Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SOSIOLOGI

SOSIAL DAN KEBUDAYAAN PROVINSI BENGKULU

DISUSUN OLEH :

FADHLIA YUNITASARI (P07120317046)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
SOSIAL DAN KEBUDAYAAN PROVINSI BENGKULU

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah yang luas, terbentang


dari Aceh sampai ke Papua. Ada 17.504 pulau yang tersebar di seluruh kedaulatan
Republik Indonesia, yang terdiri atas 8.651 pulau yang bernama dan 8.853 pulau yang
belum bernama. Di samping kekayaan alam dengan keanekaragaman hayati dan nabati,
Indonesia dikenal dengan keberagaman budayanya. Di Indonesia terdapat puluhan
etnis yang memiliki budaya masing-masing. Misalnya, di Pulau Sumatra: Aceh, Batak,
Minang, Melayu (Deli, Riau, Jambi, Palembang, Bengkulu, dan sebagainya),
Lampung.
Provinsi Bengkulu terletak di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan,
memanjang dari perbatasan Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi
Lampung. Secara administratif, provinsi ini terdiri dari 8 (delapan) kabupaten yaitu
Kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Kaur, Seluma, Muko-
Muko, Lebong dan Kaphyang serta 1 (satu) kota, yaitu kota Bengkulu yang sekaligus
merupakan ibu kota provinsi ini. Secara geografis, Bengkulu boleh dibilang masuk
dalam kategori wilayah periferal. Dan kategori periferal, tidaklah cenderung ekslusif
ataupun esoteris. Tetapi dalam perjalanan sejarahnya,
Bengkulu justru menjadi ajang pelarian kaum migran dari berbagai etnis, baik
etnis domestik (Bugis, Madura, Jawa, Melayu, Minang, Aceh, Bali, Nias dan lain-lain),
ataupun etnis manca (Eropa, Afrika, India, Cina, Persia, Arab dan lain-lain). Dan
mereka (para migran) itu berlatar belakang kelas sosial yang bervariatif.Ada yang dari
kelas adel(bangsawan), ambtenaar (pegawai), legger (tentara), handelaar (pedagang,
hingga slaven(budak).
Berikut adalah social dan kebudayaan provinsi Bengkulu yang meliputi rumah
adat, pakaian adat, makanan khas, ciri khas Bengkulu, dan lain-lain :
1. Rumah Adat

Rumah adat daerah Bengkulu dinamakan Rumah Rakyat. Rumah


Rakyat merupakan rumah panggung yang terdiri dari 3 kamar yaitu, kamar
orang tua, kamar gadis, dan kamar bujang. Kolong dibawahnya untuk
penyimpanan kayu dapur dan barang lainnya. Pada pintu masuk ruang tengah
terdapat gambar Buraq, pertanda ketangguhan hati penduduknya menjalankan
agama islam.
Rumah Rakyat terbuat dari kayu meranti dan dilengkapi dengan tangga
masuk dari semen. Pada tiang depan rumah disebalah kiri biasanya terdapat
tanduk kerbau. Hal ini menunjukkan bahwa yang punya runah pernah
mengadakan upacara atau pesta perkawinan. Jumlah tanduk sesuai pula
dengan banyaknya upacara atau pesta yang telah diadakan. Daerah bengkulu
memiliki rumah adat yang indah dan menawan yang memperlihatkan
keindahan serta corak-corak rumah yang sangat indah.
2. Pakaian Adat

Pakaian adat yang dipakai kaum pria dari daerah Bengkulu adalah
mahkota deangan gunjai-gunjainya (pita) serta baju model jas tertutup. Ia juga
memakai kalung bersusun, kain songket yang melingkar di pinggang dan celana
sebatas lutut.
Sedangkan wanitanya memakai baju kurung yang disuji dan berkain
songket. Ia juga memakai mahkota, kalung bersusun serta gelang pada kedua
belah tangan. Pakaian ini dipakai untuk upacara pernikahan.

3. Tari-tarian Daerah Bengkulu


a. Tari Andun dari Bengkulu Selatan ini merupakan sebuah tarian guna
menyambut para tamu yang dihormati.
b. Tari Bidadari Teminang Anak, dapat pula diartikan bidadari meminang
anak. Tari adat ini berasal dari Rejang Lebong.
c. Tari Lanan Belek, tari ini diangkat berdasarkan cerita rakyat tentang
seorang bidadari yang terpaksa tertinggal, karena saat lagi mandi bersama-
sama temannya yang lain selendangnya diambil orang. Suatu saat
selendangnya ditemukan kembali dan bidadari tersebut kembali pulang
meninggalkan si pemuda yang mendendam rindu.
4. Senjata Tradisional
Senjata tradisional Bengkulu : keris, kuduk, badik, dan rudus. Keris
adalah senjata tradisional daerah Bengkulu. Keris yang dianggap keramat atau
pemberani, panjangnya 13 jari, dan dipakai oleh kepala adat atau hulubalang.
Keris diperguanakan untuk perang, membela diri, dan perlengkapan upacara
adat.
Kuduk adalah sejenis keris yang berlekuk, bermata satu dengan
punggung yang agak tebal. Sarungnya memakai centalan dan dipakai untuk
membela diri dan berburu.
Badik juga sejenis keris dengan bentuk lurus dan bermata satu. Diapakai
untuk berburu dan sebagai perlengkapan upacara adat.
Rudas adalah sejenis pedang yang terdiri dari mata, ulu, dan sarung.
Dipergunakan untuk berperang, membela diri dan kelengkapan pada upacara
penobatan datuk (kepala adat). Selain dari itu terdapat pula Pedang Kayu
Nibungdan Kerambit.
5. Suku
Suku dan marga yang terdapat di daerah Bengkulu adalah Melayu, Rejang,
Lebong, Enggano, Sekah, dan lain-lain.

6. Bahasa Daerah
Bahasa daerah yang digunakan di Provinsi Bengkulu yaitu melayu, rejang
lebong, enggano.

7. Lagu Daerah
Lagu daerah di Provinsi Bengkulu salah satunya yaitu Lalan Belek

8. Makanan Khas Bengkulu


Pendap adalah kuliner khas Bengkulu yang popular dikalangan orang-
orang. Pendap juga adalah judul salah satu lagu daerah Bengkulu yang
launching pada th. 90-an. Pendap terbuat dari ikan yang digabung dengan
bermacam bumbu seperti cabai giling, kelapa muda, bawang putih serta kencur.
Bumbu-bumbu yang telah tercampur rata lalu dibungkus dengan daun talas
serta dimasukkan sepotong ikan di dalamnya, lantas di rebus sepanjang 8 jam.
Rasa pedas serta gurih yang ada pada Pendap bikin siapapun mau selekasnya
menyantapnya. Pendap juga sangatlah cocok jadikan lauk untuk dikonsumsi
berbarengan nasi

9. CIRI KHAS BENGKULU

Berbeda dari peringatan Hari Pers Nasional sebelumnya yang acara


puncaknya digelar di dalam ruangan, untuk tahun ini HPN akan dilangsungkan
di situs bersejarah yang ada di Bengkulu, yaitu Benteng Marlborough.
Benteng Marlborough yang akan menjadi lokasi puncak peringatan HPN
ditaksir mampu menampung sekitar 700 peserta, meliputi halaman dan bagian
dalam benteng. Dengan utusan PWI daerah sekitar 150 peserta ditambah
dengan undangan lainnya, Benteng Marlborough diyakini mampu menampung
seluruh peserta.
Benteng Marlborough adalah peninggalan kolonial Inggris dan
merupakan salah satu benda cagar budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi di
Bengkulu. Kondisi benteng yang didirikan pada 1713 ini hingga sekarang
masih kokoh dan menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Bengkulu.
Tak hanya Benteng Marlborough, Bengkulu juga punya ciri khas
lainnya, yaitu bunga Raflesia Arnoldi. Tak salah kalau panitia HPN 2014
kemudian menjadikan bunga ini sebagai maskot dari perayaan HPN tahun ini.
Bunga Raflesia Arnoldi memang begitu familiar di telinga masyarakat
Indonesia. Salah satu jenis tanaman langka ini hanya tumbuh di Sumatera
bagian selatan terutama di Provinsi Bengkulu. Sebagai tanaman endemik,
bunga ini juga menjadi lambang resmi Provinsi Bengkulu.
Bunga ini ditemukan di beberapa kawasan hutan Bengkulu pada tahun
1818. Nama Raflesia Arnoldi merujuk pada 2 penemu bunga yakni Thomas
Stamford Raffles, seorang letnan Inggris yang pernah menjabat sebagai
Gubernur Bengkulu, dan Dr Arnoldy, seorang ahli botani.
Bunga Raflesia Arnoldi memiliki keunikan tersendiri karena tidak
memiliki akar, daun, serta tangkai karena merupakan tanaman parasit yang
merambat. Bila mekar sempurna, bunga ini layaknya bunga raksasa. Berat
bunga Raflesia yang mekar sempurna dapat mencapai 11 kilogram dengan
diameter hingga 1 meter.
Di Provinsi Bengkulu, bunga ini dapat ditemui di beberapa kawasan,
seperti kawasan Hutan Lindung Register 5 Bukit Daun, Taba Penanjung,
Bengkulu Utara. Karena bunga ini terbilang langka dan pertumbuhannya pun
lambat, maka pada masa mekar sempurna bunga ini kerap menjadi tontonan
warga maupun turis yang berkunjung ke Bengkulu.
10. Mata Pencarian Masyarakat Bengkulu
Beberapa hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan di Bengkulu
memiliki potensi untuk dikembangkan dan diolah dalam industri olahan, seperti
minyak kelapa sawit, rotan, kayu lapis.dan olahan untuk bahan furniture, crumb
rubber, udang beku dan pengolahan ikan dalam kaleng. Daerah Bengkulu juga
menghasilkan sayur-sayuran, seperti lombok, tomat, kacang kedelai, kacang
hijau, kancang panjang, terong, kubis, sawi, wortel, lobak, dan buah-buahan
seperti durian, mangga, pepaya, dan pisang.
Perkebunan di Bengkulu menghasilkan antara lain, kelapa sawit, karet,
dan coklat yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan.
Sementara kopi banyak terdapat di Rejang Lebong. Hasil komoditas
perkebunan lainnya, seperti lada, cengkeh, enau, teh, tembakau, kemiri, kapuk
dan pinang tersebar di seluruh wilayah Bengkulu.
Potensi perikanan di daerah Bengkulu meliputi usaha perikanan darat,
tambak, dan perikanan laut yang sampai sekarang belum dimanfaatkan secara
optimal dan masih berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, terutama dalam
hal pemanfaatan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).
Bengkulu juga memiliki obyek wisata yang beragam, baik wisata alam,
budaya maupun sejarah. Wisata alamnya antara lain Bukit Kaba di Curup, Bukit
Belerang Semaleko di Lebong Selatan, Bunga Raflesia Arnoldi di Taba
Pananjung. Rekreasi pantainya antara lain pantai Panjang Nala di Gading
Cempaka, pantai pasir putih, Pulau Baai di Selebar, danau di Selebar, danau
Tes di Lebong Selatan, cagar alam Pagar Gunung di Kepahyang, cagar alam
Lubuk Tapi di Pino, dan sebagainya. Wisata budayanya antara lain kesenian
Tabot, tarian rakyat Enggano, dan kerajinan kain Besurek. Wisata sejarahnya
meliputi rumah peninggalan Bung Karno, Benteng Malborough, dan monumen
Thomas Par di Teluk Segara. Sebagai tujuan investasi, provinsi ini juga
memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya Bandara
Fatmawati di Bengkulu dan Bandara Muko-Muko di Bengkulu serta memiliki
Pelabuhan Linau Bintuhan dan Pelabuhan Malakoni Enggano.
11. Sistim Religi dan Kepercayaan
Pada zaman pra Islam, di dalam kehidupan suku-suku bangsa di
Propinsi Bengkulu sudah berkembang suatu sistim Religi. Sistim religi
berkembang dan digali dari segala sesuatu yang dialami dan ditemui dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Kekaguman, ketakjuban dan ketakutan terhadap
segala kejadian alam --- seperti petir, halilintar, badai dan sebagainya --- yang
berada jauh di luar jangkauan alam fikiran, mendorong masyarakat untuk
mempercayai adanya suatu kekuatan gaib yang menciptakan, mengatur,
merusak dan menghancurkan alam dengan segala isinya.
Dengan adanya kepercayaan terhadap sesuatu yang gaib tersebut,
manusia mencoba untuk melakukan hubungan dengan kekuatan supernatural
tersebut. Upaya melakukan hubungan dengan kekuatan Sang Pencipta ini
dimaksudkan agar mereka mendapatkan perlindungan dan berbagai kemudahan
dalam mengarungi kehidupan. Dari sini mulai berkembang suatu sistim religi
di tengah-tengah kehidupan suku-suku bangsa di Propinsi Bengkulu.
Sistim religi yang ada dalam kehidupan suku-suku bangsa di Propinsi
Bengkulu pada masa lalu terdiri dari beberapa macam kepercayaan.
Kepercayaan-keperacayaan tersebut adalah : kepercayaan kepada dewa-dewa;
kepercayaan kepada mahluk-mahluk halus dan kepercayaan kepada kekuatan-
kekuatan sakti.
Kepercayaan kepada dewa-dewa di daerah Bengkulu hampir-hampir
tidak ada. Kepercayaan ini hanya ada di daerah-daerah pertanian dan di daerah
Rejang Bermani. Suku-suku bangsa di daerah-daerah seperti ini percaya akan
adanya sorang dewi yang berkuasa terhadap kesuburan tanaman padi.
Kendatipun demikian, gambaran akan dewa atau dewi cukup terpateri dalam
fikiran masyarakat. Hal ini terbukti dari adanya suatu kepercayaan suku Rejang
yang menyatakan bahwa dewa-dewi itu tinggal di langit dan sewaktu-waktu
akan turun mandi ke sungai dengan menggunakan jembatan pelangi, yang
disebut Guniak. Selain itu, dalam mantera-mantera di kalangan suku-suku
Serawai sering disebut kata-kata diwau atau diwo (dewa). Bahkan dalam
upacara perkawinan adat Bimbang Balai terdapat semacam upacara yang
disebut Mujau (memuja). Dalam upacara Mujau, disembelih seekor ayam
jantan untuk persembahan sembari melantunkan mantera memanggil dewa-
dewa dari seluruh penjuru angin.
Pada masa pra Islam, kepercayaan terhadap mahluk-mahluk halus juga
tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat Bengkulu. Bahkan sampai kini
pada sebagian masyarakat masih didapati upacara-upacara untuk berhubungan
dengan roh nenek moyang atau mahluk-mahluk halus. Upacara-upacara seperti
ini biasanya dipimpin oleh seorang dukun yang melafalkan mantera dengan
asap kemenyan dan berbagai barang persembahan, seperti telur ayam hitam.
Mahluk-mahluk halus yang menjadi peliharaan seorang di daerah Serawai
disebut Akuan. Akuan ini biasanya berwujud seekor binatang misalnya
harimau. Binatang akuan yang dipelihara ini tidak ditujukan untuk
mencelakakan orang lain, tapi sebagai teman yang dapat diminta tolong dan
tempat minta perlindungan dari mara bahaya.
Menurut kepercayaan orang suku Rejang, mahluk halus dapat
dibedakan dalam empat jenis yaitu Semat, Sebei Sebeken, Orang Bunian dan
Semangat padi. Semat dapat pula dibagi dalam tiga macam yaitu :
1. Semat Bulau Lekat, yang tinggal di hutan-hutan lebat dan di pohon-
pohon kayu berdaun rimbun (benuang). Untuk menangkal Semat jenis
ini, di pondok-pondok ladang di pasang baling-baling angin.
2. Semat Pitok, berdiam di matahari, jurang, batu besar dan sebagainya.
Bila orang diganggu Semat Pitok maka mulutnya akan menjadi miring
(mencong) dan pinggangnya menjadi bengkok.
3. Semat Laut, bentuknya seperti perempuan berwajah buruk, berbadan
tinggi dan kurus.
Jenis mahluk halus lain yang dipercaya keberadaannya oleh masyarakat suku
Rejang adalah :
1. Sebei Sebeken, bentuknya seperti seorang wanita yang berambut kusut
masai. Menurut kepercayaan, barang siapa yang memperoleh ilmu dari
Sebei Sebeken maka ia mampu menyelam di dalam air selama sehari
semalam.
2. Orang Bunian, mahluk halus ini hidup seperti manusia, mereka tinggal
di hutan-hutan besar. Mereka mampu untuk menjelma seperti manusia
biasa.
3. Semangat Padi, mahluk halus ini menurut kepercayaan orang Rejang
berwujud seperti kanak-kanak.
Selain dari kepercayaan terhadap para dewa dan mahluk-mahluk gaib,
suku-suku bangsa di Propinsi Bengkulu juga percaya kepada kekuatan-
kekuatan sakti. Kepercayaan seperti ini dapat berupa kepercayaan akan
adanya kekuatan gaib yang hidup dalam suatu benda atau pusaka, seperti
keris, bagian tubuh orang sakti, rumah bertuah, batu akik, makam dan
sebagainya. Kekuatan-kekuatan sakti ini dapat dikuasai oleh orang-orang
yang mempercayainya, tapi dapat pula mencederai orang yang meremehkan
dan kurang mempercayainya.
Di kalangan suku-suku bangsa di Bengkulu masih terdapat berbagai
larangan dan keharusan yang berkaitan dengan kekuatan-kekuatan sakti.
Larangan-larangan dan keharusan tersebut antara lain adalah :
1. dilarang mengencingi Ulu Tulong dan Keramat, barang siapa yang
melanggar larangan ini ia akan jatuh sakit (disebut Tesapo);
2. di daerah Air Petai (Bengkulu Utara) ada suatu ketentuan bahwa
apabila akan menyeberangi jembatan hendaklah membasuh muka
terlebih dahulu dan apabila mengendarai kendaraan bermotor
hendaklah berhenti sebentar;
3. memasuki daerah keramat kita harus minta ijin terlebih dahulu pada
depati (kepala desa) atau dukun setempat dengan membawa segala
persyaratan yang dibutuhkan;
4. di dalam tempat-tempat keramat kita dilarang untuk berteriak-teriak
tidak karuan dan bernyanyi terlalu gembira.
Tempat-tempat yang dianggap keramat di daerah Bengkulu antara lain
adalah: Tebosan di Selupuh, Bumi Jijai, Botan Bulei, Monok Micor,
Gerucing, Kuburan Tinggi, Gunung Bungkuk, Batu Menjolo dan Keramat
Anggut.

Anda mungkin juga menyukai