Anda di halaman 1dari 6

KOLOSTRUM

1. Definisi
Kolostrum adalah air susu pertama yang dikeluarkan payudara pada masa
kehamilan. Kolostrum memeiliki warna yang lebih berebda dengan ASI yaitu cenderung
kekuningan dan lebh kental.

2. Metode Sunrise
Menurut Klien yang di wawancarai sebagai berikut :
a. Faktor Teknologi : Klien menggunakan alternative bantuan melahirkan yaitu dengan
bidan. Dan klien tidak ingin melahirkn melalui operasi Caesar karena merasa takut. Dan
klien masih belum percaya dengan teknologi yang canggih dalam dunia kesehatan dan
memilih pengobatan secara tradisional.
b. Faktor Agama :Klien memandang kehamilan dan persalinan merupakan anugrah
terindah dari Tuhan Yang Maha Esa dan menganggap bahwa pemberian kolostrum pada
bayi tidak ada kaitan nya dengan agama.
c. Faktor Social :Klien sangat berhubungan baik dengan kelurga dan masyarakat sekitar,
biasanya klien dan suami menanyakan kepada orangtua masiing-masing terkait
pengambilan keputusan dalam hal yang berhubungan dengan anak dan bayi mereka.
d. Faktor Nilai-nilai Kebudayaan dan Gaya Hidup : Klien mengambil tindakan dalam
persalinan terutama dalam kolostrum yang tidak diberikan kepada bayi tersebut karena
merupakan kebiasaan dari lingkungan keluarga dan rumah klien.
e. Faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku : Peraturan yang ada di daerah sekitar
klien belum ada peraturan yang mengikat dan memang belum ada kebiasaan dan
peraturan mengenai kewajiban pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.
f. Faktor Ekonomi :
Klien merasa memiliki ekonomi yang kurang, sehingga klien hanya melahirkan secara
tradisional, dan perawatan selama kehamilan pun hanya mengandalkan pengetahuan
dari keluarga saja, sehingga tidak memiliki pengetahuan yang sesuai dengan standar
kesehatan.
g. Faktor Pendidikan :
Klien dan suami hanya memiliki pendidikan sampai tingkat SMP, menyebabkan
pengetahuan klien dalam bidang persalinan sangat kurang, sehingga klien hanya
mengikuti kebiasaan yang berkembang dalaam masyarakat.

3. Metode pelaksanaan
Lalukan observasi dan pendekatan pada klien lalu Dengan melakukan perubahan
atau rekontruksi kebiasaan tersebut sehingga kita perawat menjelaskan bahwa pentingnya
kolostrum sehingga ibu setelah melahirkan melakukan pemberiak kolostrum pada bayi
tersebut.
BUDAYA SIFON

1. Definisi
Budaya Sifon, sebuah tradisi sunat yang ekstrim dari suku Atoni Meto. Budaya sifon
berasal dari Nusa Tenggara Timur. Sifon merupakan suatu budaya hubungan seksual yang
dilakukan oleh pria yang disunat secara tradisional dengan wanita yang disyaratkan tidak
boleh dengan istrinya sendiri, namun biasanya dilakukan dengan janda, sekarang ini juga ada
dilakukan dengan pekerja seks komersial dengan kepercayaan dan maksud penyembuhan luka
sunatnya membuang sakit, dan panas dari pria yang disunat.

2. Procedure Ritual Sifon sebagai berikut :


1) Pria yang berumur 18 tahun wajib melakukan ritual sunat karena sudah dianggap
mampu berhubungan seks
2) Pemuda kan disunat disungai yang dibawa oleh ahelet (seseorang yang akan
menyunat)
3) Sebelum dilakukan proses sunat dilakuakan acara pengakuan dosa yang bertujuan
supaya proses sunat lancar
4) Dilakukan menjepit kulit kelamin bagian atas dengan menggunakan bamboo
5) Lalu dilakukan balutan dengan daun kom, untuk mengurangi perdarahan
6) Lalu dilakukan ritual sifon, berhubungan seks dengan perempuan dalam kondisi luka
masih basah

3. Metode Sunrise terhadap kasus


1) Faktor Teknologi : warga suku Atoni Meto pelakukan proses sunat dengan bambo
karena belum memiliki teknologi atau pun masih sedikit pelayanan kesehatan
sehingga mereka melakukan secara tradisional
2) Faktor Agama : menurut suku Atoni Meto, ritual tersebut merupakan metode
pengobatan sunatan dalam kepercayaan (Uis Neno = dewa langit) mereka,
3) Faktor sosial dan keterikatan keluarga : budaya ini merupak tradisi turun temurun
dalam pengobatan sunatan, sehingga laki – laki suku Atoni Meto diharuskan
melakukan proses tradisi tersebut.
4) Faktor budaya dan gaya hidup : tradisi tersebut sudah membudaya dan sudah menjadi
kebiasaan bagi suku tersebut.
5) Faktor kebijakan dan peraturan : sudah ada penangan dari daerah NTT tersebut tapi
masih dilakukan karena sudah menjadi budaya dan walaupun dilarang mereka tetap
melakukan secara diam – diam.
6) Faktor ekonomi : Suku Atoni Metohidup dari peladangan dan pemeliharaan ternak.
7) Faktor pendidikan : Suku Atoni Meto kebanyakan memiliki pendidikan yang rendah
sehingga mereka tidak mengetahui budaya tersebut merugikan kesehatan mereka.

4. Starategi pelaksanaan
Seorang perawat komunitas harus melakukan observasi terhadap budaya tersebut dan
tidak lupa melakukan pendekan dengan warga sukunya. Sehingga setelah melakukan itu baru
bisa kita melakukan suatu negosiasi budaya sifon tersebut, kita memberikan solusi yang bagus
untuk kesehatannnya tetapi tidak menghapus secara total budaya mereka. Apabila telah
diterima negosiasi tersebut maka dilakukan reskontruksi atau perubahan budaya secara total
dengan menejalaskan tradisi baru yang menguntungkan kek kesehatan mereka/ tidak
bertentangan dengan kesehatan.
HYGIENE OF INDIA
Di Negara india sangat banyak memiliki daerah – daerah yang kurang terhadap
kebersihan, banyak diantaranya membuang hajat sembarang, buang air kecil sembarang
seperti dinding rumah dan lain – lainnya. Sebagian daerah Masyarakat india mengatakan
mereka tidak diajari kebersihan mulai dari kecil karna sudah turun – temurun mereka
melakukan kebiasaan tersebut.
World Health Organisation (WHO) mencatat, setidaknya sebanyak 626 juta orang di
India pada 2012 buang hajat di tempat terbuka; di rerumputan, semak, atau sungai ataupun
pantai. Jumlah itu luar biasa besar, mengingat populasi total India adalah sekitar 1,3 milyar
jiwa.
Metode sunrise dalam kasus tersebut adalah :
1) Faktor Agama : Menurut warga india mereka memiliki kepercayaan mengenai system
kasta sehingga masyarakat dengan kasta rendah
2) Faktor sosial dan keterikatan keluarga : masyarakat india mulai dari kecil tidak
diajarkan tentang kebersihan karena sudah dari jaman dahulu memiliki kebiasaan
seperti tersebut sehingga membuat kebersihan diindia sangat kurang.
3) Faktor budaya dan gaya hidup : masyarakat india memiliki kebiasaan membuang hajat
dan sampah dan juga lainnya.
4) Faktor kebijakan dan peraturan : tidak memiliki kebijakan yang tegas dari
pemerintahan dan juga belum memberikan solusi mengatasi kebiasaan tersebut
5) Faktor ekonomi :ekonomi rendah karena merupakan kasta terendah.
6) Faktor pendidikan : pendidikan dan informasi yang kurang mengenai lingkungan yang
sehat.

Metode pelaksanaan terhadap kasus :


Seorang perawat komunitas harus melakukan observasi terhadap budaya tersebut dan
tidak lupa melakukan pendekan dengan warga nya. Sehingga setelah melakukan itu baru bisa
kita melakukan suatu negosiasi, kita memberikan solusi yang bagus untuk kesehatannnya dan
lingkungannya. Dan setelah melakukan negosiasi lakukan perubahan dan ajarkan warga
melakukan sesuatu pada tempatnya.

Anda mungkin juga menyukai