Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

KEGIATAN XV

PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG

KELOMPOK 3

BIOLOGI ROMBEL 2 2017

Disusun Oleh:

Nurul Fadhilah 4411417017

Rhismayanti 4411417053

Wirasta Driya Arifian 4411417067

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
KEGIATAN XV

PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG

Tanggal : 17 Mei 2019


I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari dan memahami Hukum Kesetimbangan Hardy-Weinberg
2. Menguji kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan menghitung frekuensi alel dan
frekuensi genotip
II. LANDASAN TEORI
Asas Hardy-Weinburg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe
dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari
satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu
yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut
meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi terbatas, hanyutan
genetik, dan aliran gen. Adalah penting untuk dimengerti bahwa di luar laboratorium,
satu atau lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan Hardy-
Weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik adalah
suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur
perubahan genetik (Engels, 2009).
Frekuensi gen pada suatu populasi dapat berubah apabila terjadi evolutionary
forses,yaitu faktr yag berpera dalam megubah frekuesi alel da genotip, antara lain:
mutasi, migrasi, perkawinan tidak acak, genetic drift dan seleksi alam (Khoiriyah,
2014).

Syarat-syarat hukum kesetimbagan Hardy-Weinberg yakni :

1. Jumlah populasi besar


pada suatu populasi yang kecil, aliran genetic merupakan kesempatan fluktuasi
dalam gene pool dan dapat mengubah frekuensi alel, jadi ukuran populasi harus
besar agar frekuensi alel dalam gene pool selalu konstan (Henuhili, 2015).
2. Perkawinan secara acak
Jika individu memilih pasangannya dengan sifat tertentu, maka pencampuran
secara acak gamet- gamet seperti yang diharapkan pada Hardy-weinberg tidak
akan terjadi.
3. Tidak terjadi mutasi
Mutasi gen adalah perubahan DNA yang dapat mnyebabkan terjadinya
perubahan sifat suatu organisme yang berwsifat menurun, mutasi dapat terjadi
dengan adanya pengaruh luar dan tanpa pengaruh factor luar, mutasi yang terjadi
tanpa pengaruh factor luar mempunyai dua sifat yaitu sangat jarang terjasi dan
umumnya tidak menguntungkan,mutasi merupakan mekanisme evolusi yang
terjadi yang sangat penting dan dapat membentuk spesiasi.
4. Tidak ada seleksi
Keberhasilan mempertahankan hidup dan reproduksi dapat mengubah gene pool
karena mendukung adanya perpindahan beberapa alel dengan mengorbankan
beberapa alel lalinnya.
5. Tidak ada migrasi
Gene flow merupakan transfer alel antar populasi yang berhubungan dengan
perpindahan gamet yang dapat merubah gene pool, Frekuensi adlah
perbandingan antara individu banyak dalam populasi terhadap jumlah seluruh
individu (Tanto, 2014).
Faktor- factor yang mempengaruhi frekuensi gen adalah:
1. Seleksi
Seleksi merupakan suatu prses yang melibatkan kekuatan-kekuatan untuk
menentukan ternak mana yang boleh berkembang biak pada generasi
selanjutnya, kekuatan itu dapat dikontrol sepenuhnya oleh alam yang disebut
seleksi alam, jika keuatan itu dikontrol oleh manusia maka prosesnya disebut
seleksi buatan
2. Mutasi
Mutasi adalah suatu perubahan kimia gen yang berskibat berubahnya fungsi
gen. jika gen mengalami mutasi dengan kecepatan tetap maka frekuensi gen
akan sedukit menurun, sedangkan frekuensi alel akan meningkat laju mutasi
sangat bervariasi, Namun laju relatif (kira-kira satu dalam satu juta
penggandaan gen).
3. Pencampuran populasi
Percampuran dua populasi yang frekuensi gennya berbeda dap[at mengubah
frekuensi gen tertentu, frekuensi gen ini merupakan rataan dari frekuensi gen
dari dua populasi yang bercampur.
4. Inbreeding (silang dalam) dan outbreeding( silang luar)
Silang dalam merupakan salah satu bentuk isolasi genetik, jika satu populasi
terisolasi , silang dalam cenderung terjaid karena adanya keterbatasan pilihan
dalam proses perkawinan, oleh karena itu silang dalam merupakan suatu
isolasi buatan.sebenarnya gen awal tidak merubah frekuensi gen awal pada
saat proes silang dalam dimulai, jika terjasi perubahan frekuensi gen maka
perubahan itu disebabkan adanya seleksi, mutasi dan pengaruh sampel acak,
jika silang luar dilakukan pada suatu populasi yang memiliki rasio jens
kelamin yang sama dengan frekuensi gen pada lokus yang sama pada kedua
jenis kelamin maka frekuensi gen tidak akan berubah akibat pengaruh
langsung silang luar (Suryo, 2015).
5. Genetic drift
Genetic drift merupakan Perubahan frekuensi gen yang mendadak, biasanya
terjadi pada kelompok kecil ternak yang dipindahkan untuk tujuan
pemuliaan ternak atau perbiakan, jika kelompok ternak diisolasi dari
kelompok ternak asalnya maka frekuensi gen yang terbentuk pada populasi
baru dapat berubah, genetic drift dapat pula disebabkan oleh adanya bencana
alam, missal matinya sebagian ternak yang memiliki gen tertentu (Noor,
2017).

Menurut Nugroho et al (2016), frekuensi genotip dapat mengalami perubahan


jika kondisi-kondisi berikut terpenuhi:

- Individu dari satu genotip memiliki kemungkinan untuk menghasilkan


keturunan dengan genotip yang sama, dibandingkan dengan yang berbeda
genotype.
- Migrasi individu yang terjadi di antara populasi.
- Terisolasi untuk bereproduksi dalam grup-grup kecil atau terpisah dari populasi
yang lebih besar (hanyutan genetic).
- Mutasi yang mengakibatkan terbentuknya alel baru dalam suatu populasi .
- Individu dengan genotype tertentu lebih berpotensi untuk menghasilkan
keturunan yang layak dan subur pada kondisi lingkungan yang spesifik daripada
individu-individu dengan genotype yang lain (seleksi alam).
Dalam perkembangan sekarang, kondisi-kondisi di atas, kecuali mutasi,
merupakan hal yang cukup umum terjadi. Oleh karena itu, kesetimbangan genetika,
yaitu tidak terjadinya perubahan pada frekuensi alel merupakan hal yang jarang
terjadi.
Karakter susunan genetic dan persebaran alel-alel yang bervariasi sangat
ditentukan oleh gen parentalnya. Perubahan frekuensi alel dan genotype suatu
populasi merupakan indikasi adanya mikroevolusi, yaitu evolusi yang terjadi pada
tingkat kecil (gen). Menurut Campbell dan Mitchell (2010), menyatakan bahwa
apabila frekuensi alel atau genotype menyimpang dari nilai yang diharapkan dari
kesetimbangan Hardy-Weinberg, maka populasi itu dikatakan berevolusi. Uji chi-
square merupakan uji yang dapat menunjukkan adanya penyimpangan struktur
genetic terhadap Hukum Hardy-Weinberg. Hasil uji chi-square diperoleh X2 hitung
≥ X2 tabel = 11,54 ≥ 7,82. Dari hasil chi-square, maka diketahui bahwa populasi
yang diobservasi berada dalam ketidakseimbangan Hukum Hardy-Weinberg
(Prasetyo, 2012).

III. METODE
A. ALAT/BAHAN
1. Kancing genetika 2 macam warna dengan perbandingan 2:3
2. Dua kotak untuk rtempat kancing genetika
3. Alat tulis
B. CARA KERJA

Memasukan 2 warna kancing missal 20 warna kancing hijau dan 30


warna kancing kuning

Mengambil kancing dalamkotak secara acak, mencatat genotip yang


diperoleh

Mengembalikan kancing yang telah terambil pada kotaknya


Menentukan pola sulur dari ke sepuluh jari tangan

Mengulangi tahap tersebut hinggga diperoleh 100 individu

Menghitung fekuensi alel A dan alel a dari jumlah genotip hasil


pengacakan

Membandingkan frekuensi alel dan frekuensi genotip populasi awal


terhadp populasi baru

Menguji dengan chi quadrat

IV. HASIL KEGIATAN


Tabel 1. Perhitungan Perkawinan Secara Acak
Pasangan gamet
Tally Jumlah Frekuensi (%)
(genotip individu)
IIIII IIIII IIIII IIIII 31 31
AA
IIIII IIIII I
IIIII IIIII IIIII IIIII 46 47
Aa IIIII IIIII IIIII IIIII
IIIII I
IIIII IIIII IIIII IIIII 23 22
aa
IIIII III
Total 100 100 100

1
(Jumlah genotip AA+ Jumlah genotip Aa)
2
Frekuensi Alel A =
Total
31+23
=
100
= 0, 54
1
(Jumlah genotip aa+ Jumlah genotip Aa)
2
Frekuensi Alel a =
Total
23+23
=
100
= 0, 46
Tabel 2. Uji Chi-Square Genotip
Pasangan
Fh Fo IFo-FhI IFo-FhI2 X2
Gamet
AA 25 31 6 36 1,44
Aa 50 46 4 16 0,18
aa 25 23 2 4 0,16
Total 100 100 12 56 1,78
Db Genotip

Db = n – 1 = 3 – 1 = 2

P = 0,25

Kriteria Pengujian

Ho diterima bila X2 hitung < X2 tabel

X2 hitung < X2 tabel = 1,78 < 2,77

Kesimpulan Ho diterima

Jadi, percobaan yang dilakukan sesuai dengan Hukum Hardy Weinberg karena
Perbandingan Genotip mendekati perbandingan genotip dari perkawinan monohibrid =
AA: Aa : aa = 1,24 : 1,84 : 0,92

Tabel 2. Uji Chi-Square Alel


Alel Fh Fo IFo-FhI IFo-FhI2 X2
A 0,6 0,545 0,055 0,003 0,005
a 0,4 0,465 0,065 0,004 0,01
Total 1 1 0,20 0,007 0,15

Db Genotip

Db = n – 1 = 2 – 1 = 1
P = 0,00

Kriteria Pengujian

Ho diterima bila X2 hitung < X2 tabel

X2 hitung < X2 tabel = 0,15 < 0,02

Kesimpulan Ho diterima

Jadi, percobaan yang dilakukan sesuai dengan Hukum Hardy Weinberg karena
Perbandingan Alel dominan dan resesif mendekati perbandingan aslinya yaitu 3:2 dan
diperoleh perbandingan = Alel A: Alel a = 2,7 : 2,3

V. PEMBAHASAN
Hukum Hardy Weinberg adalah hukum yang menyatakan bahwa jika terdapat
keragaman gen (alel-alel) pada suatu populasi dengan sistem perkawinan yang
acak, maka frekuensi gen dari suatu generasi ke generasi berikutnya akan tetap
dalam keseimbangan (equilibrium) selama tekanan-tekanan lain (mutasi, migrasi
dan seleksi alam) tidak ada. Chi square sering digunakan untuk menilai
kesetimbangan Hardy Weinberg dalam sampel acak. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi Hardy Weinberg adalah perkawinan secara acak, tidak ada
mutasi gen, tidak terjadi migrasi, dan tidak terjadi seleksi. Keseimbangan pada
hukum Hardy Weinberg dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu genotip yang ada
mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama, perkawinan secara acak, tidak ada
mutasi gen, tidak terjadi migrasi, dan tidak terjadi seleksi (Nugroho et al., 2016).
Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan dilakukan perhitungan untuk
mencari frekuensi genotip AA, Aa dan aa yang dihitung dari jumlah genotip yang
diketahui dibagi dengan jumlah alel keseluruhan dalam suatu populasi yaitu sebesar
100, kemudian dikalikan 100% untuk mengetahui besar persentase.Berdasarkan
percobaan kesetimbangan Hardy-Weinberg yang telah dilakukan pada tanggal 17
Mei 2019 oleh kelompok 3 dengan permisalan yang digunakan adalah kancing.
Kancing berwarna hijau sebagai gen dominan sedangkan kancing kuning sebagai
gen resesif yang perbandingan jumlah kancing keduanya sebesar 3:2. Percobaan
seleksi alam yang dilakukan sebanyak 100 kali pengambilan dan diperoleh hasil
yaitu, genotipe AA yaitu kancing warna hijau-hijau berjumlah 31 dengan frekuensi
sebesar 31%. Genotip Aa yaitu kancing warna hijau- kuning berjumlah 46 dengan
frekuensi 46% dan genotip aa yaitu kancing warna kuning- kuning berjumlah 23
dengan frekuensi sebesar 23%. Maka total frekeunsi yang diperoleh adalah 100%.
Selanjutnya nilai frekuensi masing-masing genotip dihitung nilai dari frekuensi
teoritis dari tiap genotip dengan menggunakan persamaan (p2 + 2pq + q2) yaitu 1.
Dari data pengamatan yang diperoleh hasil yaitu ( 0,2916+ 0,4968+ 0,2116= 1)
dimana p= 0,54 dan q= 0,46. Hasil yang diperoleh sesuai dengan hukum Hardy
Weinberg yang menyatakan bahwa jika terdapat keragaman gen (alel-alel) pada
suatu populasi dengan perkawinan acak, maka frekuensi gen dari satu generasi ke
generasi berikutnya akan tetap dalam keadaan seimbang selama tekanan-tekanan
lain tidak ada.
Frekuensi gen pada suatu populasi dapat berubah apabila terdapat faktor-faktor
yang berperan dalam mengubah frekuensi alel dan genotip, antara lain mutasi,
migrasi, perkawinan tidak acak, genetic drift dan seleksi alam. Migrasi dan genetic
drift diduga menjadi faktor yang mengubah frekuensi alel dan genotip pada
populasi. Hukum Hardy Weinberg menyebutkan apabila tidak ada faktor faktor
yang dapat mengubah frekuensi gen pada suatu populasi, dan populasi tersebut
mengadakan perkawinan secara acak dari generasi ke generasi berikutnya maka
frekuensi gen tersebut tidak akan mengalami perubahan. Faktor- faktor yang dapat
mengubah frekuensi gen dalam suatu populasi adalah adanya seleksi, mutasi,
migrasi, dan random drift (Engels, 2009).
Sedangkan nilai frekuensi alel A dan a diperoleh dengan cara: Alel a; Jumah
genotipe AA ditambah dengan setengah alel heterozigot yaitu Aa kemudian dibagi
dengan jumlah seluruh alel yaitu 100. Hasil yang diperoleh untuk frekuensi alel A
sebesar 0,54 dan untuk perhitungan alel a menggunakan cara yang sama namun
koefisien alel menggunakan jumlah alel a sehingga diperoleh 0, 46.
Perubahan pada frekuensi alel dalam sebuah populasi organisme yang saling
berkembangbiak menyebabkan terjadinya evolusi. Untuk memahami mekanisme
yang menyebabkan sebuah populasi berevolusi, adalah sangat berguna untuk
memperhatikan kondisi-kondisi apa saja yang diperlukan oleh suatu populasi untuk
tidak berevolusi. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel
(variasi pada sebuah gen) pada sebuah populasi yang cukup besar akan tetap
konstan jika gaya dorong yang terdapat pada populasi tersebut hanyalah penataan
ulang alel secara acak selama pembentukan sperma atau sel telur dan kombinasi
acak alel sel kelamin ini selama pembuahan. Populasi seperti ini dikatakan sebagai
dalam kesetimbangan Hardy-Weinberg dan tidak berevolusi. Suatu populasi
dikatakan memenuhi Hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, apabila terjadinya
kawin acak diantara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki
peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan genotip yang
sama maupun berbeda dengannya. Melalui sistem kawin acak ini, frekuensi alel
akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi di samping kawin acak, ada
persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum keseimbangan Hardy-
Weinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan seleksi. Penting untuk dimengerti
bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh
karena itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi di
alam. Kesetimbangan genetik adalah suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan
sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan genetik (Suryo, 2015).
Kemudian untuk menguji terjadi penyimpangan dilakukan dengan uji chi-
square. Penyimpangan yang kecil relatif lebih dapat diterima pada penyimpangan
yang besar.Selain itu apabila penyimpangan tersebut semakin sering terjadinya
dapat dikatakan semakin normal dan cendrung lebih dapat diterima dari pada
penyimpangan yang jarang terjadi. Apabila X2hitung˂ X2tabel berarti menunjukkan
keseimbangan pada Hukum Hardy Weinberg, dan sebaliknya. Nilai heterozigositas
berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila heterozigositas mendekati 0 maka nilai
heterozigositas rendah, dan apabilanilai heterozigositas mendekati 1 maka nilai
heterozigositas tinggi. Hasil X2tabel untuk frekuensi genotipe sebesar 1,92 dengan
derajat bebas 3 dan dapat ditarik kesimpulan X2hitung˂ X2tabel, 1,92 < 2,77
sehingga Ho diterima yaitu frekuensi genotipe AA, Aa dan aa sebesar 1:2:1.
Sedangkan nilai X2frekensi alel didapatan sebesar 0,014 sehingga nilai X2hitung˂
X2tabel, 0,014 < 0,02 sehingga Ho diterima yaitu frekuensi alel A dan a sebesar
3:2.
VI. KESIMPULAN
1. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa jika terdapat keragaman gen (alel-
alel) pada suatu populasi dengan perkawinan acak, maka frekuensi gen dari satu
generasi ke generasi berikutnya akan tetap dalam keadaan seimbang selama
tekanan-tekanan lain tidak ada.
2. Hasil yang diperoleh sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg, didapat nilai
frekuensi pada Hardy-Weinberg untuk genotipe AA sebesar 0,31 genotipe
frekuensi Aa sebesar 0,46 genotipe frekuensi aa sebesar 0,23 sehingga nilai dari
perhitungan frekuensi teoritis dari tiap genotipe dengan menggunakan
persamaan p2 + 2pq + q2 adalah 1.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, R. dan Mitchell. 2010. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Engels William. 2009. Exact Test for Hardy-Weinberg Proportions. Genetic Journal.
Vol (183): 1431-1441.

Henuhili, Victoria. 2015. Genetika dan Evolusi. Yogyakarta: FMIPAUniversitas Negeri


Yogyakarta.

Khoiriyah, Yustin Nur. 2014. Karakter Genetika Populasi Bedeng 61 B Desa


Wonokarto Kabupaten Lampung Timur Pasca Program Kolonisasi Pemerintah
Belanda. Biogenesis. Vol 2(2): 132-137.

Noor, Ronny Rahman. 2017. Genetika Ternak. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nugroho, B. P. S., Sutopo & E. Kurnianto. 2016. Polimorfisme Protein Darah Ayam
Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam di Satuan Kerja Non Ruminansia
Temanggung. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia. 2(1): 159-165.

Prasetyo, Agus dan Supratman . 2012. Dinamika Gen Dalam Populasi. Makalah.
Malang: PPs UM.

Pratiwi, K. D. dan Perdanakusuma, D. 2014. Hubungan Antara Golongan Darah


dengan Timbulnya Keloid Pascaluka [Karya Ilmiah]. Surabaya: Departemen/SMF
Ilmu Bedah Platik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.

Suryo. 2015. Genetika Manusia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Tanto. 2014. Pemuliaan Tanaman degan Hibridisasi. Jakarta:Raja Grafindo Persada.


JAWABAN PERMASALAHAN

1. Bagaimanakah frekuensi alel dan frekensi genotip dari dua generasi yang
saudara hasilkan?
Hasil yang diperoleh dari dua generasi untuk frekensi alel sebesar 0,54: 0,46
atau 3:2 dan frekuensi genotipe sebesar 31: 46: 23 atau 1:2:1. Frekuensi yang
dihasilkan berbeda sangat nyata. Namun hasil yang diperoleh sesuai dengan
hukum Hardy-Weinberg, didapat nilai frekuensi pada Hardy-Weinberg untuk
genotipe AA sebesar 0,31 genotipe frekuensi Aa sebesar 0,46 genotipe frekuensi
aa sebesar 0,23 sehingga nilai dari perhitungan frekuensi teoritis dari tiap
genotipe dengan menggunakan persamaan p2 + 2pq + q2 adalah 1.

JAWABAN PERTANYAAN

1. Perkawinan acak adalah suatu perkawinan dimana tiap individu dalam populasi
tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk kawin silang dengan individu
lain dalam populasi atau keadaan yang memungkinkan terjadinya perkawinan
antara jantan dan betina dewasa secara acak
2. Genetic drift adalah akumulasi kejadian acak yang menggeser tampilan gene
pool secara perlahan dari keadaan setimbang, namun semakin membesar seiring
berjalannya waktu.

DOKUMENTASI

Kancing Hijau = Alel Pengambilan Secara Acak Pengambilan Secara Acak


Dominan Sedangkan Kuning
= Alel resesif

Anda mungkin juga menyukai