Anda di halaman 1dari 16

Laporan Ekologi Hewan Ramadanti Prativi

Pendidikan Biologi 2016 K4316051/ A / Kelompok 4

Komposisi Makrofauna Tanah

Ramadanti Prativi
K4316051 / Kelas A / Pendidikan Biologi
*) email : Ramadantip@gmail.com

Abstrak

Praktikum komposisi makrofauna tanah dengan metode pit fall trap


dilakukan dengan menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon-
Weiner. Praktikum dilakukan di tempat terdedah dan ternaung dari 6
wilayah yang berbeda di sekitar kampus Universitas Sebelas Maret. Data
yang didapatkan di lapangan kemudian diolah dan diperoleh hasil
penghitungan dengan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Weiner
untuk wilayah Stadion sebesar H=0,952158 untuk hewan nokturnal dan
H=2,259827 untuk hewan diurnal; wilayah Pure sebesar H=0,829747986
untuk hewan nokturnal dan H=1,506822571 untuk hewan diurnal N 36,2;
wilayah GOR sebesar H=1,48518 untuk hewan nokturnal dan H=1,3111
untuk hewan diurna; wilayah Fakultas Kedokteran sebesar H=1,43888295
untuk hewan nokturnal dan H=0,983087759 untuk hewan diurnal; wilayah
Fakultas Teknik sebesar H=2,10672 untuk hewan nokturnal dan
H=1,66146 untuk hewan diurnal, dan wilayah Fakultas Hukum sebesar
H=1,1415 untuk hewan nokturnal dan H=0,8273 untuk hewan diurnal.
Hasil tersebut kemudian diambil rata-rata dari enam wilayah pengambilan
sampel dan diperoleh hasil H= 1,3256 untuk hewan nokturnal dan
H=1,4249 untuk hewan diurnal. Hasil tersebut menandakan bahwa rata-
rata faktor lingkungan di wilayah UNS dari 6 tempat pengambilan sampel
kurang mendukung keanekaragaman spesies baik nokturnal maupun diurnal
karena hasil rata-rata dari hewan nokturnal dan diurnal termasuk kategori
rendah.

Kata kunci : CMRR, rumus peterson, rumus schnabel

1. PENDAHULUAN
Dasar Teori
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) Biodiversitas tanah merupakan salah satu
merupakan totalitas dari kehidupan bentuk diversitas alfa yang sangat berperan
organisme di suatu kawasan tertentu. Total dalam mempertahankan sekaligus
biodiversitas pada suatu bentang lahan meningkatkan fungsi tanah untuk
tertentu (diversitas gamma) merupakan menopang kehidupan di dalam dan di
fungsi dari diversitas lokal atau habitat atasnya. Pemahaman tentang biodiversitas
tertentu (diversitas alfa) dan perbedaan tanah masih sangat terbatas, baik dari segi
komposisi spesies (diversitas beta) taksonomi maupun fungsi ekologinya.
(Whittaker dalam Giller et al., 1997). Untuk itu diperlukan upaya untuk mengkaji
dan sekaligus melestarikannya (Hagvar, biodiversitas tanah yang berperan penting
1998). Organisme tanah dapat dalam perbaikan sifat fisik, kimia dan
dikelompokkan berdasarkan pendekatan biologi tanah melalui proses imobilisasi
taksonomi dan fungsionalnya. Brussaard dan humifikasi. Dalam proses dekomposisi
(1998) membedakan tiga kelompok bahan organik, makrofauna tanah lebih
fungsional organisme tanah, yaitu: biota banyak berperan dalam proses fragmentasi
akar (mikorizha, Rhizobium, nematoda dan (comminusi) serta memberikan fasilitas
lain-lain); dekomposer (mikroflora, lingkungan (mikro habitat) yang lebih baik
mikrofauna dan mesofauna); dan bagi proses dekomposisi lebih lanjut yang
“ecosystem engineer” (mesofauna dan dilakukan oleh kelompok mesofauna dan
makrofauna). Berbagai jenis/kelompok mikro fauna tanah serta berbagai jenis
organisme tanah dapat menunjukkan fungsi bakteri dan fungi.
ganda, misalnya cacing tanah yang Metode perangkap barber (pitfall trap)
berperan sebagai dekomposer sekaligus merupakan metode yang umum dan sangat
“ecosystem engineer”. Sedangkan sederhana serta cukup efektif dalam
Wallwork (1970) mengelompokkan fauna mengetahui keberadaan makrofauna tanah.
tanah berdasarkan: ukuran tubuh Metode Barber dilakukan dengan cara
(makrofauna, mesofauna dan mikrofauna), membuat lubang pada tanah sedalam 20 cm
status keberadaannya di tanah. diperlukan dan kemudian ke dalamnya dimasukkan
upaya untuk mengkaji dan sekaligus gelas perangkap yang telah diisi dengan
melestarikannya (Hagvar, 1998). formalin 4% dan sedikit larutan sabun
Organisme tanah dapat dikelompokkan sebanyak 100 ml. Bagian atas gelas
berdasarkan pendekatan taksonomi dan perangkap ditutup dengan seng setinggi 10
fungsionalnya. Brussaard (1998) cm untuk menghindari masuknya air hujan
membedakan tiga kelompok fungsional ke dalam gelas perangkap. Perangkap
organisme tanah, yaitu: biota akar tersebut dipasang selama 24 jam kemudian
(mikorizha, Rhizobium, nematoda dan lain- fauna tanah yang tertangkap dikumpulkan
lain); dekomposer (mikroflora, mikrofauna pada botol sampel untuk dibawa ke
dan mesofauna); dan “ecosystem engineer” laboratorium. Pada masing-masing titik
(mesofauna dan makrofauna). Berbagai sampling makrofauna tanah juga dilakukan
jenis/kelompok organisme tanah dapat pengukuran beberapa variabel faktor
menunjukkan fungsi ganda, misalnya lingkungan, yaitu: penetrasi cahaya,
cacing tanah yang berperan sebagai kelembaban udara, suhu udara, suhu tanah,
dekomposer sekaligus “ecosystem kelembaban tanah, pH tanah, dan
engineer”. Sedangkan Wallwork (1970) keragaman vegetasi bawah (Sugiyarto,
mengelompokkan fauna tanah berdasarkan: 2000).
ukuran tubuh (makrofauna, mesofauna dan Indeks keanekaragaman merupakan
mikrofauna), status keberadaannya di tanah angka yang menggambarkan
(sementara/ transien, temporer, periodik keanekaragaman, produktivitas, tekanan
dan permanen), preferensi habitat (hidrofil, pada ekosistem dan kestabilan ekosistem
xerofil, mesofil dan lain-lain) dan (Fitriana, 2006). Indeks keanekaragaman
aktivitasnya (karnivora, saprofagus, digunakan untuk mengetahui pengaruh
fungifagus, fitofagus dan lain-lain). kualitas lingkungan terhadap komunitas
Berbagai jenis organisme tanah yang makrofauna tanah. Keanekaragaman spesies
umumnya termasuk anggota invertebrata menunjukkan jumlah total proporsi suatu
telah banyak dilaporkan memegang spesies relatif terhadap jumlah total individu
peranan penting dalam proses-proses yang yang ada.
terjadi di dalam ekosistem, terutama di H’ = -∑ phi ln phi
daerah tropis (Lavelle et al., 1994). = -∑ (ni/N) ln (ni/N)
Dijelaskannya bahwa makrofauna tanah Keterangan:
(fauna > 2 mm) merupakan bagian dari H’: indeks keanekaragaman Shannon-Weiner
Laporan Ekologi Hewan Ramadanti Prativi
Pendidikan Biologi 2016 K4316051/ A / Kelompok 4

ni: jumlah individu jenis i makrofauna tanah di lingkungan


N: jumlah total individu seluruh jenis tersebut ( Blue et al, 2011; Erb dan
Maguran (1988), menyatakan bahwa Lu, 2013). pH tanah berpengaruh
kriteria yang digunakan untuk pada makrofauna tanah. Pada lokasi
menginterpretasikan keanekaragaman pH tanahnya 6,5/ cenderung asam.
Shannon-Wiener yaitu : c. Vegetasi
Vegetasi juga menentukan
 H’ < 1,5 : keanekaragaman rendah kemelimpahan dan distribusi
makrofauna tanah (Southwood, 1961).
 H’ 1,5-3,5 : keanekaragaman sedang
Lokasi yang diambil merupakan lokasi
 H’ > 3,5 : keanekaragaman tinggi yang didominasi oleh tumbuhan
Kehidupan makrofauna tanah konifer (pinus). Tumbuhan konifer
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang menghasilkan banyak metabolit
merupakan tempat hidupnya. Faktor yang sekunder diantaranya senyawa
memepengaruhi itu diantaranya pH tanah, terpenoid volatil seperti α pinen dan
temperatur tanah, temperatur udara, limonen (Salisbury dan Ross, 1992). α
kelembaban tanah, kelembaban udara, pinen bertindak sebagai attractant
intensitas cahaya serta vegetasi yang ada. (penarik serangga) (Miller dan
Perbedaan kondisi lingkungan menyebabkan Rabaglia, 2009). Sementara limonen
adanya perbedaan jenis makrofauna tanah bertindak sebagai repellent (penangkal
dan juga yang mendominasinya. serangga) (Aharoni dkk, 2005; Ibrahim
a. Suhu dkk, 2008). Sehingga serangga akan
Suhu merupakan salah satu faktor cenderung berkumpul di dekat pohon
fisika tanah yang sangat menentukan dengan kandungan α pinen yang tinggi
kehadiran dan kepadatan organisme dan menghindari pohon dengan
tanah. Suhu berpengaruh terhadap kandungan limonen yang tinggi. Hal
ekosistem karena suhu merupakan ini akan mempengaruhi kemelimpahan
syarat yang diperlukan organisme dan distribusi dari serangga dan
untuk hidup dan ada jenis-jenis makrofauna tanah pada umumnya
organisme yang hanya dapat hidup (Southwood, 1961).
pada kisaran suhu tertentu
(Hardjowigeno, 2007). Lingkungan Rumusan Masalah
yang lebih disukai oleh makrofauna 1. Bagaimanakah cara mengoleksi
tanah adalah lingkungan dengan suhu makrofauna tanah dengan
agak rendah (Kamal, 2011). menggunakan metode ptfall trap?
b. Tanah 2. Bagaimanakah pengaruh faktor
Kemelimpahan dan distribusi lingkungan fisik terhadap
makrofauna tanah dipengaruhi oleh makrofauna tanah?
kondisi dari tanah. Pada tanah yang 3. Bagaimanakah cara menghitung
subur akan didapatkan makrofauna keanekaragaman makrofauna tanah?
yang lebih banyak. Karena pada
tanah yang subur tumbuhan akan Tujuan
1.Mengoleksi makrofauna tanah dengan
tumbuh dengan baik. Hal ini akan
menyebabkan jumlah dan jenis menggunakan metode pitfall trap
makrofauna tanah herbivora akan
tinggi, sehingga makro fauna tanah (perangkap jebakan sumur)
karnifora juga akan mengalami 2. Mengetahui pengaruh faktor
peningkatan, yang pada akhirnya
akan menyebabkan tingginya lingkungan fisik terhadap makrofauna
kelimpahan dan distribusi tanah
3. Menghitung keanekaragaman 2. METODOLOGI
Praktikum dilakukan di daerah ternaung
makrofauna tanah
dan terdedah dari enam wilayah yang
Hipotesis berbeda di sekitar kampus Universitas
1. Mafkrofauna tanah dikoleksi dengan
Sebelas Maret. Praktikum dilakukan
metode pitfall trap dengan cara
membuat lubang pada tanah sedalam dengan metode barber (pitfall trap).
20 cm dan kemudian ke dalamnya Sebelum melakukan praktikum,
dimasukkan gelas perangkap yang praktikan terlebih dahulu mencatat
telah diisi dengan formalin 4% dan kondisi lokasi penelitian (faktor
sedikit larutan sabun sebanyak 100 ml. klimatik, suhu, kelembaban, pH tanah,
Bagian atas gelas perangkap ditutup vegetasi di atas tanah, dan
dengan seng setinggi 10 cm untuk
pendayagunaan lahan yang dilakukan
menghindari masuknya air hujan ke
dalam gelas perangkap. Perangkap untuk praktikum). Kemudian praktikan
tersebut dipasang selama 24 jam merangkai gelas air mineral plastik
kemudian fauna tanah yang tertangkap menjadi sebuah jebakan. Jebakan
dikumpulkan pada botol sampel untuk dibenamkan di dalam tanah dengan bibir
dibawa ke laboratorium. Pada masing- cawan sejajar permukaan tanah. Setelah
masing titik sampling makrofauna itu praktikan mengisi cawan dengan
tanah juga dilakukan pengukuran
larutan formalin 4% setinggi 2 cm,
beberapa variabel faktor lingkungan,
yaitu: penetrasi cahaya, kelembaban ditambah detergen dan alkohol 70%
udara, suhu udara, suhu tanah, sampai ¼ permukaan gelas, dan
kelembaban tanah, pH tanah, dan memasang pelindung pada bagian atas
keragaman vegetasi bawah (Sugiyarto, cawan jebakan berupa kertas karton
2000). berukuran 15X15 cm. Praktikan
2. Faktor lingkungan fisi seperti suhu,
memasang perangkap pada pagi dan
tanah, pH tanah, dan vegetasi
berpengaruh terhadap makrofauna diambil sore hari (hewan diurnal) serta
tanah (Hardjowigeno, 2007) (Kamal, memasang perangkap pada sore hari dan
2011) (Blue et al, 2011; Erb dan Lu, diambil pagi harinya (hewan nokturnal)
2013) (Southwood, 1961) (Salisbury selama tiga hari, yaitu hari Jumat, Sabtu,
dan Ross, 1992) (Miller dan Rabaglia, dan Minggu. Pengoleksian sampel
2009) (Aharoni dkk, 2005; Ibrahim hewan menggunakan botol flakon yang
dkk, 2008) (Southwood, 1961).
teelah diberi alkohol. Hewan yang
3. Keanekaragaman makrofauna tanah
dihitung dengan menggunakan indeks dikoleksi kemudian diidentifikasi dan
keanekaragaman Shannon-Winner dihitung datanya dengan menggunakan
(Maguran, 1988) Indeks Shannon-Wieenneer.
H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN H’ = - (5/17) ln (5/17)
1) Analisis Kuantitatif H’ = - (0.294117647) (-1.22378)
Kelompok 1 dan 2 (Stadion) H’ = 0.359934
NOCTURNAL DI STADION
Dolichoderus thoracicus Lasisus niger
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (4/17) ln (4/17) H’ = - (2/17) ln (2/17)
H’ = - (0.235294118) (-1.44692) H’ = - (0.117647059) (-2.14007)
H’ = 0.3404515 H’ = 0.2517725
Oechophylla smaradigna Armadilidium sp
Laporan Ekologi Hewan Ramadanti Prativi
Pendidikan Biologi 2016 K4316051/ A / Kelompok 4

H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (1/33) ln (1/33)


H’ = - (1/17) ln (1/17) H’ = - (0.030303) (0)
H’ = - (0.058823529) (-2.83321) H’ = 0
H’ = 0.1666596 Araneus diadematus
Aphidoidea sp H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (1/33) ln (1/33)
H’ = - (2/17) ln (2/17) H’ = - (0.030303) (0)
H’ = - (0.117647059) (-2.14007) H’ = 0
H’ = 0.2517725 Aphidoidea sp
Solenopsis sp H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (18/33) ln (18/33)
H’ = - (1/17) ln (1/17) H’ = - (0.5454545) (2.890372)
H’ = - (0.058823529) (-2.83321) H’ = 1.576566
H’ = 0.1666596 Indeks keanekaragaman Shannon-
Staphylininae sp Wiener DIURNAL Stadion :
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = Σ (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (1/17) ln (1/17) H’ = 2.259827
H’ = - (0.058823529) (-2.83321) (Penjumlahan semua hasil H’ diurnal)
H’ = 0.1666596
Coeloptera sp Kelompok 3&4 (Pure)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) NOCTURNAL DI PURE
H’ = - (1/17) ln (1/17) Drosophila melanogaster
H’ = - (0.058823529) (-2.83321) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = 0.1666596 H’ = - (4/21) ln (4/21)
H’ = - (0,19047619) (-1,658228077)
Indeks keanekaragaman Shannon- H’ = 0,315852967
Wiener NOKTURNAL Stadion : Culex pipiens
H’ = Σ (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = 0.952158 H’ = - (2/21) ln (2/21)
(Penjumlahan semua hasil H’ H’ = - (0,095238095) (-2,351375257)
nocturnal) H’ = 0,223940501
Cerambycidae sp
DIURNAL DI STADION H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Monomorium minimum H’ = - (1/21) ln (1/21)
H’ = - (9/N) ln (ni/N) H’ = - (0,047619048) (-3,044522438)
H’ = - (9/33) ln (9/33) H’ = 0,144977259
H’ = - (0.2727273) 2.197225) Dolichoderus thoracicus
H’ = 0.599243 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Lasisus niger H’ = - (1/21) ln (1/21)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,047619048) (-3,044522438)
H’ = - (2/33) ln (2/33) H’ = 0,144977259
H’ = - (0.0606061) (0.693147) Momorium minimum
H’ = 0.042009 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Dermaptera sp H’ = - (12/21) ln (12/21)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,571428571) (-0,559615788)
H’ = - (2/33) ln (2/33) H’ = 0,31978045
H’ = - (0.0606061) (0.693147) Lasius niger
H’ = 0.042009 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Solenopsis sp H’ = - (1/21) ln (1/21)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,047619048) (-3,044522438)
H’ = 0,144977259 H’ = Σ (ni/N) ln (ni/N)
H’ = 1,506822571
Indeks keanekaragaman Shannon-
Wiener NOKTURNAL DI PURE: Kelompok 5&6 (GOR)
H’ = Σ (ni/N) ln (ni/N) NOCTURNAL DI GOR
H’ =0,829747986 Drosophyllamelanogaster
H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
DIURNAL DI PURE H’ = - (1/19) ln (1/19)
Drosophila melanogaster H’ = - (0,052632) (-2,94444)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = 0,15497
H’ = - (16/34) ln (16/34) Dolichoderusthoracicus
H’ = - (0,470588235) (-0,753771802) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = 0,354716142 H’ = - (4/19) ln (4/19)
Culex pipiens H’ = - (0,210526) (-1,55814)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = 0,32803
H’ = - (2/34) ln (2/34) Aphidoidea sp
H’ = - (0,058823529) (-2,833213344) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = 0,166659608 H’ = - (4/19) ln (4/19)
Dolichoderus thoracicus H’ = - (0,210526) (-1,55814)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = 0,32803
H’ = - (5/34) ln (5/34) Paederuslittoralis
H’ = - (0,147058824) (-1,916922612) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = 0,281900384 H’ = - (1/19) ln (1/19)
Aphis gossypii H’ = - (0,052632) (-2,94444)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = 0,15497
H’ = - (5/34) ln (5/34) Formica rufa
H’ = - (0,147058824) (-1,916922612) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = 0,281900384 H’ = - (1/19) ln (1/19)
Lasius niger H’ = - (0,052632) (-2,94444)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = 0,15497
H’ = - (1/34) ln (1/34) Isoptera sp
H’ = - (0,029411765) (-3,526360525) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = 0,103716486 H’ = - (8/19) ln (8/19)
Momorium minimum H’ = - (0,421053) (-0,865)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = 0,36421
H’ = - (3/34) ln (3/34)
H’ = - (0,088235294) (-2,427748236) Indeks keanekaragaman Shannon-
H’ = 0,21421308 Wiener NOKTURNAL GOR :
Harmonia axyridis H’ = Σ (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) = 1,48518
H’ = - (1/34) ln (1/34) (Penjumlahan semua hasil H’
H’ = - (0,029411765) (-3,526360525) nokturnal)
H’ = 0,103716486
Telamonia dimidiata DIURNAL DI GOR
H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (1/34) ln (1/34) Dolichoderusthoracicus
H’ = - (0,029411765) (-3,526360525) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = 0,103716486 H’ = - (11/25) ln (11/25)
H’ = - (0,44) (-0,82098)
Indeks keanekaragaman Shannon- H’ = 0,36123
Wiener DIURNAL DI PURE: Solenopsissp
Laporan Ekologi Hewan Ramadanti Prativi
Pendidikan Biologi 2016 K4316051/ A / Kelompok 4

H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0.23076923 ) (-1.466337069)


H’ = - (3/25) ln (3/25) H’ = 0.338385477
H’ = - (0,12) (-2,12026) Steatoda bipunctata
H’ = 0,25443 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (1/13) ln (1/13)
H’ = - (0,07692308) (-2.564949357)
Drosophylla melanogaster H’ = 0.197303797
H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (2/25) ln (2/25) Indeks keanekaragaman Shannon-
H’ = - (0,08) (-2,54573) Wiener NOKTURNAL Fakultas
H’ = 0,20206 Kedokteran :
Aphidoideasp H’ = Σ (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = 1.43888295
H’ = - (8/25) ln (8/25) (Penjumlahan semua hasil H’
H’ = - (0,32) (-1,13943) nocturnal)
H’ = 0,36462
Cryptacheaporteri DIURNAL DI FAKULTAS
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) KEDOKTERAN(FK)
H’ = - (1/25) ln (1/25) Drosopila melanogaster
H’ = - (0,04) (-3,21888) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = 0,12876 H’ = - (8/12) ln (8/12)
H’ = - (0.666666667) (-0.405465108)
Indeks keanekaragaman Shannon- H’ = 0.270310072
Wiener DIURNAL GOR : Coeloptera sp
H’ = Σ (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
= 1,3111 H’ = - (1/12) ln (1/12)
(Penjumlahan semua hasil H’ H’ = - (0.083333333) (-2.48490665)
nokturnal) H’ = 0.207075554
Lasius niger
Kelompok 7&8 (FK) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
NOCTURNAL DI FAKULTAS H’ = - (2/12) ln (2/12)
KEDOKTERAN (FK) H’ = - (0.166666667) (-1.791759469)
Drosopila melanogaster H’ = 0.298626578
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) Steatoda bipunctata
H’ = - (3/13) ln (3/13) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (0,23076923) (-1,466337069) H’ = - (1/12) ln (1/12)
H’ = 0,338385477 H’ = - (0.083333333) (-2.48490665)
Lasius niger H’ = 0.207075554
H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (1/13) ln (1/13) Indeks keanekaragaman Shannon-
H’ = - (0,07692308) (-2.564949357) Wiener DIURNAL Fakultas
H’ = 0.197303797 Kedokteran :
Copdodactyla glabricollis H’ = Σ (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = 0.983087759
H’ = - (5/13) ln (5/13) (Penjumlahan semua hasil H’
H’ = - (0.38461538) (-0.955511445) nocturnal)
H’ = 0.367504402
Aphis gossypii Kelompok 9&10 (FT)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) NOCTURNAL DI FAKULTAS
H’ = - (3/13) ln (3/13) TEKNIK (FT)
Drosophylla melanogaster Dermapterasp
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (2/20) ln (2/20) H’ = - (1/20) ln (1/20)
H’ = - (0.1) (-2,30259) H’ = - (0.05) (-2,99573)
H’ = 0,23026 H’ = 0,14979

Ocyopus spec Indeks keanekaragaman Shannon-


H’ = - (ni/N) ln (ni/N) Wiener NOKTURNAL Fakultas
H’ = - (7/20) ln (7/20) Teknik:
H’ = - (0,35) (-1,04982) H’ = -Σ (ni/N) ln (ni/N)
H’ = 0,36744 H’= 2,10672
Phyllotetra sp.
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) DIURNAL DI FAKULTAS
H’ = - (1/20) ln (1/20) TEKNIK (FT)
H’ = - (0.05) (-2,99573) Drosophylla melanogaster
H’ = 0,14979 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Gryllus mitratus H’ = - (8/21) ln (8/21)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,380952) (-0,96508)
H’ = - (2/20) ln (2/20) H’ = 0,36765
H’ = - (0.1) (-2,30259) Dolichoderus thoracicus
H’ = 0,23026 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Anopheles sp. H’ = - (3/21) ln (3/21)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,142857) (-1.94591)
H’ = - (2/20) ln (2/20) H’ = 0,27799
H’ = - (0.1) (-2,30259) Monomorium minimum
H’ = 0,23026 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Chondropygadorsalis H’ = - (2/21) ln (2/21)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,095238) (-2,35138)
H’ = - (1/20) ln (1/20) H’ = 0,22394
H’ = - (0.05) (-2,99573) Ocypus spec
H’ = 0,14979 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Dolichoderusthoracicus H’ = - (1/21) ln (1/21)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,047619) (-3,04452)
H’ = - (1/20) ln (1/20) H’ = 0,14498
H’ = - (0.05) (-2,99573) Gryllus sp.
H’ = 0,14979 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Gryllus assimilis H’ = - (3/21) ln (3/21)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,142857) (-1,94591)
H’ = - (1/20) ln (1/20) H’ = 0,27799
H’ = - (0.05) (-2,99573) Phyllotetra sp.
H’ = 0,14979 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Coptodactylaglabricollis H’ = - (1/21) ln (1/21)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,047619) (-3,04452)
H’ = - (1/20) ln (1/20) H’ = 0.14498
H’ = - (0.05) (-2,99573) Coccinelidus sp.
H’ = 0,14979 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Lepismasaccharina H’ = - (1/21) ln (1/21)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,047619) (-3,04452)
H’ = - (1/20) ln (1/20) H’ = 0.14498
H’ = - (0.05) (-2,99573) Anopheles sp.
H’ = 0,14979 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Laporan Ekologi Hewan Ramadanti Prativi
Pendidikan Biologi 2016 K4316051/ A / Kelompok 4

H’ = - (2/21) ln (2/21) Solenopsis invicta


H’ = - (0,095238) (-2,35138) H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = 0,22394 H’ = - (1/34) ln (1/34)
H’ = - (0,02941) (-3,5264)
Indeks keanekaragaman Shannon- H’ = 0,1037
Wiener DIURNALFakultas Badister neopulchellus
Teknik: H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = -Σ (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (4/34) ln (4/34)
H’= 1,66146 H’ = - (0,11765) (-2,1401)
H’ = 0,2518
Kelompok 11&12 (FH) Plhaeoba fumosa
NOCTURNAL H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Coleoptra sp H’ = - (1/34) ln (1/34)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,02941) (-3,5264)
H’ = - (1/16) ln (1/16) H’ = 0,1037
H’ = - (0,0625) (-2,7726) Drosophila melanogaster
H’ = 0,1733 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Dolichoderus thoracicus H’ = - (23/34) ln (23/34)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,67647) (-0,3909)
H’ = - (4/16) ln (4/16) H’ = 0,2644
H’ = - (0,25) (-1,3863) Araneus sp
H’ = 0,3466 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Solenopsis invicta H’ = - (1/34) ln (1/34)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,02941) (-3,5264)
H’ = - (2/16) ln (2/16) H’ = 0,1037
H’ = - (0,125) (-2,0794) Tenebrio molitor
H’ = 0,2599 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Tenebrio molitor H’ = - (1/34) ln (1/34)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,02941) (-3,5264)
H’ = - (7/16) ln (7/16) H’ = 0,1037
H’ = - (0,4375) (-0,8267) Culicidae sp
H’ = 0,3617 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
Drosophila melanogaster H’ = - (1/34) ln (1/34)
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) H’ = - (0,02941) (-3,5264)
H’ = - (2/16) ln (2/16) H’ = 0,1037
H’ = - (0,125) (-2,0794) Vulus virgatus
H’ = 0,2599 H’ = - (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (1/34) ln (1/34)
Indeks keanekaragaman Shannon- H’ = - (0,02941) (-3,5264)
Wiener NOKTURNAL Fakultas H’ = 0,1037
Hukum :
H’ = Σ (ni/N) ln (ni/N) Indeks keanekaragaman Shannon-
= 1.1415 Wiener DIURNAL Fakultas
Hukum :
DIURNAL H’ = Σ (ni/N) ln (ni/N)
Dolichoderus thoracicus = 0,8273
H’ = - (ni/N) ln (ni/N) 2) Analisis Kualitatif
H’ = - (1/34) ln (1/34) a) Analisis Kualitatif Angkatan
H’ = - (0,02941) (-3,5264) Dari data hasil praktikum yang
H’ = 0,1037 dilakukan, didapatkan indeks
Shannon-Winner yang berbeda- tempat sebesar 1,3256,
beda dari 6 wilayah yang berbeda- dikategorikan rendah, sedangkan
beda di sekitar Universitas Sebelas rata-rata diurnal dari data angkatan
Maret (masing-masing wilayah sebesar 1,4249, dikategorikan
terbagi menjadi daerah ternaung dan rendah. Hal ini berarti rata-rata
terdedah). Kelompok 1&2 (Stadion) faktor lingkungan dari 6 wilayah d
memiliki indeks keeanekaragaman sekitar Kampus Universitas Sebelas
Shannon-Wiener untuk hewan Maret kurang mendukung
nokturnal sebesar 0,952158, keanekaragaman spesies hewan
dikategorikan rendah, sedangkan nokturnal maupun diurnal.
untuk hewan diurnal sebesar b) Analisis Kualitatif Kelompok
2,259827, dikategorikan sedang. Sedangkan dari data perrhitungan
Sementara untuk kelompok 3&4 kelompok, didapatkan hasil indeks
(Pure) memiliki indeks Shannon-Winner, tiap spesies
keeanekaragaman Shannon-Wiener sebagai berikut
untuk hewan nokturnal sebesar Spesies Nokturnal Diurnal
0,829747986, dikategorikan rendah Drosophila H’ = 0,315852967 H’ = 0,354716142
melanogaster
sedangkan untuk hewan diurnal
Culex pipiens H’ = 0,223940501 H’ =
sebesar 1,506822571, dikategorikan 0,166659608
sedang. Sedangkan untuk kelompok
5&6 (GOR) memiliki indeks Cerambycidae sp H’ = 0,144977259
keeanekaragaman Shannon-Wiener
untuk hewan nokturnal sebesar Dolichoderus H’ = 0,144977259 H’ =
thoracicus 0,281900384
1,48518 dikategorikan rendah,
sedangkan untuk hewan diurnal Momorium minimum H’ = 0,31978045 H’ = 0,21421308
sebesar 1,3111, dikategorikan
rendah. Kelompok 7&8 (Fakultas Lasius niger H’ = 0,144977259 H’ =
Kedokteran) memiliki indeks 0,103716486
keeanekaragaman Shannon-Wiener
Aphis gossypii H’ =
untuk hewan nokturnal sebesar 0,281900384
1,43888295, dikategorikan rendah,
sedangkan untuk hewan diurnal Harmonia axyridis H’ =
sebesar 0,983087759, dikategorikan 0,103716486
rendah. Kelompok 9&10 (Fakultas
Teknik) memiliki indeks Dari data pada tabel tersebut,
keeanekaragaman Shannon-Wiener didapatkan nilai indeks Shannon-
untuk hewan nokturnal sebesar Winner untuk nokturnal sebesar
2,10672 dikategorikan sedang, 0,829747986, termasuk kategori
sedangkan untuk hewan diurnal rendah keanekaragaman rendah,
sebesar 1,66146, dikategorikan sementara untuk diurnal sebesar
sedang. Sedangkan kelompok 1,506822571 termasuk kategori
11&12 (Fakltas Hukum) memiliki keanekaragaman sedang. Hal ini
indeks keanekaragaman Shannon- berarti faktor lingkungan di Pure
Wiener untuk hewan nokturnal (pH rata-rata 6 untuk nokturnal
sebesar 1,1415, dikategorikan ternaung dan pH rata-rata 5,5 untuk
rendah, sedangkan untuk hewan diurnal ternaung, suhu rata-rata
diurnal sebesar 0,8273, 25,33 derajat C untuk nokturnal
dikategorikan rendah. Dari data ternaung, dan 28,66 derajat C untuk
tersebut kemudian diambil rata-rata diurnal ternaung; kelembaban
data angkatan, sehingga didapatkan noktunal maupun diurnal ternaung
rata-rata hewan nokturnal dari 6 adalah wet dan intensitas cahayanya
Laporan Ekologi Hewan Ramadanti Prativi
Pendidikan Biologi 2016 K4316051/ A / Kelompok 4

low; pH rata-rata untuk nokturnal faktor lingkungan untuk rata-rata


ternaung dan pH rata-rata 5,5 untuk keanekaragaman hewan diurnal di
diurnal ternaung, suhu rata-rata wilayah UNS dari 6 tempat
25,33 derajat C untuk nokturnal pengambilan sampel kurang
ternaung, dan 28,66 derajat C untuk mendukung. Hal tersebut
diurnal ternaung; kelembaban kemungkinan disebabkan karena
noktunal maupun diurnal ternaung pada beberapa tempat dari 6 tempat
adalah wet dan intensitas cahayanya pengambilan sampel, faktor
low) kurang mendukung lingkungannya kurang mendukung
keanekaragaman hewan nokturnal keanekaragaman hewan diurnal
namun cukup mendukung sehingga memengaruhi hasil rata-
keanekaragaman hewan diurnal. rata indeks keanekaragaman
c) Perbandingan Kualitatif Angkatan Shannon-Winner yang diperoleh
dan Kelompok 3) Jabaran perspesies
Perbandingan data perhitungan Spesies yang didapatkan oleh
antara rata-rata data angkatan kelompok 3 dan 4 di wilayah Pure
dengan data kelompok untuk hewan akan dijabarkan dalam tabel berikut ini
nokturnal adalah, pada data rata-rata Tabel data spesies dan ciri-ciri hewan
angkatan untuk hewan nokturnal, nokturnal
indeks Shannon-Winner sebesar N Spesies Ciri-Ciri
1,3256 sementara untuk data o.
kelompok sebesar 0,829747986. 1 Drosoph Warna tubuh kuning
Hasil tersebut menunjukkan bahwa illa kecoklatan dengan
indeks keanekaragaman Shannon- melano cincin berwarna hitam
Winner hewan nokturnal yang gaster di tubuh bagian
diperoleh di Pure lebih sedikit belakang, berukuran
dibandingkan indeks kecil, antara 3-5 mm,
keanekaragaman Shannon-Winner urat tepi sayap (costal
rata-rata yang diperoleh angkatan vein) mempunyai dua
walaupun keduanya sama-sama bagian yang
termasuk kategori rendah. terinteruptus dekat
Sementara untuk indeks dengan tubuhnya,
keanekaragaman Shannon-Winner sungut (arista)
hewan diurnal yang diperoleh di umumnya berbentuk
Pure sebesar 1,506822571 bulu, memiliki 7-12
(termasuk kategori sedang) percabangan, crossvein
sedangkan indeks keanekaragaman posterior umumnya
Shannon-Winner rata-rata yang lurus, tidak
diperroleh angkatan sebesar 1,4249 melengkung, mata
(kategori rendah). Hasil tersebut majemuk berbentuk
menunjukkan bahwa indeks bulat agak ellips dan
keanekaragaman Shannon-Winner berwana merah,
yang diperoleh di Pure lebih besar terdapat mata oceli
daripada rata-rata indeks pada bagian atas kepala
keanekaragaman Shannon-Winner dengan ukuran lebih
yang diperoleh angkatan. Hasil kecil dibanding mata
tersebut mengindikasikan bahwa majemuk, thorax
faktor lingkungan untuk berbulu-bulu dengan
keanekaragaman hewan diurnal di warna dasar putih,
pure cukup mendukung sementara sedangkan abdomen
bersegmen lima dan tanpa mengabaikan
bergaris hitam, sayap fleksibilitas. Secara
panjang, berwarna morfologi kumbang
transparan, dan posisi terdiri dari 3 bagian
bermula dari thorax utama yakni kepala,
(Sugiyarto, 2000). dada dan perut. Kepala
2 Culex Nyamuk Culex sp memiliki tekstur yang
pipiens mempunyai ukuran keras dan sangat
kecil sekitar 4-13 mm bervariasi. Pada bagian
dan tubuhnyarapuh. kepala terdapat mulut
Pada kepala terdapat yang mengarah ke
probosis yang halus dan depan dan juga ke
panjangnya melebihi bawah. Kumbang
panjangkepala. Probosis memiliki mata yang
pada nyamuk betina majemuk dimana
digunakan sebagai alat memungkinkan dapat
untuk menghisap darah, beradaptasi di habitat
sedangkan pada yang ekstrem sekalipun,
nyamuk jantan sebagaimana dalam
digunakan untuk kasus kumbang gasing
menghisap zat-zat yang famili dengan
seperti cairan tumbuh- Gyrinidae. Dada
tumbuhan, buah-buahan (thorax) adalah bagian
dan juga keringat. kedua yang dapat
Terdapat palpus yang dilihat secara jelas yaitu
mempunyai 5 ruas dan dada depan (prothrax)
sepasang antena dengan dan pterathorax.
jumlah ruas 15 yang Pterathorax adalah
terletak dikanan dan gabungan dari dada
kiri probosis. Pada tengah dan belakang.
nyamuk jantan terdapat Jika diperhatikan dari
rambut yang lebat bagian bawah maka
( plumose) pada dada tempat melekatnya
antenanya, sedangkan 3 pasang kaki dan 2
pada nyamuk betina pasang sayap.
jarang terdapat Sedangkan perut
rambut(pilose) (Suin, terletak di semua
2006) bagian belakang dada.
3 Ceramb Secara umum kumbang Apabila dilihat dari
ycidae memiliki rangka bagian atas, kumbang
sp (exoskeleton) dan sayap memiliki bagian lapisan
yang sangat yang sangat keras yang
keras. Exoskeleton ini disebut dengan
terdiri dari beberapa pronotum yang biasa
lapisan yang disebut bagian depan
disebut sclerite. Sclerite dada dan belakang dada
ini kemudian yang tersembunyi oleh
dipisahkan oleh jahitan sayap kumbang,
tipis. Sehingga mampu Kumbang memiliki
berfungsi sebagai kaki yang beruas-ruas,
pertahanan berlapis umumnya setiap kaki
Laporan Ekologi Hewan Ramadanti Prativi
Pendidikan Biologi 2016 K4316051/ A / Kelompok 4

memiliki 3-5 ruas kecil sedangkan Mesothorax


disebut dengan tarsi. meliputi bagian :
Sebagaiaman jenis mesonotum (MS),
serangga lainnya mesopleuron (MSP)
kumbang memiliki dan Metathorax meliput
cakar pada setiap i : metapleuron (MTP).
kakinya. Perut atau Abdomen pada semut
abdomen terletak pada tediri dari tujuh buah
bagian belakang dari segmen (A1-A7),
dada belakang. Perut yaitu propadeum (PPD,
terdiri atas serangkaian A1), petiole
cincin. Pada masing- (PT,A2), gastral, keem
masing cincin terdapat pat dan ketujuah sama
lubang untuk bernafas segemen gastrel (GA),
dan respirasi yang biasa pigydium (PY),
disebut ventilator dan Hypopygidium
(Sugiyarto, 2000). (HY) (Suin, 2006).

4 Dolicho 5 Momori Semut Pekerja


Kepala semut terdapat
um berukuran sekitar 2
derus banyak organ sensor,
minimu mm, panjangnya kurang
thoracic diantaranya antena,
m lebih dari 1/16 inci.
us antenal scrobe, mata, Mereka berwarna
clypeus, frontal carina, kuning muda sampai
mandibula dan palp
coklat kemerahan
formula. Antena dengan perut yang lebih
merupakan organ gelap. Semut pekerja
sensoro yang firaun memiliki stinger
bersegmen dari semut non-fungsional yang
yang terletak diantara digunakan untuk
mata majemuk yang menghasilkan feromon.
terdiri dari tiga bagian, Petiole (pinggang
yaitu scape (SC), sempit antara dada dan
pedicel (PD) dan perut) memiliki dua
Funiculus (FC) atau nodus dan toraks tidak
sama dengan Flagelum memiliki duri. Semut
(FU). Mesosoma
ini bisa ditemukan
(Altrunk) merupaka hampir di manapun di
bagian dari tubuh dunia. Ini adalah hama
serangga yang terletak utama di Amerika
antara kepala dan Serikat, Australia, dan
abdomen. Alitrunk Eropa (Sugiyarto,
terdiri dari 2000).
segmen thorax yaitu; pr
6 Lasius Morfologi semut cukup
othorax,
niger jelas dibandingkan
mesothorax dan metath
dengan serangga lain
orax (Hasmimoto &
yang juga memiliki
Rahman,
antena, kelenjar
2003). Prothorax melip
metapleural, dan bagian
uti : pronotum (PN),
perut kedua yang
propleuron (PR),
berhubungan ke tangkai
semut membentuk nokturnal sebesar 0,829747986,
pinggang sempit termasuk kategori rendah
(pedunkel) di antara keanekaragaman rendah, sementara
mesosoma (bagian untuk diurnal sebesar 1,506822571
rongga dada dan daerah termasuk kategori keanekaragaman
perut) dan metasoma sedang. Sementara dari hasil rata-rata
(perut yang kurang indeks keanekaragaman Shannon-Winner
abdominal segmen sebesar 1,3256 untuk nokturnal,
dalam petiole). Petiole dikategorikan rendah, sedangkan rata-
yang dapat dibentuk rata diurnal dari data angkatan sebesar
oleh satu atau dua node 1,4249, dikategorikan rendah.
(hanya yang kedua, atau
yang kedua dan ketiga 5. UCAPAN TERIMA KASIH
abdominal segmen ini Terimakasih praktikan sampaikan
bisa terwujud). kepada:
Semut hitam (Lasius 1. Allah S.W.T. yang telah
fuliginosus) termasuk melimpahkan kesehatan dan
ke dalam ordo keberkahan sehingga praktikan dapat
Hymnoptera. Serangga mengikuti kegiatan perkuliahan dan
dari Ordo Hymenoptera praktikum ekologi hewan.
memiliki sayap seperti 2. Bapak Puguh Karyanto, S. Si, M.Si,
membran. Serangga Ph. D selaku dosen pengampu mata
dalam ordo ini sebagian kuliah ekologi hewan yang telah
besar bersifat sebagai membimbing dan membagikan ilmu
musuh alami (parasitoid yang dimiliki kepada praktikan.
dan predator) dan hanya 3. Asisten praktikum ekologi hewan
sebagian kecil yang yang telah membimbing praktikan
bersifat sebagai hama. dalam mengikuti kegiatan praktikum
Serangga dalam ordo ekologi hewan.
ini memiliki 4. Keluarga praktikan yang telah
metamorfosis sempurna memberikan dukungan moril dan
(Suin, 2006). materiil kepada praktikan.
5. Teman-teman praktikan yang telah
4. KESIMPULAN membantu praktikan selama kegiatan
Makrofauna tanah yang ditemukan oleh perkuliahan maupun praktikum
kelompok 3 dan 4 di wilayah Pure ekologi hewan.
ternaung dan terdedah adalah 6. DAFTAR PUSTAKA
Drosophilla melanogaster, Culex Aharoni, A., Jongsma, M. A., &
pipiens, Cerambycidae sp, Dolichoderus Bouwmeester, H. J. (2005).
thoracicus, Momorium minimum, dan Volatile science? Metabolic
Lasius niger. Faktor lingkungan engineering of terpenoids in
berpengaruh terhadap keanekaragaman plants. Trends in plant science,
makrofauna tanah. Faktor lingkungan 10(12), 594-602.
yang memengaruhi keanekaragaman Blue, J. D., Souza, L., Classen, A. T.,
makrofauna tanah antara lain suhu, tanah Schweitzer, J. A., & Sanders, N. J.
(pH tanah dan kelembaban), intensitas (2011). The variable effects of soil
cahaya, serta vegetasi. Dari data hasil nitrogen availability and insect
praktikum, diketahui indeks herbivory on aboveground and
keanekaragaman Shannon-Winner yang belowground plant biomass in an
didapat kelompok 3 dan 4 (daerah pure old-field ecosystem. Oecologia,
ternaung dan terdedah) sebesar untuk 167(3), 771-780.
Laporan Ekologi Hewan Ramadanti Prativi
Pendidikan Biologi 2016 K4316051/ A / Kelompok 4

Brussaard, L. (1998). Soil fauna, Maguran AE. (1988). Ecological


guilds, functional groups and Diversity and Its Measurement. New
ecosystem processes. Appl. Soil Jersey: Princeton University Press.
Ecol. 9: 123- 136. Miller, D. R., & Rabaglia, R. J. (2009).
Ethanol and (−)-α-pinene: Attractant
Fitriana, Yulia. (2006). Diversity and kairomones for bark and ambrosia
abundance of macrozoobenthos in beetles in the southeastern US. Journal
mangrove rehabilitation forest in of chemical ecology, 35(4), 435-448.
Great Garden Forest Ngurah Rai Bali. Salibury Frank B., Cleon W Ross. ( 1992).
Jurnal Biodiversitas. Vol 7 (1) : 67- Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:
72. ITB Press
Giller, K.E., M.H. Beare, P. Lavelle, Southwood, T. R. E. (1961). The number of
A.M.N. Izac and M.J. Swift. (1997). species of insect associated with
Agricultural intensification, soil various trees. The Journal of Animal
biodiversity and agroecosystem Ecology, 1-8.
function. Appl. Soil Ecol. 6: 3-16 Sugiyarto. (2000). Keanekaragaman
Makrofauna Tanah pada Berbagai
Hagvar, S. (1998). The relevance of the Umur Tegakan Sengon di RPH Jatirejo,
Rio-convention on biodiversity to Kabupaten Kediri. Biodiversitas 1 (2) :
conserving the biodiversity of soils. 47-53
Appl. Soil Ecol. 9: 1-7
Suin, N.M.(2006).Ekologi Hewan
Hardjowigeno, Sarwono. (2007). Ilmu Tanah.Jakarta : Bumi Aksara.
Tanah.Jakarta : Akademika Susanto,Pudyo. (2000). Pengantar Ekologi
Pressindo. Hewan. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS.
Ibrahim, M. A., Kainulainen, P., & Wallwork, J.A. (1970). Ecology of Soil
Aflatuni, A. (2008). Insecticidal, Animals. London: Mc Graw-Hill
repellent, antimicrobial activity and
phytotoxicity of essential oils: with 7. Lampiran
special reference to limonene and its 1. Satu lembar dokumentasi
suitability for control of insect pests.
praktikum
Agricultural and Food Science,
10(3), 243-259. 2. Dua lembar laporan sementara
Kamal, Mustafa. (2011),
Keanekaragaman Jenis Arthrophoda
di Gua Putri dan Gua Selabe
Kawasan Karst Padang Bindu, OKU
Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian
Sains. Vol 14 (1).
Lavelle, P., M. Dangerfield, C. Fargoso,
V. Eschenbremer, D. Lopez-
Haernandez, B. Pashanashi and L.
Brussaard. (1994). The relationship
between soil macrofauna and tropical
soil fertility. In Woomer, P.L. and M.
Swift (eds.) The Biological
Management of Tropical Soil
Fertility. Chichester: John Wiley &
Sons
LAMPIRAN GAMBAR DAN LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai