan gaji dan
keuntungan lain sebagai pengembalian usaha atau pekerjaan. Perilaku kepemimpinan ini juga
melibatkan nilai, tetapi nilai yang terkait dengan proses perubahan, seperti kejujuran,
keadilan, tanggung jawab dan hubungan timbal balik.
Dilihat dari penjelasan mengenai kepemimpinan transformasional, bisa dijelaskan
bahwa pengikut merasa percaya, terhormat, loyal dan hormat kepada pimpinan.

10 | K e p e m i m p i n a n d a l a m P e n g a m b i l a n K e p u t u s a n
C. Solusi Tentang Teori Pembentukan Kepemimpinan
Kepemimpinan bisa ada pada diri seseorang timbul dengan alami, karena ditempah
dan karena di ciptakan. Namun sering kali kita atau atasan yang ingin menciptakan pemimpin
baru salah dalam melihat dan memilih bibit unggul pada diri seorang tersebut. Bisa jadi
karena tidak melihat beberapa faktor dibawah ini.
Berdasarkan pengalaman kajian empirik dan analisa para ahli ada tiga teori tentang
timbulnya kepemimpinan (Kartono,2010:33-34) yaitu:
1. Teori Genetik, dimana seseorang telah ditakdirkan untuk memiliki bakat-bakat
kepemimpinan sejak ia dilahirkan sebagai suatu keturunan menurut kodrat alam.
2. Teori Sosial, yaitu seseorang bisa menjadi pemimpin apabila ia dididik dan diberi
pengalaman tentang kepemimpinan.
3. Teori Ekologis, teori ini lahir sebagai respon terhadap kedua teori diatas dimana
seseorang akan menjadipemimpin yang baik, apabila sejak lahirnya dikaruniai bakat
kepemimpinan yang dikembangkan secara teratur dan pengalaman-pengalaman kerja
sehingga bakatnya berkembang menjadi kepribadiannya.
D. Solusi Tentang Model Kepemimpinan
Menjadi seorang pemimpin harus mampu mengkondisikn dirinya pada situasi-situasi
tertentu. Pada diri seseorang yang bingung dengan situasi tersebut maka perlu kita bahas pada
bagian ini.
Berikut ini akan dibahas tentang model-model kepemimpinan yang diambil dari
berbagai literatur.
1. Model Kontingensi Fiedler
Suatu teori kepemimpinan yang kompleks dan menarik adalah contingency model of
leadership effectiveness dari Fred Fiedler (Handoko,2009:311). Pada dasarnya teori ini
menyatakan bahwa efektifitas suatu kelompok atau organisasi tergantung pada interaksi
antara kepribadian pemimpin dan situasi.
Situasi dinilai dalam istilah situasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Situasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan apabila dikombinasikan dengan gaya
kepemimpinan berorientasi tugas akan efektif.
Fiedler (Ambarita dan Siburian,2013:298) merumuskan tiga dimensi kontingensi yang
menentukan efektifitas pemimpin, yaitu:
a. Hubungan pemimpin dengan anggota, tingkat kepercayaan, keyakinan dan rasa
hormat yang dimiliki bawahan terhadap pemimpin mereka dinilai baik atau buruk;

11 | K e p e m i m p i n a n d a l a m P e n g a m b i l a n K e p u t u s a n
b. Struktur tugas sampai sejauh mana tugas-tugas itu diformalkan dan dijadikan
prosedur, dinilai tinggi atau rendah;
c. Kekuasaan posisi, tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang pemimpin terhadap
kegiatan-kegiatan berdasarkan kekuasaan seperti mempekerjakan, memecat,
menertibkan, menaikkan pangkat, dan menaikkan gaji, dinilai kuat atau lemah.
2. Model Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard
Model ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard. Merupakan teori
kemungkinan yang fokus terhadap kesiapan pengikut/pendukung. Kepemimpinan akan efektif
tergantung pada apakah para pengikut menerima atau menolak pimpinannya.
T. Hani Handoko (2009:313) juga menjelaskan, dalam bukunya ia memberi nama
model kepemimpinan ini adalah teori siklus-kehidupan. Konsep dasar teori ini adalah bahwa
strategi dan perilaku pemimpin harus situasional dan terutama didasarkan pada kedewasaan
atau ketidakdewasaan para pengikut. Kedewasaan yang dimaksud adalah kapasitas individu
atau kelompok untuk menetapkan tujuan tinggi tetapi dapat dicapai, dan keinginan dan
kemampuan mereka untuk mengambil tanggung jawab.
3. Model Kepemimpinan Partisipatif
Model ini dikembangkan oleh Victor Vroom dan Philip Yetton
(Ambarita,dkk.,2016:179). Hal ini menghubungkan perilaku pemimpin dan partisipasi dalam
pembuatan keputusan, dan perilaku pemimpin harus disesuaikan untuk mencerminkan
struktur tugasnya.
Model kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya dukungan dalam
pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan. Model ini juga dapat
memberikan dampak kepada bawaham agar selalu meningkatkan kesadaran terhadap
persoalan-persoalan untuk melihat ide-ide baru.
E. Solusi Tentang Pengambilan Keputusan
Bagi seorang pemimpin, pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang harus dan
wajib dilakukan dalam memimpin sebuah organisasi.
Menurut Fahmi (2016:8) ada beberapa solusi secara umum yang dapat dilaksanakan
untuk menyelesaikan persoalan atau membuat sesuatu keputusan menjadi jauh lebih baik,
yaitu:
1. Menerapkan konsep keputusan yang cenderung hati-hati dan memikirkan setiap
dampak yang akan timbul secara jangka pendek dan panjang
2. Menempatkan setiap keputusan berdasarkan alasan-alasan yang bersifat
representatif. Artinya, keputusan yang dibuat tidak dilandaskan karena keinginan

12 | K e p e m i m p i n a n d a l a m P e n g a m b i l a n K e p u t u s a n
satu pihak saja, namun berdasarkan keinginan berbagai pihak. Sehingga
pertanggungjawaban keputusan tersebut bersifat pelibatan yang menyeluruh.
3. Menghindari pengambilan keputusan yang bersifat ambigu. Keputusan yang
bersifat ambigu artinya keputusan bersifat tidak jelas dan tidak tegas. Sehingga
para pihak baik karyawan dan lainnya sulit untuk memahami maksud dari
keputusan tersebut.
4. Setiap keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpin disebuah perusahaan
berdasarkan pada pertimbangan 4 (empat) fungsi manajemen. Dengan
pertimbangan empat fungsi ini diharapkan keputusan yang dibuat menjadi lebih
seimbang.

13 | K e p e m i m p i n a n d a l a m P e n g a m b i l a n K e p u t u s a n
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan teori dari ahli diatas, maka pemimpin adalah seorang yang memiliki
beberapa keterampilan dalam mengatur suatu urusan dengan memanfaatkan posisinya.
Berdasarkan defenisi-defenisi dari ahli di atas, maka kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja dibawah arahan
seseorang dalam mencapai tujuan.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih satu pilihan diantara dua atau lebih
alternatif yang digunakan untuk memecahkan masalah secara efektif dan efesien.
Pada sub bahasan makalah ini akan dibahas mengenai beberapa teori kepemimpinan
yang dikemukakan dari berbagai sumber pandangan diantaranya:
1. Teori Sifat Orang-orang Besar
2. Teori Situasional
3. Teori Otokratis
4. Teori Partisipatif
5. Teori Laissez Faire
6. Teori Humanistik/Populistik
7. Path Goal Theory
8. Teori Transformasional dan Transaksional
Berdasarkan pengalaman kajian empirik dan analisa para ahli ada tiga teori tentang
timbulnya kepemimpinan yaitu:
1. Teori Genetik
2. Teori Sosial
3. Teori Ekologis
Model-model kepemimpinan yang diambil dari berbagai literatur terdiri dari:
1. Model Kontingensi Fiedler
2. Model Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard
3. Model Kepemimpinan Partisipatif
B. Saran
Dalam sebuah organisasi keberadaan pemimpin memang sangat penting karena
pemimpin sangat menentukan keberhasilan tercapainya tujuan suatu organisasi. penulis
berharap bisa di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

14 | K e p e m i m p i n a n d a l a m P e n g a m b i l a n K e p u t u s a n
DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, Biner dan Nasrun. 2016. Manajemen Pendidikan dan Peningkatan Mutu. Bandung:
Alfabeta.
Ambarita, Biner dan Paningkat Siburian. 2013. Manajemen Pendidikan dan Komunikasi.
Bandung: Alfabeta.
Ambarita, Biner, dkk. 2016. Perilaku dan Konflik Dalam Organisasi. Bandung: Alfabeta.
Fahmi, Irham. 2016. Manajemen Pengambilan Keputusan. Bandung: Alfabeta
Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Kartono, Kartini. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal
Itu?. Jakarta: Rajawali Pers.
Mesiono. 2012. Manajemen dan Organisasi. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
M. Chemers, Martin. 2014. An Integrative Theory of Leadership. New York: Psychology
Press.
Syafaruddin dan Asrul. 2013. Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer. Bandung:
Citapustaka Media.

15 | K e p e m i m p i n a n d a l a m P e n g a m b i l a n K e p u t u s a n

Anda mungkin juga menyukai