Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Kisah Hidup Gajah Mada

Sejarah kisah hidup Gajah Mada sebagai seorang sosok yang berpengaruh dimulai kira-kira
tahun 1313, dan berdasarkan manuskrip, puisi, dan mitologi dari tanah Jawa, Gajah Mada
merupakan seorang panglima perang yang sangat berpengaruh di kerajaan Majapahit pada zaman
itu.

Kejadian yang menjadikannya patih adalah ketika Sri Jayanagara memerintah. Dilanjutikan pada
masa Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi, Gajah Mada menanjaki tangga jabatannya lagi dan
diangkat menjadi Mahapatih. Kedudukan tertinggi yang pernah ia pegang adalah Amangkubumi
yang setara dengan Perdana Mentri, dimana pada saat ia menjadi Amangkubumi inilah
Majapahit ia hantarkan kepada puncak gunung emas kejayaan.

Sejarah Kisah Hidup Gajah Mada Yang Menginspirasi

Hampir tidak ada yang diketahui tentang sejarah kisah hidup Gajah Mada kecil, selain beberapa
tulisan yang menceritakan bahwa ia merupakan anak dari kalangan rakyat jelata. Namun ada
beberapa catatan mengenai awal karirnya sebagai Begelen, kepala Bhayangkara yang merupakan
tentara elit bertugas untuk menjaga raja-raja serta keluarga dari para raja Majapahit. Suatu
ketika, Rakrian Kuti yang merupakan salah satu elit Majapahit merencanakan sebuah
pemberontakan terhadap raja Majapahit di tahun 1321, Jayanegara.

Hal ini menyebabkan Gajah Mada dan mahapatih masa itu yang bernama Arya Tadah membantu
sang Raja bersama keluarganya untuk kabur menuju ibukota Trowulan. Beberapa saat setelah
kejadian itu, Gajah Mada kembali ke kerajaan dan membantu mengakhiri pemberontakan oleh
Ra Kuti sehingga ia mendapatkan gelar Patih.

Ada beberapa sumber yang menceritakan masa akhir pemerintahan Jayanegara sebelum akhirnya
digantikan oleh Tribhuwana. Satu versi mengatakan bahwa Jayanegara dibunuh oleh Rakrian
Tanca yang pada masa itu menjabat menjadi tabib kerajaan yang merupakan antek dari Rakrian
Kuti.

Versi lainnya yang tertulis dalam Negarakertagama dan dipastikan kebenarannya lewat beberapa
prasasti yang ada pada abad ke-13 dan awal abad ke-14, menyatakan yang membunuh
Jayanegara adalah Gajah Mada dan hal itu terjadi pada tahun 1328. Dalam tulisan di prasasti dan
Negarakertagama, diceritakan bahwa Jayanegara amat berlebihan dalam hal proteksi terhadap
dua adiknya yang lahir dari ratu termuda Kertarajasa yaitu Dyah Dewi Gayatri.

Komplain yang datang dari kedua putri muda ini menuntun kepada intervensi Gajah Mada
dimana ia mengambil solusi yang drastis, yaitu memerintahkan seorang ahli bedah untuk
membunuh sang raja sambil berpura-pura sedang melakukan operasi penting.

Sejarah kisah hidup Gajah Mada sebagai Majahapatih dimulai pada masa pemerintahan Ratu
Tribhuwana Wijayatunggadewi. Tepatnya tahun 1329, Arya Tadah yang masih duduk di posisi
Majahapatih menyatakan bahwa ia ingin mengundurkan diri, dan menunjuk Gajah Mada sebagai
penerusnya.

Hal ini tidak langsung disetujui oleh Gajah Mada sendiri, karena ia berpikir bahwa jasanya
kepada Majapahit belum cukup, dan demi hal itu ia berjanji untuk menghentikan terlebih dahulu
pemberontakan yang sedang terjadi yang didalangi oleh Keta dan Sadeng. Benar saja, tak butuh
waktu lama, Keta dan Sadeng langsung tunduk, membuat Gajah Mada akhirnya diangkat sebagai
Mahapatih secara resmi oleh Tribhuwana pada tahun 1334.

Mungkin salah satu hal yang paling bisa diingat tentang Gajah Mada dan Majapahit adalah
sumpah yang disuarakan olehnya yaitu sumpah Palapa. Sumpah ini disuarakan oleh Gajah Mada
pada saat ia diangkat menjadi Amangkubumi di tahun 1336. Isi dari sumpah tersebut adalah
bagaimana Gajah Mada tidak akan mengecap “rempah” sebelum Nusantara berhasil
ditundukkan.

Sumpah ini memiliki banyak makna, dan arti sesungguhnya hanya Gajah Mada yang tahu.
Beberapa orang menganggap bahwa Gajah Mada tidak akan memperbolehkan makanannya
diberikan rempah apapun (pala apa = rempah apapun). Beberapa orang lain juga menganggap
sumpah ini berarti Gajah Mada tidak akan mencicipi kenikmatan dunia berbentuk apapun
sebelum ia berhasil menaklukkan seluruh daerah di kepulauan yang kelak menjadi Indonesia
tersebut.

Perjalanan hidup Gajah Mada mencapai puncaknya ketika ia berhasil memenuhi sumpah Palapa
yang bahkan diragukan oleh teman-teman dekat dari Gajah Mada sendiri. Meski begitu, ia
berhasil menepis ketidak percayaan orang-orang yang menganggapnya terlalu ambisius dengan
pertama menaklukkan Bedahlu di Bali dan Lombok pada tahun 1343.

Setelah mengurus kedua area baru itu, ia mengirim pasukan laut ke arah barat untuk menyerang
sisa-sisa kerajaan maritim Sriwijaya yang ada di Palembang. Ia juga menempatkan
Adityawarman yang saat itu merupakan pangeran dari Majapahit untuk menjadi pemimpin
daerah jajahan di Minangkabau, Sumatra Barat. Penundukkan yang ia lakukan berlanjut hingga
kesultanan pertama di Asia Tenggara, yaitu Samudra Pasai. Gajah Mada juga berhasil
menundukkan Bintan, Tumasik (Singapura), Melayu, dan Kalimantan.

Ketika Tribhuwana mengundurkan diri sebagai ratu, anaknya yang bernama Hayam Wuruk naik
tahta menjadi raja, dan Gajah Mada tetap ditunjuk sebagai Amangkubumi. Di bawah
pemerintahan raja yang baru, Gajah Mada berhasil menundukkan Logajah, Seram, Gurun, Sasak,
Buton, Hutankadali, Banggai, Kunir, Salayar, Galiyan, Solor, Bima, Banda, Sumba, Dompo,
Ambon, dan Timur. Dengan begini, ia juga berhasil mencapai janjinya dan membentuk
purwarupa daerah Indonesia modern ditambah dengan Temasek (sekarang Singapura), Malaysia,
Brunei, Timor Timur, dan Filipina bagian selatan.

Sejarah kisah hidup Gajah Mada menginspirasi banyak hal kepada nasionalisme bangsa
Indonesia. Soekarno juga sering mengutip kata-kata Gajah Mada yang ia nilai adalah sebuah
inspirasi dan bukti sejarah kejayaan Indonesia. Nama Mahapatih yang satu ini juga diabadikan
sebagai nama jalan di beberapa daerah di Indonesia dan sebagai nama salah satu universitas di
Yogyakarta. Dalam kultur pop, sosok Gajah Mada sendiri bisa ditemui pada permainan video
yang berjudul Sid Meier’s Civilization V sebagai pemimpin peradaban Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai