Anda di halaman 1dari 12

HUKUM ISLAM TENTANG MUAMALAH

DOSEN PEMBIMBING
LUCKY ENGGRANI FITRI, SE, M.Si
DI SUSUN OLEH
NUR FADHILAH
(C1A018009)

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ujian tengah semester dari dosen mata kuliah
Ekonomi Islam. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai Hukum Islam Tentang Muamalah bagi pembacanya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Lucky Enggrani Fitri, SE,M.Si , selaku
dosen mata kuliah Ekonomi Islam yang telah memberi tugas ini, sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan saya.
Saya menyadari makalah yang saya buat ini jauh dari kata sempurna, baik dari
segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca akan menjadi acuan bagi saya dalam pembuatan makalah
yang lebih baik lagi.

Jambi, 13 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Muamalah secara bahasa berarti saling melakuakan atau saling menukar. Artinya
perbuatan muamalah adalah perbuatan yang melibatkan lebih dari satu orang yang
berakibat timbulnya hak dan kewajiban. Secara umum ulama fikih mengartikan
muamalah sebagai hokum Syariah atau perundang-undangan yang berkaitan
dengan keduniaan, atau dalam artian sempit adalah transaksi bisnis.

Aktifitas kehidupan manusia yang begitu kompleks yang terjadi dalam kehidupan
kita sehari-hari sangatlah rentan akan terjadinya konfilk antara orang perorang
maupun anggota masyarakat. Dalam bidang ekonomi contohnya banyak hal-hal
yang perlu kita waspadai karena dalam kegiatan ekonomi mengikat seseorang
dengan orang lain baik dalam bentuk jual beli, sewa menyewa, dan lain sebagainya.
Islam mengajarkan kegiatan ekonomi dengan tujuan untuk saling mendapatkan
manfaat dari setiap transaksi ekonomi tanpa merugikan salah satu pihak, hubungan
antara seseorang dengan orang lain baik itu pribadi maupun berbentuk badan hukum
dan diatur dalam hukum-hukum islam.

1.2 Rumusa Masalah


1. Apa pengertian muamalah?
2. Apa saja asas-asas transaksi ekonomi dalam islam?
3. Bagaimana cara penerapan transaksi ekonomi dalam islam?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian muamalah
2. Menjelaskan asas-asas transaksi ekonomi dalam islam
3. Menjelaskan cara penerapan transaksi ekonomi dalam islam
BAB II
PEMBAHASA

1. PENGERTIAN MUAMALAH

Muamalah merupakan bagian dari hukum Islam yang mengatur hubungan


antara seseorang dan orang lain. Contoh hukum Islam yang termasuk muamalah,
seperti jual beli, sewa menyewa, serta usaha perbankan dan asuransi yang islami.
Dari pengertian muamalah tersebut ada yang berpendapat bahwa muamalah
hanya menyangkut permasalahan hak dan harta yang muncul dari transaksi
antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang dan badan hukum
atau antara badan hukum yang satu dan badan hukum yang lain.

2. ASAS-ASAS TRANSAKSI EKONOMI DALAM ISLAM


Ekonomi adalah sesuatu yang berkaitan dengan cita-cita dan usaha
manusia untuk meraih kemakmuran, yaitu untuk mendapatkan kepuasan dalam
memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Transaksi ekonomi maksudnya perjanjian atau akad dalam bidang
ekonomi, misalnya dalam jual beli, sewa-menyewa, kerjasama di bidang pertanian
dan perdagangan. Contohnya transaksi jual beli.
Dijelaskan bahwa dalam setiap transaksi ada beberapa prinsip dasar (asas-asas)
yang diterapkan syara’, yaitu:
a. Setiap transaksi pada dasarnya mengikat orang (pihak) yang melakukan
transaksi, kecuali apabila transaksi itu menyimpang dari hukum syara’, misalnya
memperdagangkan barang haram. (Lihat Q. S. Al-Ma’idah, 5:1)
b. Syarat-syarat transaksi dirancang dan dilaksanakan secara bebas tetapi penuh
tanggung jawab, tidak menyimpang dari hukum syara’ dan adab sopan santun.
c. Setiap transaksi dilakukan secara sukarela, tanpa ada paksaan dari pihak mana
pun. (Lihat Q.S. An-Nisa’ 4: 29!)
d. Islam mewajibkan agar setiap transaksi, dilandasi dengan niat yang baik dan
ikhlas karena Allah SWT, sehingga terhindar dari segala bentuk penipuan, dst.
Hadis Nabi SAW menyebutkan: ”Nabi Muhammad SAW melarang jual beli yang
mengandung unsur penipuan.” (H.R. Muslim)
e. Adat kebiasaan atau ’urf yang tidak menyimpang dari syara’, boleh digunakan
untuk menentukan batasan atau kriteria-kriteria dalam transaksi. Misalnya,
dalam akad sewa-menyewa rumah.
Insya Allah jika asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam dilaksanakan, maka
tujuan filosofis yang luhur dari sebuah transaksi, yakni memperoleh mardatillah
(keridaan Allah SWT) akan terwujud.
3. CARA PENERAPAN TRANSAKSI EKONOMI DALAM ISLAM
1. Jual Beli
a. Pengertian, Dasar Hukum, dan Hukum Jual Beli
Jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual (yakni pihak yang
menyerahkan/menjual barang) dan pembeli (sebagai pihak yang
membayar/membeli barang yang dijual).
Jual beli sebagai sarana tolong menolong sesama manusia, di dalam Islam
mempunyai dasar hukum dari Al-Qui’an dan Hadis. Ayat Al-Qur’an yang
menerangkan tentang jual beli antara lain Surah Al-Baqarah, 2: 198 dan 275 serta
Surah An-Nisa’ 4: 29.
b. Rukun dan Syarat Jual Beli
Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus
dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara’ (hukum Islam).
 Orang yang melaksanakan akad jual beli (penjual dan pembeli).
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah:
1) Berakal
2) Balig
3) Berhak menggunakan hartanya
 Sigat atau ucapan ijab dan Kabul
Ulama fiqih sepakat bahwa unsur utama dalam jual beli adalah kerelaan
antara penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam hati, maka
harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual) dan kabul (dari
pihak pembeli).
 Barang yang diperjualbelikan
Syarat-syarat barang yang diperjualbelikan antara lain:
1) Barang yang diperjualbelikan sesuatu yang halal
2) Barang itu ada manfaatnya
3) Barang itu ada di tempat, atau tidak ada tetapi sudah tersedia di tempat lain
4) Barang itu merupakan milik si penjual atau di bawah kekuasaannya
5) Barang itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan jelas
 Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sekarang ini berupa uang)
Syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual adalah:
1) Harga jual yang disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
2) Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli.
3) Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-Muqayadah (nilai tukar
barang yang dijual bukan berupa uang tetapi berupa barang) dan tidak boleh
ditukar dengan barang haram.
4) Khiyar
Khiyar ialah hak memilih bagi si penjual dan si pembeli untuk
meneruskan jual belinya atau membatalkan karena adanya sesuatu hal,
misalnya ada cacat pada barang.
dMacam-macam jual beli
1) Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi
rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
2) Jual beli yang terlarang dan tidak sah (batil) yaitu jual beli yang salah satu
atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan
sifatnya tidak disyariatkan (disesuaikan dengan ajaran Islam).
Contoh :
a) Jual beli sesuatu yang termasuk najis, seperti bangkai dan daging babi.
b) Jual beli air mani hewan ternak.
c) Jual beli hewan yang masih berada dalam perut induknya (belum lahir).
d) Jual beli yang mengandung unsur kecurangan dan penipuan.
3) Jual beli yang sah tetapi terlarang (fasid).
Karena sebab-sebab lain misalnya:
a) Merugikan si penjual, si pembeli, dan orang lain.
b) Mempersulit peredaran barang.
c) Merugikan kepentingan umum.
Contoh :
1. Mencegat para pedagang yang akan menjual barang-barangnya ke kota,
dan membeli barang-barang mereka dengan harga yang sangat murah,
kemudian menjualnya di kota dengan harga yang tinggi.
2. Jual beli dengan maksud untuk ditimbun terutama terhadap barang vital.
3. Menjual barang yang akan digunakan oleh pembelinya untuk berbuat
maksiat.
4) Menawar sesuatu barang dengan maksud hanya untuk memengaruhi
orang lain agar mau membeli barang yang ditawarnya, sedangkan orang
yang menawar barang tersebut adalah teman si penjual (najsyi).
5) Monopoli yaitu menimbun barang agar orang lain tidak membeli,
walaupun dengan melampaui harga pasaran.
2. Simpan Pinjam

4. Rukun dan syarat utang piutang atau pinjam meminjam, menurut hukum Islam
adalah:
a. Yang berpiutang (yang meminjami) dan yang berutang (peminjam), syaratnya
sudah balig dan berakal sehat.
b. Barang (uang) yang diutangkan atau dipinajmakan adalah milik sah dari yang
meminjamkan.
3. IJARAH

5. a. Pengertian
Berasal dari bahasa Arab yang artinya upah atau imbalan.
Definisi ijarah menurut ulama mazhab Syafi’i adalah transaksi tertentu terhadap
suatu manfaat yang dituju, bersifat mubah dan bisa dimanfaatkan dengan
imbalan tertentu.
b. Dasar Hukum Ijarah
Al-Qur’an yang dijadikan dasar hukum ijarah ialah Q.S. Az-Zukhruf, 43: 32, At-
Talaq, 65: 6 dan Q.S Al-Qasas, 28: 26.
c. Macam-macam ijarah
1. Ijarah yang bersifat manfaat, seperti sewa-menyewa.
2. Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah dengan cara mempekerjakan seseorang
untuk melakukan suatu pekerjaan. Ex: tukang jahit,dsb.
d. Rukun dan Syarat Ijarah
1. Kedua orang yang bertransaksi (akad) sudah balig dan berakal sehat.
2. Kedua belah pihak tsb bertransaksi dengan kerelaan (Q.S. An-Nisa’,4: 29).
3. Barang yang akan disewakan (objek ijarah) diketahui kondisi dan manfaatnya
oleh penyewa.
4. Objek ijarah bisa diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak
bercacat.
5. Objek ijarah merupakan sesuatu yang dihalalkan syara’.
6. Hal yang disewakan tidak termasuk suatu kewajiban bagi penyewa.
7. Objek ijarah adalah sesuatu yang biasa disewakan.
8. Upah/sewa dalam transaksi ijarah harus jelas, tertentu, dan sesuatu yang
bernilai harta.
e. Sifat Akad/Transaksi Ijarah
Jumhur ulama berpendapat bahwa akad/transaksi ijarah bersifat mengikat,
kecuali ada cacat, atau barang tersebut tidak bisa dimanfaatkan.
f. Tanggung Jawab Orang yang Diupah/Digaji
Ulama fikih sepakat bila objek yang dikerjakan rusak di tangan pekerja bukan
karena kelalaiannya dan tidak ada unsur kesengajaan, maka pekerja tidak dapat
dituntut ganti rugi.
Penjual jasa bila melakukan suatu kesalahan sehingga benda orang yang sedang
diperbaikinya mengalami kerusakan bukan karena kelalaian maka menurut
Imam Abu Hanifah, Zufar bin Hudailbin Qais al-Kufi (wafat 158 H/775 M),
ulama Mazhab Hambali dan Syafi’i tidak dapat dituntut ganti rugi.
g. Berakhirnya Akad Ijarah
Akan berakhir apabila:
(1) Objek ijarah hilang/musnah.
(2) Habisnya tenggang waktu yang disepakati dalam akad/transaksi ijarah.

6. Rukun ijarah ada 4, yaitu:


a. Orang yang berakad
b. Sewa/imbalan
c. Manfaat
d. Sigat/ijab kabul

7. D. Kerja Sama Ekonomi dalam Islam


1. Syirkah

8. Syirkah berarti perseroan/persekutuan, yaitu persekutuan antara 2 orang/lebih


yang bersepakat untuk bekerjasama dalam suatu usaha, yang
keuntungan/hasilnya untuk mereka bersama. (Q.S. Al-Ma’idah, 5: 2)
Syirkah dapat dibagi menjadi 2:
a. Syarikat harta (syarikat ’inan)
yaitu akad dari 2 orang/lebih untuk bersyarikat/berkongsi pada harta yang
ditentukan dengan maksud untuk memperoleh keuntungan. Ketentuan yang
harus dipenuhi adalah:
• Sigat/lafal akad (ucapan perjanjian)
Dalam sistem perekonomian modern lafal itu digantikan dalam akte notaris.
• Anggota-anggota syariat
o Balig, berakal sehat, merdeka, dan dengan kehendaknya sendiri.
• Pokok atau modal dan pekerjaan
Dalam kehidupan modern bentuk syarikat harta dapat dikemukakan sbb:
+ Firma : persekutuan antara 2 orang/ lebih untuk mendirikan dan menjalankan
suatu perusahaan yang didirikan dan dimodali oleh 2 orang/lebih, yang
bertanggung jawab bersama terhadap perusahaan.
+ CV (Commanditaire Venootschaf) : merupakan perluasan dari firma.
+ PT (Perseroan Terbatas) : suatu bentuk perusahaan yang modalnya terdiri dari
saham-saham.
b. Syarikat kerja
adalah gabungan 2 orang atau lebih untuk bekerjasama dalam suatu jenis
pekerjaan dengan ketentuan hasil kerja dibagi ke seluruh anggota sesuai
perjanjian.
Manfaat:
a. Menjalin hubungan persaudaraan.
b. Memenuhi kebutuhandan meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota
syarikat.
c. Menyelesaikan dengan baik pekerjaan besar yang tidak dapat dikerjakan
sendiri.
d. Melahirkan kemajuan iptek, eko dan kebudayaan serta hankam.
2. Mudarabah

9. Atau qirad : pemberian modal dari pemilik modal kepada seseorang yang akan
memperdagangkan modal dengan ketentuan bahwa untung-rugi ditanggung
bersama sesuai dengan perjanjian antara keduanya pada waktu akad.
Ketentuan:
a. Muqrid (pemilik modal) dan muqtarid (yang menjalankan modal), sudah balig,
akal sehat, dan jujur.
b. Uang/ barang yang dijadikan modal hendaknya diketahuijumlahnya.
c. Jenis usaha dan tempat sebaiknya disepakati bersama.
d. Besarnya keuntungan bagi muqrid dan muqtarid, hendaknya sesuai dengan
kesepakatan pada akad.
e. Muqtarid hendaknya bersikap jujur dan tidak menggunakan modal tanpa izin
muqrid.
Hikmah:
a. Mewujudkan persaudaraan dan persatuan.
b. Mengurangi/menghilangkan pengangguran.
c. Memberikan pertolongan pada fakir miskin untuk dapat hidup mandiri.
3. Muzara’ah, Mukharabah, dan Musaqah

10. Para pemilik tanah dapat memanfaatkan tanahnya sbb:


a. Ditanami untuk kepentingan keluarga dan disedekahkan
b. Meminjamkan kepada fakir miskin.
c. Digarap melalui muzara’ah, mukharabah, dan musaqah.
1) Muzara’ah dan Mukharabah
Muzara’ah: paruhan hasil sawah antara pemilik dan penggarap, benih dari
pemilik.
Mukharabah: benig dari penggarap.
Ketentuan:
+ Pemilik dan penggarap balig, akal sehat, dan jujur.
+ Digarap betul-betul.
+ Ditentukan lamanya masa penggarapan.
+ Besarnya paruhan ladang untuk pemilih dan penggarap ditentukan berdasar
musyawarah.
+ Pemilik dan penggarap menaati ketentuan-ketentuan.
2) Musaqah
Ialah paruhan hasil kebun antara pemilik dan penggarap.
Ketentuan:
+ Mewujudkan persaudaraan dan tolong menolong.
+ Mengurangi dan menghilangkan pengangguran.
+ Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah pertanian.
+ Usaha pencegahan terhadap lahan kritis.
+ Melestarikan keindahan alam.
4. Sistem Perbankan yang Islami

11. Bank Islam : lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran disesuaikan dengan prinsip syariat
Islam.
5. Sistem Asuransi yang Islami

12. Asuransi : akad antara penanggung dan yang mempertanggungkan sesuatu. (Q.S.
Al-Ma’idah, 5: 2)
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari makalah ini dapat disimpulkan muamalah adalah
hukum islam yang berkaitan dangan hak dan harta yang muncul dari transaksi
antara seseorrang dengan orang lain, atau seseorang dengan badan hukum, atau
antara badan hukum yang satu dengan badan hukum yang lainnya.
Asas-asas transaksi ekonomi islam hendaknya diterapkan dalam jual beli
serta kerja sama ekonomi yang islami, seperti syirkah, mudarabah, muzara’ah,
mukhabarah, musaqah, usaha perbankan yang islami dan asuransi yang islami.
DAFTAR PUSTAKA

www.google.co.id , Hukum Islam tentang Muamalah


www.yahoo.co.id , Hukum Islam tentang Muamalah

Anda mungkin juga menyukai