BRAIN STROMING
KATA-KATA SULIT
1. Stres psikologi
Stres psikolologi adalah kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat
ketegangan jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis
mengalami kegelisahan sehingga sulit tidur.(Indra)
PERTANYAAN
CARILAH !
1. Ciri-ciri istirahat.
2. Tanda-tanda tidur.
3. Tujuan tidur.
4. Macam-macam tidur.
5. Tanda-tanda tidur secara khusus.
6. Fisiologi tidur
PART II
DISKUSI LITERATUR
PART III
PEMBAHASAN LITERATUR
Pengertian tidur : tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986) atau jaga dpat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relative, bukan hanya keadaan penuh
ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang,
dengan cirri-ciri aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat
perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
a. Penyakit Fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidak nyamanan fisik (mis. Kesulitan
bernafas), atau masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat
menyebabkan masalah tidur.seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai
masalah kesulitan tertidur atau tetap tidur. Penyakit juga dapat memaksa pasien
untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh, memperoleh posisi yang
aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur.
Penyakit pernafasan seringkali mempengaruhi tidur. Pasien yang berpenyakit paru
kronikseperti emfisema dengan nafas pendek dan sering kali tidak dapat tidur tanpa
dua atu tiga bantaluntuk meninggikan kepla mereka. Asma, bronchitis, rhinitis alergi
mengubah irama pernafasandan menganggu tidur. Seorang yang pilek mengalami
kongesti nasal, drainese sinus, dan sakit tenggorok, yang mengangui pernafasandan
kemampuan beristirahat.
Penyakit jantung koroner yang dikarakteristikan dengan episode nyeri dada yang
tiba – tiba dan denyut jantung yang tidak teratur. Klien yang berpenyakit ini
seringkali mengalami frekuensi terbangun yang sering dan perubahan tahapan
selama tidur (mis.sering berpindah dari tahap 3 dan 4 ke tidur tahap 2 yang dangkal)
seperti peerubahan yang bermakna dalam semua tahap tidur, sebagai contoh, supresi
tidur REM dan tahap 3 dan 4 (Landis, 1988)
Hipertensi serng kali menyebabkan terbangun pada pagi hari dan kelemahan.
Hipotiroidisme menurunkan tidur tahap 4, sebaliknya hipertiroidisme menyebabkan
seorang perlu waktu yang banyak untuk tertidur.
Nukturia, atau berkemih pada malam hari, menganggu tidur dan siklus tidur.
Kondisi ini yang paling umu pada lansia dengan penurunan tonos kandung kemih
atau orang yang berpenyakit jantung, diabetes, uretritis, atau penyakit prostat.
Setelah seseorang berulang kali terbagun untuk berkemih, menyebabkan kembali
untuk tertidur lagi menjadi sulit.
Lansia sering kali mengalami “sindrom laki tak berdaya”,yang terjadi pada saat
sebelum tidur. Mereka mengalami berulang kali kambuh, gerakan berirama pada
kaki dan tungkai. Sensasi gatal yang dirasakan di otot. Berkurang hanya dengan
menggerakkan kaki, yang mencegah relaksasi dan tidur selanjutnya. Tergantung
pada seberapa berat tidur terganggu,maka sindrom laki yang tak berdaya menjadi
suatu kondisi yang relative. Sebaliknya orang yang mengalami kram kaki pada
malam hari bermasalah pada sirkulasi arteri.
Seseorang yang berpenyakit tukak petik seringkali terbangun pada tengah malam.
Kadar asam lambung mencapai puncak sekitar pukul 1 sampai 33 (McNeil dkk,
1986)
c. Gaya hidup
Rutinitas seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang bekerja bergantian
berputar (mis. 2 minggu siang diikuti oleh 1 minggu malam) seringkali mempunyai
kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Jam internal tidur diatur pukul 22,
tetapi sebaliknya jadwalkerja memaksa untuk tidur jam 9 pagi. Individu mampu tidur
hanya 3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu
terbangun dan aktif. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama waktu kerja
menyebabkan penurunan dan bahkan penanpilan yang berbahaya. Setelah beberapa
minggu kerja pada dinas malam hari, jam biologis seseorang biasanya dapat
menyesuaikan. Perubahan lain dalam rutinitas yang menganggu pola tidur meliputi
kerja berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktivitas social pada larut-malam, dan
perubahan pada waktu makan malam.
d. Pola tidur yang biasa dan Mengantuk yang berlabihan pada siang hari (EDS)
Pada abad lampau jumlah tidur yang diperoleh pada malam hari oleh penduduk
AS setelah menurun lebih dari 20% (National commission on sleep disorder
research, 1993), menunjukkan bahwa orang amerika kehilangan tidur dan
mengalami mengantuk yang berlebihan pada siang hari. EDS seringkali
menyebabkan kerusakan pada fungsii terjaga, penampilan kerja atau sekolah yang
buruk, kecelakaan saat mengemudi atau menggunakan peralatan, dan masalah
perilaku atau emosional. Perasaan mengantuk biasanya paling intens saat terbangun
dari, atau sesaat sebelum pergi, tidur, dan sekitar 12 Jam setelah periode tengah
tidur.
Mengantuk menjadi patologis ketika mengantuk terjadi pada waktu ketika
Individu harus atau ingin terjaga. Orang yang mengalami kehilangan tidur sementara
karena kegiatan social malam yang aktif atau jadwal kerja yang memanjang biasanya
akan merasa mengantuk pada hari berikutnya. Akan tetapi, mereka dapat mengatasi
perasaan ini meskipun mengalami kesulitan melakukan tugas dan tetap perhatian.
Kurang tidur yang kronis jauh lebih serius dari pada kehilangan tidur yang sementara
dan menyebabkan perubahan serius dalam kemampuan untuk melakukan fungsi
sehari-hari. EDS cenderung piling sulit diatasi selama tugas yang menetap. Sebagai
contoh, kecelakaan kandaraan-tunggal yang berhubungan dengan jatuh tertidur
pengemudi di kendaraan paling sering terjadi diantara tengah malam dan pukal 4
yang disebabkan mengantuk yaitu terjadi ketika orang terjaga selama waktu yang
merupakan periode normal tidur mereka (Milter dkk, 1988; Leger, 1994)
e. Stress emosional.
Kacemasan tantang masalah pribadi atau situasi dapat menganggu tidur. Stress
omosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi
apabila tidak tidur. Stress jagu menyebabkan seseorang bekerja lebih keras untuk
tidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress yang
berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk.
Seringkali pesien lansia kehilangan yang mengarah pada stress emosional.
Pensiun, gangguan fisik, kematian orang yang dicintai, dan kehilangan keamanan
ekonomi merupakan contoih situasi yang memprodisposisi lansia untuk cemas dan
depresi. Lansia, dan juga seperti individu lain yang mengalimi masalah perasaan
depresi, sering juga mengalami perlambatan untuk jatuh tertidur, munculnya tidur
REM secara dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan tidur
yang kurang, dan terbangun cepat (Bliwise, 1993)
f. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan
untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang beik adalah esensial untuk tidur yang
tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur.
Suara juga mempengaruhi tidur tingkat suara yang diperlukan untuk orang
tergantung pada tahap tidur (Webster dan Thompson, 1986)
Hospitalisasi, menyebabkan pasien sering mengalami peningkatan total waktu
terjaga, peningkatan kerja dan panurunan tidur REM dan total waktu tidur (Agnew
dkk, 1966).
4. Siklus tidur.
Bangun
NREM I REM
NREM IV
a. Tahapan tidur NREM
o NREM tahap I
- Tingkat transisi
- Merespon cahaya
- Berlangsung beberapa menit
- Mudah terbangun dengan rangsangan
- Aktivitas visik menurun, tanda vital dan metabolism menurun.
- Bila terbangun terasa sedang bermimpi
o NREM tahap II
- Periode suara tidur
- Mulai relaksasi otot
- Berlangsung 10-20 menit
- Fungsi tubuh berlangsung lambat
- Dapat dibangunkan dengan mudah
o NREM tahap III
- Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
- Sulit dibangunkan
- Relaksasi otot menyeluruh
- Tekanan darah menurun
- Berlangsung 15-30 menit
o NREM tahap IV
- Tidur nyenyak
- Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
- Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
- Sekresi lambung menurun
- Gerak bola mata cepat
b. Tahapan tidur REM
- Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.
- Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya.
- Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya menjadi mimpi
- Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar,
memori, dan adaptasi.
c. Parasomnia
Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-anak
daripada orang dewasa. Parasomnia yang terjadi pada anak-anak meliputi
somnambulisme (berjalan sambil tidur), terjaga malam, mimpi buruk, enuresis nocturnal
(ngompol), dan menggeretakkan gigi (bruksisme) (mindell, 1993).
d. Narcolepsy
Narkolepsy adalah disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun dan
tidur. EDS adalah keluhan utama paling sering yang berkaitan dengan gangguan ini.
Narcolepsy juga dapat diartikan suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh
keinginan yang tidak terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada saat tidur
sama dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas darah atau
endokrin.
e. Apnea tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga
jenis apnea tidur : apnea sentral, obstruktif, dan campuran yang mempunyai komponen
apnea sentral dan obstruktif.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau. Hal itu terjadi sebelum tidur REM.