Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan jiwa adalah area khusu dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusi sebagi dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memmulihkan kesehatan mental, klien dan
kesehatan mental masyrakat dimana klien berada (ANA).
Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningatkan perilaku yang
berpengaruh pada fungsi intergrasi. Pasien tersebut bisa individu, keluarga, kelompok,
organisasi atau masyarakat.
Faktor penyebab lain ganguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak
mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata-kata,
dilarang dengan kekerasan untuk memasukan benda pada mulutnya pada fase oral dan
sebagainnya. Hal ini menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.

Salah satu gangguan jiwa yang banyak ditemukan adalah Skizofrenia yang
merupakan suatu penyakit mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran,
persepsi (Halusinasi), emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck,
2008).

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan Skizofrenia. Gangguan jiwa yang
sering juga disertai dengan gejala Halusinasi adalah gangguan manik depresif dan delirium
(Videbeck, 2008). Halusinasi adalah gangguan persepsi pancaindra tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem pengindraan dimana terjadi pada
saat kesadaran individu itu penuh atau baik (Jaya, 2014).

Menurut WHO, jika preverensi gangguan jiwa di atas 100 jiwa per 1000 penduduk
dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk yang merupakan
anggota keluarga, dan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995, artinya
2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO, ini sesuatu yang sangat serius dan World Bank
menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan produktivitas
sampai dengan 8,5% saat ini. Saat ini gangguan jiwa mencapai urutan kedua setelah
penyakit infeksi dengan 11,5%.

Data riset kesehatan dasar (riskesdas) Departemen Kesehatan tahun 2014 yang
dikutip oleh Kusuma (2014) menyebutkan terdapat 1 juta jiwa pasien gangguan jiwa berat
dan 19 juta pasien gangguan jiwa ringan di Indonesia.

Jumlah penderita gangguan jiwa di jawa barat naik sekitar 63%. Data Riskesdas 2013
menyebutkan, pasien gangguan jiwa ringan hingga berat di jawa barat mencapai 465,975
orang naik signifikan 2012 sebesar 296. 943 orang. Konfrensi psikiartik komunitas ke 3
mengungkapkan fakta penting. Ternyata, jumlah penderita gangguan jiwa di jawa barat
naik sekitar 63%. “ angkanya memang besar, namun itulah yang terjadi. Saat itu penderita
gangguan jiwa secara nasional sekitar 11% , namun di jawa barat mencapai 21%,”.

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa angka penderita gangguan jiwa tiap tahunnya

mengalami peningkatan, termasuk Halusinasi di Ruang Rajawali Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat, maka penulis berminat melakukan asuhan keperawatan kepada Tn. S

dengan Masalah Utama Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan di Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dari tanggal 18 April 2017 sampai 28 April 2017, secara

komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan jiwa yaitu pengkajian, penetapan

diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan dan melaksanakan tindakan

keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi ?
2. Apa saja jenis halusinasi ?
3. Apa saja tanda dan gejala halusinasi ?
4. Bagaimana cara mengontrol atau menghilangkan hasulinasi ?
5. Apa saja yang perlu dikaji pada pasein halusinasi ?
6. Apa saja intervensi yang dilakukan pada pasien halusinasi ?
7. Apa saja yang harus dievaluasi pada pasien halusinasi ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujua umum
Mengetahui asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi di rumah sakit
jiwa Provinsi Jawa Barat
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami pengertian dari halusinasi
b. Mampu memyebutkan jenis-jenis halusinasi
c. Mampu menyebutkan tanda dan gejala halusinasi
d. Mengetahu cara mengontrol halusinasi
e. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan persepsi sensorik
halusinasi
f. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi pada klien
dengan gagngguan persepsi sensorik halusinasi
g. Mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
klien dengan gangguan persepsi sensorik halusinasi

D. MANFAAT PRAKTEK
1. Sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan tindakan
keperawatan jiwa
2. Sebagai sumber informasi untuk kemajuan perkembangan ilmu keperawatan jiwa
3. Sebagai referensi untuk penulisan laporan keperawatan jiwa

Anda mungkin juga menyukai