Anda di halaman 1dari 34

TUGAS MAKALAH BIOKIMIA II

EKSTRAKSI PROTEIN, FOTOSINTESIS, VITAMIN, ENZIM DAN


BIOSINTESA PROTEIN

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Yatno

DISUSUN OLEH :

Nama : Maulana M Yusuf


NIM : F1C113052
PRODI : Kimia
KELAS : B

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2015
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur terhadap kehadirat Allah SWT yang


senantiasa melimpahkan berkah dan hidayah kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat
seiring salam dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta seluruh
keluarga dan sahabat-sahabatnya, yang telah berjasa menghantarkan umat manusia
dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti saat ini.

Makalah yang dibuat oleh penulis berjudul “EKSTRAKSI PROTEIN,


FOTOSINTESIS, VITAMIN, ENZIM DAN BIOSINTESA PROTEIN” dengan
tujuan memenuhi tugas mata kuliah BIOKIMIA II, yang penulis kontrak
matakuliahnya, di Jurusan MIPA, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan
terimakasih.

Jambi, 19 Maret 2015

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................... i


Daftar Isi........................................................................................................................ ii
BAB I EKSTRAKSI PROTEIN ................................................................................... 1
1. Ekstraksi ............................................................................................................. 1
2. Sifat - sifat Protein ............................................................................................. 2
3. Macam – Macam Protein ................................................................................... 3
4. Ekstraksi Protein ................................................................................................ 4
5. Isolasi Protein ..................................................................................................... 5
6. Identifikasi Protein ............................................................................................. 6
BAB II FOTOSINTESIS ............................................................................................ 11
a. Pengertian Fotosintesis .................................................................................... 11
b. Fungsi Fotosintesis ........................................................................................... 11
c. Proses Fotosintesis ........................................................................................... 12
4. Tahap-tahap Reaksi Fotosintesis ...................................................................... 14
BAB III VITAMIN ..................................................................................................... 16
1. Pengertian Vitamin........................................................................................... 16
2. Penggolongan Vitamin ..................................................................................... 16
3. Macam – macam Vitamin ................................................................................ 17
4. Fungsi Vitamin ................................................................................................. 19
BAB IV ENZIM .......................................................................................................... 20
1. Pengertian Enzim ............................................................................................. 20
2. Sifat-sifat Enzim............................................................................................... 20
3. Klasifikasi Enzim ............................................................................................. 21
4. Penamaan Enzim .............................................................................................. 22
5. Jenis-Jenis Enzim dan Fungsinya dalam Sistem Pencernaan .......................... 24
6. Faktor yang Mempengaruhi Enzim.................................................................. 24

ii
BAB V BIOSINTESA PROTEIN .............................................................................. 26
1. DNA ................................................................................................................. 26
2. RNA ................................................................................................................. 26
3. Biosintesa Protein ............................................................................................ 27
4. Transkripsi ....................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 30

iii
BAB I
EKSTRAKSI PROTEIN
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan
atau memurnikan suatu senyawa atau skelompok senyawa yang mempunyai susunan
kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala
industri. Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa
zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk
mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis laboratorium).

1. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching
adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert kedalam pelarutnya.
Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian
dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi
dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven
pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut
dalam pelarut. Ekstraksi sendiri merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memisahkan suatu komponen atau senyawa tertentu yang berada didalam campuran
agar dapat terpisahkan dan dapat digunakan secara efisien sesuai fungsinya. Ekstraksi
terdiri dari dasar metode berikut :

a. Ekstraksi Fisika
Ekstraksi Fisika adalah pemisahan suatu senyawa campuran dengan
memanfaatkan sifat fisika dari suatu zat atau komponen yang ingin diekstrak. Sifat
fisika tersebut meliputi : Titik didih, Titik leleh, Kelarutan, Wujud zat, Warna,
Kemagnetan dan Daya hantar listrik
b. Ekstraksi Kimia

1
Ekstraksi kimia adalah pemisahan suatu senyawa campuran dengan
memanfaatkan sifat kimia dari suatu senyawa atau zat yang ingin diekstrak. Sifat
kimia tersebut meliputi : Sifat benda yang tampak melalui reaksi kimia, mudah
terbakar, mudah meledak.
c. Ekstraksi biologi
Ekstraksi biologi adalah pemisahan suatu senyawa campuran dengan
memanfaatkan makhluk hidup. Ekstraksi ini umumnya menggunakan mikroba,
bakteri dan fungi (mikrobiologi).
d. Ekstraksi kombinasi
Ekstraksi kombinasi adalah ekstraksi yang memanfaatkan penggabungan
sifat-sifat diatas, Contoh : Ekstraksi Kimia-Fisika, Ekstraksi Biologi-Fisika.

2. Sifat - sifat Protein


Protein terdiri dari susunan-susunan asam amino yang saling terikat oleh ikatan
peptida. Hampir semua asam amino baku, kecuali satu mempunyai atom karbon
asimetrik,  karbon, yang mengikat empat gugus substituen yang berbeda, yakni,
gugus karboksil, gugus amino, gugus R, dan atom Hidrogen. Atom  karbon
asimetrik karenanya, merupakan pusat khiral. Seperti yang telah diketahui, senyawa
dengan pusat khiral terdapat dua bentuk isomer yang berbeda, yang bersifat identik
dalam semua sifat kimia dan fisiknya, kecuali satu, yakni arah perputaran sinar
terpolarisasi didalam polarimeter. Kesemua dari 20 asam amino yang diperoleh dari
hidrolisa protein dengan kondisi yang cukup ringan, bersifat optik aktif; yakni
senyawa-senyawa ini dapat memutar sinar bidang polarisasi meuju ke suatu arah atau
kebalikannya. Karena susunan tetrahedral ikatan valensi disekitar atom  karbon
pada asam amino, keempat gugus substituen yang berbeda ini dapat menempati dua
susunan yang berbeda dalam ruang, yang merupakan bayanngan cermin yang tidak
saling menutupi sesamanya. Kedua bentuk ini dinamakan isomer optik, enensiomer,
atau stereoisomer.

Sifat asam amino dalam larutan, maka ia akam terionisasi dan dapat bersifat
sebagai asam atau basa. Sifat-sifat asam dan basa ini sangat penting didalam

2
pengertian pengetahuan mengenai sifat protein. Hal ini sangat penting diterapkan
dalam seni pemisahan, identifikasi, dan kuatifikasi asam amino yang berbeda, yaitu
dalam hal menentukan komposisi dan urutan asam amino dari molekul protein, yang
didasarkan atas tingkah laku asam basa yang khas. Dan bila protein dilarutkan ke
dalam larutan asam atau basa kuat, maka unit pembangun asam amino dibebaskan
dari ikatan kovalen yang menghubungkan molekul-molekul ini menjadi rantai. Asam
amino yang bebas yang terbentuk merupakan molekul yang relatif kecil, dan struktur
masing-masing telah diketahui. Protein umumnya memiliki sifat terdenaturasi pada
suhu tinggi, pH ekstrim, dan tekanan tinggi.

3. Macam – Macam Protein


Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul
tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein merupakan
polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan
gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya
digolongkan sebagai polipeptida. Berdasarkan kelarutannya dalam air atau pelarut
lain, protein digolongkan atas beberapa golongan yaitu :
a. Albumin adalah Protein larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas.
Contohnya adalah ovalbamin (dalam telur), seralbumin (dalam serum), laktalbumin
(dalam susu).
b. Skleroprotein adalah Protein tidak larut dalam pelarut encer, baik
larutan garam, asam, basa, dan alkohol. Contohnya kolagen (pada tulang rawan),
miosin (pada otot), keratin (pada rambut).
c. Globulin adalah Protein tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas.
Larut dalam larutan garam encer, dan dapat mengendap dalam larutan garam
konsentrasi tinggi (salting out). Contohnya adalah miosinogen (dalam otot),
ovoglobulin (dalam kuning telur), legumin (dalam kacang-kacangan).
d. Glutelin adalah Protein tidak larut dalam pelarut netral, tetapi larut
dalam asam atau basa encer. Contonya adalah glutelin (dalam gandum), orizenin
(dalam beras).

3
e. Prolamin (gliadin) adalah Protein larut dalam alkohol 70-80% dan tidak
larut dalam air maupun alkohol absolut. Contohnya adalah prolamin (dalam
gandum), gliadin (dalam jagung), zein (dalam jagung).
f. Protamin adalah Protein larut dalam air dan tidak terkoagulasi dalam
panas.
g. Histon adalah Protein larut dalam air dan tidak larut dalam amonia
encer, dapat mengendap dalam pelarut protein lainnya, dan apabila terkoagulasi oleh
panas dapat larut kembali dalam asam encer. Contohnya adalah globin (dalam
hemoglobin).

4. Ekstraksi Protein
Dalam proses ekstraksi protein, informasi mengenai sifat dari protein yang
akan diekstrak sangat dibutuhkan. Misalnya apakah protein berada didalam sel
ataupun diluar sel, pH spesifik protein.
Ekstraksi atau pemurnian protein dilakukan untuk mempelajari sifat dan
fungsi protein. Pemisahan dilakukan berdasarkan ukuran, kelarutan, muatan dan
afinitas ikatan. Pemurnian protein dapat dilakukan dengan cara :

A. Cara Dialisis : Pemisahan berdasarkan ukuran molekul melalui selaput


semipermiabel, dimana molekul-molekul dengan berat molekul lebih besar dari
15.000 akan tertahan dalam kantong dialysis. Sedangkan molekul yang berukuran
lebih kecil dan juga ion-ion akan melewati pori-pori selaput semipermiable tersebut
keluar dari kantong dialysis.
B. Cara Kromatografi Filtrasi Sel : Pemisahan berdasarkan ukuran molekul.
Prinsipnya, larutan dialirkan dari atas kolom yang berisi butir-butir gel yang terdiri
dari karbohidrat berpolimer tinggi. Butir-butir tersebut dikenal sebagai sephadex.
Molekul-molekul berukuran kecil dapat masuk ke dalam butir-butir sephadex.
Sedangkan yang berukuran besar tidak. Karena itu terjadi pemisahan. Molekul-
molekul kecil berada dalam larutan butir-butir sephadex diantara butir-butir
sephadex. Karena molekul-molekul besar akan turun lebih cepat, maka molekul-
molekul besar terelusi atau keluar terlebih dahulu.

4
C. Cara Kromatografi Pertukaran Ion : Pemisahan berdasarkan muatannya. Bila
sebuah protein mempunyai muatan positif pada pH 7, ia akan terikat pada kolom
penukar ion yang berisi gugus yang bermuatan negative. Sedangkan protein yang
bermuatan negative tidak. Protein bermuatan positif yang terikat dalam kolom dapat
dielusi dengan penambahan garam NaCl atau garam lain pada larutan buffer yang
digunakan untuk elusi. Ion Na+ akan berkompetensi dengan protein untuk berikatan
dengan gugus pada kolom dan secara bertahap ion Na+ akan menggantikan
kedudukan protein.

5. Isolasi Protein
Isolasi protein adalah suatu proses atau kegiatan untuk memisahkan senyawa
yang bercampur sehingga kita dapat menghasilkan senyawa tunggal yang murni.
Misalkan isolasi protein pada ikan. Pada ikan protein berada didalam sel, atau dapat
dikatakan protein tersebut merupakan protein intraseluler, isolasi protein pada ikan
dapat dilakukan dengan cara :

1. Daging ikan yang segar dikeringkan pada temperature yang tidak terlalu
tinggi, kemudian digerus hingga halus.
2. Daging ikan yang sudah digerus ditimbang sebanyak 15 gram, kemudian
dimasukan kedalam labu Erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan 60 mL
aquadest dan 30 mL KOH 5%. Kemudian labu ditutup dan dikocok selama 45
menit.
3. Larutan disaring dengan kain, kedalam filtrat tersebut ditambahkan tetes demi
tetes larutan HCl hingga pH larutan menjadi 4,3.

Setelah itu filtrate dipanaskan selama 10 menit. Kemudian disaring dengan corong
Buchner. Setelah itu endapan dipindahkan kedalam gelas arloji yang telah ditimbang.
Endapan kemudian dikeringkan didalam oven pada 100 untuk menghilangkan air.
Setelah itu endapan ditimbang. Isolasi protein pada daging ikan merupakan analisis
kuantitatif untuk mengetahui perbandingan jumlah protein dalam sampel. Pertama-
tama sampel dikeringkan bertujuan agar kadar air dalam sampel berkurang karena air

5
dalam sampel dapat mengencerkan preaksi yang digunakan sehingga preaksi tidak
sesuai dengan yang seharusnya (terencerkan oleh air yang terdapat dalam sampel).
Setelah dikeringkan sampel ditambahkan air, dan basa alkali. Bila suatu protein
dihidrolisis dengan asam, alkali atau enzim akan dihasilkan campuran asam-asam
amino. Kemudian didiamkan selama 45 menit berfungsi mengoptimalkan proses
hidrolisis sehingga asam amino pecah dan terpisah dari sampel.

Karena protein yang telah terhidroslisis strukturnya berubah maka ikatan rantai
polipeptida pada protein mengalami kerusakan inilah yang dinamakan proses
denaturasi. Denaturasi dapat diartikan suatu perubahan atau modifikasi terhadap
stuktur sekunder,tersier dan kuartener tehadap molekul protein tanpa terjadinya
pemecahan ikatan kovalen. Penambahan basa alkali kemudian penambahan asam
hingga pH berada pada pH 5 ini berfungsi untuk melarutkan ekstrak selain protein,
dan juga berfungsi untuk pemekaran dan pengembangan molekul protein yang
terdenaturasi akan membuka gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida
selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali pada gugus reaktif yang sama atau
berdekatan, dan bila unit tersebut banyak protein tidak terdispersi lagi sebagai koloid
maka protein tersebut mengalami koagulasi.

6. Identifikasi Protein
Identifikasi protein merupakan proses untuk mengetahui apakah suatu
senyawa yang diidentifikasi merupakan suatu senyawa protein. Umumnya
identifikasi protein yang dilakukan adalah:

1. Uji Susunan Elementer Protein

Semua jenis protein mengandung unsur C, H, O, dan N dan sedikit S dan P,


Maka untuk mengetahui unsur yang terkadung didalam protein dilakukan pengujian.

a. Uji adanya unsur C, H dan O

6
 Masukkan 1 mL albumin telur ke dalam cawan porselen lalu tutup dengan
kaca obyek di atasnya
 Amati permukaan kaca obyek tersebut, jika ada pengembunan
menunjukkan adanya atom H dan O
 Periksalah apakah tercium bau rambut terbakar, jika tercium berarti
menunjukkan adanya atom
 Periksalah apakah ada arang, jika ada berarti menunjukkan adanya atom C

b. Uji adanya unsur N

 Masukkan 1 mL larutan albumin telur dan 1 mL NaOH 10% ke dalam


tabung reaksi lalu panaskan
 Perhatikan bau ammonia yang terjadi, jika tercium menunjukkan adanya
unsur N
 Lalu ujilah uapnya dengan kertas lakmus merah yang telah dibasahi
akuades

c. Uji adanya unsur S

 Masukkan 1 mL albumin telur dan 1 mL NaOH 10% lalu panaskan


 Tambahkan 4 tetes larutan Pb-asetat 5%
 Bila larutan menghitam, berarti PbS terbentuk. Kemudian tambahkan 4
tetes HCl pekat
 Jika tercium bau belerang yang khas, menunjukkan adanya unsur S

2. Uji Kelarutan Protein

Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam dan basa.
Kelarutan protein dalam air, asam dan basa berbeda-beda, ada yang mudah larut dan
ada juga yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak
seperti eter atau khloroform. Prosedur pengujian kelarutan protein sebagai berikut:

7
 Masukan ke dalam 5 tabung reaksi berturut-turut air suling, HCl 10%, NaOH
40%, alkohol 96% dan kloroform masing-masing sebanyak 1 mL
 Tambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut 2 mL albumin
telur
 Kocoklah dengan kuat dan amati kelarutannya

3. Uji Pengendapan Protein Dengan Garam

Protein dapat diendapkan dengan garam berkonsentrasi tinggi. Peristiwa


pemisahan atau pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi tinggi disebut salting
out. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ion dari garam maka semakin
mudah protein diendapkan. Prosedur pengujian pengendapan protein dengan garam
sebagai berikut:

 Masukan 2 mL albumin telur ke dalam 5 tabung reaksi


 Masing-masing tabung reaksi bertutut-turut diisi larutan NaCl 1%, BaCl2 5%,
CaCl2 5%, MgSO4 5% dan (NH4)2SO4 jenuh setetes demi tetes sampai
terbentuk endapan
 Tambahkan kembali larutan garamnya secara berlebihan
 Kocok dengan kuat, lalu amati perubahan yang terjadi

4. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Dan Asam Organik

Sebagian besar protein dapat diendapkan dengan penambahan asam-asam


organik (seperti asam pikrat, asam trikloroasetat dan asam sulfonat) yang membentuk
garam proteinat yang tidak larut.
Protein juga dapat mengalami denaturasi irreversibel akibat penambahan logam-
logam berat seperti Cu2+, Hg2+, atau Pb2+. Untuk mengetahui pengendapan dengan
logam berat dan asam organik dapat dilakukan pengujian sebagai berikut:

 Masukan ke dalam 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 mL larutan


albumin telur

8
 Masing-masing tabung berturut-turut ditambahkan 10 tetes larutan asam
trikloroasetat 10%, asam sulfosalisilat 5%, CuSO4 5%, HgCl2 5% dan Pb-
asetat 5%
 Kocoklah setiap tabung dan amati perubahan yang terjadi

5. Uji Biuret

Uji biuret dilakukan untuk mengetahui adanya ikatan peptida dari protein.
Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih tetapi negatif untuk
asam amino bebas. Reaksi biuret juga positif terhadap senyawa yang mengandung
gugus -CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2 dan -CONH2. Uji biuret positif ditandai
dengan terbentuknya senyawa kompleks yang berwarna ungu (violet) akibat dari
reaksi ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa dengan polipeptida atau
ikatan-ikatan peptida penyusun protein. Prosedur Uji Biuret sebagai berikut:

 Masukan zat yang diuji sebanyak 2 mL lalu tambahkan 1 mL NaOH 10% dan
3 tetes CuSO4 0,2%
 Campurlah dengan baik dan amati perubahan warna yang terjadi

6. Uji Ninhidrin

Uji Ninhidrin dilakukan untuk mengetahui adanya asam amino bebas dalam
protein. Uji ninhidrin positif jika terbentuk senyawa kompleks berwarna biru tetapi
prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning. Prosedur Uji
Ninhidrin sebagai berikut:

 Isilah tabung reaksi dengan 2 mL zat yang diuji


 Tambahkan 5 tetes pereaksi Ninhidrin, lalu panaskan di atas penangas air
selama 5 menit
 Amati perubahan yang terjadi

7. Uji Xantoproteat

9
Uji xantoprotein dilakukan untuk membuktikan adanya inti benzena dalam
protein. Asam amino yang mempunyai cincin benzena yaitu asam amino tirosin,
triptofan dan fenilalanin. Uji ini positif jika membentuk endapan putih ketika
ditambahkan asam nitrat pekat dan berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan.
Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya
berubah menjadi jingga. Prosedur Uji Xantoproteat:

 Masukkan 2 mL zat yang diuji ke dalam tabung reaksi


 Tambahkan 1 mL asam nitrat pekat, perhatikan endapan putih yang terjadi
 Panaskan selama 1 menit dan amati terbentuknya warna kuning
 Lalu dinginkan di bawah air kran dan tambahkan NaOH 10% setetes demi
tetes melalui dinding tabung hingga terbentuk lapisan
 Perhatikan perubahan warna yang terjadi

8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik


Titik isoelektrik (TI) adalah daerah pH tertentu dimana protein tidak
mempunyai selisih muatan atau jumlah muatan positif dan negatifnya sama sehingga
tidak bergerak bila diletakkan dalam medan listrik. Protein mempunyai titik
isoelektrik berbeda-beda dan pada pH isoelektrik, daya kelarutan protein minimal
sehingga menyebabkan protein mengendap. Prosedur penentuan titik isoelektrik
sebagai berikut:

 Lima tabung reaksi diisi masing-masing 1 mL larutan kasein


 Pada setiap tabung ditambahkan 1 mL larutan buffer asetat masing-masing
dari pH 3,8; 4,7; 5,0; 5,3 dan 5,9
 Kocok campuran dengan baik dan catat derajat kekeruhannya setelah 0, 10,
dan 30 menit. Amati endapan maksimal. Lalu panaskan semua tabung.
 Amati hasilnya, pembentukan endapan kekeruhan paling cepat atau paling
banyak merupakan titik isoelektrik kasein.

10
BAB II
FOTOSINTESIS
Fotosintesis berasal dari kata foto yang artinya cahaya dan sintesis yang artinya
penyusunan. Fotosintesis umumnya terjadi pada tumbuhan hijau, Berikut uraian
materi tentang fotosintesis:

a. Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis adalah salah satu cara tumbuhan untuk menghasilkan makanan
dan energi. Fotosintesis merupakan pembuatan makanan oleh tumbuhan hijau melalui
suatu proses biokimia pada klorofil dengan bantuan sinar matahari. Karena
kemampuannya membuat makanan sendiri, tumbuhan hijau dikenal sebagai
organisme autotrof. Fotosintesis berasal dari kata foto yang artinya cahaya dan
sintesis yang artinya penyusunan. Dengan kata lain, fotosintesis merupakan proses
penyusunan bahan organik (karbohidrat) dari H2O dan CO2 dengan bantuan energi
cahaya. Karena selain menghasilkan energi, proses fotosintesis juga akan
menghasilkan oksigen untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Daun merupakan komponen utama pada tumbuhan yang berperan dalam


fotosintesis ini, pada daun terdapat klorofil (zat hijau daun), nah klorofil inilah yang
akan menyerap energi matahari sehingga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi (nutrisi). Fotosintesis dapat dilakukan oleh tumbuhan, alga, dan bakteri yang
memiliki kloroplas. Hasil dari fotosintesis adalah molekul glukosa yang disimpan
dalam bentuk pati, amilum, atau tepung. Secara garis besar, reaksi fotosintesis dapat
dituliskan sebagai berikut:

6CO2 + 6H2O ===> C6H12O6 +6O2

b. Fungsi Fotosintesis

Fungsi utama fotosintesis adalah untuk memproduksi glukosa sebagai sumber


energi utama bagi tumbuhan, dengan adanya glukosa ini akan terbentuk sumber
energi lemak dan protein. Air dan garam-garam mineral diserap oleh tumbuhan dari

11
dalam tanah melalui rambut-rambut akar yang terdapat pada epidermis akar. Pada
dasarnya, pengangkutan air dan mineral dari tanah ke dalam tumbuhan melibatkan
tiga proses yaitu Proses osmosis, Proses difusi, Proses transpor aktif.

Proses Fotosintesis dapat membersihkan udara. Udara dibersihkan dengan diserapnya


karbondioksida dan dihasilkannya oksigen. Sehingga sering didengar penanaman
pohon untuk membersihkan lingkungan, karena ada proses fotosintesis inilah pohon
bisa berguna untuk membersihkan udara. Kemampuan fotosintesis tumbuhan pada
masa hidupnya akan membuat sisa sisa tumbuhan tersebut tertimbun di dalam tanah.
Timbunan dari tumbuhan dalam waktu yang lama akan membuatnya menjadi batu
bara yang merupakan bahan baku dan sumber energi pada kehidupan modern

c. Proses Fotosintesis
Sebelum memulai penjelasan, silahkan diperhatikan bagan di bawah terlebih dahulu.

Berdasarkan bagan tersebut maka secara singkat proses fotosintesis dapat dijelaskan
sebagai berikut, Dalam proses fotosintesis ada 4 bahan yang harus dimiliki, yaitu :

 Karbondikoksida (CO2)
 Air
 Cahaya Matahari
 Klorofil

Karbondikosida akan diambil oleh Stomata (mulut daun) pada daun tumbuhan
dari udara bebas, kemudian air diambil melalui akar tumbuhan dan diangkut
komponen pengangkut pada tumbuhan, kemudian Cahaya matahari akan
diambil dalam bentuk energi oleh klorofil (zat hijau daun). Semua proses ini
akan berlangsung membentuk suatu reaksi dan menghasilkan Oksigen serta

12
Glukosa. Setelah terdapat glukosa pada tumbuhan, nutrisi ini akan diubah
menjadi lemak, protein, dan nutrisi lainnya. Pada Proses fotosintesis terjadi
reaksi yang sangat kompleks.

Air dan garam-garam mineral diserap oleh tumbuhan dari dalam tanah melalui
rambut-rambut akar yang terdapat pada epidermis akar. Pada dasarnya, pengangkutan
air dan mineral dari tanah ke dalam tumbuhan melibatkan tiga proses yaitu Proses
osmosis, Proses difusi, Proses transpor aktif.

Tumbuhan mengambil karbon dioksida dari lingkungan atau udara sekitar melalui
daun dengan cara difusi, osmosis, dan transpor aktif.

Udara yang mengandung karbon dioksida masuk ke dalam daun melalui stomata.
Selanjutnya, karbon dioksida tersebut menyebar di antara sel-sel daun.

Karbon dioksida berreaksi dengan air dan dihasilkan zat makanan berupa karbohidrat
atau glukosa dan oksigen.

Zat makanan hasil fotosintesis kemudian ditimbun sementara pada daun. Namun,
banyak tumbuhan yang mempunyai organ penyimpanan misalnya umbi akar.
Selanjutnya, zat makanan ini mengalami pengangkutan ke bagian-bagian tumbuhan
lain melalui pembuluh tapis (floem).

Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis untuk dua arah, yaitu dari
daun ke tempat penyimpanan makanan cadangan dan ke bagian-bagian yang aktif
tumbuh.

Proses ini hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu pigmen
yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari. Jadi, fotosintesis
merupakan transformasi energi dari energi cahaya matahari dikonversi menjadi energi
kimia yang terikat dalam molekul karbohidrat.

13
Pada beberapa aspek, proses fotosintesis dapat dikatakan sebagai kebalikan proses
respirasi seluler. Fotosintesis membentuk glukosa dan menggunakan energi matahari,
sedangkan respirasi memecah glukosa untuk menghasilkan energi.

Organela yang berperan dalam fotosintesis adalah kloroplas. Kloroplas mengandung


pigmen klorofil yang bertanggung jawab terhadap warna hijau pada daun. Kloroplas
mempunyai membran ganda (di luar dan dalam) yang mengelilingi matriks fluida
yang disebut stroma.

Stroma mengandung enzim yang berfungsi sebagai penangkap dan reduktor gas CO2.
Sistem membran di dalam stroma membentuk kantung-kantung datar yang disebut
sebagai tilakoid. Pada beberapa tempat tilakoid bertumpuk membentuk grana.
Sedangkan Klorofil dan pigmen lainnya terdapat pada membran tilakoid.

Pigmen yang terdapat pada kloroplas, yaitu klorofil a (memberikan warna hijau),
klorofil b (memberikan warna hijau tua), dan karoten (berwarna kuning sampai
jingga). Pigmen tersebut mengelompok dalam membran tilakoid membentuk
perangkat pigmen yang penting dalam fotosintesis.

4. Tahap-tahap Reaksi Fotosintesis

Fotosintesis berlangsung dalam dua tahap reaksi, yaitu reaksi terang atau light-
dependent reaction dan reaksi gelap atau light-independent reaction. Reaksi terang
hanya berlangsung ketika ada cahaya, sedangkan reaksi gelap dapat terjadi tanpa
memerlukan bantuan cahaya.

a. Reaksi Terang

Pada Reaksi terang terjadi reaksi penangkapan atau penyerapan energi cahaya. Energi
cahaya yang diserap oleh membran tilakoid akan menaikkan elektron berenergi
rendah yang berasal dari H2O.

14
Elektron-elektron bergerak dari klorofil a menuju sistem transpor elektron yang
menghasilkan ATP (hasil dari ADP + P). Elektron-elektron berenergi ini juga
ditangkap oleh NADP+. Setelah menerima elektron, NADP+ segera berubah menjadi
NADPH. Molekul ATP dan NADPH menyimpan energi untuk sementara waktu
dalam bentuk elektron berenergi yang kemudian berperan sebagai reduktor yang
digunakan untuk mereduksi CO2. Reaksi ini disebut sebagai fotolisis, dan dapat
digambarkan dengan reaksi berikut.

b. Reaksi Gelap

Sesuai dengan namanya reaksi gelap merupakan reaksi yang tidak bergantung
pada cahaya. Inti dari proses reaksi gelap merupakan pengubahan Karbondioksida
(CO2) menjadi glukosa. Reaksi gelap ini terjadi pada bagian stroma kloroplas. Reaksi
gelap hanya akan terjadi sesudah terjadinya reaksi terang, dan proses reaksi gelap
sangat kompleks, karena pengubahan Karbondioksida (CO2).
Reaksi gelap merupakan reaksi tahap kedua dari fotosintesis. Disebut sebagai
reaksi gelap karena reaksi ini tidak memerlukan cahaya. Reaksi gelap ini terjadi di
dalam stroma kloroplas. Reaksi gelap pertama kali ditemukan oleh ilmuwan bernama
Malvin Calvin dan Andrew Benson. Oleh karena itu, reaksi gelap fotosintesis sering
disebut sebagai siklus Calvin-Benson atau siklus Calvin. Siklus Calvin berlangsung
dalam tiga tahap yag terdiri dari fase fiksasi, fase reduksi, dan fase regenerasi.

Pada fase fiksasi terjadi penambatan CO2 oleh ribulose bifosfat atau Ribulose
biphosphat = RuBP menjadi 3-fosfogliserat atau 3-phosphoglycerate = PGA. Reaksi
ini dikatalisis oleh enzim ribulose bifosfat karboksilase atau Rubisco.

15
BAB III
VITAMIN
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa
organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap
organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.

1. Pengertian Vitamin
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik yang memiliki BM (berat
molekul kecil), dan memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme. Nama
Vitamin berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina
(amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N),
karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak
vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi
(ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi
oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat
bertumbuh dan berkembang secara normal.

2. Penggolongan Vitamin
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh
dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan
B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan
folat). Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi
vitamin D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Sumber berbagai
vitamin ini dapat berasal dari makanan, seperti buah-buahan, sayuran, dan suplemen
makanan. Vitamin berdasarkan kelarutannya didalam air terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Vitamin larut air (water soluble vitamin)

Vitamin B1, B2, B6, nikotinamida (nicotinamide), asam pantotenat


(panthotenic acid), biotin, asam folat (folic acid), B12, dan Vitamin C

b. vitamin yang larut dalam lemak (fat soluble vitamin)


Vitamin yang larut dalam lemak adalah Vitamin A, D, E, dan K1.

16
3. Macam – macam Vitamin
Vitamin umumnya banyak terdapat dalam buah-buahan. Berikut uraian
macam-macam vitamin, sumbernya, serta dampak jika kekurangan vitamin:

a. Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan
hanya sedikit larut dalam air. Sumber vitamin A : susu, ikan, sayuran berwarna hijau
dan kuning, hati, buah-buahan warna merah dan kuning (cabe merah, wortel, pisang,
pepaya, dan lain-lain). Penyakit kekurangan vitamin A : rabun senja, katarak, infeksi
saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, kulit yang tidak sehat, dan lain-
lain.
b. Vitamin B1
Vitamin B1 merupakan vitamin yang dapat larut dalam air dan hanya
sedikit larut dalam lemak. Sumber vitamin B1 : gandum, daging, susu, kacang hijau,
ragi, beras, telur, dan sebagainya. Penyakit kekurangan vitamin B1 : kulit kering,
daya tahan tubuh berkurang.
c. Vitamin B2
Vitamin B2 merupakan vitamin yang dapat larut dalam air dan hanya
sedikit larut dalam lemak. Sumber vitamin B2 : sayur-sayuran segar, kacang kedelai,
kuning telur, susu, dan banyak lagi lainnya. Penyakit kekurangan vitamin B2 :
turunnya daya tahan tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah,
sariawan, dan sebagainya.
d. Vitamin B6
Vitamin B6 merupakan vitamin yang dapat larut dalam air dan hanya
sedikit larut dalam lemak. Sumber vitamin B6 : kacang-kacangan, jagung, beras, hati,
ikan, beras tumbuk, ragi, daging, dan lain-lain. Penyakit kekurangan vitamin B6 :
pelagra alias kulit pecah-pecah, keram pada otot, insomnia atau sulit tidur, dan
banyak lagi lainnya.
e. Vitamin B12
Vitamin B12 merupakan vitamin yang dapat larut dalam air dan
hanya sedikit larut dalam lemak. sumber yang mengandung vitamin B12 : telur, hati,

17
daging, dan lainnya. Penyakit kekurangan vitamin B12 : kurang darah atau anemia,
gampang capek/lelah/lesu/lemes/lemas, penyakit pada kulit, dan sebagainya
f. Vitamin C

Vitamin C merupakan vitamin yang dapat larut dalam air dan hanya
sedikit larut dalam lemak. Sumber vitamin C : jambu klutuk atau jambu batu, jeruk,
tomat, nanas, sayur segar, dan lain sebagainya. Penyakit kekurangan vitamin C :
mudah infeksi pada luka, gusi berdarah, rasa nyeri pada persendian, dan lain-lain

g. Vitamin D

Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan


hanya sedikit larut dalam air. Sumber vitamin D : minyak ikan, susu, telur, keju, dan
lain-lain. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D : gigi akan lebih
mudah rusak, otok bisa mengalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak normal
yang biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X.

h. Vitamin E

Vitamin E merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan hanya
sedikit larut dalam air. Sumber vitamin E : ikan, ayam, kuning telur, kecambah, ragi,
minyak tumbuh-tumbuhan, havermut, dsb. Penyakit yang ditimbulkan akibat
kekurangan vitamin E : bisa mandul baik pria maupun wanita, gangguan syaraf dan
otot, dll

i. Vitamin K

Vitamin K merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan


hanya sedikit larut dalam air. Sumber vitamin K : susu, kuning telur, sayuran segar,
dkk. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K : darah sulit membeku
bila terluka/berdarah/luka/pendarahan, pendarahan di dalam tubuh, dan sebagainya.

18
4. Fungsi Vitamin

Pada umumnya vitamin bekerja dengan cara menggalakan reaksi kimia


tertentu dalam proses metabolisme. Jika terjadi kekurangan vitamin, maka proses
metabolismetidak akan berlangsung dan tubuh akan menjadi sakit. Fungsi vitamin
pada umumnya terkait dengan fungsi dari enzim, terutama vitamin dari kelompok
vitamin B. Vitamin memiliki fungsi utama dalam reaksi metabolisme. Dalam hal ini
vitamin merupakan koenzim atau kofaktor dari suatu enzim, sehingga dapat
mengaktivasi suatu enzim agar dapat bekerja.

Diketahui bahwa enzim merupakan katalisator organik yang menjalankan


dan mengatur reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Vitamin dibutuhkan dalam
tubuh dalam takaran atau jumlah tertentu. Tiap vitamin memiliki takaran yang
berbeda. Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin akan menimbulkan gejala-gejala
yang merugikan tubuh, dan kondisi demikian disebut hypervitaminosis. Sebaliknya
jika konsumsi vitamin tidak mencukupi kebutuhan minimalnya, maka akan terjadi
gejala-gejala yang merugikan kesehatan tubuh. Kadar vitamin yang rendah dalam
darah namun masih belum menunjukkan gejala klinis yang jelas disebut kondisi
hypovitaminosis. Namun jika kekurangan vitamin ini sudah menunjukkan gejala-
gejala secara klinik, maka dikatagorika sebagai kondisi avitaminosis.

Kofaktor adalah substansi non protein yang berperan dalam reaksi enzimatis.
Beberapa vitamin berfungsi langsung dalam metabolisme penghasilan energi, contoh
: Vitamin B1 penting sebagai koenzim pyruvate and a-ketoglutarate dehydrogenase
 sehingga jika defisiensi : kapasitas sel dlm menghasilkan energi mjd sangat
berkurang. Juga diperlukan untuk reaksi fermentasi glukosa menjadi etanol, di dalam
yeast.

19
BAB IV
ENZIM
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia organik.

1. Pengertian Enzim
Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalis dalam metabolisme makhluk
hidup. Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh
makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi.
Enzim berperan secara lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan
dipacu dibandingkan dengan katalisator anorganik sehingga ribuan reaksi dapat
berlangsung dengan tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun.
Enzim terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim
yang tersusun atas protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun
atas protein. Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim
(tersusun dari bahan organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik). Molekul
awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang
disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat,
yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat
berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang
ditentukan oleh hormon sebagai promoter. Enzim bekerja dengan cara bereaksi
dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu
reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga
percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi
membutuhkan waktu lebih lama.

2. Sifat-sifat Enzim
Enzim adalah katalis reaksi-reaksi sistem biologi. Sebagian besar enzim
adalah protein. Seperti halnya protein lain, enzim memiliki BM antara 12,000 – 1
juta. Karakteristik dari enzim adalah catalitic power dan spesifisitas. Sifat enzim:

20
a. Biokatalisator, mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi.
b. Thermolabil; mudah rusak, bila dipanasi lebih dari suhu 60º C, karena
enzim tersusun dari protein yang mempunyai sifat thermolabil.
c. Merupakan senyawa protein sehingga sifat protein tetap melekat pada
enzim. Contoh : Denaturasi
d. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksinya sangat
cepat dan dapat digunakan berulang-ulang.
e. Bekerjanya ada yang di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim),
contoh ektoenzim: amilase,maltase. Umumnya enzim bekerja
mengkatalisis reaksi satu arah, meskipun ada juga yang mengkatalisis
reaksi dua arah, contoh : lipase, meng-katalisis pembentukan dan
penguraian lemak.
Sebagian besar enzim merupakan protein, sehingga layaknya protein enzim
memiliki BM (Berat Molekul) yang besar.

3. Klasifikasi Enzim

Menurut IUBMB (International Union of Biochemistry and Molecular


Biology), enzim-enzim dikelompokkan menjadi 6 golongan atau kelas,
sebagaimana yang disajikan dalam tabel 4-3. Masing-masing kelas ini
dikelompok-kelompokkan lagi menjadi beberapa subkelas. Misalnya, enzim
kelas (1) yaitu kelas Oksidoreduktase, dibagi menjadi beberapa subkelas, antara
lain subkelas (1) yaitu enzim oksidoreduktase yang bekerja pada gugus CH-OH
donor dan subkelas (2) yaitu enzim yang bekerja pada gugus aldehida atau
gugus okso senyawa donor, dan lain-lain. Demikian pula enzim kelas (2), (3), (4)
dan selanjutnya, masing-masing juga dibagi-bagi lagi menjadi beberapa
subkelas.

Kemudian, masing-masing subkelas juga masih dibagi-bagi lagi menjadi


beberapa sub-subkelas. Misal, enzim subkelas (1) dari kelas (1) yaitu enzim
oksidoreduktase yang bekerja pada gugus CH-OH donor, dibagi lagi menjadi

21
beberapa sub-subkelas, antara lain sub-subkelas (1) yaitu yang bekerja dengan
NAD or NADP sebagai akseptor dan sub-subkelas (2) yaitu yang bekerja dengan
sitokrom sebagai akseptor. Masing-masing sub-subkelas ini beranggotakan
beberapa enzim yang memenuhi kriteria dalam pengelompokannya.

No. Kelompok/Kelas Sifat Biokimia

Mengkatalisis reaksi reduksi-oksidasi terhadap


1. Oksidoreduktase
berbagai gugus

Mengkatalisis berbagai reaksi transfer gugus


fungsional dari molekul donor ke molekul
akseptornya. Salah satu subkelompok enzim
2. Transferase transferase adalah enzim-enzim kinase yang
mengendalikan metabolisme dengan jalan
mentransfer gugus fosfat dari ATP ke molekul
lain.

Mengkatalisis reaksi penambahan molekul air


3. Hidrolase pada suatu ikatan, yang kemudian dilanjutkan
dengan reaksi penguraian (hidrolisis)

Mengkatalisis reaksi penambahan molekul air,


ammonia atau karbon dioksida pada suatu
4. Liase ikatan rangkap, atau melepaskan air, ammonia,
atau karbon dioksida dan membentuk ikatan
rangkap.

Mengkatalisis berbagai reaksi isomerisasi,


antara lain isomerisasi L menjadi D, reaksi
5. Isomerase
mutasi (perpindahan posisi suatu gugus), dan
lain-lain.

Mengkatalisis reaksi dimana dua gugus kimia


6. Ligase disatukan atau diikatkan (ligasi) dengan
menggunakan energi yang berasal dari ATP.
Tabel 4.3 Pengelompokan enzim menurut IUBMB
4. Penamaan Enzim

Penamaan enzim menurut IUBMB dilakukan dengan memberikan awalan


EC, berasal dari singkatan Enzyme Commitee, lalu diikuti oleh 4 angka yang

22
berturut-turut menunjukkan kelas, subkelas, sub-subkelas, dan nomor
individual pengenal masing-masing enzim.

Syarat Penamaan: Harus jelas, Memberikan informasi yang cukup, Sederhana,


Berakhiran “ase”. Contoh Klasifikasi enzim, penomoran E.C dan reaksinya dapat
dijelaskan digambar berikut:

Penamaan Enzim :

• Penamaan formal : fosfotransferase ATP : Glukosa


• Enzim ini mengkatalisis reaksi pemindahan gugus fosfat dari ATP ke glukosa.
• EC number : 2.7.1.2
• 2 → nama kelas (transferase)
• 7 → subkelas (fosfotransferase)
• 1 → sub-sub kelas (fosfotransferase dengan gugus hidroksil sebagai
penerima)
• 2 → D-glukosa sebagai penerima gugus fosfat

Enzim ini umumnya dikenal dengan Heksokinase dengan penomoran E.C. 2.7.1.2.

Pada penamaan enzim haruslah memberikan informasi yang jelas, serta penomoran
berguna mempermudah dalam pembacaan karakter enzim.

23
5. Jenis-Jenis Enzim dan Fungsinya dalam Sistem Pencernaan
Didalam sistem pencernaan manusia enzim sangat dibutuhkan, Karena
beberapa reaksi kimia terjadi sangat lambat tanpa enzim, berikut penjabaran jenis-
jenis enzim pada sistem pencernaan dan fungsinya:

1. Mulut(Kelenjar Ludah/ Saliva) : Enzim Ptialin (Amilase) berfungsi


Memecah pati menjadi Maltosa.
2. Lambung (Kelenjar Lambung, Vertikulus) : Enzim Renin berfungsi
mengubah kaseinogen menjadi kasein. Enzim Pepsin berfungsi mengubah protein
menjadi proteosa, pepton dan polipeptida.
3. Pankreas (Saluran Pankreas) : Enzim Karbohidrase Pankreas berfungsi
untuk mencerna amilum menjadi maltosa atau disakarida lainnya. Enzim Lipase
Pankreas berfungsi mengubah emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Enzim
Tripsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi polipeptida.
4. Usus (Kelenjar Usus) : Enzim Enterokinase (enzim khusus) berfungsi
untuk mengubahTripsinogen menjadi Tripsin yang digunakan dalam saluran
pangkreas. Enzim Maltase berfungsi untuk mengubah Maltosa menjadi Glukosa.
Enzim Laktase berfungsi untuk mengubah Laktosa menjadi Glukosa dan Galaktosa.
Enzim Sukrase berfungsi untuk mengubah Sukrosa menjadi Glukosa dan Fruktosa.
Enzim Paptidase berfungsi untuk mengubah polipeptida menjadi asam amino. Enzim
Lipase berfungsi untuk mengubah Lemak menjadi asam lemak dan Gliserol.

6. Faktor yang Mempengaruhi Enzim

Kerja enzim sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

 Suhu (temperatur)

Enzim tersusun oleh protein, sehingga sangat peka terhadap suhu. Peningkatan suhu
menyebabkan energi kinetik pada molekul substrat dan enzim meningkat, sehingga
kecepatan reaksi juga meningkat. Namun suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
rusaknya enzim yang disebut denaturasi, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat

24
menghambat kerja enzim. Pada umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu
optimum, yaitu antara 300 - 400C.

 Derajat keasaman (pH)

Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif
enzim, sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. Setiap enzim
dapat bekerja baik pada pH optimum, masing-masing enzim memiliki pH optimum
yang berbeda. Sebagai contoh : enzim amilase bekerja baik pada pH 7,5 (agak basa),
sedangkan pepsin bekerja baik pada pH 2 (asam kuat/sangat asam).

 Aktivator dan Inhibitor

Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara enzim dengan


substratnya, misalnya ion klorida yang bekerja pada enzim amilase. Inhibitor
merupakan suatu molekul yang menghambat ikatan enzim dengan substratnya.
Inhibitor akan berikatan dengan enzim membentuk kompleks enzim-inhibitor.

a. Inhibitor kompetitif :
Molekul penghambat yang strukturnya mirip substrat, sehingga molekul
tersebut berkompetisi dengan substrat untuk bergabung pada sisi aktif enzim.

b. Inhibitor Unkompetitif:
Molekul penghambat yang bekerja ketika sudah tebentuk kompleks enzim
substrat, dengan cara melekatkan diri pada bagian bukan sisi aktif.

c. Inhibitor nonkompetitif :
Molekul penghambat yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada bagian
bukan sisi aktif enzim. Inhibitor ini menyebabkan sisi aktif berubah sehingga
tidak dapat berikatan dengan substrat. Inhibitor nonkompetitif tidak dapat
dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.
 Konsentrasi Enzim
Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, makin besar konsentrasi enzim
makin tinggi pula kecepatan reaksi, dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding
lurus dengan kecepatan reaksi.

 Konsentrasi Substrat
Peningkatan konsentransi substrat dapat meningkatkan kecepatan reaksi bila jumlah
enzim tetap. Namun pada saat sisi aktif semua enzim berikatan dengan substrat,
penambahan substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim selanjutnya

25
BAB V
BIOSINTESA PROTEIN
Pengertian biosintesis protein adalah rangkaian langkah yang dilakukan untuk
membentuk protein yang dimulai dari basa-basa DNA yang ada kemudian ke RNA
lalu ke bentuk protein itu sendiri.

1. DNA

DNA merupakan polinukleotida yang disusun oleh empat mononukleotida utama


yaitu dAMP, dGMP, dTMP, dCMP. Terdiri atas dua untai yang membentuk heliks
ganda dengan orientasi putar kanan. Kedua untai polinukleotida berputar pada sumbu
yang sama dan bergabung satu sama lainnya dalam ikatan hidrogen antar basa-
basanya. Satu putaran heliks dari molekul dupleks berjarak kurang lebih 3,4 nm dan
ditempati kira-kira 10 pasang basa nitrogen. Gugus hidroksida pada atom C3 dan C5
melakukan ikatan internukleotida.
DNA merupakan gudang informasi yang memberitahukan kepada sel tentang
protein yang dibutuhkan oleh sel untuk tetap hidup yang sudah terkode pada DNA
yang terdapat pada inti sel. Terdapat 4 jenis nukleotida yang mampu mengkode 20
asam amino dengan kombinasi kodon (3 nukleotida) yang ada. Untuk dapat lebih
tahu tentang bagaimana protein dibuat, DNA hanya menyimpan informasi yang akan
dibuat, ini tidak berhubungan dengan bagaimana informasi tersebut digunakan.
Sehingga langkah pertama dari biosintesis protein adalah transkripsi dari struktur
DNA menjadi bentuk yang berguna. Langkah selanjutnya merupakan translasi yang
akan mengubah bentuk hasil transkripsi ke susunan asam amino.

2. RNA

Asam ribonukleat (bahasa Inggris:ribonucleic acid, RNA) adalah satu dari


tiga makromolekul utama (bersama dengan DNA dan protein) yang berperan penting
dalam segala bentuk kehidupan. Asam ribonukleat berperan sebagai pembawa bahan
genetik dan memainkan peran utama dalam ekspresi genetik. Dalam genetika

26
molekular, RNA menjadi perantara antara informasi yang dibawa DNA dan ekspresi
fenotipik yang diwujudkan dalam bentuk protein.

Struktur dasar RNA mirip dengan DNA. RNA merupakan polimer yang tersusun dari
sejumlah nukleotida. Perbedaan RNA dengan DNA terletak pada satu gugus hidroksil
cincin gula pentosa, sehingga dinamakan ribosa, sedangkan gugus pentosa pada DNA
disebut deoksiribosa. Basa nitrogen pada RNA sama dengan DNA, kecuali basa
timina pada DNA diganti dengan urasil pada RNA. Jadi tetap ada empat pilihan:
adenina, guanina, sitosina, atau urasil untuk suatu nukleotida. Selain itu, bentuk
konformasi RNA tidak berupa pilin ganda sebagaimana DNA, tetapi bervariasi sesuai
dengan tipe dan fungsinya. Sebagai bahan genetik, RNA berwujud sepasang pita
(Inggris double-stranded RNA, dsRNA). Genetika molekular klasik mengajarkan,
pada eukariota terdapat tiga tipe RNA yang terlibat dalam proses sintesis protein:

1. RNA-kurir (bahasa Inggris: messenger-RNA, mRNA), yang disintesis dengan


RNA polimerase I.
2. RNA-ribosom (bahasa Inggris: ribosomal-RNA, rRNA), yang disintesis
dengan RNA polimerase II
3. RNA-transfer (bahasa Inggris: transfer-RNA, tRNA), yang disintesis dengan
RNA polimerase III

3. Biosintesa Protein

Sintesis protein atau bisa disebut juga biosintesis protein adalah proses
pembentukan partikel protein dalam bahasan biologi molekuler yang didalamnya
melibatkan sistesis RNA yang dipengaruhi oleh DNA. Dalam proses sintesis protein,
molekul DNA adalah sumber pengkodean asam nukleat untuk menjadi asam amino
yang menyusun protein tetapi tidak terlibat secara langsung dalam prosesnya.
Molekul DNA pada suatu sel ditranskripsi menjadi molekul RNA. Molekul RNA
inilah yang ditranslasi menjadi asam amino sebagai penyusun protein. Dengan
demikian molekul RNA lah yang terlibat secara langsung dalam proses sintesis
protein. Hubungan antara molekul DNA, RNA, dan asam amino dalam proses

27
pembentukan protein dikenal dengan istilah "Dogma sentral biologi” yang dijabarkan
dengan rangkaian proses DNA membuat DNA dan RNA, RNA membuat protein,
yang dinyatakan dalam persamaan DNA >> RNA >> Protein. Seperti kebanyakan
dogma, terdapat pengecualian pada proses pembentukan protein berdasarkan bukti-
bukti yang ditemukan setelahnya, sehingga dogma ini akhirnya disebut sebagai
aturan.

4. Transkripsi

Sebelum informasi di kodekan, beberapa bagian dari DNA harus dibuka


puntirannya (Double Heliks). Sebuah pita dari RNA kemudian disintesis dari bagian
templat dari DNA.
Contohnya :

DNA
3 T-A-C-A-A-G-C-A-G-T-T-G-G-T-C-G….5

Seperti contoh diatas, bagian dari DNA yang dimulai dari ujung-3 akan
ditranskripsikan. Hal yang harus diketahui dan diperhatikan adalah RNA mengganti
nukleotida T (timin) dengan Urasil (T) dan pasangan basa terbentuk dengan posisi
berlawanan sehingga hasilnya akan selalu berbeda (terbalik).
Maka hasilnya seperti ini :

5- A-U-G-U-U-C-G-U-C-A-A-C-C-A-G-C-3 (mRNA)

Translasi RNA mesengger kemudian berikatan dengan ribosom. Pada organel ini
RNA messenger akan ditranslasikan menjadi asam amino. Rangkaian asam amino
kemudian digabungkan dengan RNA transfer (tRNA). Pada sitoplasma terdapat
sedikitnya 60 jenis RNA transfer, yang sedikit berbeda pada strukturnya pada tiap sel.
Pada salah satu ujung RNA transfer dapat berikatan dengan 3 nukleotida yang dikode

28
berdasarkan RNA messenger pada ribosom yang nantinya akan disambung menjadi
rantai asam amino (polipeptida).

29
DAFTAR PUSTAKA

Campbel and Reece. 2002. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Girindra, A. 1986. Biokimia 1. Gramedia. Jakarta.

Houston, M.E. 1995. Biochemistry Primer For Exercise Science. Human Kinetics.
Champaign.USA.

John E. Smith. 1981. Biotechnology. London: Edward Arnold Publisher.

Kay, E.R.M. 1966. Biochemistry : An Introduction to Dynamic Biology. Collier-


Macmillan.Canada.

Lehninger, A..L., et al. 1997. Principles of Biochemistry. 2nd .Worth Publisher.


New York.

Primrose. 1987. Modern Biotechnology. London: Blackwell Scientific Publications.

Poedjiadi, A., F.M. T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.

Stryer, L. 2000. Biokimia. Vol 2. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Winarno, F,G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.

Wirahadikusumah, M. 1981. Biokimia : Proteine, Enzima & Asam Nukleat. ITB.


Bandung.

30

Anda mungkin juga menyukai