Anda di halaman 1dari 10

1.

PENGERTIAN PERSEPSI DIRI


Tiga kunci komponen dari persepsi diri adalah (Burn, et al 2016):
 Signifikansi: "Aku dicintai." (Orangtua: "Aku mencintaimu, apa pun yang terjadi.")
 Kelayakan: “Saya suka dan menghormati diri sendiri.” (Orangtua: “Saya menerima
dan menghormati Anda.”)
 Kompetensi: "Saya bisa melakukannya." (Parent: "Saya percaya pada Anda. Anda
bisa melakukannya.")

Istilah persepsi diri biasanya digunakan dalam istilah self concept (konsep diri), self
esteem (harga diri), self efficacy (efikasi diri) dan self or body image (citra diri/tubuh).
Akan tetapi memiliki perbedaan sebagai berikut (Burn, et al 2016) :
a. Konsep Diri (Think)
 Kumpulan kepercayaan, sikap, pengetahuan, dan ide tentang diri sendiri
 Berdasarkan atribut akademik, gender, ras, seksual, sosial, perilaku, dan atletik
 Kompetensi / kecukupan: "Siapa aku?" "Aku bisa melakukannya!”
 Kognitif, deskriptif: "Saya pelari yang baik."
b. Self Esteem (Feel)
 Evaluasi pribadi atau penilaian diri, termasuk perasaan emosional (rasa hormat,
hormat, dan kepercayaan diri)
 Penilaian kemampuan untuk menghadapi tantangan, hak untuk kebahagiaan dan
rasa hormat; percaya dir
 Layak, sukses: "Saya baik-baik saja." "Saya suka dan menghargai diri sendiri.
 Evaluatif, berpendapat: “Saya merasa senang menjadi pelari cepat.”
c. Self-Efficacy (Believe)
 Percaya diri atau kepercayaan pada kemampuan seseorang untuk berhasil
melakukan kegiatan atau tugas tertentu
 Dipengaruhi oleh banyak faktor: Kinerja sebelumnya, perilaku orang lain,
dorongan verbal dari lainnya, dan reaksi fisiologis
 Rendah: Takut akan risiko dan tidak pasti, perasaan gagal, manajemen kesan
 Tinggi: Kesediaan mengambil risiko, rasa berhasil, percaya diri
d. Citra Diri / Tubuh
 Gambaran dan perasaan seseorang tentang tubuh seseorang
 Mempengaruhi emosi, pikiran, hubungan, dan perilaku
 Penampilan fisik berkorelasi terkuat dari harga diri global

2. PERSEPSI DIRI BERDASARKAN TUMBUH KEMBANG


 Konsep diri mulai berkembang sejak bayi dan terus berkembang sejalan dengan
perkembangan manusia. Konsep diri seseorang bukan bersifat genetik (Yunita Jaclyn
Isabella, 2011).
 Perkembangan persepsi diri dari segi tahapan pertumbuhan dan perkembangan dapat
dibagi menjadi dua tahapan (Burn, et al 2016), yakni :
a. Tahap pertama  Emergency of the self : infant, toddler, pre-school
1) Infant : melihat dunia sebagai responsive tidak responsif terhadap kebutuhannya
dan belajar memahami bahwa mereka terpisah dari dari individu yang
mempengaruhi perilaku mereka
2) Toddlers : mengeksplore kemampuan dan batasan mereka , menjadikan orang di
sekitar mereka menyadari kebutuhan, keinginan, dan minat mereka
3) Pre-school : mulai menggunakan kata ganti orang dan permainan pura-pura,
menyadari kemampuan dan batasan mereka, menemukan tubuh mereka,
bergerak dari melihat diri mereka sebagai pusat dunia, menggambarkan diri
mereka secara kategoris.
b. Tahap kedua  Defining the self : anak usia sekolah, remaja awal, dan remaja akhir
Pada kedua tahapan ini, orangtua dan individu yang merawat anak mempunyai
kunci penting dalam setiap tahap perkembangan.
1) Usia sekolah : menjadi lebih percaya diri terhadap evaluasi diri mereka,
mengevaluasi diri berdasarkan dasar/bukti eksternal, membandingkan diri sendiri
dengan orang lain, meningkatnya ketergantungan terhadap evaluasi diri dari
teman bermain
2) Remaja awal : mencoba membangun image, finalisasi gambaran diri, fokus
terhadap perubahan fisik dan emosi, menggunakan dekskripsi diri yang
interpersonal.
3) Remaja akhir : menetapkan persepsi diri (fisik, sosial, spiritual) dengan nilai,
tujuan, dan kompetensi untuk mencapai masa depan
 Tugas perkembangan konsep diri (Stuart & Sundeen, 2005):

Usia Tugas Perkembangan

1. Dapat mengenal ASI


2. Dapat memasukkan tangan ke mulut
3. Meminum ASI secara eksklusif lebih kurang 6
0 – 3 bulan bulan

1. Mulai mengenal makanan pendamping ASI dengan


satu rasa
2. Menarik makanan dari sendok dengan lidah
3. Pada saat kenyang akan menutup mulut jika
disodori makanan
4. Dapat pemberian makanan seimbang yang lunak
3 – 6 bulan (MP-ASI) dengan jadwal yang teratur

1. Belajar mengunyah makanan lunak (nasi tim)


2. Dapat makan biskuit sendiri
3. Dapat mengunyah dan menelan makanan lunak
4. Dapat minum dari botol minuman bertelinga
6 – 9 bulan dengan bantuan orang dewasa
1. Mengunyah dan menelan makanan padat
2. Minum dari botol yang ada pegangannya
3. Mulai untuk mempercayai.
9 – 12 bulan 4. Membedakan diri dari lingkungan

1. Mempunyai kontrol terhadap beberapa bahasa


2. Mulai menjadi otonom dalam pikiran dan
tindakan
3. Menyukai tubuhnya
4. Menyukai dirinya
5. Dapat mengambil gelas dari meja
6. Dapat minum dari gelas yang dipegangnya sendiri
7. Dapat menggunakan sendok untuk menyendok
makanan
8. Dapat menggunakan sedotan
9. Dapat menggunakan garpu untuk makan
10. Dapat makana dengan sendok tanpa tumpah
11. Dapat melepas berbagai jenis pakaian dengan
bantuan
12. Dapat melepas celana atau rok dengan cara
1 – 3 tahun menarik ke bawah

3 – 6 tahun
1. Mengambil inisiatif
2. Mengidentifikasi gender
3. Meningkatkan kewaspadaan diri
4. Keterampilan berbahsa meningkat
5. Dapat menggunakan serbet
6. Dapat menggunakan rok
7. Dapat mengenakan pakaian yang ditarik ke atas
8. Dapat mengenakan celana atu rok yang
menggunakan karet pinggang
9. Dapat memegang garpu dengan jari-jari
10. Dapat menggunakan pisau untuk mengoles
11. Dapat membuka retsleting
12. Dapat mengikat taki sepatu
13. Dapat mandi sendiri tanpa pengawasan
14. Dapat menggunakan pisau untuk memotong
15. Dapat menutup mulut dan hidung kalu bersin atau
batuk
16. Dapat berpakaian sendiri dengan lengkap

1. Dapat mengatur diri sendiri


6 – 12 tahun 2. Berinteraksi dengan teman sebaya
3. Harga diri meningkat dengan penguasaaan
keterampilan baru
4. Menyadari kekuatan dan keterbatasan

1. Menerima perubahan tubuh


2. Menggali tujuan untuk masa depan
3. Merasakan positif tentang diri
4. Berinteraksi dengan orang yang mereka anggap
12 – 20 tahun menarik secara seksual

3. ASUHAN KEPERAWATAN (SNL) TENTANG PERSEPSI DIRI


a. Pengkajian
Pengkajian ini bukan merupakan hal yang sederhana. Hal ini tidak dapat
dilakuakan hanya dengan observasi langsung, menanyakan beberapa pertanyaan, tapi
juga harus dilengkapai dengaan observasi perilaku, pendapat diri sendiri, dan
informasi lain yang relevant.
Pertanyaan umum yang bisa ditanyakan adalah (Burn, et al 2016),:
1) Apa yang kamu sukai dari diri mu
2) Apa kualitas terbaikmu
3) Apa yang bisa kamu lakukan dengan baik? Apa yang bisa kamu lakukan lebih
baik dari orang lain? Apa yang kamu banggakan?
4) Bagaimana kamu merespon kegagalan? Bagaimana kamu merespon tantangan
baru?
5) Apakah kamu mempunyai teman dekat?

Pertanyaan sesuai dengan tahapan umur


1) Infant
 Apakah anak menyadari diri nya terpisah dari orang lain?
 Apakah anak menyadari dampaknya terhadap orang lain?
2) Toddler
 Apakah anak mengeksplorasi kemampuan dan batasan mereka?
 Apakah anak membuat orang lain menyadari kebutuhan, keinginan, dan
minat mereka?
3) Pre-school
 Bagaimana kamu mendeskripsikan diri mu dalam 2 atau 3 kata?
 Apakah anaak cenderung bermain? Mendeskripsikan aktivitas?
 Apakah anak menginternalisasi keinginan orang tua? Bergerak dari
pemikiran bahwa diri sendiri merupakan pusat dari dunia
 Apakah saudara kandung dan teman bermain meningkat secara signifikan?
Bagaimana anak berpikir, merasakan, dan beraktivitas terhadap diri
mereka?
4) Usia sekolah
 Bagaimana kamu mendeskripsikan diri mu dalam 2 atau 3 kata?
 Bagaimana pendapat anak terhadap persepsi dari orang lain terhadap
dirinya?
 Apa saja kemampuan kognitif dan fisik serta penghargaan yang dapat
dijelaskan?
5) Remaja awal
 Bagaimana kamu mendeskripsikan diri mu dalam 2 atau 3 kata?
 Bagaimana teman bermain mempengaruhi perasaan anak terhadap diri
mereka?
 Apa saja atribut fisik yang dapat dijelaskan?
 Apa saja kemampuan kognitif dan fisik serta penghargaan yang dapat
dijelaskan?
 Bagaimana perilaku moral jika dibandingkan standar internal?
6) Remaja akhir
 Bagaimana kamu mendeskripsikan diri mu dalam 2 atau 3 kata?
 Apa pilihan gaya hidup yang dipilih?
 Apa nilai, tujuan, dan rencana yang sudah dibuat? Apakah optimis untuk
mencapai hal tersebut?

b. Diagnosa  Domain 6 : Persepsi diri  kesadaran tentang diri sendiri (Herdman &
Kamitsuru, 2018)
Kelas 1 : Konsep Diri  persepsi total tentang diri sendiri
 Keputusasaan
 Kesiapan meningkatkan harapan  Pola harapan dan keinginan yang
menggerakkan energi seseorang atas nama sendiri yang cukup untuk
kesejahteraan dan dapat diperkuat
NOC :
 Koping
 Pembuatan keputusan
 Harapan
 Penyesuaian psikososial
 Harga diri
 Kualitas hidup
 Risiko pelemahan martabat
 Gangguan identitas pribadi  Ketidakmampuan mempertahankan persepsi
diri yang utuh dan terintegrasi
NOC :
 Identitas
 Kesadaran diri
 Risiko gangguan identitas pribadi
 Kesiapan meningkatkan konsep diri  Pandangan atau ide tentang diri
sendiri yang cukup untuk kesejahteraan dan dapat diperkuat
NOC :
 Citra tubuh
 Identitas
 Penampilan peran
 Kesadaran diri
 Harga diri
Kelas 2 : Harga Diri  penilaian tentang arti, kapabilitasm kepentingan dan
keberhasilan diri sendiri
 Harga diri rendah kronis  Evaluasi diri/perasaan negatif tentang diri sendiri
atau kecakapan diri yang berlangsung lama
NOC : Harga diri
 Risiko harga diri rendah kronis  Resiko mengalami perasaan/evaluasi diri
yang negatif dan berkepanjangan tentang diri sendiri atau kemampuan diri
NOC :
 Harga diri
 Kesadaran diri
 Harga diri rendah situasional  Beresiko mengalami penilaian diri/perasaan
negatif dalam jangka panjang tentang diri sendiri atau kemampuan diri
NOC : Harga diri
 Risiko harga diri rendah situasional  Beresiko mengalami pandangan negatif
pada diri sendiri sebagai respon terhadap situasi yang tengah berlangsung
NOC :
 Kesadaran diri
 Harga diri
Kelas 3 : Citra tubuh  suatu gambaran mental tentang tubuh diri sendiri
 Gangguan citra tubuh  Konfusi tentang gambaran mental tentang diri-
fisik individu
NOC : Citra tubuh
c. NOC (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013b)
Domain 3 : Kesejahteraan Psikologis (Outcome yang menggambarkan kesehatan
emosi dan persepsi individu terkait diri)
d. NIC (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013a)
Domain 3 : Perilaku
Kelas : Terapi perilaku, terapi kognisi, peningkatan komunikasi, bantuan koping,
pendidikan pasien, peningkatan kenyamanan psikologis
Intervensi :
 Latihan asertif
 Peningkatan citra tubuh
 Pujian
 Peningkatan koping
 Dukungan emosional
 Peningkatan peran
 Peningkatan kesadaran diri
 Peningkatan harga diri
 Konseling
 Terapi kelompok
 Fasilitasi hipnosis diri
 Imajinasi terbimbing
 Terapi relaksasi

4. UPAYA PROMOSI PERSEPSI DIRI BERDASARKAN TUMBUH KEMBANG


 Masalah yang dialami anak-anak dengan ADHD, khususnya dalam kaitannya dengan
hubungan teman sebaya, kinerja sekolah, dan penerimaan, adalah domain yang
sangat spesifik yang memengaruhi harga diri konsep diri. Jika berfungsi di area-area
ini terganggu, maka harga diri merosot, dan, karena harga diri memediasi fungsi,
ketika konsep diri berkurang, demikian juga berfungsi, yang selanjutnya memperkuat
pandangan negatif tentang diri, melanjutkan spiral ke bawah. Intervensi dini sangat
penting jika kita ingin mencegah cedera emosional sekunder pada anak-anak dan
remaja dengan ADHD. Dokter perlu diingat bahwa gejala ADHD dan ADHD tidak
selalu terkait dengan disfungsi. Jika dirawat dan dikelola, anak-anak dengan ADHD
dapat tumbuh menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan produktif. Intervensi
awal dalam menangani kedua gejala ADHD secara langsung, serta mengatasi
masalah yang berkaitan dengan konsep diri — seperti mengidentifikasi
kekuatan pribadi, berbagi kisah sukses, memberikan dukungan teman sebaya
— mungkin menjadi kunci untuk mengoptimalkan hasil bagi anak-anak dan
remaja. Oleh karena itu, penyaringan dan perawatan konsep diri rendah adalah aspek
penting dari perawatan yang diperlukan untuk anak-anak ini (Houck, Kendall, Miller,
Morrel, & Wiebe, 2011).
 Manajemen strategi untuk pengembangan persepsi diri positif (Burn, et al 2016) :
a. Fasilitasi pengasuhan yang baik
b. pertahankan harapan yang sesuai dari anak
c. menggunakan teknik disiplin yang meningkatkan persepsi diri
d. berkomunikasi secara positif dan dengan rasa hormat
e. menyediakan strategi yang bermanfaat untuk anak, remaja, dan orang tua
f. mendorong pembangunan aset, pencetus, dan pengembangan hubungan
 Upaya promosi (Hockenberry & Wilson, 2015)
a. Newborn  fokus terhadap status fisiologis dan nutrisi
b. Infant  perkembangan body image dan identitas seksual
Pengalaman kinestetik dan taktil adalah persepsi pertama seorang bayi terhadap
tubuhnya melalui sensasi dari mulut (minum susu dan memasukkan apapun di
mulutnya). Seiring bertambahnya usia anggota tubuh lainnya juga mulai
dipersepsikan, misalnya tangan digunakan untuk memasukkan objek ke mulut,
kaki digunakan untuk membantunya berpindah dari lokasi, ketika dirinya
tersenyum maka oranglain juga akan membalas senyumnya. Sehingga upaya
promosi yang harus dilakukan pada masa ini adalah memfasilitasi dalam
pengembangan dari objek menjadi dasar pengembangan self image.
c. Toddler  pengembangan body image dan negativism (Perk. Psikososial :
autonomy Vs shame/doubt)
Penelitian menunjukkan bahwa di usia ini, anak mulai sadar terhadap bentuk,
struktur dan ukuran badannya serta menjadi awal dari perkembangan body self-
awareness sebagai dimensi refleksi self awareness. Perawat dapat membantu
orangtua untuk menumbuhkan positive body image pada anaknya dengan
cara tidak memberikan label negatif seperti “lengan kurus, kaki gemuk”
yang merupakan persepsi diri yang terinternalisasi dan dapat berlangsung
seumur hidup. Selain itu upaya lain adalah menyebutkan sebutan yang benar
terhadap organ eliminasi dan reproduksi dan praktiknya (mis: toilet training)
d. Prescholl  pengembangan body image (Perk. Erikson : Initiative Vs guilt)
Anak mulai membandingkan tubuhnya dengan temannya, misalnya warna
kulit, cantik/jelek
e. Usia sekolah  perkembangan konsep diri (body image dan self esteem)
Hal ini tergantung dari maturitas perkembangan otonomi dan inisiatifnya pada
tahap perkembangan sebelumnya sehingga perasaan malu dapat cukup diatasi.
Body image : kritikan terhadap tubuhnya
Self esteem  self confidence dan self doubt
Persepsi diri anak awalnya dimulai dari evaluasi yang diberikan oleh
orangtuanya yang selanjutnya berasal dari opini teman sebayanya dan guru.
f. Remaja  kompleks
KESIMPULAN UPAYA PROMOSI:
 Orang tua memiliki konsep diri yang utuh dan konsisten  menyediakan
lingkungan yang aman dalam penyaluran kasih sayang, perhatian, dan
penghargaan pada anak
 Jujur, menyediakan kesempatan anak untuk kreatif dengan membantu
mereka sukses dalam aktivitasnya
 Perawat  mendorong hubungan yang saling mendukung antara anak
dengan keluarganya dan menegaskan kekuatan anak dan aspek positif
dari perilakunya
 Hindari labeling
 Jangan mengancam atau menghukum secara psikologis
 Motivasi setiap anak memiliki kekuatan dan kelebihan yang berbeda
 Hargai setiap usaha anak

 Peningktan aktivitas fisik dari Jurnal Lars B Christansen. Emosi ibu berpengaruh
terhadap persepsi diri anak. SDT  suatu kegiatan akan meningkatkan motivasi dan
kesejahteraan individu jika memberikan peluang pada aktivitas a) untuk merasa
terhubung secara sosial, b) untuk mengalami penguasaan dalam domain fisik, dan c)
memenuhi kebutuhan akan rasa otonomi dan pengertian untuk individu. SDT
digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengembangkan intervensi PA (physical
activity). Hipotesisnya adalah bahwa PA sekolah, yang dilakukan dalam iklim
sosial inklusif, dengan perspektif pengembangan pribadi dan menggabungkan co-
kreasi dengan siswa, akan mengarah pada pengalaman yang lebih positif dan
peningkatan kemampuan sosial dan fisik. Ini akan dimanifestasikan dalam
peningkatan persepsi sosial dan sosial.
 Pengaturan emosi ibu  Mother-Child Interactions and Preschoolers' Emotion
Regulation Outcomes: Nurturing Autonomous Emotion Regulation. Lincoln,
Courtney R; Russell, Beth S; Donohue, Erin B; Racine, Lauren E. Journal of Child
and Family Studies; New York Vol. 26, Iss. 2, (Feb 2017): 559-573. Intervensi
yang menargetkan meningkatkan persepsi negatif ibu terhadap anak-anak mereka,
mendidik pada ekspektasi prasekolah yang sesuai, dan memfasilitasi bermain
dewasa anak prasekolah dapat membantu ibu berinteraksi dengan anak-anak mereka
dengan cara yang mendorong regulasi emosi otonom anak-anak.
5. Tambahan
 Konsep diri dan jenis kelamin (Houck et al., 2011).
Temuan ini — bahwa perempuan memiliki lebih banyak masalah internalisasi,
depresi, dan kegelisahan serta berkurangnya self-efficacy dan koping, dan
memiliki lebih sedikit perilaku agresi dan perilaku eksternal daripada laki-laki —
bersama-sama mendukung hipotesis bahwa agresi dan eksternalisasi mungkin
tidak berdampak negatif terhadap konsep diri sebagai sebanyak perilaku
menginternalisasi. Namun, tidak semua penelitian setuju dengan temuan ini dan
sering menunjukkan tingkat yang sama dari gangguan dan gejala kejiwaan
(Rucklidge). Hubungan antara gender, masalah perilaku, dan konsep diri tidak
dipahami dengan baik dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
 Konsep diri dan usia (Houck et al., 2011).
konsep diri umumnya menurun dengan bertambahnya usia dan mereka yang
memiliki masalah internalisasi beresiko lebih besar untuk konsep diri yang buruk.
 Depresi :Sesuai penelitian Armstrong, Westen, dan Janicke (2013) bahwa ada
hubungan depresi dengan persepsi remaja yang memiliki kelebihan berat badan.
 Bunuh diri : Sesuai penelitian Kim, et al (2009) bahwa ada hubungan antara Indeks
Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian bunuh diri di kalangan anak laki-laki dan
perempuan.
Burn CE, et al.2016. Pediatric Primary Care 6th Edition. USA : Elsevier.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan
Klasifikasi 2018-2020. (B. A. Keliat, H. S. Mediani, & T. Tahlil, Eds.) (Edisi 11).
Jakarta: EGC.

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2015). Wong’s Nursing Care of Infants and Children
(10th Editi). St.Louis, Missouri: Elsevier Inc.

Houck, G., Kendall, J., Miller, A., Morrel, P., & Wiebe, G. (2011). Self Concept in Children
and Adolencents with ADHD. J Pediatric Nurs, 26(3), 239–247.
https://doi.org/10.1016/j.pedn.2010.02.004

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013a). Nursing Interventions
Classification (NIC). (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Eds.) (Edisi 6). Indonesia:
Elsevier.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013b). Nursing Outcome
Classification (NOC). (I. Nurjannah & Roxsana Devi Tumanggor, Eds.) (Edisi 5).
Indonesia: Elsevier.

Stuart, Gail & Sundeen, Sandra. 2005. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yunita Jaclyn Isabella. (2011). Analisis Pengaruh Labelling Terhadap Konsep Diri pada

Tokoh Shinagawa Daichi dalam Drama Yankee-Kun To Megane-Chan. Skripsi. Universitas


Bina Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai

  • Struktur Hirarki Ilmu Keperawatan
    Struktur Hirarki Ilmu Keperawatan
    Dokumen4 halaman
    Struktur Hirarki Ilmu Keperawatan
    Anonymous 2wt1Ri
    Belum ada peringkat
  • Pencarian Literatur
    Pencarian Literatur
    Dokumen7 halaman
    Pencarian Literatur
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • Contoh CA RCT
    Contoh CA RCT
    Dokumen3 halaman
    Contoh CA RCT
    Dwi Rachmat Kumalasari
    0% (1)
  • LO Tutor Sexuality (Dwi)
    LO Tutor Sexuality (Dwi)
    Dokumen13 halaman
    LO Tutor Sexuality (Dwi)
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • Mekanisme Hipertensi
    Mekanisme Hipertensi
    Dokumen6 halaman
    Mekanisme Hipertensi
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Mobilisasi Post Sectio Caesarea
    Leaflet Mobilisasi Post Sectio Caesarea
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Mobilisasi Post Sectio Caesarea
    Dwi Rachmat Kumalasari
    100% (7)
  • LOG Book
    LOG Book
    Dokumen12 halaman
    LOG Book
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • Sap & Pre Planning HT
    Sap & Pre Planning HT
    Dokumen19 halaman
    Sap & Pre Planning HT
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • LP Post Partum'
    LP Post Partum'
    Dokumen26 halaman
    LP Post Partum'
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • Referensi Tutorial Sin
    Referensi Tutorial Sin
    Dokumen9 halaman
    Referensi Tutorial Sin
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • STEMI
    STEMI
    Dokumen16 halaman
    STEMI
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • STEMI
    STEMI
    Dokumen16 halaman
    STEMI
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • LP INC Patologi
    LP INC Patologi
    Dokumen23 halaman
    LP INC Patologi
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • LP Gea
    LP Gea
    Dokumen20 halaman
    LP Gea
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • LP INC Fisiologis
    LP INC Fisiologis
    Dokumen26 halaman
    LP INC Fisiologis
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • Penyimpangan KDM BPH
    Penyimpangan KDM BPH
    Dokumen1 halaman
    Penyimpangan KDM BPH
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • P - KDM Gea
    P - KDM Gea
    Dokumen1 halaman
    P - KDM Gea
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • LP INC Fisiologis
    LP INC Fisiologis
    Dokumen26 halaman
    LP INC Fisiologis
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • Konsep Medis CHF
    Konsep Medis CHF
    Dokumen13 halaman
    Konsep Medis CHF
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • LP Efusi
    LP Efusi
    Dokumen36 halaman
    LP Efusi
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • LP BPH
    LP BPH
    Dokumen12 halaman
    LP BPH
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • 2 LP Spondilitis TB
    2 LP Spondilitis TB
    Dokumen15 halaman
    2 LP Spondilitis TB
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • LP Gea
    LP Gea
    Dokumen21 halaman
    LP Gea
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • Konsep Medis CHF
    Konsep Medis CHF
    Dokumen13 halaman
    Konsep Medis CHF
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • 2 LP TB Paru
    2 LP TB Paru
    Dokumen29 halaman
    2 LP TB Paru
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • 2 LP Spondilitis TB
    2 LP Spondilitis TB
    Dokumen15 halaman
    2 LP Spondilitis TB
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • LP Closed Fraktur Femur
    LP Closed Fraktur Femur
    Dokumen25 halaman
    LP Closed Fraktur Femur
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • KDMObstruksi
    KDMObstruksi
    Dokumen1 halaman
    KDMObstruksi
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat
  • 2 LP Hidronefrosis
    2 LP Hidronefrosis
    Dokumen14 halaman
    2 LP Hidronefrosis
    Dwi Rachmat Kumalasari
    Belum ada peringkat