0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
44 tayangan5 halaman
1. Ilmu sosial berkaitan dengan perencanaan tata ruang karena mempelajari aspek-aspek masyarakat dan lingkungan sosialnya;
2. Perencanaan tata ruang harus mempertimbangkan analisis paradigmatik ilmu-ilmu sosial karena berkaitan dengan konsep ruang tempat kehidupan bersama berlangsung;
3. Rencana tata ruang yang mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan sumber daya alam dip
1. Ilmu sosial berkaitan dengan perencanaan tata ruang karena mempelajari aspek-aspek masyarakat dan lingkungan sosialnya;
2. Perencanaan tata ruang harus mempertimbangkan analisis paradigmatik ilmu-ilmu sosial karena berkaitan dengan konsep ruang tempat kehidupan bersama berlangsung;
3. Rencana tata ruang yang mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan sumber daya alam dip
1. Ilmu sosial berkaitan dengan perencanaan tata ruang karena mempelajari aspek-aspek masyarakat dan lingkungan sosialnya;
2. Perencanaan tata ruang harus mempertimbangkan analisis paradigmatik ilmu-ilmu sosial karena berkaitan dengan konsep ruang tempat kehidupan bersama berlangsung;
3. Rencana tata ruang yang mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan sumber daya alam dip
Ilmu sosial (bahasa Inggris: social science) adalah
sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang manusia dan lingkungan sosialnya. Sedangkan, tata ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. serta, Perencanaan tata ruang adalah ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup kebijakan yang dibuat dalam masyarakat terkait dengan perekonomian, sosial, dan kebudayaan mereka.
Dalam Ilmu tata ruang, ilmu sosial memiliki keterkaitan
Dalam Struktur ruang. Dalam struktur ruang meliputi susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Salah satu definisi awal perencanaan tata ruang diambil dari
European Regional/Spatial Planning Charter (disebut juga Torremolinos Charter), yang diadopsi pada tahun 1983 oleh Konferensi Menteri Eropa yang bertanggung jawab atas Regional Planning (CEMAT), yang berbunyi: "Perencanaan tata ruang memberikan ekspresi geografis terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi, sosial, budaya, dan ekologis. Perencanaan tata ruang juga merupakan sebuah ilmu ilmiah, teknik administrasi, dan kebijakan, yang dikembangkan sebagai pendekatan lengkap dan antar-ilmu, yang diarahkan kepada pengembangan regional dan organisasi fisik terhadap sebuah strategi utama”.
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik
sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta makna yang terkandung dalam falsafah dan dasar negara Pancasila. Untuk mewujudkan amanat Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, Undang-Undang tentang Penataan Ruang ini menyatakan bahwa negara menyelenggarakan penataan ruang, yang pelaksanaan wewenangnya dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan tetap menghormati hak yang dimiliki oleh setiap orang. Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:
• terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan; • terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan • terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Hal tersebut di atas telah digariskan dalam Undang-
undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Dalam perkembangan penataan ruang, para
perencana tata ruang harus memperhatikan analisis paradigmatic ilmu-ilmu sosial dikarenakan dalam prespektif ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi konsep tata ruang berkaitan dengan space (ruang) dimana kehidupan bersama berlangsung. Kehidupan bersama dalam ruang yang sama selalu terjadi perbedaan status sosial antar warga masyarakat karena perbedaan latar belakang sosial, politik, ekonomi dan budaya. Penataan tata ruang kota dengan demikian akan berarti juga penataan (dan distribusi) sebaran warga masyarakat berdasarkan ruang yang ada. Penataan ruang perkotaan yang curang memperhatikan dimensi sosiologis sudah tentu akan menuai persoalan-persoalan sosial. Oleh karenanya menjadi sangat signifikan melibatkan para sosiolog yang biasa menganalisis bagaimana setting sosial muncul, hidup dan berkembang di suatu masyarakat. Tujuan konsep tata ruang dan analisis sosiolog adalah untuk mewujudkan dan tetap terjaga keseimbangan alam dan sosial. Berbagai permasalahan sosial yang sering terjadi di wilayah perkotaan merupakan kumulatif dari suatu yang salah baik dalam existing tata ruangnya atau pengingkaran, pengabaian, bahkan pelanggaran terhadap salah satu komponen sistem tata ruang ataupun sistem sosialnya. Beberapa permasalahan sosial Perkotaan, yaitu:
a. Perkembangan penduduk yang pesat, terutama karena
arus urbanisasi dan arah perkembangan kota yang tak terkontrol akibat konsentrasi pada pembangunan fisik;. b. persoalan tanah semakin problematik, karena kebutuhan akan tanah semakin hari semakin tinggi dan juga banyak orang memburu tanah bukan untuk tempat tinggal tapi untuk investasi; c. Arus urbanisasi terutama pendatang yang tidak mempunyai ketrampilan dan kesempatan kerja, akhirnya sebagian kemudian menempuh berbagai cara untuk mencari nafkah. Hal-hal tersebut diatas menjadi beban pemerintah kota yang harus diselesaikan untuk menciptakan kota yang bersih, indah, aman, tertib dan nyaman. SIMPULAN
Dalam merencanakan tata ruang ditinjau dari aspek
sosial, ekonomi, dan sumber daya alam adalah : 1. Permasalahan sosial yang timbul akibat dampak urbanisasi menjadi perhatian penting oleh pemerintah suatu kota; 2. Konsep PDRB Hijau sebagai implementasi dari pembangunan berwawasan lingkungan yang mengedepankan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang lebih proposional dan partisipatif; 3. Rencana tata ruang yang tepat sebagai pedoman pemerintah dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan.