Anda di halaman 1dari 5

KETERKAITAN ANTARA ILMU SOSIAL DENGAN

ILMU PERENCANAAN WILAYAH/TATA RUANG

Ilmu sosial (bahasa Inggris: social science) adalah


sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek
yang manusia dan lingkungan sosialnya. Sedangkan, tata ruang
adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. serta, Perencanaan
tata ruang adalah ekspresi geografis yang merupakan cermin
lingkup kebijakan yang dibuat dalam masyarakat terkait dengan
perekonomian, sosial, dan kebudayaan mereka.

Dalam Ilmu tata ruang, ilmu sosial memiliki keterkaitan


Dalam Struktur ruang. Dalam struktur ruang meliputi susunan
pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Salah satu definisi awal perencanaan tata ruang diambil dari


European Regional/Spatial Planning Charter (disebut juga
Torremolinos Charter), yang diadopsi pada tahun 1983 oleh
Konferensi Menteri Eropa yang bertanggung jawab atas Regional
Planning (CEMAT), yang berbunyi: "Perencanaan tata ruang
memberikan ekspresi geografis terhadap kebijakan-kebijakan
ekonomi, sosial, budaya, dan ekologis. Perencanaan tata ruang
juga merupakan sebuah ilmu ilmiah, teknik administrasi, dan
kebijakan, yang dikembangkan sebagai pendekatan lengkap dan
antar-ilmu, yang diarahkan kepada pengembangan regional dan
organisasi fisik terhadap sebuah strategi utama”.

Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik


sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai
sumber daya, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada
bangsa Indonesia yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola
secara berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta makna yang terkandung dalam falsafah dan dasar negara
Pancasila. Untuk mewujudkan amanat Pasal 33 ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut,
Undang-Undang tentang Penataan Ruang ini menyatakan bahwa
negara menyelenggarakan penataan ruang, yang pelaksanaan
wewenangnya dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
dengan tetap menghormati hak yang dimiliki oleh setiap orang.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

• terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan


lingkungan buatan;
• terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya
alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan
sumber daya manusia; dan
• terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan
ruang.

Hal tersebut di atas telah digariskan dalam Undang-


undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.

Dalam perkembangan penataan ruang, para


perencana tata ruang harus memperhatikan analisis
paradigmatic ilmu-ilmu sosial dikarenakan dalam prespektif
ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi konsep tata ruang
berkaitan dengan space (ruang) dimana kehidupan bersama
berlangsung. Kehidupan bersama dalam ruang yang sama
selalu terjadi perbedaan status sosial antar warga
masyarakat karena perbedaan latar belakang sosial, politik,
ekonomi dan budaya. Penataan tata ruang kota dengan
demikian akan berarti juga penataan (dan distribusi) sebaran
warga masyarakat berdasarkan ruang yang ada. Penataan
ruang perkotaan yang curang memperhatikan dimensi
sosiologis sudah tentu akan menuai persoalan-persoalan
sosial. Oleh karenanya menjadi sangat signifikan melibatkan
para sosiolog yang biasa menganalisis bagaimana setting
sosial muncul, hidup dan berkembang di suatu masyarakat.
Tujuan konsep tata ruang dan analisis sosiolog adalah untuk
mewujudkan dan tetap terjaga keseimbangan alam dan
sosial. Berbagai permasalahan sosial yang sering terjadi di
wilayah perkotaan merupakan kumulatif dari suatu yang
salah baik dalam existing tata ruangnya atau pengingkaran,
pengabaian, bahkan pelanggaran terhadap salah satu
komponen sistem tata ruang ataupun sistem sosialnya.
Beberapa permasalahan sosial Perkotaan, yaitu:

a. Perkembangan penduduk yang pesat, terutama karena


arus urbanisasi dan arah perkembangan kota yang tak
terkontrol akibat konsentrasi pada pembangunan fisik;.
b. persoalan tanah semakin problematik, karena kebutuhan
akan tanah semakin hari semakin tinggi dan juga banyak
orang memburu tanah bukan untuk tempat tinggal tapi
untuk investasi;
c. Arus urbanisasi terutama pendatang yang tidak
mempunyai ketrampilan dan kesempatan kerja, akhirnya
sebagian kemudian menempuh berbagai cara untuk
mencari nafkah. Hal-hal tersebut diatas menjadi beban
pemerintah kota yang harus diselesaikan untuk
menciptakan kota yang bersih, indah, aman, tertib dan
nyaman.
SIMPULAN

Dalam merencanakan tata ruang ditinjau dari aspek


sosial, ekonomi, dan sumber daya alam adalah :
1. Permasalahan sosial yang timbul akibat dampak
urbanisasi menjadi perhatian penting oleh
pemerintah suatu kota;
2. Konsep PDRB Hijau sebagai implementasi dari
pembangunan berwawasan lingkungan yang
mengedepankan perimbangan keuangan pusat dan
daerah yang lebih proposional dan partisipatif;
3. Rencana tata ruang yang tepat sebagai pedoman
pemerintah dalam melaksanakan pembangunan
berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai