Anda di halaman 1dari 3

Tabula Rasa Batavia

Ini adalah cita rasa di suatu nagari

Yang dihuni suku asli bernama betawi

Ragam budaya & kisah yang mengiringi

Tak lupa cita rasa hidangannya yang membekas di hati

Pada sayup pagi dibilik dibalik gedung - gedung tinggi

Penjaja makanan berjejer menjajakan sarapan

Nasi uduk menjadi salah satu idaman

Kenikmatan warisan leluhur yang tak lekang oleh zaman

Di suatu siang di terik mentari memancar

Dahaga menjalar keringkan kerongkongan

Selendang mayang teryakini memberi kesegaran

Warna warni yang memanjakan mata, dingin yang hapuskan peluh setelah (bekerja)

Ku melirik gerobak lain di sebrang jalan

Gerobak asinan bisa jadi pilihan

Manis, asin, pedas adalah tabula rasa yang sempurna

Analogi sebuah kehidupan yang acapkali berliku tuk selami makna

OH, BATAVIA

Aku terjebak dalam kenikmatan yang tiada tara

Pada lidah yang tak bertulang namun mampu mengecap rasa

Terkadang semuanya membuatku dilema

Karena perintah berhenti sebelum kenyang adalah amalan utama

Seteru Jelang Pemilu


Pada mulanya kami berjalan beriringan
Saling bertegur sapa
Saling lempar senyum bahagia
Mengukir mimpi indah bersama

Selayaknya jelata
Patutlah kita berangan pada keteledanan sempurna
Kepada nabi muhammad yang termasyhur jujur
Pada isa al masih yang tawadhu
Pada gandhi yang cinta damai

Apakah kami yang tau dari sejarah


Hanya bisa berangan - berangan tentang kearifan para raja di masa lalu
Terbuai dalam alunan mimpi yang tak pernah jadi nyata

Hingga saat pesta demokrasi mendekat


Sistem yang carut tak bisa menghadirkan

Bisajadi kau punya jagoan


Yangselalu kau pertahankan
Meski terlumur nista di sekujur badan
Terselubung bercak yang tak tertampak kan
Mungkin tergores di hati rasa benci
Pada insan yang lain ingini
Meski seberkas cahaya pernah menyinari
Tanah gersang yg kini tersulap jadi Madani
Karena saat diri sudah ditutupi dengki
Mata takkan mampu melihat sebongkah emas diantara bebatuan
Telinga takkan mampu mendengar gemercik deru ombak di kesunyian pantai
Lidah takkan mampu merasa nikmat, hanya hambar menjalar hingga ke
kerongkongan
Pula saat cinta merasuk dalam Sukma
Pada yang tercinta takkan pernah tampak noda
Setitik intan akan tetap benderang meski tertutup milyaran partikel pasir
Alunan lagu syahdu tetap terngiang meski ledakan menerjang
Rasa kan terkecap meski sesungguhnya lidah telah kebas
Kawan, tidakkah engkau menyadari
Pada yang kau benci tetap terbesit maslahat
Pada yg kau puja tetap miliki cela
Jalanilah hidup penuh kedamaian
Tanpa dusta dan huru hara
Meski seteru itu hanya terjadi di jagat maya

Anda mungkin juga menyukai