Oleh Kelompok 4:
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah swt. yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini. Adapun tugas makalah dibuat ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari dosen pada mata kuliah “Filsafat dan perkembangan teori
manajemen pendidikan”. Makalah ini berjudul “Epistimologi”.
Penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya dukungan, do’a,
dan nasehat dari semuanya. Selanjutnya, penyusun ingin mengucapkan salam dan
terima kasih kepada:
1. Pak Dr. Achmad Wahidy, M.Pd. selaku dosen mata kuliah ini yang telah
memberikan saran dan nasehat untuk melengkapi makalah ini.
2. Untuk semua anggota kelompok yang sudah ikut andil membantu baik
materil dan non materil serta waktunya untuk melengkapi makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik yang membangun, dan saran dari pembaca sangatlah dihargai. Penyusun
sangat beharap bahwa makalah ini dapat memberikan kontribusi berharga bagi
para pembaca.
Penulis
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. 3.1 Kesimpulan............................................................................................12
2. 3.2 Kritik dan Saran.....................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Mengetahui dan memahami Macam-Macam dan Penyebab Timbulnya
Epistimologi
5. Mengetahui dan memahami Aliran-aliran dalam efistimologi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Cakupan Pokok Epistimologi
A. Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan ialah apa yang menjadi titik-tolak atau apa yang
merupakan objek pengetahuan itu sendiri. Sumber itu dapat bersifat atau
berasal dari :dunia eksternal” atau juga terkait dan berasal dari “dunia
internal” atau kemampuan subjek. Di tulisan ini akan diterangkan sebisa
mungkin menyangkut sumber-sumber pengetahuan yang dicantumkan baik
oleh Hosper maupun oleh Honderich. Ada lima sumber yang akan dibahas,
apa sajakah itu mari lihat penjelasannya di bawah ini.
1. Perception (Persepsi/Pengamatan Indrawi)
Persepsi adalah hasil tanggapan indrawi terhadap fenomena alam.
Adapun istilah yang lebih umum untuk istilah persepsi ini adalah
empiri atau pengalaman. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan
yang diterima dalam epistemology (Barat dan Islam). Ada beberapa
pokok ciri pengalaman. Pertama, pengalaman indrawi selalu
berhubungan dengna objek tertentu di luar si pengamat (subjek).
Kedua, pengalaman manusia tidak seragam (pancaindra). Terakhir
pengalaman manusia terus berkembang.
2. Memory (Ingatan)
Pengetahuan, baik secara teoritis maupun praktis, banyak sekali
mengandalkan ingatan. Pengalaman langsung atau tidak langsung
harus didukung oleh ingatan agar hasil pengalaman itu dapat disusun
secara logis dan sistematis (menjadi pengetahuan).
3. Reason (Akal, Nalar)
Akal diterima sebagai salah satu sumber pengetahuan. Adapun
pikiran atau penalaran adalah hal yang paling mendasar bagi
kemungkinan adanya pengetahuan. Penalaran adalah proses yang harus
dilalui dalam menarik kesimpulan.
4. Intuition (Intuisi)
Intuisi adalah “tenaga rohani”, suatu kemampuan yang mengatasi
rasio, kemampuan untuk menyimpulkan serta memahammi secara
mendalam. Intuisi adalah pengenalan terhadap sesuatu secara langsung
4
dan bukan melalui inferensi logis (deduksi-induksi). Intuisi timbul
sebagai hasil pengamatan atau pengalaman.
5. Authority (Otoritas)
Otoritas mengacu pada individu atau kelompok yang dianggap
memiliki pengetahuan sahih dan meiliki legitimasi sebagai sumber
pengetahuan. Otoritas juga dapat berasosiasi atau berarti negatif bila
otoritas itu justru bersifat dominasi, menindas dan otoritasnya tidak
absah.
B. Objek Pengetahuan
Objek pengetahuan adalah hal atau materi yang menjadi perhatian bagi
pengetahuan (objek material). Dalam istilah epistemology, ini disebut dengan
masalah ontology. Honderich (1995) menyatakan bahwa objek pengetahuan
adalah: 1) gejala alam fisik, 2) masa lalu, 3) masa depan, 4) nilai-nilai
(aksiologis), 5) abstraksi, 6) pikiran (philosophy of mind: our own
experiences, our own inner states, other minds), (Honderich, 1995:931).
i. Struktur Pengetahuan
Membahas bagaimana hubungan antara ilmuwan dengan sense atau
data atau hal/objek yang diketahui (Hunnex, 1986:8). Hubungan antara
subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui tergambar dari beberapa
pandangan, yaitu objektivitas, subjektivitas, skeptisisme, relativisme, dan
fenomenalisme.
5
Dalam teori ini, kebenaran adalah apabila adanya saling hubungan
antar putusan-putusan atau kesesuaian/ketaatasasan dengan kesepakatan
atau pengetahuan yang telah dimiliki. Teori ini umumnya terdapat dalam
matematika dan logika atau kelompokk epistemology idealism
(epistemological idealism).
iii) Teori kebenaran pragmatis
Pragmatisisme adalah aliran filsafat yang lahir di Amerika Serikat
akhir abad ke-19, yang menekankan pentingnya akal budi (rasio) sebagai
sarana pemecahan masalah (problem solving) dalam kehidupan manusia
baik masalah yang bersifat teoritis maupun praktis.
6
d. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu pengetahuan,
tetapi sudut pandangnya berlainan, jadi ini merupakan dua ilmu
pengetahuan yang tersendiri.
Keduanya penting dan perlu serta kedua-duanya saling melengkapi. Tetapi
harus pula saling menghormati dan mengenali batas-batas dan sifat-sifatnya
masing-masing.
7
Menurut beberapa ahli, terdapat berbagai penyebab timbulnya
pengetahuan, antara lain :
a. Baruch Spinoza
- Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya
atau mengalami pengalaman, baik pengalaman indera ataupun
pengalaman bathin.
- Pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena
adanya pengalaman
b. Thomas Hobbes
Menurut Thomas, pengenalan atau pengetahuan diperoleh karena
pengalaman. Pengalaman adalah awal segala pengetahuan. Juga awal
pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh
pengalaman.
c. ocke
Menurut Locke, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan
tidak lebih dari itu. Semua akal serupa dengan secarik kertas yang tanpa
tulisan, yang menerima segala sesuatu yang datang dari pengalaman.
d. Georgy Berkeley
Menurut Georgy Berkeley, segala pengetahuan kkita bersandarkan
pada pengamatan. Pengamatan adalah identik dengan gagasan yang
diamati.
2.5. Aliran-Aliran Epistemologi
1. Empirisme
Kata empiris berasal dari kata yunani empieriskos yang berasal dari kata
empiria, yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan
kepada kata yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman
inderawi. Manusia tahu es dingin karena manusia menyentuhnya, gula
manis karena manusia mencicipinya.
John locke (1632-1704) bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan
teoritabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa
manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya
mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Mula- mula
tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-lama sulit, lalu tersusunlah
8
pengetahuan berarti.berarti, bagaimanapun kompleks (sulit)-nya pengetahuan
manusia, ia selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang
tidak dapat diamati dengan indera bukan pengetahuan yang benar. Jadi,
pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar.
Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode
eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena keterbatasan
indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, sebenarnya benda itu
kecil ketika dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat dari dekat benda itu besar.
2. Rasionalisme
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal.
Manusia, menurut aliran ini, menmperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal
menangkap objek. Bapak aliran ini adalah Descartes (1596-1650). Descartes
seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat scholastic yang pandangannya
bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh kurangnya metode berpikir
yang tepat. Dan ia juga mengemukakan metode baru, yaitu metode keragu-raguan.
Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu jelas ia sedang
berpikir. Sebab, yang sedang berpikir itu tentu ada dan jelas ia sedang erang
menderang. Cogito Ergo Sun (saya berpikir, maka saya ada).
3. Positivisme
9
sains benar benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung oleh
bukti empirisnya. Dan alat bantu itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada
dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang dapat berdiri sendiri. Aliran ini
menyempurnakan empirisme dan rasionalisme.
4. Intuisionisme
Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya
indera yang terbatasa, akal juga terbatas. Objek yang selalu berubah, demikian
bargson. Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Intelektual atau
akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia
mengonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal itu manusia tidak
mengetahui keseluruhan (unique), tidak dapat memahami sifat-sifat yang tetap
pada objek. Misalnya manusia menpunyai pemikiran yang berbeda-beda. Dengan
menyadari kekurangan dari indera dan akal maka bergson mengembangkan satu
kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi.
5. Kritisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang ahli
pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme
dengan empirisme. Seorang ahli pikir jerman Immanuel Kant (1724-18004)
mencoba menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, kant mengikuti
rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya kant mengakui
peranan akal harus dan keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan
sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi
adanya pengertian timbul dari pengalaman (empirime).
6. Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya
dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari
kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato dan
pada filsafat modern.
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat,
dalam pengembangannya menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung
berhubungan secara radikal (mendalam) dengan diri dan kehidupan manusia.
Pokok kajian epistemologi akan sangat menonjol bila dikaitan dengan
pembahasan mengenai hakekat epistemologi itu sendiri. Kajian epistimologi
ini bersumber dari beberapa hal yaitu : presepsi, ingatan, akal, intuisi dan
otoritas. Serta penyebab timbulnya epistimologi adalah pengalaman, dan
pengamatan dari manusia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
12
Susanto A. 2011. Filsafat Ilmu : Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta : Bumi Aksara
Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat-Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka Salam,
Burhanuddin. 2009. Pengantar Filsafat. Jakarta : Bumi Aksara.
Lubis, A.Y. 2015. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
13