Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

BERFIKIR KRITIS

DOSEN PENGAMPU: Ibu Umi Rachmawaty, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.J

DISUSUN OLEH:

NAMA : RISMAYANTI
NIM : P201902029
KELAS : T3

MATA KULIAH : FALSAFAH KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk


kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian
dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh
tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1).

Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang


berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau
melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir
kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah
merupakan sebagian dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).

Kemampuan berpikir kritis adalah kesatuan makna yang terdiri dari tiga kata,
yaitu kemampuan, berpikir dan kritis. Menurut KBBI, (2002 hlm 707), kemampuan
adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, sanggup melakukan sesuatu. Pengertian
berpikir (KBBI, 2002 hlm 872 adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan
dan memutuskan sesuatu. Sedangkan pengertian kritis adalah bersifat tidak lekas percaya,
selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan, tajam dalam penganalisaan.
Menurut Gede Putra Adnyana (2011), berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan
secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.

Berpikir kritis merupakan suatu aktifitas kognitif yang berkaitab dengan


penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan proses-proses
mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan memutuskan.Kemampuan
dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan membantu dalam
menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu
kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah maupun
pencarian solusi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan berfikir kritis ?
2. Apa ciri-ciri dari berpikir kritis ?
3. Apa standar dari berfikir kritis ?
4. Apa unsur-unsur dari berpikir kritis ?
5. Apa manfaat dari berpikir kritis ?
6. Apa saja indikator berpikir kritis ?
7. Bagaimana model berpikir kritis dalam keperawatan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian berfikir kritis ?
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari berpikir kritis ?
3. Untuk mengetahui standar dari berfikir kritis ?
4. Untuk mengetahui unsur-unsur dari berpikir kritis ?
5. Untuk mengetahui manfaat dari berpikir kritis ?
6. Untuk mengetahui indikator berpikir kritis ?
7. Untuk mengetahui model berpikir kritis dalam keperawatan ?
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Berfikir Kritis

Definisi berpikir kritis menurut Paul (2005), adalah suatu seni berpikir yang
berdampak pada intelektualitas seseorang, sehingga bagi orang yang mempunyai
kemampuan berpikir kritis yang baik, akan mempunyai kemampuan intelektualitas yang
lebih dibandingkan dengan orang yang mempunyai kemampuan berpikir yang rendah.

Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional


terhadap ide–ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan
tindakan.

Stander (1992) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah suatu proses pengujian
yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan
menginterpretasikannya serta mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut untuk
mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif atau pandangan baru.

Paul (2005) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan dasar untuk


mempelajari setiap disiplin ilmu. Suatu disiplin ilmu merupakan suatu kesatuan sistem
yang tidak terpisah sehingga untuk mempelajarinya membutuhkan suatu ketrampilan
berpikir tertentu.

Menurut para (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu proses dimana
seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau mengefaluasi informasi
untuk membuat sebuah penilain atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan
ilmu pengetahuan dan pengalaman.

Definisi para ahli tentang berpikir kritis sangat beragam namun secara umum
berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir kognitif dengan menggabungkan
kemampuan intelektual dan kemampuan berpikir untuk mempelajari berbagai disiplin
ilmu dalam kehidupan, sehingga bentuk ketrampilan berpikir yang dibutuhkan pun akan
berbeda untuk masing–masing disiplin ilmu.

Berpikir berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir
yang berhubungan dengan proses belajar dan krisis itu sendiri sebagai sudut pandang
selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang
didalamnya dipelajari krakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan
kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.

B. Ciri-Ciri Berpikir Kritis

Ciri prilaku berpikir kritis menurut Ennis (2010):

1. Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh


pertimbangan
2. Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
3. Dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis
4. Berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan
5. Bersikap cermat, jujur dan ikhas karena Allah. Baik dalam mengerjakan pekerjaan
yang berkaitan dengan agama Allah maupun dengan urusan duniawi
6. Kebencian terhadap suatu kaum, tidak mendorongnya untuk tidak berbuat jujur atau
tidak berlaku adil.
7. Adil dalam memberikan kesaksikan tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan
merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat
8. Keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan ketentraman,
kemakmuran, dan kebahagiaan. Keadilan hanya akan mengakibatkan hal yang
sebaliknya

C. Standar Berfikir Kritis

Ennis (Arief Achmad, 2007) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat kita jadikan
standar dalam proses berpikir kritis, yaitu:

1. Clarity (Kejelasan)
Kejelasan merujuk kepada pertanyaan: “Dapatkah permasalahan yang rumit
dirinci sampai tuntas?”; “Dapatkah dijelaskan permasalahan itu dengan cara yang
lain?”; “Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!”. Kejelasan merupakan pondasi
standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak dapat membedakan apakah
sesuatu itu akurat atau relevan. Apabila terdapat pernyataan yang demikian, maka kita
tidak akan dapat berbicara apapun, sebab kita tidak memahami pernyataan tersebut.

Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: “Apa yang harus dikerjakan pendidik
dalam sistem pendidikan di Indonesia?” Agar pertanyaan itu menjadi jelas, maka kita
harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar menjadi jelas,
pertanyaan itu harus diubah menjadi, “Apa yang harus dikerjakan oleh pendidik untuk
memastikan bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari berbagai keterampilan
dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar mereka berhasil dalam
pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari?”.

2. Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan)

Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat ditelusuri melalui


pertanyaan: “Apakah pernyataan itu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan?”;
“Bagaimana cara mengecek kebenarannya?”; “Bagaimana menemukan kebenaran
tersebut?” Pernyataan dapat saja jelas, tetapi tidak akurat, seperti dalam penyataan
berikut, “Pada umumnya anjing berbobot lebih dari 300 pon”.

3. Precision (ketepatan)

Ketepatan mengacu kepada perincian data-data pendukung yang sangat


mendetail. Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk mengecek ketepatan sebuah
pernyataan. “Apakah pernyataan yang diungkapkan sudah sangat terurai?”; “Apakah
pernyataan itu telah cukup spesifik?”. Sebuah pernyataan dapat saja mempunyai
kejelasan dan ketelitian, tetapi tidak tepat, misalnya “Aming sangat berat” (kita tidak
mengetahui berapa berat Aming, apakah satu pon atau 500 pon!)

4. Relevance (relevansi, keterkaitan)


Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang dikemukakan
berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Penelusuran keterkaitan dapat
diungkap dengan mengajukan pertanyaan berikut: “Bagaimana menghubungkan
pernyataan atau respon dengan pertanyaan?”; “Bagaimana hal yang diungkapkan itu
menunjang permasalahan?”. Permasalahan dapat saja jelas, teliti, dan tepat, tetapi
tidak relevan dengan permasalahan. Contohnya: siswa sering berpikir, usaha apa yang
harus dilakukan dalam belajar untuk meningkatkan kemampuannya. Bagaimana pun
usaha tidak dapat mengukur kualitas belajar siswa dan kapan hal tersebut terjadi,
usaha tidak relevan dengan ketepatan mereka dalam meningkatkan kemampuannya.

5. Depth (kedalaman)

Makna kedalaman diartikan sebagai jawaban yang dirumuskan tertuju kepada


pertanyaan dengan kompleks, Apakah permasalahan dalam pertanyaan diuraikan
sedemikian rupa? Apakah telah dihubungkan dengan faktor-faktor yang signifikan
terhadap pemecahan masalah? Sebuah pernyatan dapat saja memenuhi persyaratan
kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, tetapi jawaban sangat dangkal (kebalikan
dari dalam). Misalnya terdapat ungkapan, “Katakan tidak”. Ungkapan tersebut biasa
digunakan para remaja dalam rangka penolakan terhadap obat-obatan terlarang
(narkoba). Pernyataan tersebut cukup jelas, akurat, tepat, relevan, tetapi sangat
dangkal, sebab ungkapan tersebut dapat ditafsirkan dengan bermacam-macam.

6. Breadth (keluasaan)

Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan pertanyaan berikut ini.


Apakah pernyataan itu telah ditinjau dari berbagai sudut pandang?; Apakah
memerlukan tinjauan atau teori lain dalam merespon pernyataan yang dirumuskan?;
Menurut pandangan..; Seperti apakah pernyataan tersebut menurut… Pernyataan yang
diungkapkan dapat memenuhi persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi,
kedalaman, tetapi tidak cukup luas. Seperti halnya kita mengajukan sebuah pendapat
atau argumen menurut pandangan seseorang tetapi hanya menyinggung salah satu
saja dalam pertanyaan yang diajukan.

7. Logic (logika)
Logika berkaitan dengan hal-hal berikut: Apakah pengertian telah disusun
dengan konsep yang benar?; Apakah pernyataan yang diungkapkan mempunyai
tindak lanjutnya? Bagaimana tindak lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan
sesudahnya, bagaimana kedua hal tersebut benar adanya? Ketika kita berpikir, kita
akan dibawa kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain. Ketika kita berpikir
dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling menunjang dan mendukung
perumusan pernyataan dengan benar, maka kita berpikir logis. Ketika berpikir dengan
berbagai kombinasi dan satu sama lain tidak saling mendukung atau bertolak
belakang, maka hal tersebut tidak logis.

D. Unsur-Unsur Berpikir Kritis

Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang
disingkat menjadi FRISCO :

1. F (Focus)

Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai
apa.

2. R (Reason)

Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan yang


dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.

3. I (Inference)

Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting dari


langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan,
pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.

4. S (Situation)

Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu
memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci, bagian-
bagian yang relevan sebagai pendukung.
5. C (Clarity)

Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.

6. O (Overview)

Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang diambil.

E. Manfaat Berpikir Kritis

Menurut Ennis dalam Muhfahroyin (2009) ada 7 manfaat berfikir kritis, yaitu:

1. Memiliki banyak alternatif jawaban dan ide kreatif

Membiasakan diri berpikir kritis akan melatih Anda memiliki kemampuan


untuk berpikir jernih dan rasional. Dimana Anda juga akan dapat berpikir secara
mandiri dan reflektif. Berpikir dan bertindak reflektif adalah tindakan dan pikiran
yang tidak Anda rencanakan, terjadi secara spontan dan begitu saja, secara refleks
otak Anda akan memikirkan suatu hal serta melakukan hal-hal lain tanpa perlu Anda
memikirkan atau menyuruh otak Anda untuk memikirkan secara ulang. Terbiasa
berpikir kritis juga akan membuat Anda memiliki banyak alternatif jawaban serta ide-
ide kreatif. Jika Anda mempunyai suatu masalah, Anda tidak hanya terpaku pada satu
jalan keluar atau penyelesaian, Anda akan memiliki banyak opsi atau pilihan
penyelesaian masalah tersebut. Berpikir kritis akan membuat Anda memiliki banyak
ide-ide kreatif dan inovatif serta out of the box.

2. Mudah memahami sudut pandang orang lain

Berpikir kritis membuat pikiran dan otak Anda lebih fleksibel. Anda tidak
akan terlalu kaku dalam berpikir atas pendapat atau ide-ide dari orang lain. Anda
lebih mudah untuk menerima pendapat orang lain dan persepsi yang berbeda dari
persepsi Anda sendiri. Hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan, namun jika
Anda telah terbiasa untuk berpikir kritis, maka dengan sendirinya, secara spontanitas,
hal ini akan mudah untuk Anda lakukan. Keuntungan lain dari memiliki pikiran yang
lebih fleksibel dari berpikir kritis adalah Anda lebih mudah memahami sudut pandang
orang lain. Tidak terlalu terpaku pada pendapat Anda sendiri, dan lebih terbuka
terhadap pemikiran, ide, atau pendapat orang lain.
3. Menjadi rekan kerja yang baik

Lebih banyak manfaat-manfaat lain yang bisa Anda peroleh karena berpikir
kritis. Dan manfaat-manfaat itu pada umumnya saling berkaitan. Misalnya saja Anda
lebih mudah, terbuka, menerima, serta tidak kaku dalam menerima pendapat orang
lain, Anda tentu kaan lebih dihormati oleh rekan kerja Anda. Karena Anda mau
menerima pendapat orang lain dengan pikiran terbuka. Maka rekan kerja Anda pasti
akan menganggap Anda sebagai rekan kerja yang baik. Di dalam lingkungan kerja,
hal lain yang penting selain pekerjaan dan hubungan dengan atasan adalah
lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini tentu saja dipengaruhi oleh rekan-rekan kerja
Anda. Jika hubungan Anda baik dengan rekan kerja, situasi lingkungan kerja juga
akan lebih baik dan lebih kondusif serta produktif dalam bekerja.

4. Lebih Mandiri

Berpikir kritis membuat Anda mampu berpikir lebih mandiri, artinya tidak
harus selalu mengandalkan orang lain. Saat dihadapkan pada situasi yang rumit dan
sulit serta harus segera mengambil keputusan, Anda tidak perlu menunggu seseorang
yang Anda anggap mampu menyelesaikan masalah, karena Anda sendiri juga mampu
menyelesaikan masalah tersebut. Dengan memiliki pikiran yang kritis, Anda dapat
memunculkan ide-ide, gagasan, serta saran-saran penyelesaian masalah yang baik.
Dengan berpikir kritis, akan melatih otak Anda untuk berpikir lebih kritis, tajam,
kreatif, serta inovatif.

5. Sering menemukan peluang baru

Dengan berpikir kritis, lebih memungkinkan Anda untuk menemukan


peluang-peluang baru dalam segala hal, bisa dalam pekerjaan maupun bisnis atau
usaha Anda. Berpikir kritis membuat pikiran Anda lebih tajam dalam menganalisa
suatu masalah atau keadaan. Tentu saja hal ini akan berdampak pada kewaspadaan
Anda itu sendiri. Untuk menemukan peluang, dibutuhkan pikiran yang tajam serta
mampu menganalisa peluang yang ada pada suatu keadaan. Berpikir kritis akan
menguntungkan Anda, karena Anda akan lebih cepat dalam menemukan peluang
tersebut jika dibandingkan dengan orang yang tidak terbiasa berpikir kritis.
6. Meminimalkan salah persepsi

Salah persepsi akan sering terjadi bila Anda tidak terbiasa berpikir kritis. Saat
Anda menerima sebuah pernyataan dari orang lain dan orang lain tersebut juga
percaya akan pernyataan tersebut maka jika Anda memiliki pemikiran yang kritis
Anda akan mencari kebenaran akan persepsi tersebut. Anda tidak akan mudah salah
dalam sebuah persepsi yang belum tentu benar hanya dengan orang lain mengatakan
hal tersebut adalah benar. Saat Anda tahu sebuah persepsi dari orang lain tersebut
salah Anda akan membantu bukan hanya diri Anda tapi juga orang tersebut. Dengan
semakin Anda berpikir kritis hal ini akan meminimalkan salah persepsi.

7. Tidak mudah ditipu

Berpikir kritis membuat Anda dapat berpikir lebih rasional serta beralasan.
Anda mengambil keputusan berdasarkan fakta, atau Anda akan menganalisa suatu
anggapan terlebih dahulu kemudian Anda kaitkan dengan sebuah fakta. Anda tidak
mudah percaya dengan perkataan orang lain. Sehingga hal tersebut akan
memudahkan Anda untuk tidak tertipu atau ditipu oleh orang lain. Anda akan
memproses suatu informasi apakah relevan atau sesuatu yang mustahil sehingga
Anda dapat simpulkan sebagai sesuatu yang tidak benar atau mengandung unsur
kebohongan. Berpikir kritis menuntun Anda lebih selektif dalam mengolah informasi,
sehingga Anda tidak akan mudah tertipu karena setiap mendapat suatu informasi,
Anda tidak akan langsung mempercayainya begitu saja, namun Anda akan
menganalisisnya kembali secara rasional.

F. Indikator Berpikir Kritis


Adapun indikator dan sub-indikator menurut kesepakatan secara internasional dari para
pakar mengenai berpikir kritis (Anderson, 2003) adalah :
1. Interpretasi (interpretation)
a. Pengkategorian
b. Mengkodekan/membuat makna kalimat
c. Pengklasifikasian makna
2. Analisis (analysis)
a. Menguji dan memeriksa ide-ide
b. Mengidentifikasi argument
c. Menganalisis argument
3. Evaluasi (evaluation)
a. Mengevaluasi dan memepertimbangkan klain/pernyataan
b. Mengevaluasi dan mempertimbangkan argument
4. Penarikan kesimpulan (inference)
a. Menyangsikan fakta atau data
b. Membuat berbagai alternative konjektur
c. Menjelaskan kesimpulan
5. Penjelasan (explanation)
a. Menuliskan hasil
b. Mempertimbangkan prosedur
c. Menghadirkan argument
6. Kemandirian (self-regulation)
a. Melakukan pengujian secara mandiri
b. Melakukan koreksi secara mandiri

Sedangkan indicator berpikir kritis yang berkaitan pembelajaran di dalam kelas menurut
Ennis (Innabi, 2003) adalah :

Indikator umum :

1. Kemampuan (abilities)
a) Fokus pada suatu isu spesifik
b) Menyimpan tujuan umum dalam pikiran
c) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi
d) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan penjelas
e) Memperhatikan pendapat siswa, salah maupun benar kemudian
mendiskusikannya
f) Mengkoneksikan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
g) Secara tepat menggunakan pernyataan atau symbol
h) Menyediakan informasi dalam suatu cara yang sistematis
i) Kekonsistenan dalam pernyataan-pernyataan
2. Pengaturan (dispositions)
a) Menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan dan apa yang seharusnya
dikerjakan sebelum menjawab
b) Menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasi informasi yang diberikan sebelum
menjawab
c) Mendorong siswa untuk mencari informasi yang diperlukan
d) Mendorong siswa untuk menguji solusi uang diperoleh
e) Memberi kesempatan kepada siswa untuk merepresentasikan informasi dengan
menggunakan table, grafik, dan lain-lain.

Indikator-indikator yang berkaitan dengan isi (konten) :

1. Konsep (concept)
a) Mengidentifikasi karakteristik konsep
b) Membandingkan konsep dengan konsep lain
c) Mengidentifikasi contoh konsep dengan jastifikasi yang diberikan
d) Mengidentifikasi kontra contoh konsep yang diberikan

2. Generalisasi (generalization)
a) Menentukan konsep-konsep yang termuat dalam generalisasi dan
keterkaitannya
b) Menentukan kondisi-kondisi dalam menerapkan generalisasi
c) Menetukan rumusan-rumusan yang berbeda dari generalisasi (situasi khusus)
d) Menyediakan bukti pendukung untuk generalisasi
3. Algoritma dan keterampilan (algoritms and skills)
a) Mengklarifikasi dasar konseptual dari keterampilan
b) Membandingkan performan siswa dengan performan yang patut dicontoh
4. Pemecahan masalah (problem solving)
a) Merancang bentuk umum untuk tujuan penyelesaian
b) Menentukan informasi yang diberikan
c) Menentukan relevansi dan tidak relevansinya suatu informasi
d) Memilih dan menjastifikasi suautu strategi untuk memecahkan masalah
e) Menentukan dan mendeduksi sub-tujuan yang mengarah pada tujuan
f) Menyarankan metode alternative untuk memecahkan masalah
g) Menentukan keserupaan dan perbedaan suatu masalah yang diberikan dan
masalah lain.

G. Model Berpikir Kritis Dalam Keperawatan

Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan keperawatan, dapat


digunakan tiga model, yaitu: feeling, vision model, dan examine model yaitu sebagai
berikut:

1. Feling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir
kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan
dalam melakukan aktifitas keperawatan dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas
dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian
kepada pernyataan serta pikiran klien.
2. Vision model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan
menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan dan ide
tentang permasalahan perawatan kesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan untuk
mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk
merespon ekspresi.
3. Exsamine model
Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat menguji ide
dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang
tepat untuk analisis, mencari, meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan
dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.

Model berfikir kritis dalam keperawatan menurut para ahli:


a. Costa and colleagues (1985)
Menurut costa and colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai ‘the six Rs”
yaitu:
 Remembering ( mengingat)
 Repeating (mengulang)
 Reasoning (memberi alasan)
 Reorganizing (reorganisasi)
 Relating (berhubungan)
 Reflecting (merenungkan)
b. Lima model berpikir kritis
 Total recall
 Habits ( kebiasaan)
 Inquiry ( penyelidikan / menanyakan keterangan )
 New ideas and creativity
 Knowing how you think (mengetahui apa yang kamu pikirkan)
BAB III

KASUS

“Akan Mengambil Tindakan Namun Terhalang Otoritas”

A adalah seorang perawat disuatu rumah sakit, sedangkan B adalah pasien. Pasien B tiba-tiba
mengalami demam tinggi, pasien B meminta obat penurun panas pada perawat A. Sebenarnya,
perawat A ingin membantu tetapi ia tidak bisa melakukan itu tanpa perintah atau resep dokter,
sedangkan dokter tidak berada ditempat.
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. Rumusan Masalah
Apakah perawat A harus memberikan obat penurun panas untuk menolong pasien B atau
tidak ?

B. Argument
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami peningkatan suhu
tubuh diatas 37,80c peroral atau 38,80c perrektal karena factor eksternal. (Carpenito,
1995)
Perawat harus melakukan tindakan dasar atau melakukan pertolongan pertama
pada pasien agar kondisi pasien tidak menjadi lebih parah. Jika tidak segera ditolong bisa
menyebabkan kondisi yang lebih parah dan bisa berakibat fatal. Kemudian setelah itu
perawat segera mungkin menghubungi dokter agar mendapatkan perintah untuk
melakukan proses penanganan pasien selanjutnya.

C. Deduksi
Pada pasien yang menderita hipertermi, sebaiknya perawat melakukan tindakan
pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan fisik dan TTV pasien (suhu, tekanan darah,
pernafasan, dan denyut nadi), pasien dianjurkan banyak minum air, memberikan kompres
hangat, memantau status hidrasi pasien, dan setelah melakukan pertolongan dasar kepada
pasien, perawat segera menghubungi dokter.

D. Induksi
Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik dan TTV pasien (suhu, tekanan darah,
pernapasan dan denyut nadi), pasien dianjurkan banyak minum air hangat, memberikan
kompres hangat, memantau status hidrasi pasien, harus dilakukan perawat jika
menghadapi pasien dengan kasus hipertermi dan segera menghubungi dokter jika dokter
tidak berada ditempat.
E. Evaluasi
1. Melakukan pertolongan dasar tanpa menghubungi dokter
Positif :
a) Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipertermi yang diderita pasien
tidak akan menjadi lebih parah
b) Tidak akan membahayakan jiwa pasien

Negatif:

Pasien tidak di tangani dengan sempurna karena penanganan yang dilakukan masih
sangat dasar (setengah-setengah)

2. Melakukan pertolongan dasar kemudian menghubungi dokter


Positif:
a) Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk menginjeksi atau memberikan
obat kepada pasien.
b) Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena penanganan yang
dilakukan tidak harus menunggu kedatangan dokter melainkan melalui perintah
dokter lewat telepon
c) Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau ditolong atau ditangani tanpa
harus menunggu kedatangan dokter
d) Mempercepat pemulihan kondisi pasien.

Negatif:

a) Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat komunikasi masih
minim atau sulit, maka penanganan pasien akan tertunda
b) Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter
3. Menghubungi dokter terlebih dahulu untuk menerima perintah penanganan pasien
Positif:
Dokter dapat memberi perintah untuk menangani pasien meski melalui telepon

Negatif:
a) Waktu dan tindakan kurang efisien karena pasien belum mendapatkan
pertolongan dasar dari perawat
b) Harus mengeluarkan biaya
4. Menunggu kedatangan dokter
Positif:
a) Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat
b) Ketika dokter datang bisa langsung meresepkan atau memberikan obat atau
injeksi untuk pasien

Negatif:

a) Jika dokter berada pada jarak yang jauh dan tidak bisa segera datang, maka
kondisi pasien bisa menjadi semakin parah
b) Bisa membahayakan jiwa pasien dan berakibat fatal jika tidak segera dilakukan
penanganan
5. Melakukan pemberian obat secara langsung tanpa menunggu kedatangan dokter
Positif:
a) Pasien tertangani dengan baik
b) Suplai obat-obatan bisa menurunkan hipertermi pada pasien

Negatif:

a) Perawat dapat disalahkan atau ditegur karena melakukan tindakan tanpa perintah
dokter
b) Perawat tidak menghargai wewenang dokter
c) Perawat melanggar undang-undang
F. Keputusan
Perawat harus memberikan pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik dan TTV pasien
(suhu, tekanan darah, pernapasan, dan denyut nadi), menganjurkan pasien banyak minum
air, memberikan kompres hangat, memantau status hidrasi pasien. Kemudian setelah itu
perawat segera menghubungi dokter yang bersangkutan akar perawat segera menerima
perintah untuk memberikan obat-obatan atau tindakan lain.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitab dengan


penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan
proses-proses mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan
menilai/memutuskan.

Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam


berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu
dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir
kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah dan pencarian solusi.

Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa


bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis,
penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik
pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat
mengatasi masalah-masalah/proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan.

Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu berpikir
kritis untuk menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud harus tetap berada
dalam jalur yang ada sesuai dengan tugas dan peran perawat. Selain itu, tugas dan
peran perawat juga harus diseimbangkan dengan tenaga medis lain, misalnya dengan
tugas dan wewenang dokter.

B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat menambah pengetahuan
pembaca tentang Berfikir Kritis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Murtadho, Fathiaty. 2012. Jurnal “Berpikir Kritis dan Strategi Metakognisi: Alternatif Sarana
Pengoptimalan Latihan Menulis Argumentasi” State University of Jakarta, Indonesia

Munandar, S. C. Utami. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan Potensi


Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru . Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada

https://marizaumami.wordpress.com/2010/06/15/makalah-berfikir-kritis/

blog.elearning.unesa.ac.id/penalaran-berpikir-kritis-roberth-h.ennis.html

uinsuska.academia.edu/Upaya_Meningkatkan_Kemampuan_Berpikir_Kritis.html

http://rianamuslikhah.blogspot.co.id/2013/07/berpikir-kritis-dan-pengambilan.html

Anda mungkin juga menyukai