Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENGARUH EKSTRAK KULIT EKSTRAK BAWANG PUTIH


(Allium sativum) 60% DALAM MENGHAMBAT
PERTUMBUHAN STREPTOCOCCUS MUTANS

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

DIUSULKAN OLEH :
Ketua : Rio Madani Sitompul NIM: 4173141058/ Angkatan: 2017
Anggota : Novianti Panjaitan NIM: 20xxxxxxxx / Angkatan: 2017
Anggota : Adinda Rahma NIM: 20xxxxxxxx / Angkatan: 2017
Anggota : Verawaty Butar Butar NIM: 20xxxxxxxx / Angkatan: 2017

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2016
PENGESAHAN PROPOSAL PKM PENELITIAN

Lembar pengesahan dicetak dari http://simbelmawa.ristekdikti.go.id

- Login ke http://simbelmawa.ristekdikti.go.id dengan username dan password


yang sudah diberikan
- Klik “Pengajuan Usulan” dan “Identitas Usulan”
- Klik Edit dan lengkapi isian Identitas, Anggota dan Luaran
- Unduh lembar pengesahan

Edit

Unduh lembar pengesahan

- Lengkapi data sumber dana lain (jika ada), jangka waktu pelaksanaan,
menyetujui Ketua Program Studi / Wakil Dekan III dan Wakil Rektor III
(WR3: Prof.Dr.Sahat Siagian,M.Pd., NIP. 19610104 198703 1 017).
- Setelah lengkap, klik cetak di kanan atas untuk save as pdf

save as pdf

i
- Print, lengkapi ttd, scan dan gabung ke dalam proposal (menggantikan
halaman ini).

ii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ......................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................. ii
Daftar Tabel ........................................................................................................ iii
Daftar Gambar..................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................
1.3 Tujuan ............................................................................................
1.4 Kegunaan .......................................................................................
1.5 Luaran ............................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
BAB 3. METODA PENELITIAN .....................................................................
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ...................................................
4.1 Anggaran Biaya ..............................................................................
4.2 Jadwal Kegiatan .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota, Biodata Dosen Pendamping
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. xxxxxxx ............................................................................................. x


Tabel 2.1. xxxxxxx ............................................................................................. x
Tabel 2.2. xxxxxxx ............................................................................................. x
Tabel 4.1. Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P .................................................. x
Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan PKM-P ................................................................... x

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 xxxxxxx .......................................................................................... x


Gambar 2.1 xxxxxxx........................................................................................... x
Gambar 3.1 xxxxxxx........................................................................................... x

v
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan gigi dan mulut telah berkembang menjadi masalah yang serius.
Hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90%
masyarakat Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2014). Karies gigi merupakan
penyakit gigi dan mulut yang memiliki angka kejadian cukup besar di masyarakat
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2018, mencatat
proporsi masalah gigi dan mulut sebesar 57,6% serta mendapatkan pelayanan dari
tenaga medis gigi sebesar 10,2% dengan Sulawesi tengah sebagai provinsi dengan
proporsi tertinggi (73,5%), sedangkan terendah adalah Jambi (45%). Untuk
wilayah Sumatera Utara, proporsi masalah gigi dan mulut mengalami peningkatan
antara tahun 2013 dengan 2018.
Karies gigi dan penyakit periodontal adalah salah satu masalah kesehatan
mulut global yang paling penting, meskipun kondisi seperti kanker mulut dan
faring dan lesi jaringan mulut juga merupakan masalah kesehatan yang signifikan.
Meskipun ada kemajuan umum dalam status kesehatan keseluruhan dari orang
yang tinggal di negara industri, termasuk kesehatan gigi dan mulut, prevalensi
karies gigi pada anak usia sekolah hingga 90% dan mayoritas orang dewasa juga
terpengaruh. Kesehatan mulut merupakan bagian integral dari kesejahteraan
umum dan berhubungan dengan kualitas hidup yang melampaui fungsi kompleks
kraniofasial. Ada banyak bukti yang menghubungkan kesehatan mulut yang buruk
dengan kondisi kronis, misalnya, ada hubungan yang kuat antara penyakit
periodontal yang parah dan diabetes. Ada juga bukti yang menghubungkan
kesehatan mulut yang buruk dan penyakit sistemik, seperti penyakit
kardiovaskular, rheumatoid arthritis dan osteoporosis, sedangkan penyakit
periodontal dan juga dapat berkontribusi pada risiko komplikasi kehamilan,
seperti berat badan lahir rendah prematur. Kehilangan gigi, yang disebabkan oleh
kesehatan periodontal yang buruk (yang mempengaruhi hingga 20% dari populasi
orang dewasa di seluruh dunia) dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan
dan kematian prematur. ( Palombo, 2011)
Hubungan antara penyakit mulut dan aktivitas spesies mikroba yang
membentuk bagian dari mikrobiota rongga mulut telah terjalin dengan baik. Lebih
dari 750 spesies bakteri menghuni rongga mulut (∼50% di antaranya belum
diidentifikasi) dan beberapa di antaranya terlibat dalam penyakit mulut.
Perkembangan karies gigi melibatkan bakteri Gram-positif asidogenik dan
akidurik, terutama Streptococcus mutans (Streptococcus mutans dan S. sobrinus),
lactobacilli dan actinomycetes, yang memetabolisme sukrosa menjadi asam
organik (terutama asam laktat) yang melarutkan kalsium fosfat dalam gigi,
menyebabkan dekalsifikasi dan pembusukan akhirnya. Karies gigi merupakan
kondisi supragingiva. ( Palombo, 2011)
2

Streptococcus mutans merupakan bakteri penyebab karies karena mampu


dengan segera menghasilkan asam (sifat asidogenik) dari karbohidrat yang dapat
difermentasikan. Bakteri tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam (sifat
asidurik) dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya
membuat polisakharida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan.
Polisakharida ini, terutama terdiri dari polimer glukosa yang menyebabkan
matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Streptococcus mutans
dan bakteri lain dapat dengan mudah untuk melekat pada gigi serta saling melekat
satu sama lain (Kidd et al ., 2003).
Bawang putih, Allium sativum (Liliaceae), telah digunakan sebagai obat
sejak zaman kuno karena sifat antimikroba. Sementara bawang putih telah terbukti
memiliki aktivitas melawan berbagai bakteri, aktivitas spesifik terhadap patogen
oral Gram-negatif, termasuk P. gingivalis baru-baru ini telah dibuktikan. Ekstrak
hampir sepenuhnya menghambat aktivitas protease seperti trypsin (terlibat dalam
patogenesis periodontitis) dari P. gingivalis. Secara keseluruhan, pengamatan ini
menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih atau allicin dapat digunakan untuk
terapi terhadap penyakit periodontal atau penyakit mulut lainnya (Bakri IM,
Douglas CW.,2005).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum) dalam
menghambat pertumbuhan streptococcus mutans karena selama ini kita hanya
mengolah bawang putih sebagai bumbu dapur di tambah penelitiannya hanya
terbatas dalam penanganan bakteri yang spesifik yaitu Porphyromonas
ginggivalis. Jadi penulis tertarik meneliti bawang putih untuk dipergunakan
menjadi obat tradisional dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans .

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan pengaruh ekstrak bawang putih
60% dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans?

1.3 Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah,
a. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh ekstrak bawang putih 60% dalam
menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
b. Untuk mengetahui zona hambat ekstrak bawang putih 60% dalam
menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.

1.4 Kegunaan
Penelitian ini berguna unutk mengetahui kandungan yang dimiliki bawang
putih dan aktivitas anti bakteri didalamnya. Penelitian ini nantinya diharapkan
3

menjadi referensi untuk pengembangan obat-obatan tradisional khususnya dalam


menangani masalah karies gigi dan penyakit periodontal lainnya.

1.5 Luaran
1) Artikel Ilmiah “PENGARUH EKSTRAK KULIT EKSTRAK BAWANG
PUTIH (Allium sativum) 60% DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN
STREPTOCOCCUS MUTANS”
2) Potensi Paten
3) Pembuatan Moutwash dan produk kesehatan
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Karies
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin
dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan, atau dapat diartikan hasil interaksi dari bakteri
dipermukaan gigi, plak atau biofilm, dan diet (khususnya komponen karbohidrat
yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat
dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan
cukup waktu untuk kejadiannya. Jika demineralisasi melebihi air saliva dan faktor
remineralisasi lain seperti kalsium dan pasta gigi fluorida, jaringan ini semakin
rusak, sehingga akan memproduksi gigi karies (gigi berlubang) (Hongini dkk,
2015).
2.1.2 Etiologi Karies
Karies terjadi bukan disebabkan oleh satu kejadian saja, tetapi serangkaian
proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Ada empat faktor utama yang
memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme,
substrat atau diet, dan waktu (Pintauli, 2016). Ke empat faktor tersebut
digambarkan sebagai empat lingkaran dimana bila ke empat lingkaran tersebut
tumpang tindih maka akan terjadi karies (Gambar 2.1) (Kidd dan Bechal, 2013).

Gambar 2.1 Empat lingkaran penyebab karies


(Kidd dan Bechal, 2013)

Plak gigi memegang peranan penting penyebab terjadinya kerusakan


jaringan karies gigi dan dalam proses inflamasi jaringan lunak sekitar gigi. Efek
merusak ini terutama disebabkan oleh kegiatan metabolisme mikroorganisme di
dalam plak gigi tersebut. Mikroorganisme dalam plak gigi tersebut bersifat
asidogenik antara lain Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis,
Lactobacillus. Bila terdapat karbohidrat dalam makanan, maka mikroorganisme
ini dapat menambah ion secara terus-menerus dan permukaan luar enamel yang
masih utuh akan dirusak sehingga terjadilah karies (Putri dkk., 2012).
Pada awal pembentukan plak terdapat jenis bakteri kokus gram positif,
seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis,
Streptococcus salivarius dan beberapa strain lainnya. Setelah terjadi kolonisasi
5

oleh bakteri Streptococcus, berbagai jenis mikroorganisme lainnya memasuki plak


gigi. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya Lactobacillus pada
plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah Lactobacillus pada plak gigi berkisar
104-105 sel/mg plak. Walaupun demikian, Streptococcus mutans diakui sebagai
penyebab utama karies karena mempunyai sifat asidogenik (memproduksi asam)
dan asidurik (resisten terhadap asam) (Panjaitan, 2015). Dibutuhkan waktu
minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat untuk membentuk asam dan poses
demineralisasi enamel. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan
asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. Walaupun demikian, tidak
semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Makanan dan minuman yang
mangandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang
dapat menyebabkan demineralisasi enamel. Plak akan tetap bersifat asam selama
beberapa waktu (Hongini, 2017).
2.1.3 Mekanisme Terjadinya Karies
Proses terjadinya karies diawali adanya proses demineralisasi pada enamel
yang merupakan bagian terkeras dari gigi. Sisa makanan akan menempel pada
permukaan enamel dan berakumulasi membentuk plak. Mikroorganisme yang
menempel pada permukaan tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan
permukaan enamel sehingga terjadi proses demineralisasi sebagai proses awal

terjadinya karies yang ditandai dengan adanya bercak putih (white spot) (Pintauli,
2016).
Kerusakan pertama dengan terbentuknya ruangan tanpa adanya proses
dekalsifikasi, kemudian diikuti dengan proses dekalsifikasi. Cara dan
penyebabnya adalah sama, sehingga kedua proses tersebut merupakan proses yang
terjadi secara bersamaan. Proses dekalsifikasi ini disebabkan oleh perubahan
kandungan kimia yang terdapat dalam komponen anorganik. Asam yang dibentuk
oleh bakteri asidogenik tidak dapat melarutkan permukaan enamel, tetapi ion-ion
dapat masuk secara difus ke permukaan dalam gigi enamel. Struktur enamel dari
gigi tegak lurus pada permukaan enamel dan ini merupakan jalan masuk secara
difus bagi ion-ion ke permukaan dalam dari enamel. Jika ion-ion sudah
melampaui bagian dari enamel yang tidak mudah larut, maka terjadilah reaksi
dimana kristal-kristal hidroksi apatit dilarutkan. Reaksi pelarutan ini bisa berhenti
apabila tidak ada asam yang dihasilkan mikroorganisme plak, tetapi apabila
makanan banyak mengandung karbohidrat akan terbentuk lagi asam laktat oleh
mikroorganisme dan reaksi ini akan berulang kembali (Panjaitan, 2015).
Mikroorganisme plak terutama mikroorganisme asidogenik yang
berperanan penting dalam pembentukan karies. Bila terdapat karbohidrat dalam
makanan, maka mikroorganisme ini dapat menambah ion secara terus-menerus
dan permukaan luar enamel yang masih utuh akan dirusak sehingga terjadi karies
(Putri dkk, 2012). Pencegahan karies gigi bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup dengan mempertahankan fungsi kegunaan gigi dan mulut. Tujuan utama
6

program pencegahan adalah untuk mengurangi jumlah bakteri kariogenik


(Khandelwal et al., 2014).
2.1.4 Pencegahan Karies
Pencegahan karies gigi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dengan
mempertahankan fungsi kegunaan gigi dan mulut. Tujuan utama program
pencegahan adalah untuk mengurangi jumlah bakteri kariogenik (Khandelwal et
al, 2014). Pencegahan gigi yang dapat dilakukan antara lain (Putri dkk, 2012)
sebagai berikut:
a. Pengendalian Diet
Makanan bersukrosa memiliki efek yang sangat merugikan yaitu sangat
berpotensi menimbulkan kolonisasi Streptococcus mutans, meningkatkan
potensi karies pada plak. Pasien diharapkan dapat mencatat secara detail
asupan diet setiap harinya. Karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi adalah
monosakarida dan disakarida. Konsumsi karbohidrat yang tinggi merupakan
faktor penting untuk terjadinya karies. Diet pengganti diperlukan untuk
mengurangi asupan karbohidrat. Makanan pengganti gula dapat diberikan
seperti sorbitol, manitol, xylitol merupakan bahan yang dapat memberikan
rasa manis tetapi tidak menghasilkan asam (Kidd dan Bechal, 2013).
b. Kebersihan Mulut
Pembersihan plak menggunakan benang (flossing), menyikat gigi, dan obat
kumur adalah usaha terbaik untuk mencegah karies. Pengawasan plak yang
efektif dengan pengukuran kesehatan gigi dapat menjadi solusi permasalahan
untuk radang gingiva dan remineralisasi permukaan gigi. Pengangkatan plak
secara mekanis dengan menyikat dan flossing bermanfaat tanpa memusnahkan
flora oral yang normal. Antibiotik topikal dapat mengontrol plak, namun
pemakaian jangka panjang mempengaruhi kerentanan penggunannya terhadap
infeksi bakteri patogen yang tahan antibiotik. Penyikatan gigi dengan pasta
gigi ber-fluorida dapat dijadikan prosedur upaya kebersihan mulut yang
terakhir (Hongini dkk., 2017).
Namun, penggunaan fluorida dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan fluorosis dan apabila tertelan menyebabkan gangguan
pencernaan. Penggunaan bahan ekstrak tumbuh-tumbuhan (herbal) merupakan
salah satu pilihan sebagai antibakteri dalam pasta gigi yang aman untuk
digunakan. Penelitian serta pemanfaatan tanaman obat asli Indonesia telah
banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti, selain murah dan mudah didapat, obat
tradisional yang berasal dari tumbuhan relatif tidak menimbulkan efek
samping. Penambahan bahan herbal pada pasta gigi diharapkan dapat
menghambat pertumbuhan plak, karena adanya zat aktif dalam herbal yang
mampu menghambat pertumbuhan mikroba (Bachtiar dkk., 2015).
c. Penggunaan Fluor
Efek fluorida pada tahap awal dan perkembangan lesi karies, serta dosis
peresepannya, perlu diketahui. Adapun usaha-usaha yang dilakukan antara lain
7

adalah meningkatkan kandungan fluorida dalam diet, menggunakan fluorida


buatan dalam air minum, pengaplikasian secara langsung pada permukaan gigi
atau ditambahkan pada pasta gigi. Fluorida bekerja dengan tiga cara, fluorida
dapat memperlambat perkembangan lesi karies dengan menghambat proses
demineralisasi. Fluorida meningkatkan ketahanan enamel terhadap asam dan
meningkatkan proses remineralisasi, bereaksi dengan hidroksi apatit
membentuk fluorapatit. Akhirnya, kadar fluor yang tinggi dapat menghambat
metabolisme bakteri (Putri dkk., 2012).

2.2 Streptococcus mutans


2.2.1 Klasifikasi Streptococcus mutans
Jawetz (2013) menyebutkan bahwa Streptococcus adalah mikroorganisme
bulat tersusun secara khas dalam rantai dan tersebar luas dalam alam. Beberapa
diantaranya adalah anggota flora normal manusia, lainnya dihubungkan dengan
penyakit-penyakit penting pada manusia sebagai infeksi dengan Streptococcus,
sebagian karena sensitisasi terhadapnya.Kuman ini menghasilkan berbagai zat
ekstraseluler dan enzim-enzim. Kemampuannya untuk menghemolisis sel-sel
darah merah sampai berbagai tingkat adalah salah satu dasar penting untuk
klasifikasi.
Salah satu faktor penyebab terjadinya karies gigi ialah Streptococcus
mutans. Streptococcus mutans merupakan bakteri patogen yang pertama kali
berkolonisasi pada awal erupsi gigi, hidup, dan beradaptasi dalam suasana
lingkungan yang asam. Streptococcus mutans menghasilkan asam, sehingga
dengan mudah membentuk plak dan menyebabkan terjadinya karies gigi.Saat ini,
prosedur pemeliharaan kebersihan rongga mulut dengan menyikat gigi saja tidak
cukup, sehingga penambahan zat antimikroba pada produk kesehatan gigi dan
mulut juga dinilai penting (Roeslan, 2002).
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan
streptococcus viridans yang dapat mengeluarkan toksin sehingga sel-sel rusak dan
bersifat aerob serta reltif sering terdapat dalam rongga mulut yaitu pada
permukaan gigi (Corwin, 2008). Streptococcus mutans memiliki bentuk bulat dan
tersusun seperti rantai diameter 0,5-0,7 mikron, tidak bergerak dan tidak memiliki
spora. Streptococcus mutans dapat hidup pada daerah kaya sukrosa dan
menghasilkan permukaan asam. Streptococcus mutans dapat menurunkan pH di
dalam rongga mulut menjadi 5,5 atau lebih rendah yang membuat email mudah
larut kemudian terjadi penumpukan bakteri. Hal ini mengganggu kerja saliva
untuk membersihkan bakteri tersebut, sehingga jaringan keras gigi rusak dan
menyebabkan terjadinya karies gigi (Alfath dkk., 2013).
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil
(tidak bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Memiliki bentuk kokus yang sendirian
berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam rantai. Bakteri ini tumbuh
secara optimal pada suhu sekitar 180-400 Celcius. Streptococcus mutans biasanya
8

ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka menjadi bakteri yang paling
kondusif menyebabkan karies untuk email gigi (Nugraha, 2008).

Klasifikasi Streptococccus mutans menurut Bergey dalam Soedarto (2012)


adalah:
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans
2.2.2 Struktur Streptococcus mutans
Dua bentuk dari bakteri Streptococcus mutans yakni kokus atau bulat dan
berpasangan menyerupai rantai. Apabila sendirian bakteri ini memiliki bentuk
kokus dan bulat telur apabila tersusun dalam rantai. Secara khas Streptococcus
mutans berbentuk bulat yang membentuk pasangan atau rantai selama masa
pertumbuhannya dengan diameter sel 0,5-0,7 µm. Bakteri Streptococcus mutans
memiliki kecenderungan berbentuk kokus dengan formasi rantai panjang apabila
ditanam pada medium yang diperkaya seperti Brain Heart Infusion (BHI) Broth,
sedangkan bila ditanam di media agar memperlihatkan rantai pendek dengan
bentuk sel tidak beraturan (gambar 2.2) (Brooks et al., 2014).

Gambar 2.2 Koloni Streptococcus mutans


(Alicia, 2010)

2.2.3 Peran Streptococcus mutans dalam Pembentukan Karies


Streptococcus mutans merupakan bakteri kariogenik karena mampu
membentuk asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Bakteri tersebut dapat
tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi
karena kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel. Polisakarida ekstra sel
ini terdiri dari polimer glukosa yang menyebabkan matriks plak mempunyai
konsistensi seperti gelatin, sehingga bakteri dapat mudah untuk melekat pada gigi
9

serta saling melekat satu sama lain. Plak makin lama akan semakin tebal, sehingga
fungsi saliva dapat terhambat dalam melakukan aktivitas bakterinya (Bachtiar
dkk, 2014).
Streptococcus mutans mempunyai sifat-sifat tertentu yang memegang
peranan utama dalam proses karies gigi, yaitu Streptococcus mutans
memfermentasi berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan
penurunan pH, Streptococcus mutans membentuk dan menyimpan polisakarida
intraseluler dari berbagai jenis karbohidrat, simpanan ini dapat dipecahkan
kembali oleh mikroorganisme tersebut dengan demikian menghasilkan asam
terus-menerus. Streptococcus mutans mempunyai kemampuan untuk membentuk
polisakarida ekstraseluler (dekstran) yang menghasilkan sifat-sifat adhesif dan
kohesif plak pada permukaan gigi, Streptococcus mutans mempunyai kemampuan
untuk menggunakan glikoprotein dari saliva pada permukaan gigi (Panjaitan,
2015).
Interaksi molekuler yang menjelaskan proses karies gigi melibatkan
molekul adesin (protein permukaan) Streptococus mutans dengan reseptornya
yang merupakan komponen saliva, dan juga melibatkan protein permukaan sel
bakteri lainnya. Protein permukaan sel Streptococcus mutans yang dilaporkan
paling banyak terlibat dalam proses karies adalah Glucan binding protein (Gbp)
dan Antigen I/II (AgI/II). Selain itu, Streptococcus mutans menghasilkan molekul
yang berperan sebagai enzim dalam proses fermentasi karbohidrat, yaitu
glukosiltranferase (Gtf), Dextranase (Dex), dan frukosiltranfrase (Ftf). Setiap
enzim tersebut akan memecahkan sukrosa untuk pembentukan glukan, dextran,
dan fruktan. Glukan berpengaruh terhadap koloni Streptococcus mutans pada
permukaan gigi. Fruktan berfungsi pada perlekatan dan peningkatan koloni
bakteri yang berkaitan dalam pembentukan plak (Gani dkk., 2009). \
2.3 Allium sativum
Taksonomi Bawang Putih (Allium sativum L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium sativum . (Mochammad, 2005)
Allium sativum mengandung kurang lebih 100 senyawa bersulfur yang
secara mendasar memiliki potensi farmakologis, enzim allinase terdapat di sel
bundle sheath sedangkan alliin terdapat di sel mesofil. Alliin merupakan senyawa
bersulfur yang tidak berbau, stabil dan belum memiliki aktivitas biologis.
Kandungan kimia umbi bawang putih yang berfungsi sebagai antibakteri adalah
minyak atsiri, flavonoid, polifenol, dan saponin. Senyawa flavonoid yang
10

terkandung dalam bawang putih juga memiliki daya antibakteri. Flavonoid


merupakan senyawa polifenol yang memiliki 15 atom karbon. Golongan
flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6, artinya
kerangka karbonnya terdiri atas gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi)
disambungkan oleh rantai alifatik 3-karbon. Flavonoid yang terdapat dalam
tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon. (Supardi, 2007)
Saponin yang terkandung dalam bawang putih merupakan senyawa aktif
permukaan yang kuat dan menimbulkan busa jika dikocok di dalam air serta pada
konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah.
Beberapa saponin bekerja sebagai anti mikroba, Saponin merupakan senyawa
yang berasa pahit dan menusuk, biasanya dapat menyebabkan bersin dan iritasi
terhadap sel lendir. Minyak atsiri adalah zat bebas yang terkandung dalam
tanaman. Beberapa minyak atsiri mempunyai sifat pengobatan misalnya yang
memiki daya karminatif, antibakteri, antiserangga dan antifungi. (Supardi, 2007)

BAB 3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian harus menjelaskan secara utuh tahapan penelitian yang


akan dilaksanakan, luaran, indikator capaian yang terukur di setiap tahapan, teknik
pengumpulan data dan analisis data, cara penafsiran, dan penyimpulan hasil
penelitian.
11

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P


No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp.)
1 Peralatan penunjang, ditulis sesuai kebutuhan
2 Bahan habis pakai, ditulis sesuai dengan kebutuhan
3 Perjalanan, jelaskan kemana dan untuk tujuan apa
Lain-lain: administrasi, publikasi, seminar, laporan,
4
lainnya sebutkan
Jumlah

4.2 Jadwal Kegiatan (antara 3 - 5 bulan)

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan PKM-P


No. Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4
1
2
3 q
4
5
6
12

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka disusun berdasarkan sistem nama dan tahun, dengan urutan abjad
nama pengarang, tahun, judul tulisan, dan sumber. Hanya pustaka yang dikutip
dalam usulan penelitian yang dicantumkan di dalam daftar pustaka.
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping
Biodata Ketua Pelaksana
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin L/P
3 Program Studi
4 NIM
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 E-mail
7 Nomor Telepon/HP

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Ilmiah / Judul Artikel Waktu dan
No.
Seminar Ilmiah Tempat
1
2

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi


lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM Penelitian.

Medan, ... Oktober 2016


Pengusul,

TTD
Nama Lengkap
Biodata Anggota Pelaksana
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin L/P
3 Program Studi
4 NIM
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 E-mail
7 Nomor Telepon/HP

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Ilmiah / Judul Artikel Waktu dan
No.
Seminar Ilmiah Tempat
1
2

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi


lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM Penelitian.

Medan, ... Oktober 2016


Pengusul,

TTD

Nama Lengkap
Biodata Dosen Pendamping
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar)
2 Jenis Kelamin L/P
3 Program Studi
4 NIDN
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 E-mail
7 Nomor Telepon/HP

B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Ilmiah / Judul Artikel Waktu dan
No.
Seminar Ilmiah Tempat
1
2

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM Penelitian.

Medan, ... Oktober 2016


Pendamping,

TTD

Nama Lengkap
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

Justifikasi pemakaian: Tujuan pemakaian material


Keterangan berisi keterangan tambahan dari material yang diajukan

1. Peralatan penunjang

Justifikasi Harga
Material Kuantitas Keterangan
Pemakaian Satuan (Rp)
Peralatan
penunjang 1
Peralatan
penunjang 2
Peralatan
penunjang 3
SUB TOTAL (Rp)

2. Bahan Habis Pakai

Justifikasi Harga
Material Kuantitas Keterangan
Pemakaian Satuan (Rp)
Material 1
Material 2
Material 3
SUB TOTAL (Rp)

3. Perjalanan

Justifikasi Harga
Material Kuantitas Keterangan
Pemakaian Satuan (Rp)
Perjalanan ke
tempat/kota - n
Perjalanan ke
tempat/kota - n
SUB TOTAL (Rp)

4. Lain-lain

Justifikasi Harga
Material Kuantitas Keterangan
Pemakaian Satuan (Rp)
Sebutkan
Sebutkan
SUB TOTAL (Rp)
TOTAL (KESELURUHAN) (Rp.)
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

Program Bidang Alokasi Waktu


No Nama /NIM Uraian Tugas
Studi Ilmu (jam/minggu)
1
2
3
(Dicetak di kop surat UNIMED)

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
NIM :
Program Studi :
Fakultas :

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM Penelitian saya dengan judul
……………………………………………………………………............................
....................................................................................................................................
yang diusulkan untuk tahun anggaran 2017 bersifat original dan belum pernah
dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-


benarnya.

Medan, ... Oktober 2016


Mengetahui, Yang Menyatakan,
Ketua Program Studi,
Meterai Rp 6.000,-
Cap dan Tanda tangan Tanda tangan

Nama Lengkap Ketua Prodi Nama Lengkap


NIP. NIM.

Anda mungkin juga menyukai