Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri dan Syarat-syarat Uang


1. Dapat Diterima Umum dan Nilainya Stabil (Acceptability)
Agar suatu barang dapat berfungsi sebagai uang, maka alat tersebut harus dapat diterima oleh individu dan
pihak-pihak atau kelompok yang terlibat dalam transaksi sistem pertukaran tersebut. Penerimaan tersebut
dapat berupa ditetapkannya dalam undang-undang tentang peredaran uang nominal dan seri tertentu oleh
otoritas moneter bank sentral serta diumumkan ke publik. Dan dijaga nilainya baik secara fisik maupun
nilai tukarnya.
2. Mudah Dibawa dan Ditukarkan (Portability)
Kemanapun kita pergi tidak lupa membawa uang oleh sebab itu uang harus dibentuk sekian rupa sehingga
dapat dibawa dan dapat mudah untuk melakukan transaksi, dalam hal ini uang kertas yang diciptakan
sebagai media tukar sangat mendukung dan cocok untuk maksud tersebut baik dalam transaksi besar
maupun kecil (dalam perekonomian modern saat ini, uang kertas telah digeser oleh uang giral dan kartu
kredit yang lebbih memberi keprakisan dalam transaksi).
3. Tahan Lama, Awet, dan Tidak Mudah Ditiru (Durability)
Uang logam atau kertas harus tahan terhadap apapun sehingga dapat bertahan lama, dalam tindakan
kriminal uang kertas menjadi sasaran tepat untuk meniru atau memperbanyak uang karena gambar ataupun
warnanya dapat ditiru sehingga para kriminal hanya meniru uang kertas saja. Dengan sendirinya untuk
menghindari kemungkinan tersebut uang harus dicetak dengan diberi kode-kode tertentu dan dibuat dari
bahan khusus yang sulit untuk ditiru.
4. Dapat dibagi dalam Unit yang Lebih Kecil (Devisibility)
karena uang dibuat untuk mampu berfungsi sebagai alat tukar dalam unit besar atau kecil, maka uang
tersebut juga harus dapat dibagi-bagi dalam kelipatan nominal besar dan kecil misalnya Rp. 100; Rp.
1,000; Rp. 10,000; dll.
5. Jumlah yang Mencukupi untuk Transaksi (Elasticity of suplay)
Jumlah uang yang beredar harus mencukupi kebutuhan dunia usaha/perekonomian agar pertukaran tidak
macet, sehingga otoritas moneter bank sentral sebagai pencipta uang tunggal haus mampuu melihat
perkembangan perekonomian jumlah barang dan jasa yang dipertukarkan dan menyediakan jumlah uang
yang cukup untuk diedarkan bagi perkembangan perekonomian tersebut.
6. Memiliki Nilai yang Cenderung Stabil (Stability of value)
7. Kualitasnya Cenderung Sama (Uniformity)
8. Jumlahnya Terbatas dan Tidak Mudah Dipalsukan (Scarcity)1

B. Fungsi Uang

Dalam sistem ekonomi uang bertujuan untuk mempermudah pertukaran barang dan jasa
mengurangi waktu dan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan perdagangan. Uang memiliki beberapa
fungsi yaitu :

1. Uang itu alat penukaran umum (medium of exchange)


Dengan adanya uang penukaran dapat berjalan mudah sekali dalam masyarakat modern ini tidak mungkin lagi
pertukaran barter penukaran langsung barang dengan barang tiap-tiap penukaran berlangsung melalui perantara
uang.
2. Uang itu satuan hitung atau unit of Account
Satuan pengukur nilai tukar atau barga barang itu adalah uang lihat saja di toko-toko nilai tukar semua barang
dinyatakan dengan satuan. Dengan demikian nilai tukar semua barang dapat diperbandingkan
3. Uang itu alat pembayaran
Uang dapat dipakai untuk membayar pajak, pemerintah dapat mengatakan bahwa uang itu merupakan tanda
pembayaran yang sah
4. Uang itu alat untuk menabung
Uang mempunyai gaya beli dan gaya beli itu akan dipergunakan pada waktu yang akan datang.
5. Uang standar untuk pembayaran hutang
Uang dapat juga dipakai untuk menentukan jumlah utang atau pembayaran yang ditunda.2

Dalam konsep tentang uang al-ghozali menuturkan dalam kitabanya “ihya ulumuddin” mengatakan
bahwa ada dua fungsi uang. Yang pertama uang sebagai hakim dan penengah diantara harta benda lainnya,

1
Ahmad Khoirul Badar, Konsep Dasar Uang,2013, http://makalahite.blogspot.com/2013/12/konsep-dasar-
uang.html?m=1 diakses pada tanggal 19 September 2019 jam 18.07 WIB
2
R. Djoerban Wachid, Pelajaran Ekonomi,(Yogyakarta: Sari Ilmu, 1984),156
sehingga dapat memastikan nilai suatu barang menggunakan uang. Artinya, uang merupakan alat tukar sautu
nilai. Dan yang kedua uang menjadi perantara kepada barang-barang lainnya.

Sri mulyani indrawati dalam buku yang berjudul “teori moneter” yang diterbitkan oleh lembaga
kajian keuangan universitas indonesia tahun1988, bahwa uang merupakan suatu komiditi yang memiliki
beberapa fungsi, yaitu:

1) Sebagai alat tukar atau medium of exchange Setelah munculnya uang, maka efisiensi dalam
perekonomian semakin tercapai, karena menghilangkan banyak waktu yang dibutuhkan untuk proses
pertukaran barang dan jasa. Hal ini berbeda pada saat sistem barter yang dinilai sangat tidak efisien
dan tidak efektif. Perekonomian barter hanya memungkinkan untuk transaksi yang sederhana karena
untuk transaksi yang besar akan membutuhkan kemampuan memenuhi permintaan barang dan jasa
yang diminta satu pihak dengan barang dan jasa yang ditawarkan pihak lain atau disebut dengan
double coincidence of wants.

2) Sebagai satuan hitung atau unit of account Uang digunakan untuk memberikan ukuran dimana harga
ditetapkan dan utang dicatat (Mankiw, 2006). Harga suatu barang relatif terhadap barang yang lainnya
tetapi ditetapkan harganya apakah dalam bentuk Rupiah atau Dollar. Contohnya sorum sepeda motor
menyatakan bahwa harga satu unit sepeda motor Rp 10.000.000,- bukan dengan 100 karung beras
meskipun nilainya sama. Demikian juga halnya dengan utang, dibayarkan dengan sejumlah uang di
masa depan bukan dengan sejumlah beberapa komoditas tertentu.

3) Alat penyimpan nilai atau store of value Uang yang diterima di masa kini sebagai bentuk dari
pendapatan bisa digunakan untuk transaksi di kemudian hari. Misalnya seseorang yang
berpenghasilan Rp 50.000.000,- perbulan, bisa menabung uang tersebut dan kemungkinan
membelanjakannya besok atau bulan depan. Suku bunga yang tinggi yang ditawarkan oleh pasar
modal dan pasar uang juga memotivasi seseorang untuk mengubah uangnya ke dalam bentuk asset
lain yang memberikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan uang contohnya dengan membeli
obligasi, saham, mendepositokan uangnya atau membeli komoditas lainnya yang dianggap mampu
memberi nilai yang lebih tinggi di masa depan.

4) Standart pembayaran di masa mendatang atau standard of deffered payment Sistem standart
pembayaran di masa mendatang bisa dilihat dalam sistem pembayaran gaji dan kredit. Contohnya:
seorang karyawan yang bekerja di bulan ini akan menerima gaji atau upah pada bulan berikutnya. 3

C. Kelemahan Produk Barter

Akibat keterbatasan seseorang atau individu mampu memproduksi semua kebutuhan hidupnya maka
ia memerlukan hasil dari produksi orang lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga sebelum orang
mengenal uang, maka digunakan sistem barter. Barter adalah kegiatan tukar-menukar antara barang atau jasa.
Sistem barter sudah sangat jarang digunakan pada saat ini, dikarenakan orang lebih senang
menggunakan uang dalam kegiatan transakasinya. Ada beberapa kelemahan sistem barter sehingga
ditingggalkan oleh orang.
Beberapa kelemahan atau kendala yang sering dialami sistem barter dalam melakukan transaksi atau
pertukaran antara lain sebagai berikut :
1. Sulit menemukan orang yang mau menukar barangnya yang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
2. Sulit untuk menentukan nilai barang yang akan ditukarkan terhadap barang yang diinginkan.
3. Sulit menemukan orang yang mau menukarkan barangnya dengan jasa yang dimiliki atau sebaliknya.
4. Sulit untuk menemukan kebutuhan yang mau ditukarkan pada saat yang cepat sesuai dengan keinginan.
Artinya untuk memperoleh barang yang diinginkan memerlukan waktu yang terkadang relatif lama. 4
D. Uang sebagai Public Goods
Ciri dari public goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh masyarakat tanpa menghalangi
orang lain untuk menggunakannya. Sebagai public goods, uang dimanfaatkan lebih banyak oleh masyarakat
yang lebih kaya. Hal ini bukan karena simpanan mereka di bank, tetapi karena asset mereka, seperti rumah,
mobil, saham, dan lain-lain, yang digunakan di sektor produksi, sehingga memberikan peluang lebih besar
kepada orang tersebut untuk memperoleh lebih banyak uang. Jadi, semakin tinggi tingkat produksi, akan
semakin besar kesempatan untuk memperoleh keuangan dari public goods (uang) tersebut. Oleh karena itu,
penimbunan (hoarding) karena menghalangi yang lain untuk menggunakan public goods tersebut.5

3
Abdul Aziz. Ekonomi Sufistik Model Al Ghazali Telaah Analitik terhadap Pemikiran Ekonomi Al Ghazali. (Bandung :
Alfabeta 2011) hal 56

4
Ivalaina Astarina & Angga Hapsila, Manajemen Perbankan, (Yogyakarta: CV Budi Utama 2019) hal 21
5
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami,(Jakarta: Rajawali Pers,2015),89
E. Modal sebagai Private Goods

Ketika uang dianggap sebagai modal, maka uang akan menjadi barang pribadi atau private goods, di
mana orang dapat menyimpan, menimbun dan mengendapkan uang dari peredaran dan sirkulasi di masyarakat.
Dengan demikian, peran dan fungsi uang dengan sendirinya beralih dari sebagai alat tukar menjadi sebagai alat
penyimpan nilai kekayaan. Artinya, uang merupakan stock concept yang dapat diakumulasi sedemikan rupa
sebagai modal untuk kepentingan sendiri untuk usaha atau produksi dan kekayaan pribadi. 6
Untuk lebih jelasnya mengenai public dan private goods dapat diilustrasikan sebagai berikut :Mobil
adalah private goods dan jalan tol adalah public goods. Jalan tol tersebut akan berguna, jika mobil itu
digunakan melalui jalan tol. Artinya uang yang mulanya private goodsakan bermanfaat jika uang tersebut
digunakan melalui jalur public goods, yaitu untuk kegiatan-kegiatan yang produktif. Jika (mobil) uang tidak
digunakan dalam (jalan tol) investasi produktif, maka uang (mobil) tersebut menjadi tidak menambah
manfaatnya (berkembang).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Uang Dalam Islam


Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-maqdu-nuqud. Pengertiannya ada
beberapa makna, yaitu al-naqdu yang berarti yang baik dari dirham menggenggam dirham, dan al-naqdu juga
berarti tunai. Kata nuqud tidak terdapat dalam Al-Aqur’an dan hadist karena bangsa arab umumnya tidak
menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata
uang yang terbuat dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak. 7
Dalam konsep uang dalam islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi konvensional. Dalam
ekonomi islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah uang, uang bukan capital. Sering kali
istilah uang dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan secara bolak-balik (Interchangeability) yaitu
uang sebagai uang dan uang sebagai capital. Maka, uang dalam konsep Islam adalah flow concept. Islam tidak
mengenal motif kebutuhan uang untuk spekulasi karena tidak dibolehkan. Uang adalah barang publik milik
masyarakat. Perbedaan lain adalah bahwa dalam ekonomi islam, uang adalah sesuatu yang bersifat flow
concept dan capital adalah sesuatu yang bersifat stock concept.
Abu Hamid Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” telah membahas fungsi yang dalam
perekonomian, Beliau menjelaskan uang berfungsi sebagai media pertukaran, namun uang tidak dibutuhkan
untuk uang itu sendiri. Maksudnya adalah uang diciptakan untuk memperlancar pertukaran dan menetapkan
nilai yang wajar dari pertukaran tersebut. Menurut Al-Ghazali, uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai
warna, tetapi dapat merefleksikan semua warna. 8 Maknanya adalah uang tidak mempunyai harga, tetapi
merefleksikan harga semua barang. Jika uang digunakan untuk membeli barang, maka barang itu yang akan
memberikan kegunaan.

 Perbedaan dari Konsep Uang Islam dan Konvensional :


Konsep Uang Islam Konsep Uang Konvensional
Uang sering kali di identikkan dengan modal
Uang tidak identik dengan modal
Uang (modal) adalah private goods
Uang adalah public goods
Uang (modal) adalah flow concept bagi Fisher
Modal adalah private goods
Uang (modal) adalah stock concept bagi Cambridge
Uang adalah flow concept School

Modal adalah stock concept

B. Fungsi Uang dalam Islam


Dalam sistem perekonomian manapun, fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar (medium of
exchange). Ini adalah fungsi utama uang. Dari fungsi utama ini, diturunkan fungsi-fungsi yang lainnya seperti
uang sebagai pembakuan nilai, penyimpanan kekayaan, satuan penghitungan dan pembakuan pembayaran
tangguh.9

6
Ahmad Mansur, Konsep Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional,Vol.12,No.1,Juni 2009,2
7
Rahmat Ilyas, “Konsep dalam Perspektif Ekonomi Islam”, (Jurnal bisnis dan manajemen, vol 4 no.1 Juni, 2016),hal
36.
8
Veithal Rivai dan Antoni Nizar Usman,“Pemikiran Ekonomi Islam”, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2012),hal 88.
9
Nurul Huda Mohamad Heykal, “Lembaga Keuangan Islam”, (Jakarta: Kencana, 2010),hal 12.
C. Ekonomi Makro dengan Uang
Menurut Al-Ghazali dan Ibn Khaldun, definisi uang adalah apa yang digunakan manusia sebagai
standar ukuran nilai harga, media transaksi pertukaran dan media simpanan. 10
1. Uang sebagai ukuran harga
Abu Ubaid menyatakan bahwa dirham dan dinar adalah nilai harga sesuatu, sedangkan segala sesuatu
tidak bisa menjadi nilai harga keduanya.
Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa Allah menciptakan dinar dan dirham sebagai hakim penengah
diantara seluruh harta agar seluruh harta bisa diukur keduanya. Dikatakan unta ini menyamai 100 dinar
sekian ukuran minyak za’faran ini menyamai 100. Keduanya kira-kira sama dengan satu ukuran, maka
keduanya benilai sama.
2. Uang sebagai media transaksi
Uang menjadi media transaksi yang sah yang harus diterima oleh siapapun bila ia ditetapkan oleh
negara. Inilah perbedaan uang dengan media transaksi lain seperti cek. Berlaku cek sebagai alat
pembayaran karena penjual dan pembeli sepakat menerima cek sebagai alat bayar. Begitu pula dengan
kartu debit, kartu kredit dan alat bayar lainnya. Pihak yang dibayar dapat saja menolak penggunakan cek
atau kartu kredit sebagai alat bayar sedangkan uang berlaku sebagai alat pembayran karena negara
mengesahkannya.
3. Uang sebagai penyimpanan nilai
Ibn Khaldun menginsyaratkan uang sebagai alat simpanan, Ia menyatkan kemudian Allah Ta’ala
menciptkan dua barang tambang, emas, dan perak sebagai nilai untuk setiap harta. Dua jenis ini
merupakan simpanan dan perolehan orang-orang di dunia kebanyakan.
D. Time Value Of Money
Dalam islam tidak dikenal adanya time value of money, yang dikenal adalah economic value of time.
Teori time of money adalah sebuah kekeliruan besar karena mengambil dari ilmu teori pertumbuhan populasi
dan tidak ada di ilmu finance. Dalam menghitung peetumbuhan populasi digunakan rumus :

Rumus ini kemudian diadopsi begitu saja dalam ilmu finance sebagai teori bunga majemuk menjadi :

FV
Pt == Po(1+r)
PV(1+r)
Jadi future value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-t, present value dari uang
dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-0, sedangkan tingkat suku bunga dianalogikan dengan tingkat
pertumbuhan populasi. Jelas hal ini keliru besar, karena uang bukanlah makhluk hidup yang dapat berkembang
biak dengan sendirinya.11
E. Economical value of time
Seperti yang sudah diuraikan di atas, dalam islam tidak mengenal time value of money, yang dikenal
adalah economic value of time. Contohnya dalam menghitung nisbah bagi hasil di bank syariah. Dalam proses
penentuan nisbah ini, return on capital harus diperhitungkan. Return on capital ini tidak sama dengan return on
money. Return on capital tergantung kepada jenis bisnisnya dan berkaitan dengan sektor riil, sedangkan return
on money berkaitan dengan interest rate. Penentuan nisbah bagi hasil harus dilakukan di awal, dan untuk itu
digunakan projected return. Jika kemudian ternyata actual return dari bisnis yang dibiayai tidak sama dengan
angka proyeksinya, maka yang digunakan adalah angka actual, bukan angka proyeksi. Hal ini menunjukkan
bahwa islam tidak mengenal time value money. Time mempunyai economic value jika dan hanya jika waktu
tersebut dimanfaatkan dengan menambah faktor produksi yang lain, sehingga menjadi capital dan dapat
memperoleh return.12
F. Uang sebagai Flow Concept
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam Islam, uang adalah flow concept (mengalir)
dan capital adalah stock concept (mengedap). Semakin cepat perputaran uang, maka akan semakin baik.
Misalnya, seperti contoh pada aliran air masuk dan aliran air keluar. Sewaktu air mengalir diibaratkan seperti
uang, sedangkan apabila air tersebut mengendap, maka disebut sebagai capital. Wadah tempat mengendapnya
adalah private goods, sedangkan air adalah public goods. Uang seperti air, apabila air (uang) dialirkan, maka
air (uang) tersebut akan bersih dan sehat (bagi ekonomi). Apabila air (uang) dibiarkan menggenang dalam
suatu tempat (menimbun uang), maka air tersebut akan keruh/kotor. Saving harus diinvestasikan ke sektor riil.
Uang sering dianalogikan sebagai air, seperti dalam kalimat yang sering kita dengar yaitu pencairan
dana, pembekuan dana, penggelembungan dana, penguapan dana, dsb. Begitu pula dalam flow concept dan
stock concept. Semakin sering uang mengalir, maka semakin hidup perekonomian di suatu negara. Namun

10
Adiwarman Karim, “Ekonomi` Makro Islami”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal 80-83.
11
Imamudin Yuliadi, “Uang dalam Ekonomi Islam”, (Jakarta : Indeks, 2008),hal 99.
12
Zainul Arifin, “Dasar-dasar Manajamen Bank Syari’ah”, (Jakarta : Pustaka, 2009),hal 124.
patut digaris bawahi bahwa perekonomian akan berjalan mulus apabila barang dan jasa yang ditransaksikan
juga mengalir sama lancarnya dengan aliran uang.
Rumus Fisher ini menggambarkan tentang keseimbangan antara uang dan barang. M adalah jumlah
uang, V adalah tingkat perputaran uang, P adalah tingkat harga barang, dan T adalah jumlah barang yang
diperdagangkan. Apabila ruas kiri (MV) berputar lebih (atau terlalu) cepat dibanding ruas kanan (PT) maka
terjadi ketidakseimbangan yang kemungkinan berujung pada bubble economic karena jumlah uang lebih besar
dari barang yang ada. Cara untuk mengantisipasi hal tersebu adalah dengan menginvestasikan atau
menempatkan uang yang dimiliki ke sektor riil yang dapat memengaruhi ruas kanan tersebut. Contoh
berinvestasi dalam bidang konveksi dan restoran merupakan flow concept karena perputaran uang disini terus
berjalan. Lalu contoh investasi yang bersifat stock concept salah satunya adalah berinvestasi emas, karena
disini uang mengendap dalam bentuk emas. 13
Meskipun emas berwujud nyata, akan tetapi nilai tambahnya terhadap ekonomi secara nasional lebih
kecil dibandingkan usaha konveksi atau restoran. Apabila banyak orang berinvestasi dengan membeli emas,
kemudian serentak mereka menjualnya ketika harganya yang semakin tinggi diprediksi akan turun, tentu
penurunan dari harga emas ini akan semakin dalam. Berbeda dengan menginvestasikan usaha konveksi atau
restoran yang dapat menambah tenaga kerja baru merangkai kinerja mitra usaha, sehingga uang akan terus
berputar dalam kegiatan perekonomian tersebut.
G. Modal (Capital) sebagai Stock Concept
Modal (capital) mengandung arti barang yang dihasilkan oleh alam atau buatan manusia yang
diperlukan bukan untuk memenuhi secara langsung keinginan manusia tapi untuk membantu memproduksi
batang lain yang pada gilirannya akan dapat memenuhi kebutuhan manusia secara langsung dan menghasilkan
keuntungan. Modal tetap adalah benda – benda yang dapat dimanfaatkan, eksistansi substansinya tidak
berkurang. Sedangkan modal yang bersikulasi adalah benda – benda yang ketika manfaatnya dinikmati,
substansinya juga hilang. Saat uang berada pada tangan seseorang, uang bisa disebut modal sebagai stock
concept. Dimana modal tersebut akan mengendap dalam kepemilikan seorang atau berhenti disatu orang saja.
Dalam masyarakat industri dan perdagangan yang sedang berkembang sekaran ini, fungsi uang tidak
hanya sebagai alat tukar saja, tetapi juga sebagai komoditas dan sebagai modal potensial. Dalam fungsinya
sebagai komoditas uang dipandang dalam kedudukan yang sama dengan barang yang dijadikan objek transaksi
untuk mendapatkan laba. Sedang dalam fungsinya sebagai modal nyata (capital), uang dapat dapat
menghasilkan sesuatu (bersifat produktif) baik menghasilkan barang maupun jasa. Oleh karena itu, sistem
keuangan Islam memandang uang boleh dianggap sebagai modal kalau digunakan bersamaan dengan sumber
daya yang lain untuk memperoleh laba.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inflasi
Menurut Sadono Sukirno, inflasi yaitu sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam
suatu perekonomian.14 Inflasi adalah suatu kondisi atau keadaan terjadinya kenaikan harga untuk semua barang
secara terus menerus yang berlaku pada suatu perekonomian tertentu. Inflasi yang tinggi mengancam
perekonomian. Indonesia pernah mengalami inflansi yang tinggi yaitu pada periode 1965-1966 mencapai 65%.
Pada pertengahan tahun 1997 hingga pertengahan tahun 1999 inflansi tinggi. Berdasarkan BPS dalam tahun 1998
saja inflasi sudah mencapai 80%.15
B. Jenis-jenis Inflasi
Menurut Nopirin, beberapa jenis inflasi yaitu:
1. Jenis Inflasi menurut Sifatnya
a. Inflasi merayap, ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun).
b. Inflasi menengah, ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam
waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi.
c. Inflasi tinggi.
2. Jenis Inflasi menurut Sebab Terjadinya
a. Demand Pull Inflation, inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total, sedangkan produksi
telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh.
b. Cost Push Inflation, ditandai dengan kenaikan harga dan turunnya produksi.
3. Jenis Inflasi Berdasarkan Harapan Masyarakat
a. Expected Inflation, besar inflasi yang diharapkan atau diperkirakan akan terjadi.
b. Unexpected Inflation, inflasi yang tidak diperkirakan akan terjadi.16
4. Jenis Inflasi Dilihat dari Keparahannya
a. Inflasi Sedang. Yaitu inflasi yang ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat dan tidak

13
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 88.
14
Sadono Sukirno, Pegantar Teori Makro Ekonomi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), 15
15
Detri Karya dan Syamri Syamsuddin, Makro Ekonomi, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2016), 89.
16
Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Makro Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016), 132-134.
terlalu menimbulkan distorsi pada pendapatan dan harga relatif.
b. Inflasi Ganas. Yaitu inflasi yang mencapai antara dua atau tiga digit seperti 20, 100, atau 200 persen per
tahun, dan dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius pada perekonomian.
c. Hiperinflasi. Adalah tingkat inflasi yang sangat parah, bisa mencapai ribuan bahkan milyar persen per
tahun, merupakan jenis inflasi yang mematikan. 17

C. Teori Inflasi Konvensional


Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka
waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu
meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK).
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH)
yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari
barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis
barang/jasa di Indonesia.
Indikator inflasi lainnya berdasarkan internasional best practice antara lain:
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara
penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar
pertama atas suatu komoditas. (Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada website Badan
Pusat Statistik https://bps.go.id.)
2. Indeks Harga Produsen (IHP)
Indikator ini mengukur perubahan rata-rata harga yang diterima produsen domestik untuk barang
yang mereka hasilkan.
3. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB)
Menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi,
dan jasa.
4. Indeks Harga Aset
Indeks ini mengukur pergerakan harga aset antara lain properti dan saham yang dapat dijadikan
indikator adanya tekanan terhadap harga secara keseluruhan.18
D. Teori Inflasi Islam
Para ekonom Islam berpendapat, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena empat hal
sebagai berikut:
1. Inflasi mengganggu fungsi dari: uang, tabungan (nilai simpan), pembayaran di muka, dan unit penghitungan.
Akibat inflasi, orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan. Inflasi bisa menyebabkan inflasi
lagi (self feeding inflation).
2. Inflasi melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya Marginal
Propensity to Save).
3. Inflasi meningkatkan kecenderungan berbelanja terutama untuk non-primer dan barang mewah (naiknya
Marginal Propensity to Consume).
4. Inflasi mengarahkan investasi non-produktif yaitu penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah,
bangunan, logam mulia, mata uang asing. Inflasi mengorbankan investasi ke arah produktif seperti:
pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya. 19
Islam tidak mengenal istilah inflasi, karena mata uangnya stabil dengan digunakannya mata uang dinar
dan dirham. Penurunan nilai masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu
mengalami penurunan, diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi keadaan ini kecil
sekali kemungkinannya.20
E. Penyebab Terjadinya Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi Konvensional Dan Islam
1. Penyebab Terjadinya Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi Konvensional
Inflasi dapat digolongkan karena penyebab-penyebabnya yaitu sebagai berikut:21

17
Muana Nanga, Makro Ekonomi: teori, masalah, dan kebijakan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), 245-247.
18
Bank Sentral Republik Indonesia, Pengenalan Inflasi,
https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx, Diakses pada Kamis, 26 September 2019
19
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), 139. Lebih lanjut anda dapat melihat
pada Rafiq al-Masri ; a paper submitted in the Second Workshop on Inflaction : Inflaction and Its Impact on Societies –
The Islamic Solution, (Kuala Lumpur, 1996).
20
Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2009), 190
21
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 54-67, Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi -
Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/. Hal. 58-59.
a. Demand Pull Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan agregat demand
masyarakat terhadap komoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva
permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess demand, yang merupakan inflationary
gap, dalam kasus inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan
peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih belum mencapai kondisi full-
employment. Golongan moneterist menganggap aggregate demand mengalami kenaikkan akibat dari
ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Dengan menggunakan permintaan dan penawaran agregat selanjutnya akan digambarkan
terjadinya kenaikan tingkat harga umum yang terjadi atau yang disebut sebagai inflasi. Dalam grafik 1
perekonomian dalam tingkat keseimbangan jangka panjang yang digambarkan pada titik Y*, yaitu pada
saat kurva permintaan agregat (AD1) berpotongan dengan kurva penawaran agregat (baik untuk
penawaran jangka pendek (SRAS1) maupun penawaran jangka panjang (LRAS), yaitu pada titik A. 22

Dalam jangka panjang penawaran agregat dianggap tetap karena seluruh kapasitas produksi
telah dipergunakan. Pada titik tersebut tingkat harga terjadi pada tingkat P1. Apabila jumlah uang
beredar bertambah, maka sebagai akibatnya jumlah permintaan agregat akan bertambah sehingga kurva
permintaan agregat akan bergeser ke kanan dan menjadi AD2. Pada awalnya, (dalam jangka pendek)
perekonomian akan bergeser ke titik B. Akan tetapi, pada titik tersebut perekonomian telah melampaui
kapasitas yang tersedia sehingga kurva penawaran agregat akan bergeser ke kiri menjadi SRAS2
sampai pada keseimbangan semula dan berhenti pada titik C. Pada keseimbangan baru tersebut tingkat
harga akan meningkat dan tercapai pada titik P2. Apabila pertambahan uang beredar terus berlanjut,
maka yang terjadi adalah kenaikan harga pada titik P3, P4 dan seterusnya, dan tidak menambah
besarnya output . Berdasarkan kondisi tersebut, dikatakan bahwa inflasi terjadi karena pertambahan
jumlah uang beredar.
Sedangkan, menurut golongan Keynesian kenaikkan aggregate demand dapat disebabkan oleh
meningkatnya pengeluaran konsumsi; investasi; government expenditures; atau net export, walaupun
tidak terjadi ekspansi jumlah uang beredar.
b. Cost Push Inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke arah kiri
atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply curve bergeser tersebut adalah meningkatnya
harga faktor-faktor produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar
faktor produksi, sehingga menyebabkan kenaikan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus cost
push inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha.
c. Inflasi Ekspektasi, faktor yang menyebabkan inflasi tidak hanya oleh faktor permintaan dan penawaran.
Inflasi juga dapat disebabkan oleh ekspektasi para pelaku ekonomi atau yang sering disebut inflasi
ekspektas23.
Pembentukan inflasi ekspektasi yang bersifat adaptif (backward expectation) ini dipengaruhi
oleh berbagai hal yang antara lain sebagai berikut:
1) inflasi permintaan yang persisten di masa lalu,
2) inflasi penawaran yang besar atau sering terjadi, dan
3) inflasi penawaran yang diperkuat oleh kebijakan moneter yang akomodatif.

22
Suseno dan Siti Astiyah, Inflasi Bank Indonesia: Seri Kebanksentralan No.22, (Jakarta: Pusat Pendidikan Dan Studi
Kebanksentralan (Ppsk) Bank Indonesia: 2009), 12
23
Gordon, Robert J., ≈The Time-Variying NAIRU and its Implications for Economic Policy∆, Journal of Economic
Perspectives , Vol.11 Number 1, Winter, 1997
Untuk mengurangi dampak ekspektasi inflasi adaptif ini perlu peningkatan kredibilitas
(kebijakan) bank sentral. Bank sentral yang kredibel dapat menurunkan ekspektasi inflasi dan
mendorong ekspektasi inflasi berdasarkan kondisi ekonomi ke depan (forward looking). Ekspektasi
inflasi juga dapat disebabkan oleh ekspektasi pelaku ekonomi yang didasarkan pada perkiraan yang
akan datang akibat adanya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pada saat ini.
2. Penyebab Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam
Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M - 1441M), yang merupakan ekonom muslim dan juga
salah satu murid Ibnu Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu inflasi akibat berkurangnya
persediaan barang (Natural Inflation) dan inflasi akibat kesalahan manusia (Human Error Inflation).
Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah dan khulafaur Rasyidin, yaitu karena
kekeringan atau peperangan. Sementara itu, Inflasi jenis kedua menurut Al-Maqrizi disebabkan oleh tiga hal
yaitu korupsi dan administrasi yang buruk, pajak berlebihan yang memberatkan petani, serta jumlah uang
yang berlebihan.24
1. Inflasi Alamiah (Natural Inflation) adalah inflasi yang terjadi secara alami, bukan disebabkan oleh
berbagai macam penyimpangan yang dilakukan oleh para penguasa negara. Misalnya ketika suatu
bencana banjir terjadi, maka akan terjadi gagal panen diberbagai sawah sehingga terjadi kelangkaan
bahan makanan dan meningkatnya harga bahan makanan.
Menurut Al-Maqrizi, ketika suatu bencana alam terjadi, berbagai bahan makanan dan hasil
bumi lainnya mengalami gagal panen, sehingga persediaan barang-barang tersebut mengalami
penurunan yang sangat drastis dan terjadi kelngkaan. Di lain pihak, karena sifatnya yang sangat
signifikan dalam kehidupan, permintaan terhadap berbagai barang itu mengalami peningkatan. Harga-
harga membumbung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. Hal ini sangat berimplikasi terhadap
kenaikan harga berbagai barang dan jasa lainnya. Akibatnya, transaksi ekonomi mengalami kemacetan,
bahkan berhenti sama sekali, yang pada akhirnya menimbulkan bencana kelaparan, wabah penyakit, dan
kematian di kalangan masyarakat. Keadaan yang semakin memburuk tersebut memaksa rakyat untuk
menekan pemerintah agar segera memperhatikan keadaan mereka. Untuk menanggulangi bencana itu,
pemerintah mengeluarkan sejumlah dana besar yang mengakibatkan perbendaharaan mengalami
penurunan drastis karena disisi lain, pemerintah tidak memperoleh pemasukan yang berarti. Dengan
kata lain, pemerintah mengalami defisit anggaran dan negara (baik secara politik, ekonomi, maupun
sosial) menjadi tidak stabil yang kemudian menyebabkan keruntuhan sebuah pemerintahan.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa sekalipun suatu bencana telah berlalu, kenaikan harga-harga
tetap berlangsung. Hal ini merupakan implikasi dari bencana alam sebelumnya yang mengakibatkan
aktivitas ekonomi, terutama di sektor produksi, mengalami kemacetan. Ketika situasi telah normal,
persediaan barang-barang yang signifikan, seperti benih padi, tetap tidak beranjak naik, bahkan tetap
langka, sedangkan permintaan terhadapnya meningkat tajam. Akibatnya, harga barang-barang ini
mengalami kenaikan yang kemudian di ikuti oleh kenaikan harga berbagai jenis barang dan jasa
lainnya, termasuk upah dan gaji para pekerja.25
Bahkan pada zaman Rasulullah SAW. pun beliau pernah mengalami inflasi yang sangat
meresahkan , dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ash-
Syaukhan yaitu yang artinya: “Orang-orang berkata: Wahai Rasulullah, harga mulai mahal. Patoklah
harga untuk kami. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah-lah yang mematok harga, yang
menyempitkan dan melapangkan rizki, dan aku sungguh berharap untuk bertemu Allah dalam kondisi
tidak seorang pun dari kalian yang menuntut kepadaku dengan suatu kedzaliman pun dalam darah dan
harta.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ash-Syaukhan)
Untuk menganalisisnya, dapat digunakan perangkat analisis konvensional yaitu persamaan
identitas berikut:
MV = PT = Y
Dimana:
M : Jumlah uang beredar
V : Kecepatan peredaran uang
P : Tingkat harga
T : Jumlah barang dan jasa
Y : Tingkat pendapatan nasioanl (GDP)
Maka Natural Inflation dapat diartikan sebagai:
a. Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (T). Misalnya
T↓ sedangkan M dan V tetap, maka konsekuensinya P↑.
b. Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya, nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor,
sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M↓ sehingga jika V dan T tetap maka
P↑.

24
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 67-68.
25
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 425-426.
Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua yaitu:
a. Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekspor meningkat (X↑) sedangkan
impor menurun (M↓) sehingga net eksport nilainya sangat besar yang mengakibatkan naiknya
permintaan agregatif (AD↑). Keadaan ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab, pada masa itu
eksportir yang menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri (impor) lebih
sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive net export). Adanya positive net export akan
menjadikan keuntungan yang berupa kelebihan uang yang akan dibawa ke Madinah sehingga
pendapatan dan daya beli masyarakat meningkat (AD↑). Naiknya permintaan agregat (AD↑) akan
mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk mengatasi keadaan ini khalifah
Umar melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari
berturut-turut, akibatnya terjadi penurunan permintaan agregatif (AD↓), dan tingkat harga kembali
normal.
b. Akibat turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang ataupun embargo
ekonomi. Masa paceklik ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab yang mengakibatkan
kelangkaan gandum yang berdampak pada naiknya tingkat harga-harga (P↑).
2. Human Eror Inflation, adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
manusia sendiri (QS Ar-Rum ayat 41), yang artinya; “Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya sebagai berikut :
a. Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad administration). Pengangkatan para
pejabat yang berdasarkan suap, nepotisme, dan bukan karena kapabilitas akan menempatkan
orang-orang pada berbagai jabatan penting dan terhormat yang tidak mempunyai kredibilitas.
Mereka yang mempunyai mental seperti ini, rela menggadaikan seluruh harta milik untuk meraih
jabatan, kondisi ini juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa, para pejabat tersebut akan
menyalahgunakan kekuasaannya untuk meraih kepentingan pribadi, baik untuk menutupi
kebutuhan finansial pribadi atau keluarga atau demi kemewahan hidup. Akibatnya akan terjadi
penurunan drastis terhadap penerimaan dan pendapatan Negara.
Korupsi akan mengganggu tingkat harga, karena para produsen akan menaikkan harga
jual barangnya untuk menutupi biaya-biaya siluman yang telah mereka keluarkan. Dimasukkannya
biaya siluman dalam biaya produksi (cost of goods sold) akan menaikkan total biaya produksi. Hal
ini menjadi tidak mereflleksikan nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses
produksi.
Harga terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada. Hal ini menyebabkan
terjadinya ekonomi biaya tinggi (high cost economy) dan pada akhirnya terjadi inefisiensi alokasi
sumber daya yang merugikan masyarakat.
b. Pajak yang berlebihan (excessive tax), Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada
perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang
buruk yaitu kontraksi pada kurva penawaran agregatif . Namun, jika dilihat lebih jauh, excessive
tax mengakibatkan apa yang dinamakan para ekonom dengan efficiency loss atau dead weight loss.
c. Pencetakan uang untuk menarik keuntungan (Escessive Seignorage). Ketika terjadi defisit
anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan ekonomi, maupun perilaku buruk para pejabat yang
menghabiskan uang negara, pemerintah melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran.
Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa percetakan uang yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya
tingkat harga (P↑), menurunnya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak lagi bernilai.
Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang (fulus)
atau nominal, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar), maka harga-harga komoditas itu jarang
sekali mengalami kenaikan. Baliau juga berpendapat bahwa uang sebaiknya dicetak hanya pada
tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai
nominal yang kecil.26
F. Dasar Perhitungan Inflasi
Menghitung Tingkat Inflasi dari Indeks Harga Sebuah indeks harga adalah nilai tunggal dikenal dengan
basis, tetapi nilai tersebut tidak memiliki makna yang melekat. Setiap indeks inflasi menjadi lebih berguna ketika
berubah menjadi tingkat inflasi. Bagian ini menunjukkan bagaimana Indeks Harga Konsumen berubah menjadi
tingkat inflasi. Biasanya tingkat tahunan dihitung sebagai tingkat pertumbuhan diskrit. Rumus umum untuk
transformasi diskrit ini dinyatakan sebagai titik desimal adalah

yang dapat diterjemahkan untuk mengatakan bahwa tingkat perubahan berakhir setiap saat t sama dengan nilai
indeks pada waktu t dibagi dengan nilai indeks pada periode sebelumnya (t1) minus satu. Untuk
mengungkapkannya sebagai persentase, nilai ini di atas adalah kali dikalikan 100. Oleh karena itu salah satu

26
Adiwarman A Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), 139-150
cara untuk menghitung tingkat tahunan perubahan harga konsumen adalah untuk mengambil CPI Desember
untuk setiap tahun dan menghitung tingkat tahunan untuk tahun yang menggunakan CPI Desember dari tahun
sebelumnya. Misalnya, untuk menghitung tingkat inflasi tahunan Desemberto-Desember untuk 2011, salah
satu akan menggunakan rumus berikut:

Sekali lagi, nilai ini dapat dikonversi ke keuntungan persentase dengan mengalikan kali 100. Mengingat bahwa
CPI untuk bulan Desember 2010 adalah 219,18 dan untuk Desember 2011 adalah 225,67, maka tingkat inflasi
Desember-to-Desember

sehingga analis dapat mengatakan bahwa tingkat inflasi untuk 2011 yang diukur dengan IHK adalah sedikit di
bawah tiga persen.27

G. Cara Mengatasi Inflasi


Solusi dalam mengatasi Inflasi yaitu;
1. Ekonomi Konvensional
a. Kebijakan moneter
b. Kebijakan fiskal
c. Kebijakan non-moneter, yaitu dengan cara menaikkan hasil produksi, kebijaksanaan upah, dan
pengawasan harga.
2. Ekonomi Islam
a. Kebijakan moneter.
b. Kebijakan fiskal.
c. Kebijakan non-moneter.
d. Perbaikan perilaku masyarakat.
e. Reformasi terhadap sistem moneter yang ada sekarang dan menghubungkan antara kuantitas uang dengan
kuantitas produksi.
f. Menjadikan emas perak sebagai standar nilai tukar uang dunia.
g. Mengarahkan belanja serta melarang sikap berlebihan dan belanja yang tidak bermanfaat.
h. Larangan menimbun dan mendorong untuk menginvestasikannya.
i. Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan kepada masyarakat secara materiil dan moral.
j. Menjaga pasokan barang kebutuhan uang. 28
1. Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam Mengatasi Inflasi
Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu menjalankan kebijakan menurunkan tingkat
inflasi karena bagaimanapun pemerintah mempunyai peranan yang penting dalam mengendalikan laju inflasi
sebab terjadi atau tidaknya inflasi tergantung dari kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menjalankan
perekonomian.

a. Kebijakan Fiskal
1) Meningkatkan Pajak
Makin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan, maka semakin kecil
konsumsi masyarakat. Dengan naiknya pajak yang dikenakan terhadap pendapatan masyarakat akan
dapat menekan tingkat konsumsi.

2) Mengurangi Pengeluaran Pemerintah


Kebijakan yang akan dilaksanakan adalah dalam bentuk mengurangi pengeluaran
pemerintah, langkah ini menimbulkan efek yang cepat dalam mengurangi pengeluaran dalam
perekonomian.

b. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter ialah peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter (bank
sentral) untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar ekonomi tumbuh lebih cepat, bank sentral bisa
memberikan lebih banyak kredit kepada sistem perbankan melalui operasi pasar terbuka, atau bank
sentral menurunkan persyaratan cadangan dari bank-bank atau menurunkan tingkat diskonto, yang harus
dibayar oleh bank jika hendak meminjam dari bank sentral. Akan tetapi apabila ekonomi tumbuh terlalu
cepat dan inflasi menjadi masalah yang semakin besar, maka bank sentral dapat melakukan operasi pasar

27
Priyono Teddy Chandra, Esensi Ekonomi Makro, (Sidoarjo : Zifatama Publisher, 2016), 160-161.
28
Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Makro Syariah, 137-138..
terbuka, menarik uang dari sisten perbankan, menaikkan persyaratan cadangan minimum, atau menaikkan
tingkat diskonto, sehingga dengan demikian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Menaikkan suku bunga bank melalui bank sentral akan meningkatkan minat masyarakat untuk
menabung, dengan naikknya suku bunga yang disebabkan naiknya suku bunga bank sentral akan
menyebabkan permintaan uang untuk investasi akan berkurang. Maksud menaikkan suku bunga ini
adalah untuk menarik uang yang beredar dalam masyarakat.

2. Kebijakan Ekonomi Islam dalam Mengatasi Inflasi


a. Kebijakan Fiskal
Tujuan dari kebijakan fiskal dalam islam adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi, tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan, ditambah dengan tujuan lain yang
terkandung dalam kandungan islam.
Dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada beberapa instrumen yang bisa digunakan
yaitu:
1) Memaksimalkan penghimpunan zakat serta pengoptimalan pemanfaatan zakat.

2) Mengenakan biaya atas dana yang menganggur, hal ini agar mendorong masyarakat untuk
menginvestasikan dananya tidak hanya melalui tabungan dan deposito tetapi diarahkan pada
penciptaan pertumbuhan sektor riil.

3) Menggunakan peinsip bagi hasil pada setiap transaksi atau segala jenis usaha san meninggalkan bunga.

b. Kebijakan Moneter
Pada zaman Rasulullah dan Khulafaur rasyidin kebijakan moneter dilaksanakan tanpa
menggunakan instrumen bunga sama sekali. Dalam perekonomian kapitalis tingkat bunga seringkali
berfluktuasi, yang sengaja hanya disimpan pun akan terus berubah. Dalam sistem ekonomi islam, bank
sentral harus mengarahkan kebijakan moneternya untuk membiayai pertumbuhan potensial dalam output
pendek dan jangka panjang demi mencapai harga yang stabil dan tujuan-tujuan sosio-ekonomi islam.
Dalam perekonomian islam, untuk menjaga stabilitas tingkat harga ada beberapa hal yang
dilarang yaitu:
1) Permintaan yang tidak riil.
2) Penimbunan mata uang
3) Transaksi tallaqi rukban. Yaitu mencegat penjual dari kampung atau daerah pinggiran di luar kota
untuk dijual kembali di pisat kota demi mendapatkan keuntungan dan ketidakpastian harga.
4) Transaksi kali bi kali. Yaitu transaksi tidak tunai.
5) Segala bentuk riba.29
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NILAI TUKAR UANG


Nilai tukar adalah perbandingan persentase perubahan antara mata uang dalam negeri dengan mata
uang luar negeri30.Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang
asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang
asing. Sebagai contoh nilai tukar (NT) Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) adalah harga satu dolar
Amerika (USD) dalam Rupiah (Rp), atau dapat juga sebaliknya diartikan harga satu Rupiah terhadap satu
USD. Valuta asing akan mempunyai suatu nilai apabila valuta tersebut dapat dikeluarkan dengan valuta
lainnya31.
Turunnya nilai rupiah disebut depresiasi sedangkan naiknya nilai rupiah disebut apresiasi. Sementara
untuk suatu negara menerapkan sistem nilai tukar tetap, perubahan nilai tukar dilakukan secara resmi oleh
pemerintah. Kebijakan suatu negara secara resmi menaikkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing
disebut dengan revaluasi, sementara kebijakan menurunkan nilai mata uang terhadap mata uang asing tersebut
devaluasi.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian tersebut diberikan contoh sebagai
berikut. Misalnya, nilai tukar satu dolar Amerika (USD) terhadap mata uang Rupiah sebesar Rp10.000.
Apabila nilai tukar satu USD berubah menjadi Rp 12.000, maka nilai tukar rupiah mengalami penurunan atau
depresiasi. Sebaliknya apabila nilai tukar 1 USD berubah menjadi sebesar Rp8.000, maka nilai tukar rupiah
mengalami peningkatan atau apresiasi.

29
M. Nur Rianto Al-Arif, Teori MakroEkonomi Islam, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), 96-105.
30
Musdalifah Azis, Dkk,Manajemen Investasi fundamental,teknikal perilaku Investor dan Return Saham,(Yogyakarta:
Deepublish, 2012) hal 267
31
Zainul Arifin, dasar-dasar Manajemen Bank Syariah,(Jakarta: Alvabet,2002) hal 199
Untuk menganalisis nilai tukar uang kita harus mengetahui Nilai Tukar Riil. Nilai Tukar Riil adalah
nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif, yaitu harga-harga didalam negeri dibanding
dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar riil tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sederhana sebagai berikut:
Q = S P/P*
Dimana:
Q = nilai tukar riil,
S = nilai tukar nominal
P = tingkat harga di dalam negeri
P =tingkat harga di luar negeri.
Rumus diatas digunakan untuk menghitung nilai tukar riil bilateral atau antar dua Negara. Karena
dalam perdagangan internasional suatu Negara tidak hanya menjalin perdagangan denga satu Negara
melainkan berbagai Negara.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR UANG
Seperti yang kita ketahui bahwa nilai tukar uang sering kali berubah. Dalam sistem nilai tukar tetap,
mata uang lokal ditetapkan secara tetap terhadap mata uang asing. Sementara dalam sistem nilai tukar
mengambang, nilai tukar atau Kurs dapat berubah-ubah setiap saat, tergantung pada jumlah penawaran dan
permintaan valuta asing relatif terhadap mata uang domestic
Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi
permintaan valuta asing yaitu 32
a. Faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar permintaan
terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah. Sebaliknya, jika impor menurun,
maka permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong menguatnya nilai tukar.
b. faktor aliran modal keluar (capital outflow). Semakin besar aliran modal keluar, maka semakin besar
permintaan valuta asing dan pada lanjutannya akan memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar
meliputi pembayaran hutang penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan
penempatan dana penduduk Indonesia ke luar negeri.
c. Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh spekulan5
maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga memperlemah nilai tukar mata uang
lokal terhadap mata uang asing
Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
a. Faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka
semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada lanjutannya nilai tukar
terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi. Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka
jumlah valuta asing yang dimiliki semakin menurun sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami
depresiasi.
b. Faktor aliran modal masuk (capital inflow). Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan
cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar
negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing (Portfolio investment) dan investasi langsung
pihak asing (foreign direct invetment).
Sebagaimana penjelasan mengenai factor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Uang
faktor permintaan dan penawaran terhadap valuta asing sangat dipengaruhi oleh Ekspor dan Impor
serta aliran Modal dari dan Luar Negeri.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN VALUTA ASING
1. Neraca Pembayaran
Jika neraca pembayaran mengalami defisit maka untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah di wakili
oleh Bank Indonesia akan membeli valuta asing di pasar, dengan demikian permintaan valuta asing akan
meningkat. Jika neraca pembayaran surplus, maka penawaran valuta asing akan meningkat.
2. Laju Tingkat Inflasi
Jika inflasi meningkat nilai mata uang lokal cenderung melemah, hal ini berimbas pada nilai tukar valuta
asing yang cenderung menguat terhadap mata uang lokal dan sebaliknya.
3. Tingkat Suku Bunga
Jika tingkat suku bunga lokal kompetitif dengan suku bunga valuta asing, maka deposan akan
mengalihkan deposito valuta asingnya ke deposito dalam mata uang lokal, akibatya supply valuta asing di
pasar meningkat , hal ini berimbas pada nilai tukar valuta asing di pasar cenderung melemah begitupun hal
sebaliknya.
4. Perpajakan

32
Iskandar Simorangkir dan Sutrisno,Sistem Kebijakan NilaiTukar,(Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan,2004) hal 6-8
Sistem perpajakan yang memberatkan investor asing akan mengakibatkan terjadi capital outflow. Jika hal
in terjadi maka nilai tukar valas semakin menguat terhadap mata uang lokal karena supply valas
berkurang.
5. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah yang mendorong meningkatnya investasi dalam valas berdampak pada menguatnya
mata uang lokal.
6. Indikator Ekonomi
Jika pertumbuhan ekonomi meningkat sesuai rencana kerja pemerintah, maka tidaklama kemudian
pergerakan mata uang lokal menguat terhadap vala, karena pertumbuhan ekonomi meningkat akan
berakibat meningkatya pendapatan perkapitayang berarti daya beli mayarakat akan meningkat.
7. Stablitas Politik, Ekonomi, Pertahanan dan Keamanan
Suatu pemerintah yang penuh dengan gejolak, mengakibatkan ketidakpastian dalam berusaha. Hal ini bisa
menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang negatif.
8. Utang luar negeri
Pada saat utang luar negeri cair, supply valuta asing di pasar meningkat. Akibatnya nilai tukar mata uang
lokal menguat terhadap valas. Ketika pembayaran utang luar negeri jatuh tempo, maka nilai tukar mata
uang lokal akan cenderung melemah terhadap valas, karena permintaan akan valas di pasar meningkat
untuk keperluan membayar utang luar negeri. 33
D. TEORI NILAI TUKAR KONVENSIONAL

Exchange Rates (nilai tukar) atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan
(quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic
currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang
merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lainnya dan digunakan dalam
berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran
uang jangka pendek antarnegara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.

Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah (otoritas moneter) seperti pada negara-negara
yang memakai sistem fixed exchange rates ataupun ditentukan oleh kombinasi-kombinasi antara kekuatan-
kekuatan pasar yang saling berinteraksi (bank komersial-perusahaan multinasional-perusahaan manajemen asset-
perusahaan asuransi-bank devisa-bank sentral) serta kebijakan pemerintah seperti pada negara-negara yang
memakai rezim sistem flexible exchange rates.

Nilai tukar uang dapat dicatat sebagai spot atau immediate delivery (penyerahan ± 2 hari) ataupun juga dapat
dicatat sebagai transaksi di muka (forward transaction) dalam berbagai periode penyerahan. Perbedaan antara
catatan spot dan forward umumnya merefleksikan perbedaan antara biaya dari meminjam (cost of borrowing)
dalam dua mata uang dalam periode waktu terkait.34

Purchasing Power Parity (PPP) atau Paritas Daya Beli menekankan hubungan jangka panjang antara kurs
valas dengan harga komoditi secara relatif, dan sering digunakan untuk memprediksi kurs mendatang. Adapun
asumsi yang digunakan yaitu pasar komoditi adalah pasar efisien dari alokasi operasional, penentuan harga dan
inflasi. Arti dari asumsi tersebut yaitu semua barang diperdagangkan di pasar internasional tanpa dilayani biaya
transportasi, tidak ada hambatan dalam perdagangan intern baik kuota maupun bea masuk, barang luar negeri dan
domestik homogen sempurna untuk masing-masing barang, serta adanya kesamaan indeks harga. 35

Katakanlah jika suatu barang yang identik dapat dibeli di dua negara dimana tidak terdapat biaya transaksi,
biaya transportasi, serta tidak ada halangan perdagangan, sehingga dapat dikatakan sebagai tradable good. Jika
kondisi arbitrase (kondisi dimana tidak terdapatnya kesempatan untuk membeli suatu barang dengan harga rendah
dan menjualnya lagi dengan harga yang lebih tinggi) terjadi untuk setiap barang secara individual, maka kondisi
arbitrase ini akan terjadi juga untuk sekelompok barang (basket of good) dalam jumlah yang representatif,
sehingga dapat diturunkan persamaan sebagai berikut:

P = eP’

dimana: P = tingkat harga domestik

P’ = tingkat harga luar negeri

e = nilai tukar uang (exchange rate)

Persamaan diatas menyatakan bahwa rupiah sejumlah x di Indonesia akan mempunyai daya beli yang sama
di Singapura. Law of One Price menyatakan bahwa didalam suatu pasar persaingan yang tidak ada biaya

33
Boy Loen, Sonny Ericson, Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa, (Jakarta: PT Grasindo, 2007) hlm, 30
34
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), hlm. 157.
35
Nazaruddin Malik, Ekonomi Internasional (Malang: UMM Press, 2017), hlm. 148.
transportasi serta bebas dari hambatan perdagangan, maka suatu barang yang identik akan mempunyai harga yang
sama jika dinilai dengan suatu mata uang tertentu.

Nilai tukar riil uang suatu negara adalah jumlah dari barang domestik dibutuhkan untuk membeli 1 unit
barang yang identik diluar negeri. Persamaannya adalah sebagai berikut: 36
𝑒𝑃′
Real Exchange Rate =
𝑃

Jika nilai tukar riil > 1, maka lebih dari 1 unit barang domestik dibutuhkan untuk membeli barang luar negeri
yang identik. Jika nilai tukar riil < 1 maka kurang dari 1 unit barang domestik dibutuhkan untuk membeli barang
luar negeri yang identik.

Ada beberapa mekanisme pasar untuk mengatur nilai tukar uang. Diantaranya adalah: 37

a) Sistem Mengambang Bebas

Pada sistem mengambang bebas, nilai tukar sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran mata uang.
Sedangkan permintaan dan penawaran pada gilirannya dipengaruhi oleh level perubahan harga, perbedaan tingkat
suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi. Dalam sistem mengambang bebas, jika parameter-parameter ekonomi
berubah, maka pelaku pasar akan menyesuaikan kebutuhan mata uang di masa yang akan datang.

b) Sistem mengambang bebas terkendali

Pada sistem mengambang bebas terkendali, pemerintah melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk
mencegah perubahan pada nilai kurs mata uang yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi perdagangan.

c) Pengaturan zona target

Pada sistem zona target, suatu negara menyesuaikan kebijakan ekonomi mereka untuk mempertahankan nilai
tukar pada suatu margin yang spesifik di sekitar nilai tukar sentral yang ditetapkan. Sistem ini sudah berjalan
untuk mata uang Eropa pada sistem moneter Eropa.

d) Sistem nilai tetap

Pada sistem nilai tetap, pemerintah berkomitmen untuk mempertahankan nilai tukar sesuai target setiap bank
sentral secara aktif membeli atau menjual mata uang pada pasar valuta asing, kapan pun jika nilai tukar mengalami
deviasi dari nilai pasarnya lebih besar dari presentase yang telah ditetapkan.

E. TEORI TUKAR ISLAM

Dalam pembahasan nilai tukar menurut Islam akan dipakai dua skenario yaitu skenario dimana terjadi
perubahan-perubahan harga di dalam negeri yang mempengaruhi nilai tukar uang (faktor luar negeri dianggap
tidak berubah/berpengaruh) dan skenario 2 dimana terjadi perubahan-perubahan harga di luar negeri (faktor di
dalam negeri tidak berubah/berpengaruh)

Selain itu perlu diingat bahwa kebijakan nilai tukar dalam Islam dapat dikatakan menganut sistem Managed
Floating yaitu pemerintah tidak mencampuri keseimbangan di pasar kecuali jika ada hal-hal yang mengganggu
keseimbangan itu sendiri.38

1. Perubahan harga di dalam negeri (harga di luar negeri tidak berubah)


a) Natural Exchange Rate Fluctuation

Fluktuasi nilai tukar akibat kenaikan atau perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregatif
atau penawaran agregatif. Hal ini mempengaruhi tingkat harga di dalam negeri. Jika mengacu pada persamaan
P = eP’ maka perubahan harga akan berpengaruh kepada nilai tukar.

b) Human Error Exchange Rate Fluctuation

Seperti yang kita bahas sebelumnya bahwa Human Error dapat menyebabkan kenaikan harga, diantaranya
adalah korupsi, pajak perdagangan yang berlebihan dan pencetakan uang yang berlebihan untuk menarik
keuntungan. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan kenaikan harga dan jika kita mengacu pada persamaan P =
eP’ maka perubahan harga akan berpengaruh kepada nilai tukar.

36
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, hlm. 159.
37
Ferdinand D. Saragih, Yuliarto Nugroho, Dasar-Dasar Keuangan Internasional (Jakarta: Rajagrafindo Persada), hlm.
25.
38
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, hlm. 168.
2. Perubahan harga di luar negeri (harga di dalam negeri tidak berubah) 39
a) Non-engineered/Non-manipulated changes

Perubahan ini terjadi bukan disebabkan oleh manipulasi (yang dimaksudkan untuk merugikan) yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Sebagai contoh Bank Sentral Singapura (BSS) mengurangi jumlah uang
SGD (Dollar Singapura) yang beredar, hal itu akan mengakibatkan IDR (Rupiah) terdepresiasi tanpa diduga.
Oleh karena itu BI biasanya akan menghilangkan efek ini dengan cara sterilized intervention, yaitu menambah
penawaran IDR dengan mencetaknya atau dengan menambah penawaran IDR dengan menjual SGD yang
dimilikinya (menjual cadangan devisa).

b) Engineered/Manipulated Changes

Perubahan ini terjadi karena adanya manipulasi oleh pihak tertentu yang dimaksudkan untuk merugikan
pihak lain. Misalnya para fund manager di Singapura melepas semua IDR yang dimilikinya sehingga terjadi
banjir Rupiah yang mengakibatkan IDR terdepresiasi secara tiba-tiba atau drastis diluar perkiraan Bank
Indonesia.

Tindakan menimbun IDR lalu dilepaskan pada saat tertentu seperti ini dilarang dalam Islam, yaitu:

1. Termasuk dalam kategori ikhtikar (rekayasa penawaran untuk mengambil keuntungan diatas keuntungan normal
tanpa rekayasa). Apabila hal ini terjadi, pemerintah bisa mengambil pemikiran dari ibn Taimiyah yaitu
menetapkan nilai tukar tetap secara sementara sampai dengan original supporting level (nilai tukar normal
sebelum adanya rekayasa) yang dilakukan sampai aksi merugikan tersebut mereda.
2. Termasuk dalam kategori Ba’i Najasy (rekayasa permintaan untuk mengambil keuntungan diatas keuntungan
normal tanpa ada rekayasa). Misalnya melalui mekanisme forward transaction yang dikombinasikan dengan
margin trading sehingga seakan-akan permintaan IDR menurun drastis, kemudian selanjutnya mereka akan
mengambil keuntungan dari fluktuasi nilai tukar IDR tersebut. Apabila hal ini terjadi maka pemerintah juga
harus menetapkan nilai tukar tetap secara sementara sampai dengan original supporting level (nilai tukar normal
sebelum adanya rekayasa) yang dilakukan sampai aksi merugikan tersebut mereda.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Investasi dalam Perspektif Islam


Para ekonom mengemukakan pengertian yang berbeda-beda tentang investasi. Ada beberapa kesamaan dari
pengertian mereka. Alexander dan Sharpe (1997: 1) mengemuakan bahwa investasi adalah pengorbanan nilai
tertentu yang berlaku saat ini untuk mendapatkan nilai di masa mendatang yang belum bisa dipastikan besarnya.
Yogiyanto (1998: 5) mengemukakan bahwa investasi adalah penundaan konsumsi pada saat ini untuk digunakan
dalam produksi yang efisien selama periode tertentu. Tandelilin (2001: 4) mendefiniskan investasi sebagai
komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh
keuntungan di masa datang.
Dari ketiga definisi diatas mengandung tiga unsur yang sama. (i) pengeluaran atau pengorbanan sesuatu
(sumber daya) pada saat sekarang bersifat pasti, (ii)ketidakpastian mengenai hal (resiko), dan (iii) kedakpastian
hasil atau pengembalian di masa datang.
Kemudian jika berbicara tentang investasi syariah, ada hal lain yang turut berperan dalam investasi. Investasi
syariah tidak melulu membicarakan persoalan duniawi. Ada unsur lain yang sangat menentukan berhasil tidaknya
suatu investasi di masa depan, yaitu ketentuan dan kehendak Allah. Islam memadukan antara dimensi dunia dan
akhirat. Setiap muslim harus berupaya meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Kehidupan dunia hanyalah sarana
dan masa yang harus dilewati untuk mencapai kehidupan yang kekal di akhirat. 40
Islam memandang semua perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-harinya, termasuk aktivitas ekonominya
sebagai investasi yang akan mendapatkan hasil (return). Investasi yang melanggar syariah akan mendapatkan
balasan yang setimpal, begitu pula investasi yang sesuai syariah. Return investasi dalam Islam sesuai dengan
besarnya sumber daya yang dikorbankan. Hasil yang akan didapatkan manusia dari investasinya di dunia bisa
berlipat-lipat ganda, Allah berfirman :
“Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan
barangsiapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan kami akan
memberi balasan kepada orang yang bersyukur”.

Itulah nilai yang membedakan investasi Islam dari investasi konvensional. Jadi, Investasi Islam adalah
pengorbanan sumber daya pada masa sekarang untuk mendapatkan hasil yang pasti, dengan harapan memperoleh

39
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, hlm. 170.
40
Muhammad Nafik HR, Bursa efek dan Investasi Syariah,(Jakarta: PT SERAMBI ILMU SEMESTA,2009)hal 67-70.
hasil yang lebih besar di masa yang akan datang, baik langsung maupun tidaka langsung seraya tetap berpijak pada
prinsip-prinsip syarisah secara menyeluruh (kaffah).
B. DasarHukumInvestasidalam Islam
Islam adalah agama yang pro-investasi, karena di dalamajaran Islam sumberdaya (harta) yang
adatidakhanyadisimpantetapiharusdiproduktifkan, sehinggabisamemberikanmanfaatkepadaumat.
1. InvestasiMenurut Al-Qur’an
Dalam QS. al-Baqarah [2]: 261 yang artinya,“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkanoleh) orang-orang
yang menafkahkanhartanya di jalan Allah adalahserupadengansebutirbenih yang
menumbuhkantujuhbulir, padasetiapbulirseratusbiji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagisiapa yang
Diakehendakidan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagiMahamengetahui.”
Ayat inisecaraimplisitmemberikaninformasiakanpentingnyaberinvestasi,
dimanaayatitumenyampaikanbetapaberuntungnya orang yang menafkahkanhartanya di jalan Allah. Orang
yang kaya secara financial (keuangan) kemudianmenginfakkanhartanyauntukpemberdayaanmasyarakat
yang kurangmampumelaluiusahaproduktif, makasesungguhnyadiasudahmenolongribuan,
bahkanratusanribu orang miskinuntukberproduktifkearah yang lebihbaiklagi.

2.Investasimenurut Sunnah Nabi saw


Profesiberdagangnabi saw. dimulaisejakbeliauberusia 12 tahun, ketikaikutmagang (internship)
kepadapamannyauntukberdagangkeSyiria. Ketikamuda, nabi saw. pernah juga
mengelolaperdaganganmilikseseorang (investor) denganmendapatkanupahdalambentukunta.
Karirprofesionalnabi saw. dimulaisejak Muhammad mudadipercayamenerima modal dari para investor
yaitu para janda kaya dananak-anakyatim yang tidaksanggupmengelolasendirihartamereka.
Merekamenyambutbaikseseoranguntukmenjalankanbisnisdenganuangatau modal yang
merekamilikiberdasarkankerjasamamuḍarabah (bagihasil).
Salah satuhadisbeliau yang masyhurmengenaiinvestasidanperserikatanadalah:
“Dari Abu Hurairah ra.bahwaRasulullah saw. bersabda: Allah berfirman: Akumenjadi orang
ketigadaridua orang yang bersekutuselamasalahseorangdarimerekatidakberkhianatkepadatemannya.
Jikaada yang berkhianat, akukeluardari (persekutuan) mereka (HR. Abu Dawuddandinilaishahiholeh al-
Hakim).
Berdasarkanpaparan di atas, praktikinvestasisudahadasejaknabi Muhammad
saw.,bahkanbeliausecaralangsungterjundalampraktikbinisdaninvestasi.
Beliaumemberikancontohbagaimanamengelolainvestasihinggamengasilkankeuntungan yang banyak.Hal
initidakterlepasdaripengalamanbeliau yang lama sebagaipedagangdanpengelolabisnis (muḍarib).Nabi saw.
mempraktikkanbisnisdengansangatprofesional, tekun,
uletdanjujursertatidakpernahingkarjanjikepadapemilikmodalnya (investor).
Kegiataninvestasi juga dipraktikkan di jamanamirulmukminin, Umar bin
Khattabdimanaiapernahberkata, “Siapasaja yang memilikiuang, hendaklahiamenginvestasikannyadansiapa
yang memilikitanahhendaklahiamenanaminya (mengelolanya)”. Olehsebabitu, investasidalamajaran Islam
tidakdilarang, bahkandianjurkansupayamemberikandampakdanmanfaat yang
luasdenganterciptanyalapanganpekerjaandanlapanganusahabaru.41
C. Prinsip-PrinsipInvestasiSyariah
1. Prinsip Halal
Berasaldaribahasa Arab darilafazhallayang berarti “lepas” atau
“tidakterikat”.DalamKamusIstilahFiqih, dipahamisebagaisegalasesuatu yang bolehdikerjakanataudimakan.
Istilah halalbiasanyaberhubungandenganmasalahmakanandanminuman.
Dalamhadis yang laindiriwayatkanolehSaidina Ali r.a, bahwaseorangpriadatangmenemuiRasulullah
SAW. Menanyakantentangusahaapa yang baikdalamberinvestasi. Beliaubersabda“Pekerjaan yang
baikadalahpekerjaanseseorang yang dilakukandengantangannyadansetiaptransaksijualbeli yang
dilakukanadalahdengancara yang halal. Allah SWT. Sesungguhnyamenyukai orang yang berimandan orang-
orang yang professional, serta orang-orang yang menderitakarenamembiayaikeluarganya,
perbuataninitidakubahnyasepertinyapejuang di jalan Allah, Tuhan Yang Mahaagung”.
M. NadratuzzamanHusendkk, mengemukakanbahwamencarirezeki (berinvestasi) dengancara halal
karena : (a) kehendaksyar’i, Allah SWT. Dan Rasul-Nya telahmemberikanbimbingandalammencarirezeki
(berinvestasi), yaitumelakukan yang halal danmenjauhkan yang haram; (b) di dalam halal
mengandungkeberkahan; (c) di dalam halal mengandungmanfaatdanmaslahahyang agungbagimanusia. (d)
didalam halalakan membawa pengaruh positifbagi perilaku manusia; (e) pada halal melahirkan pribadi yang
istikamah, yakni yang selalu berada dalam kebaikan, kesalehan, ketakwaan, keikhlasan dan keadilan; (f) pada

41
Elif Pardiansyah, InvestasidalamPerspektifEkonomi Islam: PendekatanTeoritisdanEmpiris,Economica,
JurnalEkonomi Islam Volume 8, Nomor 2, 2017: 337 - 373
halal akan membentukpribadi yang zahid, wira'i, qana'ah, santun, dan suci dalam segalatindakan; (g) pada halal
akan melahirkan pribadi yangtasamuh,berani menegakkan keadilan,dan membela yang benar.
2. PrinsipMashlahah
Dalam bahasa Arab, kata "mashlahah" yang jamaknya mashalih merupakan sinonim dari kata
"manfaat," dan lawan dari kata “mafsadah" yang berarti kerusakan. Secara majaz, kata tersebutjuga dapat
digunakan untuk tindakan yang mengandung manfaat.Kata manfaat sendiri selalu diartikan dengan ladzah
(rasa enak)dan upaya mendapatkan atau mempertahankannya. Dalam kajian syariat, kata mashlahah dapat
dipakai sebagai istilah untuk mengungkapkan pengertian yang khusus, yakni segala hal yang memberikan
manfaat kepada pribadi, keluarganya dan lingkungannya, dan menghindar dari segala keburukan dan hal yang
merusak, baik kepada diri pribadi, keluarga, dan masyarakat.
3. Prinsipterhindardariinvestasi yang terlarang
Meskipun Islam sangat menganjurkan agar umatnya selalubekerja mencari rezeki dan berinvestasi
untuk kepentingandepan, bukan berarti semua bidang usaha diperbolehkan untukmelakukan investasi. Ada
aturan dalam syariat Islam yang menerapkan batasan mana aktivitas yang halal dan haram untuk dilakukan.
Tujuannya adalah untuk mengendalikan umat manusiadari kegiatan yangmembahayakan kehidupan pribadi
dan keluarganya serta masyarakat pada umumnya. Investasi yang dilarangoleh syariat Islam dapat
dikelompokkan kepada dua bagian, yaituinvestasi yang syubhat dan investasi yang haram.
D. Bentuk-Bentuk Investasi Syariah
Sebenarnya investasi syariah tidak jauh berbeda dengan investasi yang dilakukan oleh bank konvensional,
namun jenis ini memiliki landasan prinsip syariah yaitu hukum Islam, yang lebih mengutamakan transaksi tanpa
riba.Berikut beberapa bentuk-bentuk investasi syariah yang ada:
1. Saham Syariah
Dewan Syariah Nasional atau disebut juga DSN berpendapat bahwa saham adalah kepemilikan
terhadap suatu perusahaan dengan menggunakan prinsip syariah bukan saham dengan hak istimewa.

2.
Obligasi Syariah
Bentuk investasi syariah selanjutnya adalah Obligasi Syariah. Masih sama seperti obligasi pada
umumnya, obligasi syariah adalah salah satu investasi syariah yang memiliki wujud sertifikat mewakili aset
tertentu dikeluarkan oleh pihak yang mengeluarkan penawaran umum atau emiten.
3. Deposito Syariah
Praktik deposit syariah dilakukan oleh nasabah yang melakukan investasi syariah di bank syariah.
Ciri-cirinya sebagai berikut: Pertama, saat penandatanganan perjanjian, kontrak yang dicantumkan antara lain:
penerima dan penawar telah disepakati oleh kedua belah pihak, kemudian tujuan kontrak harus jelas. Kedua,
modal yang dikelola oleh mudharabah yaitu usaha yang telah disepakati oleh pemilik modal. Ketiga,
keuntungan akan diperoleh dari kelebihan jumlah modal. Keempat, penarikan dana hanya dapat dilakukan oleh
pemilik modal.
4. Reksadana Syariah
Bentuk investasi syariah lainnya adalah reksadana syariah. Reksadana syariah disebut sebagai
kelompok investor berjalan di bidang syariah dan mengumpulkan dana. Contoh reksadana syariah di negara
kita adalah PT. Danareksa.
5. Pasar Modal Syariah
Pasar modal secara umum memiliki arti sebagai tempat yang memiliki perusahaan yang pemiliknya
membutuhkan dana dan investor yang akan memberi modal. Pada pasar modal syariah memiliki pedoman
dengan prinsip melarang perbedaan jenis saham satu dengan lainnya, serta resiko ditanggung semua pihak.42
E. Jenis-Jenis Investasi Syariah
1. Investasi Tanah
Kita ketahui bahwa nilai jual tanah dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan dikarenakan
semakin minimnya lahan disamping meningkatnya jumlah penduduk. Hal ini menandakan bahwa peningkatan
penduduk selalu berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan tempat tinggal.
2. Investasi Emas
Cara investasi syariah lainnya adalah dengan investasi produk emas. Sama halnya dengan tanah, emas
selalu memiliki nilai jual yang bertambah tinggi. Dalam jangka 5 tahun dari mulai menginvestasikan emas
biasanya akan mendapatkan keuntungan 15 hingga 20% yang tergantung dari kadar logam mulia tersebut.
Meskipun emas memiliki nilai jual yang fluktuatif, namun sangat jarang sekali investasi emas ini mengalami
kerugian sehingga sangat cocok digunakan untuk investasi syariah.
3. Asuransi Syariah
Yang ingin melakukan asuransi baik kesehatan maupun asuransi lainnya namun tetap menginginkan
cara yang halal, bisa memilih sistem asuransi syariah. Jika pada asuransi konvensional dana premis yang
dibayarkan akan menjadi milik perusahaan sepenuhnya dan terjadi jual beli resiko maka dalam asuransi

42
Effendi Bashor, Investasi Bank Syariah,(Jakarta:PT.Pustaka:2003),23-24.
syariah ini dana premis tetap menjadi hak milik pihak asuransi. Jadi sistem asuransi syariah ini selain halal
dapat menguntungkan.43
F. ResikoInvestasi
Semua bentuk investasi mengandung resiko atau ketidakpastian hasil. Husnan (1996: 43) mengemukakan
bahwa resiko adalah kemungkinan hasil yang menyimpang dari harapan. Besarnya keuntungan yang diharapkan dari
setiap sekuritas tidaklah sama, bergantung pada besarnya resiko yang harus ditanggung investor. Resiko dalam
investasi timbul karena adanya ketidakpastian waktu dan besarnya return yang akan diterima investor. Syariah tidak
menafikan fenomena tersebut. Penyimpangan hasil itu tidak termasuk dalam kategori maysir (judi) maupun gharar
(penipuan), karena menurut Adiwarman (2003), gharar adalah transaksi yang mengandung ketidakpastian bagi
kedua belah pihak yang melakukan transaksi sebagai akibat diterapkannya kondisi ketidakpastian dalam suatu akad
yang secara alamiah yang seharusnya mengandung kepastian. Sedangkan maysir adalah permainan peluang atau
suatu permainan ketangkasan, ketika salah satu (atau beberapa) pihak yang harus menanggung beban pihak lain
sebagai konsekuensi keuangan akibat permainan tersebut.
Menurut Panji Anoraga dan Piji Pakarti, dalam melaksanakan investasi, seorang investor diharapkan
memahami adanyabeberapa risiko, sebagai berikut:
1. Risiko finansial, yaitu risikoyang diterima oleh investor akibat dari ketidakmampuan
emite(saham/obligasi) memenuhi kewajiban pembayaran dividen (bungaserta pokok investasi).
2. Risiko pasar, yaitu akibat menurunnyaharga pasar substansial baik keseluruhan saham maupun
sahamtertentu akibat perusahaan tingkat inflasi ekonomi, keuangannegara, perubahan manajemen
perusahaan, atau kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi.
3. Risiko psikologis, yaitu risikobagi investor yang bertindak secara emosional dalam menghadapiperubahan
harga saham berdasarkan optimisme dan pesimismeyang dapat mengakibatkan kenaikan dan penurunan
harga saham.Jika banyak investor yang membeli saham melebihi suplai yangtersedia dalam pasar, maka
akan mendorong harga keseluruhansemakin meningkat. Keadaan ini disebut dengan "bullmarket.
Sebaliknya apabila banyak investor menjual sahamnya, sehinggamendorong harga semakin menurun,
kejadian ini dalam duniavestasi disebut "bearmarket."
Timbulnya risiko investasi bersumber dari beberapa faktorMenurut Kamaruddin Ahmad,terjadi bersamaan atau
hanya muncul dari salah satu saja. Risikotersebut antara lain:
1. Risiko tingkat bunga, terutama jika terjadikenaikan
2. Risiko daya beli, disebabkan inflasi
3. Risiko bear danbull, tren pasar turun atau naik
4. Risiko manajemen, kesalahan/kekeliruan dalam pengelolaan
5. Risiko kegagalan, keuangan perusahaan ke arah kepailitan
6. Risiko likuiditas, kesulitanpencairan/pelepasan aktiva
7. Risiko penarikan, kemungkinanpembelian kembali aset/surat berharga oleh emiten
8. Risikokonversi, keharusan penukaran atau aktiva
9. Risiko politik, baikinternasional maupun nasional
10. Risiko industri, munculnya saingan produk homogen.
Menurut Sapto Rahardjo, menjelaskan bahwa risiko investasi yang timbul dari setiap investasi kadang-kadang
bisa diprediksisebelumnya, kadang juga tidak bisa diprediksikan. Oleh karenaitu, sering kali inves tor
menggunakan jasa konsultan atau analisisinvestasi yang mungkin timbul. Analisis risiko investasi bisa mencakup
analisis mikro perusahaan serta analisis makroekonomi danpolitik suatu negara, sampai dengan analisis keuangan
dan pasarmodal internasional. Aspek analisis bisa mencakup aspek keuangan, bisnis, manajemen, industri bisnis,
ekonomi makro. Dengan mendapatkan gambaran potensi risiko investasi secara hati-hati dan mampu bertindak
membuat keputusansesuai dengan kondisi yang ada. 44

44

Anda mungkin juga menyukai