Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 2 LAPANDEWA PADA MATA


PELAJARAN MATEMATIKA

Oleh :

ANITA

A1I117144

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019

1
Kata Pengantar

Segala puji penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan,
sehingga tugas membuat proposal penelitian yang berjudul “ Pengaruh Metode Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 2 Lapandewa pada Mata Pelajaran Matematika ” ini bisa
terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas Proposal ini masih banyak terdapat kesalahan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

2
Bab I : Pendahuluan

A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . 6

B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . 6

C. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . 6

D. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . 6

Bab II : Kajian Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . 7

A. Deskripsi Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . 7

a. Pengertian Metode Kooperatif Tipe Jigsaw . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . .7

b. Tujuan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw ................................9

c. Langkah - Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

B. Penelitian Relevan

C. Kerangka Pemikiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13

D. Merumuskan Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . 14

Daftar Pustaka

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar dalam upaya memanusiakan manusia
adalah pendidikan. Pendidikan diamanatkan dalam konstitusi pada Pasal 31 Ayat (1) yang
menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” (Hasil Amandemen UUD
1945 Tahun 2002). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen
pendidikan.Undang-undang Sistem Pendidikan RI Nomor 20 Tahun 2003 bertujuan bahwa semua
peserta didik diharap menjadi manusia beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratif
serta bertanggungjawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan itu, di sekolah perlu dilaksanakan
pembelajaran yang komprehensif yang mengarah pada bagaimana kehidupan manusia pada masa
kini maupun masa depan ada dalam semua mata pelajaran.

Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa cukup sulit dan
tidak menarik bagi banyak peserta didik di sekolah. Hal ini berdampak buruk bagi hasil belajar
peserta didik. Adanya bukti dari hasil evaluasi pelajaran matematika tiap semester maupun ujian
akhir masih sering di bawah standart mata pelajaran lain. Keadaan ini sungguh sangat
memprihatinkan. Salah satu cara dalam mengatasi keadaan ini adalah bagaimana agar peserta didik
mampu berperan secara aktif dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya untuk bisa
memahami, mengerti, mengamati, merencanakan, melaksanakan, mengkomunikasikan hasil dan lain
sebagainya. Dalam mengelola pembelajaran di dunia pendidikan diperlukan suatu keterampilan
tertentu oleh guru untuk menyampaikan sesuatu materi pelajaran. Keterampilan guru sangat
diperlukan karena setiap peserta didik memiliki kemampuan dan pemahaman yang berbeda
sehingga peserta didik dapat menguasai materi pelajaran sesuai dengan target yang telah ditetapkan
kurikulum.Penyampaian materi oleh guru supaya berhasil mencapai tujuannya perlu memperhatikan
masalah yang paling penting disamping materi pelajaran yaitu penggunaan model pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dan sering dijadikan bahan

4
pembicaraan dalam dunia pendidikan. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran kelas atau pembelajaran
dalam totorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Adapun Soekamto,dkk dalam Trianto mengemukakan maksud dari model pembelajaran


adalah:”Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengornasasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu ,dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar". Cara
mengajar memang sangat diperlukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran.
Menggunakan model pembelajaran harus sesuai dengan bahan pelajaran yang diterapkan menurut
keahlian khusus, karena tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan dan digunakan untuk
menyampaikan bahan pelajaran bagi peserta didik.

Berdasarkan pengamatan selama ini guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih
banyak menggunakan metode caramah. Adapun metode ceramah yaitu guru menerangkan materi
pelajaran dengan lisan, sedangkan peserta didik mendengarkan, mencatat uraian dari guru. Hal ini
bertentangan dengan prinsip belajar yakni pelajar harus aktif. Dengan kebiasaan peserta didik yang
hanya mendengar, mencatat, maka peserta didik akan kurang bisa untuk mengemukakan pendapat,
bekerja secara kelompok, memecahkan masalah, baik secara individu maupun secara kelompok.

Situasi dan kondisi belajar yang tidak nyaman dan kurang variatif seperti penggunaan
metode ceramah yang kerap digunakan guru, minimnya penggunaan media, dan lain-lain juga
semakin memperparah keadaan. Rasa tidak suka yang dimiliki oleh peserta didik secara otomatis
menyebabkan motivasi belajar menurun dan mengakibatkan kesulitan untuk memahami pelajaran
Matematika semakin bertambah. Jika diadakan evaluasi para peserta didik merasa kesulitan/bahkan
tidak mengerti sama sekali, sehingga pada akhirnya peserta didik menyimpulkan bahwa mata
pelajaran Matematika sulit dan menjenuhkan. Oleh karena itu, seorang guru harus pandai-pandai
memilih model pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

5
Berdasarkan latar belakang di atas, guna meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran Matematika, maka penulis bemaksud mengadakan penelitian dengan judul " Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sis wa SMPN 2
Lapandewa pada Mata Pelajaran Matematika "

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu

1. Bagaimana pengaruh model kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatkan hasil belajar siswa
SMPN 2 Lapandewa pada mata pelajaran Matematika?

2. Bagaimana hasil belajar Matematika pada Peserta Didik SMPN 2 Lapandewa setelah digunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar Matematika setelah digunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw pada peserta didik SMPN 2 Lapandewa?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode kooperatif tipe
jigsaw terhadap kemampuan belajar peserta didik SMPN 2 Lapandewa pada mata pelajaran
Matematika

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bserikut :

6
1. Bagi siswa. Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa yang mengalami kemampuan
belajar rendah pada mata pelajaran matematika

2. Bagi guru. Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan guru dapat mengetahui metode-
metode belajar yang sesuai untuk siswa pada mata pelajaran matematika sehingga guru dapat
menerapkan metode belajar yang tepat pada pembelajaran matematika

3. Bagi peneliti. Hasil penelitian ini memberikan bekal, wawasan dan pengetahuan bagi peneliti
sebagai calon guru untuk menjalani profesinya sebagai seorang guru. Dengan demikian, anak didik
yang dibinanya nanti dapat meningkatkan hasil belajarnya dalam proses belajar mengajar
matematika

7
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

a. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Teori yang melandasi pembelajaran cooperative learning adalah teori konstruktivisme. Pada
dasarnya, pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa
harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa
informasi dengan aturan yang ada dan merevisi nya bila perlu. Soejadi I Teti Sobari dalam Rusman
(2014,. 201). Menurut Slavin dalam Rusman (2014, h. 201), pembelajaran kooperatif menggalakan
siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

Model pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw merupakan salah satu model
pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning
Teknik Jigsaw dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok terstruktur. Yang termasuk
di dalam struktur itu adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Jhonson dalam Rusman (2014, h. 204) mengemukakan, “cooperative learning adalah teknik
pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam
kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. belajar cooperative adalah pemanfaatan
kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut ”.

Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw (pembelajaran


gotong-royong) dalam pendidikan adalah “homo homoni socius” yang menekankan bahwa manusia
adalah makhluk sosial.

8
Cooperative Learning Teknik Jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan
pada sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan-bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie (2008:18) dalam bukunya “Cooperative Learning Teknik Jigsaw ”, bahwa
model pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw tidak sama dengan sekedar belajar
kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap Cooperative Learning Teknik Jigsaw.

Untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong- royong yaitu :

(1) Saling ketergantungan positif.

(2) Tanggung jawab perseorangan.

(3) Tatap muka.

(4) Komunikasi antar anggota.

(5) Evaluasi proses kelompok

Dibandingkan dengan pembelajaran lainnya pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai


berikut :

(1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar

(2) Kelompok di betuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

(3) Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku jenis kelamin beragam

(4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu (Trianto, 2007:47)

Pembelajaran kooperatif merupakan konsep pembelajaran yang bernaung dalam teori


kontrukstivisme. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami kosep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya

9
Model pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran cooperativelearning dapat didefinisikan
sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Oleh karena itu, banyak guru yang
mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena mereka beranggapan
telah biasa menggunakan cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun
sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakn sebagai cooperative learning.

Seperti yang diungkapkan oleh Anita Lie dalam Rusman (2014, h. 218) bahwa,
“pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan
siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan tanggung jawab secara mandiri ”. Model
pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar
kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat,
kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan
pemahaman seluruh anggota

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw

Menurut eggen, dkk dalam Trianto, pembelajaran koperatif merupakan sebuah kelompok
strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan
pastisipasi peserta didik, mempasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
beinteraksi dan belajar bersama-sama peserta didik yang berbeda-beda latar belakangnya. Jadi
dalam pembelajaran kooperatif peserta didik berperan ganda yaitu sebagai peserta didik ataupun
sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka
peserta didik akan mengembangkan keterampilan berhubung dengan sesama manusia yang akan
sangat bermamfaat bagi kehidupan diluar sekolah.pembelajaran penting, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi
dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pemberlajaran
cooperative tipe jigsaw ini siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.

10
Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah untuk mengajarkan kepada siswa
untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting
dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam
organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin
beragam.

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan
kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda.
Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang
bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah
kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Prosedur atau langkah-langkah
pembelajaran cooperative pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut :

1) Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi pelajaran
sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama pada tahapan ini adalah pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran.

2) Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa
bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3) Penilaian, penilaian dalam pembelajaran cooperative bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang
dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemmapuan
individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya,
seperti dijelaskan Sanjaya dalam Rusman (2014, h. 213), “Hasil akhir setiap siswa adalah
penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam
kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang
merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya”.

4) Pengakuan tim, adalah peetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim yang paling
berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat
memotivasi tim untuk berprestasi lebih baik lagi.

Berikut ini beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dan guru dalam penerapan model
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw:
1) Melakukan menbaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topictopik permasalahan
untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.

11
2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapat topic permasalahan yang sama bertemu dalam
satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan
tersebut.

3) Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang di dapat
dari hasil diskusi tim.

4) Kuis dilakukan mencangkup semua topic permasalahan yang dibicarakan tadi.

5) Perhitungan skor kelompok untuk menentukan penghargaan kelompok.

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2014: 103) tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Keterampilan Komputer Dan Pengelolaan
Informasi (KKPI) Siswa Kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Kayuagung. Menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran KKPI mampu meningkatkan aktivitas
belajar KKPI siswa. Pada siklus I keaktifan siswa sebesar 69,95%, sedangkan pada siklus II sebesar
78,93%, terdapat kesamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Susanti dengan penelitian ini
yakni pada variabel input berupa penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan salah satu
variabel outputnya yakni meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mardiana (2014: 95) Tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 1
Kaur Selatan Kabupaten Kaur. Menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dalam pembelajaran IPA mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Pada siklus I hasil belajar
siswa dengan ketuntasan 71,4%, sedangkan pada siklus II meningkat dengan ketuntasan 89,2%.
Terdapat kesamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Mardiana dengan penelitian ini yakni
pada variabel input berupa penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan salah satu
variabel outputnya yakni meningkatkan hasil belajar siswa.

12
3. Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2010: 106) Tentang Penerapan Model Pembelajaran
Cooperative Learning Jigsaw dalam Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar pada Mata
Pelajaran Pemeliharaan/Service Engine dan Komponen-komponennya pada Siswa Kelas XII
Mekanik Otomotif 4 SMK Nasional Berbah. Menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dalam pembelajaran Mata Pelajaran Pemeliharaan/Service Engine dan Komponen-
komponennya mampu meningkatkan aktivitas belajar pada Mata Pelajaran Pemeliharaan/Service
Engine dan Komponen-komponennya siswa. Pada siklus II keaktifan siswa meningkat sebesar
4,23%, jika dibandinkan siklus I, pada siklus III meningkat sebesar 5,07%, dibandingkan dengan
siklus II. Pada siklus I hasil belajar siswa nilai rata-rata 7,43 pada siklus II meningkat dengan nilai
rata-rata 7,47 dan pada siklus ke III meningkat dengan nilai rata–rata 7,90. Terdapat kesamaan
antara penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dengan penelitian yang peneliti lakukan yakni
pada variabel input berupa penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan variabel
outputnya yakni meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang melibatkan siswa
dapat meneyebabkan siswa menjadi seseorang yang pasif, bosan dan jenuh dalam mengikuti
pelajaran. Model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar mempunyai
peranan yang sangat penting dalam pencapaian keberhasilan belajar. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pencapaian belajar adalah keaktifan belajar siswa. Pemilihan metode yang tepat dan
sesuai dengan materi yang akan disampaikan akan membawa peran serta siswa dan dapat
mebangkitkan keaktifan belajar siswa.Pembelajaran yang masih berpusat pada guru dengan
bercerita atau berceramah, yang selama ini dilakukan dalam proses pembelajaran sedikit sekali
melibatkan siswa dalam belajar sehingga mengakibatkan kurangnya keaktifan belajar siswa
khususnya siswa kelas VIII SMPN 2 Lapandewa. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni
dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Pembelajaran kooperatif perlu diterapkan dalam proses pembelajaran dikelas. Sesuai


dengan pengalaman ketika masih bersekolah di SMPN 2 Lapandewa , guru masih menggunakan
model pembelajaran ceramah dengan media papan tulis untuk menerangkan pelajaran kepada
siswa. Hal tersebut karena kurang adanya sarana dan prasarana di ruang kelas seperti layar LCD,
maupun model pembelajaran. Selama proses pembelajaran, penggunaan model pembelajaran yang
konvensional menyebabkan siswa kurang antusias terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru,
beberapa siswa ada yang mengobrol dengan teman disampingnya, ada juga siswa yang sibuk
bermain handphone saat guru mengajukan pertanyaan seputar materi yang disampaikan, banyak
siswa tidak bisa menjawab pertanyaan yang di ajukan guru, dan tidak ada siswa yang bertanya

13
apabila ada materi yang belum jelas. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan.

Oleh karena itu perlu adanya penerapan model pembelajaran yang lebih bervariasi, salah
satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dengan diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diharapkan akan membantu siswa agar lebih aktif dalam
belajar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menuntut siswa menjadi lebih aktif, karena adanya
interaksi antara siswa satu dengan siswa yang lain atau kelompok satu dengan kelompok yang lain
serta guru dengan siswa, diharapkan dari interaksi tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa.

C.Merumuskan Hipotesis

Berdasarkan kondisi peserta didik yang cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran Matematika , maka penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMPN 2 Lapandewa pada mata
pelajaran Matematika. Adapun rumusan hipotesisnya sebagai berikut :

14
DAFTAR PUSTAKA

Abu Hamid dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta, Jakarta: 1991.

Anita Lie. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo, 2007.

Baharuddin, dkk, Teori Belajar & Pembelajaran, Malang: AR-Rusmedia, 2007.

Abustam Idrus, Rahman Asfah, Djaali, 2006 ; Pedoman Praktis Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah,.
Badan Penerbit UNM.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Pt Bumi Aksara

Darmadi, Hamid.2011. Metode Peneltian Pendidikan. Bandung: ALVABETA

15
16

Anda mungkin juga menyukai