BERFIKIR KRITIS
DISUSUN OLEH:
NAMA : RISMAYANTI
NIM : P201902029
KELAS : T3
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Kemampuan berpikir kritis adalah kesatuan makna yang terdiri dari tiga kata,
yaitu kemampuan, berpikir dan kritis. Menurut KBBI, (2002 hlm 707), kemampuan
adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, sanggup melakukan sesuatu. Pengertian
berpikir (KBBI, 2002 hlm 872 adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan
dan memutuskan sesuatu. Sedangkan pengertian kritis adalah bersifat tidak lekas percaya,
selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan, tajam dalam penganalisaan.
Menurut Gede Putra Adnyana (2011), berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan
secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan berfikir kritis ?
2. Apa ciri-ciri dari berpikir kritis ?
3. Apa standar dari berfikir kritis ?
4. Apa unsur-unsur dari berpikir kritis ?
5. Apa manfaat dari berpikir kritis ?
6. Apa saja indikator berpikir kritis ?
7. Bagaimana model berpikir kritis dalam keperawatan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian berfikir kritis ?
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari berpikir kritis ?
3. Untuk mengetahui standar dari berfikir kritis ?
4. Untuk mengetahui unsur-unsur dari berpikir kritis ?
5. Untuk mengetahui manfaat dari berpikir kritis ?
6. Untuk mengetahui indikator berpikir kritis ?
7. Untuk mengetahui model berpikir kritis dalam keperawatan ?
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Definisi berpikir kritis menurut Paul (2005), adalah suatu seni berpikir yang
berdampak pada intelektualitas seseorang, sehingga bagi orang yang mempunyai
kemampuan berpikir kritis yang baik, akan mempunyai kemampuan intelektualitas yang
lebih dibandingkan dengan orang yang mempunyai kemampuan berpikir yang rendah.
Stander (1992) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah suatu proses pengujian
yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan
menginterpretasikannya serta mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut untuk
mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif atau pandangan baru.
Menurut para (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu proses dimana
seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau mengefaluasi informasi
untuk membuat sebuah penilain atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan
ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Definisi para ahli tentang berpikir kritis sangat beragam namun secara umum
berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir kognitif dengan menggabungkan
kemampuan intelektual dan kemampuan berpikir untuk mempelajari berbagai disiplin
ilmu dalam kehidupan, sehingga bentuk ketrampilan berpikir yang dibutuhkan pun akan
berbeda untuk masing–masing disiplin ilmu.
Berpikir berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir
yang berhubungan dengan proses belajar dan krisis itu sendiri sebagai sudut pandang
selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang
didalamnya dipelajari krakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan
kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Ennis (Arief Achmad, 2007) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat kita jadikan
standar dalam proses berpikir kritis, yaitu:
1. Clarity (Kejelasan)
Kejelasan merujuk kepada pertanyaan: “Dapatkah permasalahan yang rumit
dirinci sampai tuntas?”; “Dapatkah dijelaskan permasalahan itu dengan cara yang
lain?”; “Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!”. Kejelasan merupakan pondasi
standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak dapat membedakan apakah
sesuatu itu akurat atau relevan. Apabila terdapat pernyataan yang demikian, maka kita
tidak akan dapat berbicara apapun, sebab kita tidak memahami pernyataan tersebut.
Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: “Apa yang harus dikerjakan pendidik
dalam sistem pendidikan di Indonesia?” Agar pertanyaan itu menjadi jelas, maka kita
harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar menjadi jelas,
pertanyaan itu harus diubah menjadi, “Apa yang harus dikerjakan oleh pendidik untuk
memastikan bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari berbagai keterampilan
dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar mereka berhasil dalam
pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari?”.
3. Precision (ketepatan)
5. Depth (kedalaman)
6. Breadth (keluasaan)
7. Logic (logika)
Logika berkaitan dengan hal-hal berikut: Apakah pengertian telah disusun
dengan konsep yang benar?; Apakah pernyataan yang diungkapkan mempunyai
tindak lanjutnya? Bagaimana tindak lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan
sesudahnya, bagaimana kedua hal tersebut benar adanya? Ketika kita berpikir, kita
akan dibawa kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain. Ketika kita berpikir
dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling menunjang dan mendukung
perumusan pernyataan dengan benar, maka kita berpikir logis. Ketika berpikir dengan
berbagai kombinasi dan satu sama lain tidak saling mendukung atau bertolak
belakang, maka hal tersebut tidak logis.
Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang
disingkat menjadi FRISCO :
1. F (Focus)
Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai
apa.
2. R (Reason)
3. I (Inference)
4. S (Situation)
Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu
memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci, bagian-
bagian yang relevan sebagai pendukung.
5. C (Clarity)
6. O (Overview)
Menurut Ennis dalam Muhfahroyin (2009) ada 7 manfaat berfikir kritis, yaitu:
Berpikir kritis membuat pikiran dan otak Anda lebih fleksibel. Anda tidak
akan terlalu kaku dalam berpikir atas pendapat atau ide-ide dari orang lain. Anda
lebih mudah untuk menerima pendapat orang lain dan persepsi yang berbeda dari
persepsi Anda sendiri. Hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan, namun jika
Anda telah terbiasa untuk berpikir kritis, maka dengan sendirinya, secara spontanitas,
hal ini akan mudah untuk Anda lakukan. Keuntungan lain dari memiliki pikiran yang
lebih fleksibel dari berpikir kritis adalah Anda lebih mudah memahami sudut pandang
orang lain. Tidak terlalu terpaku pada pendapat Anda sendiri, dan lebih terbuka
terhadap pemikiran, ide, atau pendapat orang lain.
3. Menjadi rekan kerja yang baik
Lebih banyak manfaat-manfaat lain yang bisa Anda peroleh karena berpikir
kritis. Dan manfaat-manfaat itu pada umumnya saling berkaitan. Misalnya saja Anda
lebih mudah, terbuka, menerima, serta tidak kaku dalam menerima pendapat orang
lain, Anda tentu kaan lebih dihormati oleh rekan kerja Anda. Karena Anda mau
menerima pendapat orang lain dengan pikiran terbuka. Maka rekan kerja Anda pasti
akan menganggap Anda sebagai rekan kerja yang baik. Di dalam lingkungan kerja,
hal lain yang penting selain pekerjaan dan hubungan dengan atasan adalah
lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini tentu saja dipengaruhi oleh rekan-rekan kerja
Anda. Jika hubungan Anda baik dengan rekan kerja, situasi lingkungan kerja juga
akan lebih baik dan lebih kondusif serta produktif dalam bekerja.
4. Lebih Mandiri
Berpikir kritis membuat Anda mampu berpikir lebih mandiri, artinya tidak
harus selalu mengandalkan orang lain. Saat dihadapkan pada situasi yang rumit dan
sulit serta harus segera mengambil keputusan, Anda tidak perlu menunggu seseorang
yang Anda anggap mampu menyelesaikan masalah, karena Anda sendiri juga mampu
menyelesaikan masalah tersebut. Dengan memiliki pikiran yang kritis, Anda dapat
memunculkan ide-ide, gagasan, serta saran-saran penyelesaian masalah yang baik.
Dengan berpikir kritis, akan melatih otak Anda untuk berpikir lebih kritis, tajam,
kreatif, serta inovatif.
Salah persepsi akan sering terjadi bila Anda tidak terbiasa berpikir kritis. Saat
Anda menerima sebuah pernyataan dari orang lain dan orang lain tersebut juga
percaya akan pernyataan tersebut maka jika Anda memiliki pemikiran yang kritis
Anda akan mencari kebenaran akan persepsi tersebut. Anda tidak akan mudah salah
dalam sebuah persepsi yang belum tentu benar hanya dengan orang lain mengatakan
hal tersebut adalah benar. Saat Anda tahu sebuah persepsi dari orang lain tersebut
salah Anda akan membantu bukan hanya diri Anda tapi juga orang tersebut. Dengan
semakin Anda berpikir kritis hal ini akan meminimalkan salah persepsi.
Berpikir kritis membuat Anda dapat berpikir lebih rasional serta beralasan.
Anda mengambil keputusan berdasarkan fakta, atau Anda akan menganalisa suatu
anggapan terlebih dahulu kemudian Anda kaitkan dengan sebuah fakta. Anda tidak
mudah percaya dengan perkataan orang lain. Sehingga hal tersebut akan
memudahkan Anda untuk tidak tertipu atau ditipu oleh orang lain. Anda akan
memproses suatu informasi apakah relevan atau sesuatu yang mustahil sehingga
Anda dapat simpulkan sebagai sesuatu yang tidak benar atau mengandung unsur
kebohongan. Berpikir kritis menuntun Anda lebih selektif dalam mengolah informasi,
sehingga Anda tidak akan mudah tertipu karena setiap mendapat suatu informasi,
Anda tidak akan langsung mempercayainya begitu saja, namun Anda akan
menganalisisnya kembali secara rasional.
Sedangkan indicator berpikir kritis yang berkaitan pembelajaran di dalam kelas menurut
Ennis (Innabi, 2003) adalah :
Indikator umum :
1. Kemampuan (abilities)
a) Fokus pada suatu isu spesifik
b) Menyimpan tujuan umum dalam pikiran
c) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi
d) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan penjelas
e) Memperhatikan pendapat siswa, salah maupun benar kemudian
mendiskusikannya
f) Mengkoneksikan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
g) Secara tepat menggunakan pernyataan atau symbol
h) Menyediakan informasi dalam suatu cara yang sistematis
i) Kekonsistenan dalam pernyataan-pernyataan
2. Pengaturan (dispositions)
a) Menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan dan apa yang seharusnya
dikerjakan sebelum menjawab
b) Menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasi informasi yang diberikan sebelum
menjawab
c) Mendorong siswa untuk mencari informasi yang diperlukan
d) Mendorong siswa untuk menguji solusi uang diperoleh
e) Memberi kesempatan kepada siswa untuk merepresentasikan informasi dengan
menggunakan table, grafik, dan lain-lain.
1. Konsep (concept)
a) Mengidentifikasi karakteristik konsep
b) Membandingkan konsep dengan konsep lain
c) Mengidentifikasi contoh konsep dengan jastifikasi yang diberikan
d) Mengidentifikasi kontra contoh konsep yang diberikan
2. Generalisasi (generalization)
a) Menentukan konsep-konsep yang termuat dalam generalisasi dan
keterkaitannya
b) Menentukan kondisi-kondisi dalam menerapkan generalisasi
c) Menetukan rumusan-rumusan yang berbeda dari generalisasi (situasi khusus)
d) Menyediakan bukti pendukung untuk generalisasi
3. Algoritma dan keterampilan (algoritms and skills)
a) Mengklarifikasi dasar konseptual dari keterampilan
b) Membandingkan performan siswa dengan performan yang patut dicontoh
4. Pemecahan masalah (problem solving)
a) Merancang bentuk umum untuk tujuan penyelesaian
b) Menentukan informasi yang diberikan
c) Menentukan relevansi dan tidak relevansinya suatu informasi
d) Memilih dan menjastifikasi suautu strategi untuk memecahkan masalah
e) Menentukan dan mendeduksi sub-tujuan yang mengarah pada tujuan
f) Menyarankan metode alternative untuk memecahkan masalah
g) Menentukan keserupaan dan perbedaan suatu masalah yang diberikan dan
masalah lain.
1. Feling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir
kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan
dalam melakukan aktifitas keperawatan dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas
dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian
kepada pernyataan serta pikiran klien.
2. Vision model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan
menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan dan ide
tentang permasalahan perawatan kesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan untuk
mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk
merespon ekspresi.
3. Exsamine model
Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat menguji ide
dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang
tepat untuk analisis, mencari, meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan
dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.
KASUS
A adalah seorang perawat disuatu rumah sakit, sedangkan B adalah pasien. Pasien B tiba-tiba
mengalami demam tinggi, pasien B meminta obat penurun panas pada perawat A. Sebenarnya,
perawat A ingin membantu tetapi ia tidak bisa melakukan itu tanpa perintah atau resep dokter,
sedangkan dokter tidak berada ditempat.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
A. Rumusan Masalah
Apakah perawat A harus memberikan obat penurun panas untuk menolong pasien B atau
tidak ?
B. Argument
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami peningkatan suhu
tubuh diatas 37,80c peroral atau 38,80c perrektal karena factor eksternal. (Carpenito,
1995)
Perawat harus melakukan tindakan dasar atau melakukan pertolongan pertama
pada pasien agar kondisi pasien tidak menjadi lebih parah. Jika tidak segera ditolong bisa
menyebabkan kondisi yang lebih parah dan bisa berakibat fatal. Kemudian setelah itu
perawat segera mungkin menghubungi dokter agar mendapatkan perintah untuk
melakukan proses penanganan pasien selanjutnya.
C. Deduksi
Pada pasien yang menderita hipertermi, sebaiknya perawat melakukan tindakan
pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan fisik dan TTV pasien (suhu, tekanan darah,
pernafasan, dan denyut nadi), pasien dianjurkan banyak minum air, memberikan kompres
hangat, memantau status hidrasi pasien, dan setelah melakukan pertolongan dasar kepada
pasien, perawat segera menghubungi dokter.
D. Induksi
Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik dan TTV pasien (suhu, tekanan darah,
pernapasan dan denyut nadi), pasien dianjurkan banyak minum air hangat, memberikan
kompres hangat, memantau status hidrasi pasien, harus dilakukan perawat jika
menghadapi pasien dengan kasus hipertermi dan segera menghubungi dokter jika dokter
tidak berada ditempat.
E. Evaluasi
1. Melakukan pertolongan dasar tanpa menghubungi dokter
Positif :
a) Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipertermi yang diderita pasien
tidak akan menjadi lebih parah
b) Tidak akan membahayakan jiwa pasien
Negatif:
Pasien tidak di tangani dengan sempurna karena penanganan yang dilakukan masih
sangat dasar (setengah-setengah)
Negatif:
a) Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat komunikasi masih
minim atau sulit, maka penanganan pasien akan tertunda
b) Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter
3. Menghubungi dokter terlebih dahulu untuk menerima perintah penanganan pasien
Positif:
Dokter dapat memberi perintah untuk menangani pasien meski melalui telepon
Negatif:
a) Waktu dan tindakan kurang efisien karena pasien belum mendapatkan
pertolongan dasar dari perawat
b) Harus mengeluarkan biaya
4. Menunggu kedatangan dokter
Positif:
a) Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat
b) Ketika dokter datang bisa langsung meresepkan atau memberikan obat atau
injeksi untuk pasien
Negatif:
a) Jika dokter berada pada jarak yang jauh dan tidak bisa segera datang, maka
kondisi pasien bisa menjadi semakin parah
b) Bisa membahayakan jiwa pasien dan berakibat fatal jika tidak segera dilakukan
penanganan
5. Melakukan pemberian obat secara langsung tanpa menunggu kedatangan dokter
Positif:
a) Pasien tertangani dengan baik
b) Suplai obat-obatan bisa menurunkan hipertermi pada pasien
Negatif:
a) Perawat dapat disalahkan atau ditegur karena melakukan tindakan tanpa perintah
dokter
b) Perawat tidak menghargai wewenang dokter
c) Perawat melanggar undang-undang
F. Keputusan
Perawat harus memberikan pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik dan TTV pasien
(suhu, tekanan darah, pernapasan, dan denyut nadi), menganjurkan pasien banyak minum
air, memberikan kompres hangat, memantau status hidrasi pasien. Kemudian setelah itu
perawat segera menghubungi dokter yang bersangkutan akar perawat segera menerima
perintah untuk memberikan obat-obatan atau tindakan lain.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu berpikir
kritis untuk menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud harus tetap berada
dalam jalur yang ada sesuai dengan tugas dan peran perawat. Selain itu, tugas dan
peran perawat juga harus diseimbangkan dengan tenaga medis lain, misalnya dengan
tugas dan wewenang dokter.
B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat menambah pengetahuan
pembaca tentang Berfikir Kritis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Murtadho, Fathiaty. 2012. Jurnal “Berpikir Kritis dan Strategi Metakognisi: Alternatif Sarana
Pengoptimalan Latihan Menulis Argumentasi” State University of Jakarta, Indonesia
https://marizaumami.wordpress.com/2010/06/15/makalah-berfikir-kritis/
blog.elearning.unesa.ac.id/penalaran-berpikir-kritis-roberth-h.ennis.html
uinsuska.academia.edu/Upaya_Meningkatkan_Kemampuan_Berpikir_Kritis.html
http://rianamuslikhah.blogspot.co.id/2013/07/berpikir-kritis-dan-pengambilan.html