April 1986
130 Hukum dan Pembangunan
negara yang digugat itu dapat mengaju- bagai tindakan yang dilakukan oleh
kan asas imunitas itu sebagai pembe- negara kita telah menjadi bahan ber-
laan (mengelakkan tuntutan itu), seba- bagai proses yang telah diajukan di
g~i negara berdaulat negara yang ber~ hadapan forum pengadilan-pengadilan
sangkutan dapat mengajukan imuni- luar negeri. Demikian juga dalam per- -
tetnya, apa lagi jika tidak ada perse- kara antara gabungan perusahaan Arne-
tujuannya maka tidaklah dapat negara rika-Jepang yang keduanya bergerak
itu digugat di muka hakim asing. Dan dalam bidang perusahaan kayu, di ma-
pihak asing itu tidak dapat memeriksa na tindakan Pemerintah Indonesia teo
tuntutan serupa ini. Hakim asing yang lah diakui sah oleh Pemerintah Arneri-
bersangkutan harus menyatakan diri· ka Serikat dengan dipergunitkannya
nya tidak berwenang. Ketentuan ter- Act of State Doctrine oleh pengadilan-
akhir ini dapat dikatakan umum dite- pengadilan Amerika Serikat. 7 )
rima dalam hukum antar negara.4 ) Jadi dalam hal ini Pemerintah Re-
Suatu alasan untuk dapat menerima publik Indonesia tidal< dapat digugat
•
teori imunitas ini yaitu suatu prinsip di hadapan forum pengadilan negara
persamaan derajad (sederajad) daripa- asing, karena ia sebagai negara berdau-
da setiap negara berdaulat, atau dalam lat mempunyai status lure Imperii.
istilah Romawi disebut Par in Parem Lain halnya jika suatu negara (meski-
non habet Jurisdiction. 5 ) Maksudnya
•
pun merdeka dan berdaulat) dapat di-
"suatu negara berdaulat hams m~ng- gugat di hadapan pengadilan asing
honnati tindakan atau perbuatan dari apabila dalam kualitasnya lure Ges-
•
negara yang berdaulat lainnya. Dan !iones, yaitu negara bertindak sebagai
hakim dari negara berdaulat satu tidak pedagang. Dalam lure Gestiones ini
dapat mengadili tindakan-tindakan da- negara tidak lagi berdaulat mutlak,
ripada negara berdaulat lainnya. 6)
''';: (\ " r .
.
,I"
kedaulatannya telah dikurangi dan ia
Sehubungan dengan hal tetseo'ut di dapat iilhad~pkaii' di'>oepan 'p en~adil;
geri,
t • • ~ I
nity Act of United States 1976, dan disalurkan itu) tidak dapat diuji ke-
yurisprudensi di negara tersebut seki- absahannya oleh para hakim negara
tar Act of State Doctrine. bagian Amerika Serikat yang bersang-
Demikian pula pada waktu OPEC kutan. 9 ) Karena para Menteri dimak-
dan negara-negara anggota OPEC telah sud bertindak dalarn kualitasnya seba-
digugat oleh Serikat Buruh di Amerika gai negara/pemerintah, bukan sebagai
Serikat (International Association of pedagang (se bagaimana yang dituduh-
Machinist and Aerospace Workers = kan oleh Serikat Buruh di Amerika Se-
lAM) di hadapan District Court Los rikat terse but).
Angeles, California tahun 1979-1981 , Dengan demikian dalam tingkat
timbul permasalahan hukum yang se- bandingan oleh Ninth Circuit di San
rup'a. 8 )- Fransisco ini telah dianggap, bahwa
Pada tingkat pertarna (Distric Court pengadilan negara bagian Los Angeles
Los Angeles, California), jawaban yang tidak berwenang untuk mengadili tin-
diberikan secara tepat oleh pengadil- dakan-tindakan pemerintah negara-ne-
an, bah wa negara -negara berdaulat gara anggota OPEC , termasuk negara
bersangkutan (negara-negara anggota Republik Indonesia. Jadi yang ditekan-
OPEC, termasuk Republik Indonesia) kan pada tingkat banding ini adalah
telah menyangkal adanyawewenang bahwa tindakan-tindakan daripada pe-
(jurisdiction) dari. District Court Cali merintah (cq_ Menteri Perminylikan/
fornia ini. Sebagai negara-negara mer- Perdagangan) negara-negara" OPEC de-
deka dan berdaulat maka tidak akan ngan nyata berlaku Act of State Doc-
mungkin mereka ini digugat di hadap- trine. Lain halnya pada tingkat perta-
an forum pengadilan dari negara ber- rna (District Court Los Angeles),
daulat lainnya (Amerika Serikat). Se- yang menyatakan dirinya tidak berwe-
cara tepat pula berdasarkan Sovereign nang untuk mengadili perkara OPEC
Immunity, tidak dapat diajukan Re- versus lAM berdasarkan teori Immuni-
publik Indonesia sebagai pihak dalarn ty _
perkara tersebut. - Dengan begitu jelas, bahwa pada •
•
April 1986
"
132 Hukum dan Pembangunan
bn st' bagai terguga t di depan pengadil- ini, juga jika tidak ada suatu negara
;In ;Ising dapat dimenangkan berdasar- yang merupakan pihak dalam sengketa
kan kedua doktrin tersebut di atas. bersangkutan. Act of State Doctrine
Sekarang masalahnya adalah di ma- ini elianggap cocok, pada setiap sa at
nakah letak persamaan dan perbedaan peraelilan-peradilan di Amerika Serikat
antara doctrine Imrriunitas dan doc- harus mempersoalkan legalitas daripa-
trine Act of State itu? Memang ada da tindakan-tindakan sovereign dari
•
persamaan antara kedua doctrine sove- negara-negara asmg.
reinitas dan Act of State ini. Sebagai 2. Sengketa Internasional mengenai
persamaan dapat kita saksikan, bahwa Penanaman Modal Asing
kedua-duanya ini mengilustrasikan se- Se bagai pengecualian terhadap ke-
cara jelas keharusan untuk merespektir dua doctrine yang telah diuraikan eli
•
kedaulatan dari negara-negara asmg. atas, dalam praktek dapat kit a saksi·
Akan tetapi di samping persamaan- kari., teristimewa mengenai kontrak.
persamaan, dapat disaksikan pula per- kontrak yang menyangkut Penanam-
bedaan-perbedaan yang jelas: 10) (a) an Modal Asing di negara-negara yang
Doctrine imunitas mempunyai sang- sedang berkembang. Pihak swasta asing
ku t-paut dengan masalah yurisdiksi. yang hendak melakukan investasj be-
Sebaliknya Act of State Doctrin bu-
sar-besaran telah menempuh suatu cara
kan bersifat yurisdiksi. Ia adalah suatu
penyelesaian sengketa yang lain. Mere-
doctrine yang dipupuk oleh yurispru-
ka telah menyadari, bahwa berdasar-
densi untuk mencegah adanya tindak-
kan teori imunitas negara , baik yang
an-tindakan Hakim di bidang yang di-
primer maupun immunitas sekunder
anggap sensitif. Sovereign immunity • • •
tuntutarI-tuntutan para mvestor 1m
adalah suatu asas dalam hukum inter-
akan kandas jika diajukan eli hadapan
nasional publik yang untuk Amerika
forum pengadilan biasa dari negara-
telah eliakui dengan diundangkannya negara berkembang bersangkutan. Ma-
"Foreign Sovereign Immunity Act of ka mereka (investors) memilih jalan
•
1976"; (b) Menurut kenyataan pada lain, y aitu dengan meminta badan ar-
doctrine sovereign immunity ini , maka bitrase melalui ketentuan-ketentuan
negara-negara bersangku tanlah yang Konvensi Internasional dari World
sebagai pihak tergugat , dapat meng- Bank yang berpusat di Washington DC.
klaim sovereign immunity ini se bagai Berdasarkan Konvensi mengenai Pe-
dasar pembelaannya. Sebaliknya Act nyelesaian sengketa tentang Penanam-
of State Doctrine merupakan suatu ans Modal an tara pihak swasta dan
prinsip hukum yang didasarkan atas negara berdaulat lainnya , telah memi-
keadaan khusus ten tang pembatasan- lih jalan arbitrase melalui "In ternatio-
pembatasan kekuasaan di dalam sistem nal Centre for the Settlement of In-
hukum Amerika Serikat sendiri. Bukan vestment Disputes" (ICSID) dari Wo~ld
saja diakui kedaulatan dari negara-ne-
BarIk. Demikian pula jalan yang telah
gara asing , bahkan pihak swasta asing
ditempuh dalam Penanaman Modal di
dalam suatu proses peradilan dapat
negara Republik Indonesia.11 )
mengajukan Ac t of State Doctrine
-
11) Sudargo Gaut ama, Anek a Masalah
•
10) Op . Cit. , him . 188 . HPl.. Op . C it., him . 30
•
,
Apri/1986 ,
134 Hukum dan Pembangunan
4/ 3 ) Gouw Giok Sionl. Op. Cit. , hIm. 42 . 14) Sudargo Gautama. Soal-soal A ktual
HPI. . Op . Cit. , hlm . 176.
. Teort Imunltcu 135
hubungan dengan Amerika Serikat dan di sana menganggap diri mereka tidak
diakui sebagai negara berdaulat, maka berwewenang untuk mengadili perkara
para hakim Amerika merasa dirinya yang diajukan kepada mereka selama
terikat untuk tidak menguji tindakan- hal terse but menyangkut kedaulatan
tindakan atau perbuatan yang dilaku- negara (sovereinitas)_
kan oleh negara yang bersangkutan Doktrin ini telah tertanam kuat
di dalam wilayahnya sendiri. dalam yurisprudensi, terutama di nega-
ra-negara Anglo Saxon (k1-.ususnya
PENUTUP Amerika Serikat) dan juga diakui oleh
Dari keseluruhan pembahasan ter- banyak negara di dunia. Pokok masa-
dahulu , akhirnya dapat diraih suatu lah ini adalah lebih dikenal orang de-
kesimpulan, bahwa pada pokoknya da- ngan Par in Parem non Habet Juris-
lam Doctrine Act of State dijunjung diction, yaitu suatu negara yang ber-
pengertian bahwa badan-badan peradil- daulat harus menghormati tindakan
an dari suatu negara berdaulat tidak atau perbuatan dari negara berdaulat
•
dapat menguji sah atau tidaknya tin- lainnya. Hakim dari negara berdaulat
dakan-tindakan dari negara-negara ber- satu tidak dapat mengadili tindakan-
daulat lainnya yang telah dilakukan tindakan dari negara-negara berdaulat
dalam wilayahnya sendiri. Khususnya lainnya.
di Amerika Serikat, apabila suatu ne-
gara telah diakuinya, maka para hakim ***
I
April 1986