Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG EPISTIMOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


FILSAFAT DAN PERKEMBANGAN TEORI
MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dosen Mata Kuliah:

Dr. Achmad Wahidy, M.Pd.

Oleh Kelompok 4:

1. Tri Yani Guta NIM : 20196013182


2. Weni Andiani NIM : 20196013515
3. Renny Anggraini NIM : 20196013184

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah swt. yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini. Adapun tugas makalah dibuat ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari dosen pada mata kuliah “Filsafat dan perkembangan teori
manajemen pendidikan”. Makalah ini berjudul “Epistimologi”.
Penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya dukungan, do’a,
dan nasehat dari semuanya. Selanjutnya, penyusun ingin mengucapkan salam dan
terima kasih kepada:
1. Pak Dr. Achmad Wahidy, M.Pd. selaku dosen mata kuliah ini yang telah
memberikan saran dan nasehat untuk melengkapi makalah ini.
2. Untuk semua anggota kelompok yang sudah ikut andil membantu baik
materil dan non materil serta waktunya untuk melengkapi makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik yang membangun, dan saran dari pembaca sangatlah dihargai. Penyusun
sangat beharap bahwa makalah ini dapat memberikan kontribusi berharga bagi
para pembaca.

Pekanbaru, 06 Oktober 2019

Penulis

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.......................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah .................................................................................1
1.3. Tujuan Makalah......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. 2.1 Apa itu Epistimologi................................................................................3


2. 2.2 Cangkupan Pokok Epistimologi..............................................................4
3. 2.3 Hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan...............................................6
4. 2.4 Macam-Macam dan Penyebab Timbulnya Epistimologi........................7
5. 2.5 Aliran-aliran dalam Efistimologi........................................... 8

BAB III PENUTUP

1. 3.1 Kesimpulan............................................................................................12
2. 3.2 Kritik dan Saran.....................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja, akan tetapi
manusia juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan di lingkungan
sekitar mereka. Dalam upaya untuk memperoleh informasi, manusia seringkali
melakukan komunikasi ataupun cara-cara lain yang bisa digunakan. Salah satu
informasi yang didapat dari komunikasi adalah pengetahuan. Pengetahuan
sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat
yang sangat besar bagi kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tak jarang
manusia harus mempelajari Epistemologi.
Epistimologi merupakan cabang dari filsafat yang membicarakan
mengenai sumber-sumber, karakteristik, sifat dan kebenaran pengetahuan.
Epistimologi seringkali disebut dengan teori pengetahuan atau filsafat
pengetahuan, karena yang dibicarakan dalam epistimologi ini berkenaan
dengan hal-hal yang yang ada sangkut pautnya dengan masalah pengetahuan.
Misalnya, Apakah pengetahuan itu? Dari mana Asalnya? Apakah sumber-
sumber pengetahuan? Bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan? Dari
mana pengetahuan yang benar? Apa yang menjadi karakteristik pengetahuan?
Apakah pengetahuan itu tergolong benar atau keliru, dan sebagainya.
Beberapa pertanyaan innilah yang kemuadian disebut dengan persoalan
epistimologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Epistimologi?
2. Apa saja Cakupan Pokok Epistimologi?
3. Apa Hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan?
4. Apa Macam-Macam dan Penyebab Timbulnya Epistimologi?
5. Apa saja aliran – aliran dalam efistimologi ?

1.3 Tujuan Masalah


Setelah membaca dan mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mengetahui apa itu Epistimologi
2. Mengetahui Cakupan Pokok Epistimologi
3. Mengetahui dan memahami Hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

1
4. Mengetahui dan memahami Macam-Macam dan Penyebab Timbulnya
Epistimologi
5. Mengetahui dan memahami Aliran-aliran dalam efistimologi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Apa itu Epistimologi


Istilah epistimologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata,
yaitu ‘episteme’ yang berarti pengetahuan, dan ‘logos’ yang berarti pikiran, teori
atau ilmu. Jadi, epistimologi berarti teori atau metode tentang pengetahuan atau
ilmu pengetahuan. Istilah lain juga biasa digunakan, yaitu teori pengetahuan atau
filsafat pengetahuan. Dalam rumusan yang lebih rinci disebutkan bahwa
epistimologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara
mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan
validitas.
Menurut Poedjiadi (2001:13) epistimologi adalah cabang filsafat yang
membahas tentang pengetahuan, adapun yang dibahas antara lain adalah asal
mula, bentuk atau struktur, dinamika, validitas dan metodologi, dan yang
bersama-sama membentuk pengetahuan manusia.
Secara umum, Harold H. Titus (1984: 187-188) menyatakan bahwa
epistimologi mengkaji tiga persoalan pokok, yaitu sebagai berikut :
1. Apakah sumber-sumber pengetahuan? Dari manakah pengetahuan yang
benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya?
2. Apakah sifat dasr pengetahuan? Apa ada alam yang benar-benar di luar
pikiran kita? Kalau ada, apakah kita mengetahuinya?
3. Apakah pengetahuan kita itu benar (valid)? Bagaimanakah kita dapat
membedakan yang benar dan yang salah.
Menurut Mohammad Muslih (2005: 68), tiga persoalan pokok tersebut
sekaligus merupakan objek formal dari epistimologi, yakni sebagai perspektif
dalam melihat objek materialnya, dalam hal ini adalah pengetahuan. Inilah yang
kemudian dikenal dengan hakikat pengetahuan, yang tak lain adalah jawaban atas
beberapa persoalan pokok di atas.
Pada dasarnya, epistimologi merupakan satu upaya evaluatf dan kritis
tentang pengetahuan (knowledge) manusia.

3
2.2 Cakupan Pokok Epistimologi
A. Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan ialah apa yang menjadi titik-tolak atau apa yang
merupakan objek pengetahuan itu sendiri. Sumber itu dapat bersifat atau
berasal dari :dunia eksternal” atau juga terkait dan berasal dari “dunia
internal” atau kemampuan subjek. Di tulisan ini akan diterangkan sebisa
mungkin menyangkut sumber-sumber pengetahuan yang dicantumkan baik
oleh Hosper maupun oleh Honderich. Ada lima sumber yang akan dibahas,
apa sajakah itu mari lihat penjelasannya di bawah ini.
1. Perception (Persepsi/Pengamatan Indrawi)
Persepsi adalah hasil tanggapan indrawi terhadap fenomena alam.
Adapun istilah yang lebih umum untuk istilah persepsi ini adalah
empiri atau pengalaman. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan
yang diterima dalam epistemology (Barat dan Islam). Ada beberapa
pokok ciri pengalaman. Pertama, pengalaman indrawi selalu
berhubungan dengna objek tertentu di luar si pengamat (subjek).
Kedua, pengalaman manusia tidak seragam (pancaindra). Terakhir
pengalaman manusia terus berkembang.
2. Memory (Ingatan)
Pengetahuan, baik secara teoritis maupun praktis, banyak sekali
mengandalkan ingatan. Pengalaman langsung atau tidak langsung
harus didukung oleh ingatan agar hasil pengalaman itu dapat disusun
secara logis dan sistematis (menjadi pengetahuan).
3. Reason (Akal, Nalar)
Akal diterima sebagai salah satu sumber pengetahuan. Adapun
pikiran atau penalaran adalah hal yang paling mendasar bagi
kemungkinan adanya pengetahuan. Penalaran adalah proses yang harus
dilalui dalam menarik kesimpulan.
4. Intuition (Intuisi)
Intuisi adalah “tenaga rohani”, suatu kemampuan yang mengatasi
rasio, kemampuan untuk menyimpulkan serta memahammi secara
mendalam. Intuisi adalah pengenalan terhadap sesuatu secara langsung

4
dan bukan melalui inferensi logis (deduksi-induksi). Intuisi timbul
sebagai hasil pengamatan atau pengalaman.
5. Authority (Otoritas)
Otoritas mengacu pada individu atau kelompok yang dianggap
memiliki pengetahuan sahih dan meiliki legitimasi sebagai sumber
pengetahuan. Otoritas juga dapat berasosiasi atau berarti negatif bila
otoritas itu justru bersifat dominasi, menindas dan otoritasnya tidak
absah.

B. Objek Pengetahuan
Objek pengetahuan adalah hal atau materi yang menjadi perhatian bagi
pengetahuan (objek material). Dalam istilah epistemology, ini disebut dengan
masalah ontology. Honderich (1995) menyatakan bahwa objek pengetahuan
adalah: 1) gejala alam fisik, 2) masa lalu, 3) masa depan, 4) nilai-nilai
(aksiologis), 5) abstraksi, 6) pikiran (philosophy of mind: our own
experiences, our own inner states, other minds), (Honderich, 1995:931).
i. Struktur Pengetahuan
Membahas bagaimana hubungan antara ilmuwan dengan sense atau
data atau hal/objek yang diketahui (Hunnex, 1986:8). Hubungan antara
subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui tergambar dari beberapa
pandangan, yaitu objektivitas, subjektivitas, skeptisisme, relativisme, dan
fenomenalisme.

ii. Teori Atau Kriteria Kebenaran


i) Teori kebenaran korespondesi
Menyatakan bahwa satu teori/proposisi benar bila proposisi atau
teori itu sesuai dengan fakta (kenyataan). Kebenaran adalah kesetiaan
pada realitas objektif. Teori kebenaran ini didukung dan diterima oleh
pendukung epistemology empiris (positivisme ilmiah), seperti pada
ilmu-ilmu alam atau ilmu sosial-budaya yang menuntut penerapan
metode ilmu alam atau ilmu sosial-budaya.

ii) Teori kebenaran konsistensi atau koherensi

5
Dalam teori ini, kebenaran adalah apabila adanya saling hubungan
antar putusan-putusan atau kesesuaian/ketaatasasan dengan kesepakatan
atau pengetahuan yang telah dimiliki. Teori ini umumnya terdapat dalam
matematika dan logika atau kelompokk epistemology idealism
(epistemological idealism).
iii) Teori kebenaran pragmatis
Pragmatisisme adalah aliran filsafat yang lahir di Amerika Serikat
akhir abad ke-19, yang menekankan pentingnya akal budi (rasio) sebagai
sarana pemecahan masalah (problem solving) dalam kehidupan manusia
baik masalah yang bersifat teoritis maupun praktis.

iii. Batas dan Jenis Pengetahuan


Tentang (criteria) batas pengetahuan, ada beberapa aliran/pandangan
yang berbeda dan ini berkaitan erat dengan apa yang menjadi sumber
pengetahuan bagi aliran tersebut. Beberapa jenis pengetahuan, antara lain:
1. Pengetahuan biasa
2. Pengetahuan ilmiah
3. Pengetahuan filosofis
4. Pengetahuan teologis

2.3 Hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan


Filsafat sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science)
dapat menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pemungkas keilmuan yang tidak dapat
diselesaikan oleh ilmu. Kenapa demikian? Sebab filsafat dapat merangsang
lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosof melalui berbagai observasi dan
eksperimen yang melahirkan berbagai percabangan ilmu. Beberapa hal
menunjukkan hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan antara lain:
a. Filsafat mempunyai obyek yang lebih luas, sifatnya universal (universal
science), sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan obyeknya terbatas, khusus
lapangannya saja.
b. Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman yang llebih
menalam dengan menunjukkan sebab-sebab terakhir sedangkan ilmu
pengetahuan juga menunjukkan sebab, tetapi tak begitu mendalam.
c. Filsafat memberikan syntesis kepada ilmu pengetahuan yang khusus,
mempersatukan dan mengkoordinasikan.

6
d. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu pengetahuan,
tetapi sudut pandangnya berlainan, jadi ini merupakan dua ilmu
pengetahuan yang tersendiri.
Keduanya penting dan perlu serta kedua-duanya saling melengkapi. Tetapi
harus pula saling menghormati dan mengenali batas-batas dan sifat-sifatnya
masing-masing.

2.4 Macam-Macam dan Penyebab Timbulnya Epistimologi

2.4.1 Macam-Macam Epistimologi


1. Epistimologi Metafisis
Epistimologi metafisis adalah epistomologi yang didasarkan atas
asumsi metafisis (realita). Plato dan Hegel membicarakan bahwa
pengetahuan bertolak belakang dari pandangan tentang metafisika
(realitas) yang dianggap mendasari semua realitas.
2. Epistimologi Skeptis
Epistimologi ini dari Rene Descartes, dia mengatakan bahwa ini adalah
sebagai upaya untuk menemukan metode yang pasti, sehingga filsafat dan
pengetahuan dapat mengatasi berbagai perbedaan dan pertentangan
pendapat yang muncul. Cara yang digunakan yaitu dengan kesangsian
metodis. Dari metode ini, descartes mau mendirikan bangunan filsafat
yang kokoh dan terpercaya, suatu sistem yang didasarkan atas aksioma-
aksioma dan tersusun menurut langkah-langkah yang logis.
3. Epistimologi Kritis
Epistimologi kritis bertolak dari sikap kritis terhadap berbagai macam
asumsi, teori dan metode yang ada dalam pemikiran (pengetahuan dan
ilmu pengetahuan) serta yang ada dalam kehidupan kita. Pengetahuan,
teori, metode, dan cara berfikir yang lama dikritisi, artinya dicari
kelemahan/kekurangannya, kemudian dipayakan untuk merumuskan
metode baru : cara berfikir baru yang dapa dipertanggungjawabkan dengan
lebih rasional.

2.4.2 Penyebab Timbulnya Pengetahuan

7
Menurut beberapa ahli, terdapat berbagai penyebab timbulnya
pengetahuan, antara lain :
a. Baruch Spinoza
- Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya
atau mengalami pengalaman, baik pengalaman indera ataupun
pengalaman bathin.
- Pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena
adanya pengalaman
b. Thomas Hobbes
Menurut Thomas, pengenalan atau pengetahuan diperoleh karena
pengalaman. Pengalaman adalah awal segala pengetahuan. Juga awal
pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh
pengalaman.
c. ocke
Menurut Locke, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan
tidak lebih dari itu. Semua akal serupa dengan secarik kertas yang tanpa
tulisan, yang menerima segala sesuatu yang datang dari pengalaman.
d. Georgy Berkeley
Menurut Georgy Berkeley, segala pengetahuan kkita bersandarkan
pada pengamatan. Pengamatan adalah identik dengan gagasan yang
diamati.
2.5. Aliran-Aliran Epistemologi

Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini, diantaranya :

1. Empirisme

Kata empiris berasal dari kata yunani empieriskos yang berasal dari kata
empiria, yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan
kepada kata yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman
inderawi. Manusia tahu es dingin karena manusia menyentuhnya, gula
manis karena manusia mencicipinya.

John locke (1632-1704) bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan
teoritabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa
manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya
mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Mula- mula
tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-lama sulit, lalu tersusunlah

8
pengetahuan berarti.berarti, bagaimanapun kompleks (sulit)-nya pengetahuan
manusia, ia selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang
tidak dapat diamati dengan indera bukan pengetahuan yang benar. Jadi,
pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar.

Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode
eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena keterbatasan
indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, sebenarnya benda itu
kecil ketika dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat dari dekat benda itu besar.

2. Rasionalisme

Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal.
Manusia, menurut aliran ini, menmperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal
menangkap objek. Bapak aliran ini adalah Descartes (1596-1650). Descartes
seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat scholastic yang pandangannya
bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh kurangnya metode berpikir
yang tepat. Dan ia juga mengemukakan metode baru, yaitu metode keragu-raguan.
Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu jelas ia sedang
berpikir. Sebab, yang sedang berpikir itu tentu ada dan jelas ia sedang erang
menderang. Cogito Ergo Sun (saya berpikir, maka saya ada).

Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat


membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakal akal yang terang
benderang yang disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang terang benderang
dan terpilah-pilah). Idea terang benderang inilah pemberian tuhan seorang
dilahirkan ( idea innatae = ide bawaan). Sebagai pemberian tuhan, maka tak
mungkin tak benar. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran,
aliran ini disebut rasionlisme. Aliran rasionalisme ada dua macam , yaitu dalam
bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama , aliran
rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik
ajran agama. Adapun dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari
empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan .

3. Positivisme

Tokoh aliaran ini adalah august compte (1798-1857). Ia menganut paham


empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam memperoleh
pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan
eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen.
Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya untuk mengukur
jarak kita harus menggunakan alat ukur misalnya meteran, untuk mengukur berat
menggunakan neraca atau timbangan misalnya kiloan . Dan dari itulah kemajuan

9
sains benar benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung oleh
bukti empirisnya. Dan alat bantu itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada
dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang dapat berdiri sendiri. Aliran ini
menyempurnakan empirisme dan rasionalisme.

4. Intuisionisme

Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya
indera yang terbatasa, akal juga terbatas. Objek yang selalu berubah, demikian
bargson. Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Intelektual atau
akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia
mengonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal itu manusia tidak
mengetahui keseluruhan (unique), tidak dapat memahami sifat-sifat yang tetap
pada objek. Misalnya manusia menpunyai pemikiran yang berbeda-beda. Dengan
menyadari kekurangan dari indera dan akal maka bergson mengembangkan satu
kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi.

5. Kritisme

Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang ahli
pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme
dengan empirisme. Seorang ahli pikir jerman Immanuel Kant (1724-18004)
mencoba menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, kant mengikuti
rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya kant mengakui
peranan akal harus dan keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan
sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi
adanya pengertian timbul dari pengalaman (empirime).

Jadi, metode berpikirnya disebut metode kiritis. Walaupun ia mendasarkan diri


dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari bahwa adanya
persoalan-persoalan yang melampaui akal.

6. Idealisme

Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya
dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari
kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato dan
pada filsafat modern.

Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-


tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut
idealisme karena mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang
digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum berhubungan dengan
rasionalisme. Ini adalah mazhab epistemologi yang mengajarkan bahwa
pengetahuan apriori atau deduktifdapat diperoleh dari manusia denganakalnya.

10
11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat,
dalam pengembangannya menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung
berhubungan secara radikal (mendalam) dengan diri dan kehidupan manusia.
Pokok kajian epistemologi akan sangat menonjol bila dikaitan dengan
pembahasan mengenai hakekat epistemologi itu sendiri. Kajian epistimologi
ini bersumber dari beberapa hal yaitu : presepsi, ingatan, akal, intuisi dan
otoritas. Serta penyebab timbulnya epistimologi adalah pengalaman, dan
pengamatan dari manusia itu sendiri.

3.2 Kritik dan Saran


Manusia dalam berbuat tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya dari
yang seharusnya. Terlebih dalam kegiatan menyusun makalah ini. Untuk itu,
penulis harapkan dari pembaca dalam kritik dan saran guna perbaikan
penyusunan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

12
Susanto A. 2011. Filsafat Ilmu : Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta : Bumi Aksara
Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat-Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka Salam,
Burhanuddin. 2009. Pengantar Filsafat. Jakarta : Bumi Aksara.
Lubis, A.Y. 2015. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai