BAB VI Acara 5
BAB VI Acara 5
59
60
2. Bahan bakar cair mudah terbakar (yang punya titik nyala sama
atau diatas 37.8°C, terbagi:
a. Kelas IIA, punya titik nyala sama atau diatas 37.8°C dan titik
didih dibawah 60°C.
b. Kelas IIB, punya titik nyala sama atau diatas 37.8°C dan titik
didih dibawah 93°C.
c. Kelas IIC, punya titik nyala sama atau diatas 93°C.
tersebut memiliki titik nyala tinggi juga kurang baik, karena akan susah
mengalami pembakaran. Jika ditinjau dari segi keselamatan, maka minyak
yang baik mempunyai nilai flash point (titik nyala) yang tinggi karena
tidak mudah terbakar. Akan tetapi, jika ditinjau dari segi profit
(keuntungan) minyak dengan nilai flash point (titik nyala) yang rendah
mempunyai nilai jual yang tinggi, karena tidak mengandung residu atau
lilin.
Flash point (titik nyala) ditentukan dengan jalan memanaskan sample
dengan pemanasan yang tetap. Setelah tercapai suhu tertentu, nyala
penguji atau test flame diarahkan pada permukaan sample. Test flame ini
terus diarahkan pada permukaan sample secara bergantian sehingga
mencapai atau terjadi semacam ledakan karena adanya tekanan dan api
yang terdapat pada test flame akan mati. Inilah yang disebut flash point
(titik nyala). Sedangkan, penentuan fire point (titik bakar) ini sebagai
kelanjutan dari flash point dimana apabila contoh akan terbakar/menyala
kurang lebih lima detik maka lihat suhunya sebagai fire point (titik bakar).
Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukakan pada produk-produk
yang volatile seperti gasoline dan solvent-solvent ringan, karena
mempunyai flash point (titik nyala) di bawah temperature atmosfer
normal.
Flash point (titik nyala) dan fire point (titik bakar) juga berhubungan
dengan SG minyak mentah dan juga oAPI-nya. Semakin tinggi titik nyala
(flash point) dan titik bakar (fire point) dari suatu minyak mentah, maka
minyak tersebut tidak mudah terbakar (unflameable). Jika tidak mudah
o
terbakar, berarti SG minyak tersebut tinggi, sedangkan API kecil.
Sehingga minyak tersebut dapat diklasifikasikan sebagai minyak berat,
karena banyak mengandung fraksi berat (residu atau lilin).
Dan begitu juga sebaliknya, jika titik nyala (flash point) dan titik
bakar (fire point) rendah, maka minyak tersebut mudah terbakar
(flameable) karena di dalam minyak tersebut terdapat fraksi ringan (gas).
Titik nyala dan titik bakar ini berbanding terbalik dengan oAPI.
63
6.3.2. Bahan
1. Minyak mentah
2. Air
Titik Bakar 94,8 202,64 367,8 662,31 96,4 198,86 365,7 658,53
Tabel 6.4. Titik Nyala dan Titik Bakar Dari Data Tiap Kelompok
6.6.2. Perhitungan
1. Data Umum
a. Titik Nyala = 80,3 oC
9
o
F = (5 x 80,3) + 32 = 176,54 oF
2. Data Kelompok
a. Titik Nyala = 76,2 oC
9
o
F = (5 x 76,2) + 32 = 169,16 oF
6.7. Pembahasan
Penentuan flash point dan fire point dilakukan untuk menghindari
terjadinya kebakaran pada minyak mentah. Maka dari itu kita harus
menghitung berapa temperatur terendah dari flash point dan fire point
suatu minyak mentah.
Minyak berat memiliki flash point dan fire point yang tinggi sehingga
tidak mudah terbakar, sedangkan minyak ringan memiliki flash point dan
fire point yang rendah sehingga mudah terbakar. Jika ditinjau dari segi
keselamatan minyak berat memiliki tingkat keamanan yang tinggi karena
tidak mudah terbakar tetapi residu dari minyak berat ini banyak,
sedangkan dari segi keuntungan minyak ringan memiliki nilai jual yang
tinggi karena sedikit mengandung residu tetapi minyak ringan ini mudah
terbakar.
Penentuan titik nyala dan titik bakar tergantung dari komposisi
minyak yang bersangkutan. Semakin berat minyak maka titik didihnya
semakin tinggi demikian juga titik nyala dan titik bakar.
Dalam percobaan kali ini, pada sampel umum temperatur flash point
(titik nyala) sebesar 80,3 oC = 176,54 oF sedangkan untuk fire point (titik
bakar) didapat sebesar 94,8 oC = 202,64 oF. Sedangkan pada sampel
kelompok temperatur flash point (titik nyala) sebesar 76.2 oC = 169.16 oF
sedangkan untuk fire point (titik bakar) didapat sebesar 92,7 oC = 198,86
oF.
Penentuan titik nyala dan titik bakar dari minyak mentah ini sangat
penting dalam mengatisipasi timbulnya kebakaran pada peralatan
produksi, karena temperatur minyak terlalu tinggi yang biasanya terjadi
akibat adanya gesekan antara minyak dengan flow line, sehingga kita dapat
melakukan pencegahan lebih dini.
69
Disamping itu, penentuan titik nyala dan titik bakar dapat juga dipakai
sebagai petunjuk tingkat penguapan relatif dari produksi minyak bumi.
Dari analisa dan perhitungan di atas juga disertakan data dari tiap
kelompok, kemudian diplotkan ke dalam suatu grafik di bawah ini :
400
350
300
250
100
50
0
1 2 3 4 5 6
Jika kita perhatikan grafik di atas, nilai dari titik bakar lebih besar dari
pada titik nyala.
70
6.8. Kesimpulan
1. Titik nyala adalah suhu terendah dimana uap gas mulai muncul dan
bercampur dengan udara dan pada kondisi itu mudah terbakar,
sedangkan titik bakar adalah suhu terendah dimana material terbakar
untuk sementara.
2. Sampel pada data umum memiliki nilai titik nyala sebesar 176,54 oF,
titik bakar sebesar 202,64 oF. Pada data kelompok titik nyalanya
sebesar 169,16 oF dan titik bakarnya sebesar 198,86 oF.
3. Titik nyala dan titik bakar berhubungan terbalik dengan oAPI.
4. Hubungan antara titik nyala dan titik bakar dengan SG adalah
berbanding lurus.
5. Hubungan antara titik nyala dan titik bakar dengan titik kebut, titik
beku dan titik tuang adalah berbanding terbalik.